• Tidak ada hasil yang ditemukan

Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam Provinsi Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam Provinsi Aceh"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

OLEH

A N A S R I

09 7020 035/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVESITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA

SUBULUSSALAM PROVINSI ACEH

TESIS

Untuk memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Magister Teknik Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

A N A S R I

09 7020 035/AR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVESITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SUBULUSSALAM

PROPINSI ACEH

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, November 2014 Penulis,

(4)

Judul Tesis : PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENYUSUNAN RENCANA TATA

RUANG DAN WILAYAH KOTA

SUBULUSSALAM PROVINS ACEH

Nama : A N A S R I

NIM : 09 7020 035

Program Studi : MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR

Bidang Kekhususan : MANAJEMEN PEMBNGUNAN KOTA

Menyetujui Komisi Pembimbing,

(Beny OY Marpaung ST, MT, Ph.D ) (Ir. Nurlisa Ginting, M.ScM Ph.D)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Dekan,

(Dr. Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc) (Prof. Dr. Ir.Bustami Syam, MSME)

(5)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua Komisi Penguji : Beny OY Marpaung, ST, MT, Ph.D

Anggota Komisi : 1. Ir. Nurlisa Ginting, M. Sc, Ph.D : 2. Ir. Samsul Bahri, MT

: 3. Wahyuni, ST. MT

: 4. Salmina W. Ginting ST.MT :

(6)

LEMBAR ASISTENSI

No. Hari/Tanggal Catatan Nama

(7)

Berikutnya salah seorang tokoh masyarakat di Kecamatan Rundeng Kota Subulussalam, menyatakan pendapatnya sebagai berikut:

Dalam draft RTRW itu masih juga daerah pemukiman kami di Kecamatan Runding dimasukkan kedalam Kawasan Hutan Suaka Margasatwa Rawa Singkil di Kecamatan Rundeng. Sejak tahun 2000 kami masyarakat memprotes serta meminta kepada pemerintah untuk dilakukan ahli fungsi sebahagian kawasan tersebut menjadi lahan produktif untuk digarap masyarakat, karena dalam beberapa kejadian ada beberapa masyarakat yang ditangkap aparat hukum karena menggarap lahan dalam kawasan hutan itu. Padahal masyarakat sudah ratusan tahun bertempat tinggal di daerah itu sementara penetapan kawasan hutan SM Rawa Singkil baru dilakukan pada tahun 1990-an. Oleh karena itu, alih fungsi kawasan ini mendesak perlu dituangkan dalam RTRW karena masyarakat di wilayah Rundeng sudah sangat lama terpenjara oleh penetapan sepihak pemerintah terhadap kawasan hutan tersebut”. (ZB, 26 Juni 2010) (tokoh masyarakat).

2. Apakah menurut pendapat bapak Draft RTRW ada masalah yang tidak sesuai dengan keinginan masyarakat ?

Jawab :

Senada juga dinyatakan oleh Ketua DPRK Subulussalam masa jabatan (2008-2009) yang mengatakan sebagai berikut:

(8)

subulussalam ?

Tahapan dalam penyusunan RTRW seluruhnya secara garis besar sebanyak 5 tahapan, tahapan yang paling awal adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini memang kami selaku konsultan tidak melibatkan masyarakat karena tahap ini aktivitasnya banyak berhubungan rapat-rapat kerja dengan Pengguna Anggaran dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan di Dinas Pekerjaan umum.” (J, 6 Maret 2012). (Pejabat PU )

Sejalan dengan pernyataan informan konsultan pelaksana, bahwa pelibatan partisipasi masyarakat pada tahapan ini tidak dilakukan juga dikemukakan oleh informan Kepala Dinas Pekerjaan Umum masa jabatan tahun 2010 sebagai berikut:

4. Menurut bapak pada tahap awal apakah ada upaya yang pemerintah untuk mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyusunan RTRW ?

