• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI Kesimpulan dan Saran 119 6.1 Kesimpulan

TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.2. Dasar Acuan Penyusunan RTRW Kota Subulussalam

Penyusunan revisi RTRW tersebut mengacu pada Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota. Adapun prosedur penyusunan RTRW Kota menurut Peraturan Menteri Pekerjaaan

Umum secara garis besar harus meliputi beberapa tahapkegiatan yaitu: 1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi RTRW 3. Tahap Analisis Data RTRW

4. Tahap Perumusan Konsep RTRW 5. Tahap Penyusunan Ranperda RTRW 6. Tahap Penetapan RTRW

Proses dan prosedur umum penyusunan RTRW Kota Subulussalam secara singkat dapat diuraikan bahwa proses penyusunan RTRW hingga penetapan harus melalui beberapa tahapan yaitu tahap persiapan yakni persiapan awal, kajian awal dan sekunder, persiapan teknis dan pemberitaan RTRW pada di media yang nantinya direspon oleh masyarakat sehingga memperoleh informasi yang jelas sehingga masyarakat mengambil peran menerima atau menolak atau mengusulkan perubahan sehingga masyarakat mendukung atau tidak konsep yang telah diberikan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Proses dan prosedur umum penyusunan RTRW Kota Subulussalam

dengan konsultan pelaksananya PT. Arun Prakasa Utama. Setelah melalui berbagai tahapan-tahapan sebagaimana diatur dalam peraturan dimaksud, akhirnya Dokumen Draft Akhir Revisi RTRW Kota Subulussalam telah dihasilkan pada akhir desember 2010 dan secara formal pada tanggal 1 Februari 2011 juga telah dilaksanakan kembali kegiatan konsultasi publik Draft Akhir Revisi RTRW Kota Subulussalam di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kota Subulussalam. Dalam konsultasi publik tersebut berjalan dengan baik dan lancar dimana tidak begitu banyak kritikan dan protes dari berbagai pihak sebagaimana terjadi pada konsultasi publik draft akhir RTRW sebelumnya.

Prosedur yang tertera dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 maka proses Penyusunan Revisi Penyusunan RTRW Kota Subulussalam telah sampai pada tahap akhir dimana hanya tinggal menunggu pembahasan antara pihak Pemerintah Daerah dan DPRK Subulussalam untuk menerbitkan qanun/Perda RTRW Kota Subulussalam. Namun setelah ditunggu beberapa lama ternyata qanun /Perda RTRW Kota Subulussalam tidak disetujui oleh pemerintah pusat. Ini juga dialami oleh daerah lain seperti DKI, Bangka dan beberapa daerah lain-lain rencana penyusunan RTRW nya juga tidak disetujui oleh pemerintah karena tidak melibatkan peran serta masyarakat atau hal lain yang secara teknis juga menjadi penyebab tidak disetujuinya rencana Tata ruang wilayah.

ANALISIS

Bab ini merupakan deskripsi hasil temuan lapangan mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam Provinsi Aceh. Bab ini berisi segala sesuatu hasil temuan lapangan berupa fakta, kejadian atau peristiwa, hasil wawancara atau data-data lainnya selama penelitian ini dilaksanakan. Selanjutnya hasil temuan lapangan akan dibahas dan dianalisa dengan kerangka pemikiran dalam tulisan ini.

5.1 Perencanaan Partisipatif dalam Penyusunan RTRW Kota Subulussalam

Kota Subulussalam dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Kota Subulussalam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Hal ini dikarenakan pertimbangan perkembangan dan kemajuan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam pada umumnya dan Kabupaten Aceh Singkil pada khususnya, serta adanya aspirasi yang berkembang dalam masyarakat, dipandang perlu meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Kabupaten Aceh Singkil mempunyai luas wilayah kurang lebih 3.576,00 km2, dimekarkan menjadi 2 (dua) daerah otonom yang terdiri dari Kabupaten Aceh Singkil sebagai kabupaten induk, dan Kota Subulussalam sebagai kota pemekaran. Kota Subulussalam mempunyai luas wilayah kurang lebih 118.404,48 Ha, terdiri dari 5

Kecamatan Rundeng, Kecamatan Sultan Daulat, dan Kecamatan Longkip.

Pasca terbentuknya Kota Subulussalam dan dalam rangka pengembangan daerah khususnya guna kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat pada masa yang akan datang, serta pengembangan sarana dan prasarana pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan, diperlukan adanya kesatuan perencanaan pembangunan, untuk itu Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam harus benar-benar serasi dan terpadu penyusunannya dalam satu kesatuan sistem Rencana Tata Ruang Wilayah yang terpadu dengan Tata Ruang Nasional, Tata Ruang Provinsi Aceh serta juga dengan rencana pembangunan sektoral Kota Subulussalam.

Penataan RTRW dalam pelaksanaan kegiatan penataan ruang, Undang- Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan beberapa hal mendasar diantaranya bahwa penataan ruang dilakukan secara berjenjang dan komplementer sehingga dapat memadukan program pembangunan dan pengelolaan sumberdaya alam agar selalu tercipta suatu pembangunan yang berkelanjutan. Produk rencana tata ruang harus dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan daerah dan telah menjadi hasil kesepakatan semua stakeholders di daerah.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalam penyusunan penataan ruang perlu disusun secara prosedural dengan melibatkan partisipasi masyarakat, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Walikota Subulussalam 2009-2014 sebagai berikut:

Sebagai daerah otonom baru maka Pemerintah Kota Subulussalam wajib sesegera mungkin melakukan penyusunan perencanaan pembangunan daerah. Banyak dokumen perencanaan yang wajib disusun berdasarkan aturan diantaranya adalah dokumen tata ruang. Khusus mengenai dokumen RTRW ini merupakan kewajiban yang diatur dalam Undang-Undang Pembentukan Kota Subulussalam sehingga pasca pelantikan saya menjadi Walikota terpilih pada tanggal 5 Maret 2009 yang lalu penyusunan dokumen ini menjadi prioritas pemerintahan kami. Disamping itu, dalam menghasilkan dokumen tersebut kami menginginkan agar melibatkan seluruh elemen masyarakat sehingga dokumen ini benar-benar dapat dipergunakan dan masyarakat merasa memiliki dokumen RTRW ini ” (MS, 5 Maret 2012).

Senada dengan dengan pendapat tersebut, hal yang sama juga diungkapkan oleh Sekretaris Daerah selaku Ketua Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kota Subulussalam sebagai berikut:

“Penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam menjadi prioritas semua pihak karena sudah lama sekali proses penyusunan RTRW ini dilakukan namun belum menjadi dokumen resmi. Dulu pada tahun 2007-2009 dokumen ini pernah disusun oleh pihak dinas perumahan dan pemukiman Provinsi Aceh melalui APBD Aceh sebagai bantuan kepada daerah otonom baru namun karena kurang melibatkan seluruh pemangku kepentingan maka dokumen itu ketika dilakukan konsultasi publik ditolak, oleh karena itu maka ketika dokumen tersebut kembali disusun menggunakan dana APBK Subulussalam saya secara khusus meminta kepada Dinas Pekerjaan Umum selaku pelaksana pekerjaan ini agar sungguh-sunguh melibatkan para pihak dalam penyusunannya sehingga kejadian-kejadian penolakan agar tidak kembali terulang ” (An, 5 Maret 2012).

5.2 Temuan Lapangan Langkah-Langkah dan Proses dalam Penyusunan