Jawab :

Untuk Tahap persiapan, kami selaku pengguna anggaran bersama Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan melakukan upaya-upaya persiapan kegiatan melalui rapat-rapat pemahaman terhadap KAK dan meminta konsultan untuk memaparkan rencana rinci pekerjaaannya kedepan. Hal ini kami lakukan agar konsultan pelaksana tidak salah dalam pelaksanaan pekerjaaannya. Kalau pelibatan masyarakat dalam tahap ini memang tidak kami libatkan karena tahap ini berhubungan dengan kerangka pekerjaan dan kerangka pendanaan yang sangat teknis sehingga tidak perlu melibatkan masyarakat.” (Ir, 6 Maret 2012). (Kadis PU)

(9)

Jawab :

Kota Subulussalam yang saya ketahui bahwa pada waktu itu, di Kota Subulussalam telah mulai melakukan penyusunan RTRW dari berita-berita beberapa harian koran lokal. Ketika informasi ini kami baca pada waktu itu, tentu hal yang menarik bagi kami selaku penggiat LSM karena kita mengetahui bahwa tata ruang sangat dibutuhkan untuk meletakkan pola dasar pembangunan daerah, namun pelaksanaannya harus diawasi karena diberbagai daerah dari berita Koran dan televisi bahwa produk rencana tata ruang banyak menuai masalah antara masyarakat dengan pemerintah sebagai akibat kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunannya. Oleh karena itu dengan adanya berita ini kami berusaha menyuarakan kepada pemerintah agar produk tata ruang Subulussalam yang mau disusun ini nantinya agar melibatkan masyarakat supaya tidak menjadi masalah seperti di daerah lain yang diberitakan itu” (Has, 6 Maret 2012). (LSM Kapur )

Informasi yang disampaikan oleh informan LSM Kapur diatas juga dibenarkan LSM Far-Far dari Kecamatan Penanggalan. Berikut penjelasannya:

6. Dari mana Bapak memperoleh informasi tentang penyusunan RTRW dan apa yang bapak lakukan mendengar informasi tersebut

(10)

masyarakat sehingga menjadi pembicaraan-pembicaraan masyarakat secara non formal diberbagai tempat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan Kepala Mukim Batu-Batu dari Kecamatan Sultan Daulat. Berikut pernyataannya sebagai berikut:

7. Dari mana Bapak memperoleh informasi tentang penyusunan RTRW dan apa yang bapak lakukan mendengar informasi tersebut

Ketika saya pergi ke Subulussalam dan minum kopi disana, saya memang selalu mendengar obrolan di warung-warung kopi membicarakan penyusunan RTRW. Saya dengar kawan-kawan membicarakan beragam cerita bahwa kalau RTRW bisa membawa dampak bagi pengembangandan kemajuan wilayah dan juga bisa berdampak sebaliknya. Namun pada intinya mereka mengharapkan agar penyusunan RTRW Subulussalam ini agar dilakukan sebaik-baiknya supaya subulussalam cepat maju dan berkembang” (HS, 6 Maret 2012). (Ka Mukim Batu Kecamatan Daulat).

Pelaksanaan pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Pengumpulan data dilakukan untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah kota dan penyusunan rencana struktur dan pola ruang wilayah kota.

(11)

Sekretaris Daerah dan dihadiri seluruh Camat serta Kepala Dinas, Badan dan Kantor yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan untuk data RTRW. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan Kepala Bappeda Subulussalam masa jabatan 2010 sebagai berikut:

7. Apa yang saudara ketahui dan lakukan tahap pengumpulan data dan penyusunan RTRW ?

Waktu tahap pengumpulan data dan informasi penyusunan RTRW, saya mendapat perintah dari pak Sekda untuk menggelar rapat koordinasi penataan ruang daerah di kantor Bappeda. Dalam rapat tersebut diawali penyampaian dan paparan dari konsultan yang menjelaskan maksud dan tujuan dari pekerjaan konsultan untuk penyusunan RTRW, kemudian mereka meminta bantuan dari semua pihak agar dapat membantu memberikan informasi dan data-data yang dimiliki Dinas/Badan/Kantor untuk nantinya menjadi bahan informasi dalam RTRW. Selanjutnya arahan Pak Sekda kepada semua Dinas dan Badan agar membantu memberikan informasi dan data yang tersedia di Dinas dan Badan untuk kepentingan kelancaran penyusunan RTRW. Secara khusus kepada camat diminta agar membantu konsultan untuk pengumpulan data di wilayah Kecamatan masing-masing” (Rid, 7 Maret 2012).

Setelah selesainya rapat koordinasi yang pertama, beberapa Dinas/Badan yang terkait diberikan form yang berisi permintaan data yang dibutuhkan oleh konsultan utuk dilakukan pengisian sebagaimana mestinya. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh informan dari Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan masa jabatan 2010 sebagai berikut:

8. Apa yang saudara lakukan terhadap data hasil rapat ?

(12)

pertambangan energi dan sumber daya mineral masa jabatan 2010 yang menyatakan sebagai berikut:

9. Informasi apa yang saudara ketahui berkaitan penyusunan RTRW

Ketika pengumpulan data RTRW kemarin itu, Dinas kami diminta memberikan informasi wilayah yang berkaitan data-data potensi pertambangan sekaligus dengan peta wilayah pertambangan baik yang sudah ada izinnya maupun yang belum ada izin” (H, 7 Maret 2012).

Pengumpulan data selanjutnya ditingkat kota dilaksanakan maka selanjutnya dilakukan pengumpulan data ke wilayah kecamatan dan desa. Mengawali pengumpulan data di wilayah kecamatan dan desa, juga dilakukan rapat koordinasi di Kecamatan yang difasilitasi oleh Camat antara konsultan dengan seluruh Kepala Kampong, tokoh masyarakat, tokoh adat serta tokoh lainnya didalam masyarakat. Halini seperti yang diungkapkan oleh Informan Camat Sultan Daulat masa jabatan 2010 sebagai berikut:

10. Apakah ada pertemuan yang membahas RTWR dilakukan pertemuan pada tingkat kecamatan

Untuk pengumpulan data dan informasi di Kecamatan dan Desa di lingkungan Kecamatan Sultan Daulat, kami mengawali dengan mengadakan rapat koordinasi di gedung serbaguna Kecamatan terkait pendataan rencana tata ruang dengan mengundang seluruh kepala kampong, kepala mukim dan segenap elemen masyarakat ” (Tad, 7 Maret 2012).

Informasi yang sama juga dari informan dari Camat Rundeng masa jabatan 2010 yang mengemukakan sebagai berikut:

11. Apakah ada pertemuan yang membahas RTWR dilakukan pertemuan pada tingkat kecamatan.

Dalam rangka pengumpulan data di wilayah Kecamatan Rundeng, kami dengan konsultan sepakat untuk mengadakan rapat di kantor Camat supaya data-data yang dibutuhkan gampang dikumpulkan. Disamping itu dengan adanya pihak konsultan tentunya dapat menjelaskan kebutuhan data-data apa saja yang dibutuhkan ” (Mas, 7 Maret 2012).

(13)

mengumpulkan data-data. Saya juga gak paham data apa yang bisa kami berikan karena kami kan pendidikannya rendahan. Setelah panjang lebar penjelasannya kemudian kami disuruh mengisi angket-angket yang sudah disiapkan oleh pak konsultan, kemudian pertanyaan-pertanyaan di dalam angket itulah yang kami isi” (Hak, 7 Maret 2012).

13. Apakah ada pertemuan yang membahas RTWR dilakukan pertemuan pada tingkat kecamatan.

Sejalan dengan hal diatas, informan lainnya dari unsur pemuda Kecamatan Rundeng mengemukakan sebagai berikut:

Pengumpulan data untuk tata ruang yang di rapatkan di kantor Camat dulu itu, kalo kami di Kecamatan Rundeng berbeda-beda. Kalo teman-teman saya peserta rapat sebagian besar disuruh mengisi angket sedangkan saya bersama dengan dua orang teman saya yang lain tidak dikasi untuk mengisi angket, tapi saya ditanya-tanya langsung sama bapak konsultan itu, mereka bertanya tentang batas desa kami dengan batas kawasan hutan suaka margasatwa rawa singkil, bapak konsultan itu bertanya masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dengan kawasan hutan itu, lalu saya dan dua orang teman menjelaskan kendala-kendala yang kami hadapi sebagai akibat adanya kawasan itu, yang sudah pasti lahan desa kami jadi terbatas karena lahan hutan itu kan gak boleh dikelola dan dimiliki.” (Byg, 7 Maret 2012).

Lebih lanjut pihak konsultan bersama-sama masyarakat juga ada turun ke lapangan untuk mengecek batas desa dengan batas kawasan hutan, sebagaimana diungkapkan oleh informan unsur pemuda Kecamatan Rundeng sebagai berikut: 14. Apakah batas-batas wilayah juga daerah lain dilakukan pemetaan

(14)

penyusunan RTRW sudah terlihat lebih aktif, dimana masyarakat telah memberikan sumbangan pemikiran, sumbangan tenaga dan waktu untuk membantu konsultan dalam penyusunan RTRW Kota Subulussalam.

Kegiatan seminar draft awal RTRW ini dilakukan di gedung serbaguna Kantor Walikota pada tanggal 15 Oktober 2010 dengan mengundang para pihak dari seluruh kecamatan, seluruh kepala kampong, seluruh unsur LSM, unsur Ormas, OKP dan jajaran SKPK Pemerintah Kota Subulussalam yang secara keseluruhan peserta yang hadir berjumlah 120 orang yang mewakili seluruh elemen masyarakat. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan konsultan sebagai berikut:

15. Apakah ada kegiatan pembahasan RTRW dilakukan di tingkat Kota Subulussalam melibatkan oleh seluruh unsur masyarakat Subulussalam ?

Setelah dua bulan kami melakukan pengumpulan data dan 4 bulan lagi kami melakukan analisis terhadap data-data dan merumuskan konsep RTRW maka kami berikutnya menyajikan hasil analisis data kami dan rumusan konsep RTRW kepada pemerintah kota subulussalam dan masyarakat. Kami melakukan seminar draft awal RTRW untuk meminta masukan dan saran terhadap penataan ruang subulussalam berdasarkan data-data yang sudah kami analisa. Kebanyakan data yang akan diseminarkan berbentuk peta citra satelit dengan skala 1: 25.000. Kami bangga dengan antusiasnya peserta yang hadir yang jumlahnya ratusan orang dari seluruh elemen masyarakat, dengan seminar ini kami memperoleh masukan dan saran dari berbagai pihak yang pada proses selanjutnya memberikan keyakinan kepada kami untuk menyusun penyempurnaan draft akhir RTRW berikutnya” (J, 8 Maret 2012).

Setelah selesai menyampaikan paparannya, berikutnya pihak konsultan meminta para pihak yang hadir untuk berdiskusi dengan memberikan pendapat, saran, masukan untuk bahan penyempurnaan penyusunan RTRW. Diskusi tersebut berjalan sangat dinamis dan antusiasme peserta diskusi sangat tinggi, hal ini dikemukakan oleh Kepala Bappeda Subulussalam masa jabatan tahun 2010 selaku pihak yang menjadi moderator diskusi pada acara seminar tersebut sebagai berikut:

16. Apakah dilakukan seminar atau kegiatan yang menganalisa hasil data draft konsep RTRW yang telah terkumpul ?

(15)

seperti yang dikemukakan oleh informan LSM LP Kapur dari Kecamatan Simpang Kiri yang mengemukakan sebagai berikut:

17. Apakah dilakukan seminar atau kajian yang menganalisis draft konsep RTRW Kota Subulusalam ?

Waktu acara seminar terhadap draft awal RTRW saya cukup puas karena ruang untuk menyampaikan pendapat sangat terbuka luas, pada waktu itu saya mengusulkan di dalam draft RTRW agar dimasukkan semacam taman hutan rakyat dengan tanaman yang spesifik Kota Subulussalam. Hal ini memang sepele tapi hal ini perlu diangkat kembali karena ingatan masyarakat sudah mulai pudar terhadap tanaman ini. Saya katakan pada waktu itu bahwa di daerah Subulussalam ini merupakan satu-satunya daerah di dunia ini yang bisa hidup tanaman kapur barus yang orisinil. Kapur barus ini sangat melegenda didunia dan sejak zaman fir’aun sudah digunakan untuk mengawetkan mummi, dan tidak banyak yang tahu kalo tanaman itu berasal dari Subulussalam ini. Alhamdulillah saran saya diterima dan didalam drat RTRW akan diakomodir suatu kawasan yang dinamakan Plasma Nutfah” (Has, 8 Maret 2012). 18. Masukan yang diberikan (input) lembaga yang mewakili masyarakat seperti LSM

pada RTRW Kota Subulusalam ?

Kelompok masyarakat dari Kecamatan Penanggalan yang disuarakan oleh informan LSM Far-Far yang menyuarakan masukannya sebagai berikut:

Kami dari Kecamatan Penanggalan pada acara seminar terhadap draft awal RTRW menyuarakan agar kawasan hutan produksi yang berada di Kampong Lae Motong agar diubah statusnya menjadi kawasan areal penggunaaan lain (APL), jangan lagi statusnya hutan karena secara fisik sudah digarap oleh masyarakat. Saya menyuarakan hal itu supaya jangan nanti dikemudian hari masyarakat ditangkap polisi karena menggarap kawasan hutan produksi itu. Namun usulan kami pada waktu itu akan dipertimbangkan karena alih fungsi kawasan merupakan kewenangan pemerintah pusat sehingga tidak bisa diputuskan pada saat itu. Dan yang memuaskan saya respons dari pemerintah itu ada dan mereka berjanji akan memperjuangkannya” (Syah, 8 Maret 2012).

(16)

RTRW Kota Subulusalam ?

Draft RTRW yang dilakukan seminar di Kantor Walikota dulu, kami dari Longkib mengusulkan agar dibangunnya jaringan jalan yang menyatukan kecamatan kami dengan kecamatan lainnya karena kecamatan kami letaknya dipelosok dan jaringan jalan yang menghubungkan kecamatan kami dengan kecamatan lain hanya satu-satunya yaitu dari Buluh Dori ke Longkib, jika suatu waktu jalan itu terputus berarti kami akan terisolir, oleh karena itu suatu hal yang mendesak jaringan jalan lainnya direncanakan dibangun, namun dalam acara seminar tersebut usulan kami sudah dijawab karena dalam Draft RTRW yang dipaparkan tersebut sudah direncanakan akan dibangun jalan lingkar luar kota Subulussalam untuk mengintegrasikan wilayah subulussalam. Nama jalan lingkar itu katanya SORR

(Subulussalam Outer Ring Road) dan katanya jalan lingkar itu akan dibangun salah satu ruasnya dari kecamatan penanggalan menuju longkib. Dan tentunya kami sangat senang mendengar hal itu walaupun dibangunnya entah kapan akan tetapi yang penting sudah masuk dalam rencana tata ruang” (Sah, 8 Maret 2012).

Aspirasi berikutnya usulan dari masyarakat kecamatan Sultan Daulat yang disampaikan oleh informan Ketua PAC KNPI Sultan Daulat yang mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

20. Input yang diberikan oleh penduduk yang mewakili masyarakat Daulat pada RTRW Kota Subulusalam ?

Kami dari Kecamatan Sultan Daulat menyampaikan aspirasi bahwa kompleks perkantoran di subulussalam agar dipusatkan dalam satu kawasan saja karena dari seluruh Kecamatan yang ada di Subulussalam kecamatan kami yang letaknya terjauh dari ibukota, jika kantor pemerintah letaknya terpisah maka kami masyarakat Sultan Daulat ini agak repot jika ada urusan, uang dan waktu kami akan habis jika saja kantor pemerintahan terpencar-pencar. Akan tetapi jawaban dari konsultan penyusun dalam draft RTRW yang ada bahwa rencana perkantoran akan dilakukan pembangunan dalam satu kawasan atau berdekatan satu dengan yang lain. Kami senang sekali mendengarnya” (Ras, 8 Maret 2012).

(17)

RTRW sudah selesai karena sudah menjadi produk dokumen, proses berikutnya bukan di ranah kami lagi tetapi sudah di ranah Kantor Walikota untuk menyusun rancangan perda/qanun RTRW. Hal itu tentunya karena telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan terkait dengan tata cara penyusunan produk hukum daerah” (Ir, 9 Maret 2012).

Proses berikutnya setelah selesainya laporan/draft akhir RTRW adalah penyusunan produk hukum daerah berupa rancangan peraturan daerah/qanun RTRW. Berdasarkan peraturan yang diatur dalam Undang-Undang nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan peraturan pelaksanaannya maka setiap dokumen atau naskah sebelum ditetapkan sebagai rancangan produk hukum daerah harus diverifikasi dan dibahas oleh tim asistensi produk hukum daerah. Begitupun dengan naskah atau laporan akhir RTRW yang akan dijadikan rancangan peraturan daerah/qanun tentunya juga dibahas oleh tim asistensi tersebut. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh informan Sekretaris Daerah Kota Subulussalam masa jabatan tahun 2010 sebagai berikut:

22. Apakah laporan draft diproses oleh pihak berwenang

Waktu saya menerima surat pengantar berupa laporan akhir RTRW, maka saya langsung mendisposisikan kepada Asisten Tata Praja untuk mempersiapkan SK Walikota tentang pembentukan tim asistensi penyusunan rancangan peraturan daerah/qanun tentang RTRW, tugas tim ini membahas dan menyusun rancangan peraturan daerah/qanun tentang RTRW.” (An, 9 Maret 2012).

Proses berikutnya adalah diterbitkan Keputusan Walikota Nomor: 188.45/72/2010 tentang Pembentukan Tim Asistensi Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah/Qanun tentang RTRW pada tanggal 30 November 2010 dengan menugaskan tim untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut yaitu:

1. Melakukan penyusunan naskah awal rancangan peraturan daerah/qanun tentang RTRW dengan melibatkan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait; 2. Melakukan pembahasan dan meminta pendapat masyarakat dalam perumusan naskah awal peraturan daerah/qanun tentang RTRW untuk menjadi naskah akhir;

(18)

kerja tim asistensi secara marathon untuk menyiapkan naskah awal rancangan peraturan daerah/qanun tentang RTRW selama 21 (dua puluh satu) hari mulai dari tanggal 1 Desember sampai dengan 21 Desember 2010. Rapat kerja ini melibatkan seluruh SKPD dalam jajaran Pemerintah Kota Subulussalam. Dan pada tanggal 21 Desember 2010 naskah awal rancangan peraturan daerah/qanun tentang RTRW Kota Subulussalam telah dihasilkan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh informan Kabag Hukum Sekretariat Daerah Kota Subulussalam masa jabatan tahun 2010 sebagai berikut:

23. Berapa lama waktu yang Penyusunan naskah awal rancangan peraturan daerah/qanun tentang RTRW Kota Subulussalam disusun

Penyusunan naskah awal rancangan peraturan daerah/qanun tentang RTRW Kota Subulussalam disusun selama 3 minggu, dalam tiga minggu itu seluruh dinas bergiliran rapat kerja dengan tim asistensi untuk memberikan masukan dasar hukum maupun perumusan pasal serta ayat dalam rancangan qanun tersebut. Dan akhirnya pekerjaan panjang tersebut selesai kami lakukan dengan kerjasama semua pihak” (As, 9 Maret 2012).

Naskah telah selesai, maka berikutnya sesuai amanat Keputusan Walikota bahwa harus dilakukan pembahasan dan meminta pendapat masyarakat dalam perumusan naskah awal peraturan daerah/qanun tentang RTRW untuk menjadi naskah akhir. Rapat ini dilaksanakan pada tanggal 27 Desember 2010 di gedung serbaguna Kantor Walikota Subulussalam. Peserta yang diundang adalah tokoh masyarakat dan kelompok masyarakat yang mewakili 5 (lima) Kecamatan se Kota Subulussalam. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh informan Kabag Hukum Sekretariat Daerah Kota Subulussalam masa jabatan tahun 2010 sebagai berikut:

24. Apakah sudah final Penyusunan naskah awal rancangan peraturan daerah/qanun tentang RTRW Kota Subulussalam?

Naskah awal yang telah kami selesaikan maka langkah selanjutnya hasil naskah awal itu akan kami rumuskan kembali dengan perwakilan masyarakat di seluruh kecamatan guna meminta pendapat dan saran dari masyarakat untuk menjadi naskah akhir” (As, 9 Maret 2012).

25. Bagaimana isi Peraturan qanun tentang RTRW apakah mudah dipahami ?

(19)

tebal sekali saya jadi pusing membacanya, lagian saya juga kurang paham mengenai pasal dan ayat-ayat peraturan itu sehingga malu saya kalo bicara karena gak nyambung nanti. Waktu itu saya hanya menyampaikan hal-hal yang umum saja mengenai sanksi pidana RTRW agar jangan memberatkan masyarakat saja.” (BB, 9 Maret 2012).

Sejalan dengan tokoh masyarakat dari Kecamatan Penanggalan, Informan dari Kecamatan Rundeng juga menyatakan hal yang sama sebagai berikut:

25. Apakah isi Peraturan qanun tentang RTRW menguntungkan masyarakat?

(20)

Konteks didalam penyelenggaraan otonomi daerah, terdapat beberapa jenis perencanaan yang wajib disusun oleh pemerintah daerah antara lain adalah penyusunan rencana tata ruang dan wilayah. Efektifitas dalam implementasi rencana sangat ditentukan oleh komitmen para pemangku kepentingan yaitu masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan dan berperan aktif dalam penyusunan tata ruang dan wilayah. Masalah dapat timbul jika pada penyusunan rencana tata ruang dan wilayah tidak ada partispasi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran partisipasi masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam. Pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan tingkat partisipasi masyarakat. Data diperoleh dari informan kunci yakni responden yang terlibat dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah dengan cara wawancara mendalam, disamping itu juga dilengkapi dengan data sekunder.

Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara normatif proses penyusunan rencana tata ruang dan wilayah dengan implementasi dilapangan. Partispasi dari masyarakat ternyata hanya muncul dikarenakan adanya undangan yang diberikan oleh pemerintah sehingga terkesan bahwa wujud partisipasi hanya untuk memenuhi undangan saja. Bentuk partispasi dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Metode partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam hanya sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, karena tuntutan desentralisasi dalam otonomi daerah. Namun, partisipasi yang diharapkan tidak terwujud. Jadi supaya partisipasi itu terwujud adalah dengan menerapkan secara penuh transparansi atau keterbukaan kepada masyarakat, agar masyarakat tahu bahwa akan ada kegiatan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah.

Kata kunci : Partisipasi masyarakat, penyusunan tata ruang dan wilayah

(21)

planning which must be prepared by the lokal goverment such as the preparation of spatial and regional planning. Effectiveness in the plan implementation is vbery much determined by the commitment of stakeholders, namely the public. Community should be involved and play an active role in the preparation of spatial and regional planning. Problems can arise if there is no community participation in the preparation process of spatial and regional planning. The purpose of this qualitative study describing the level of community participation was to provide the desciption of community participation and the factors influencing the community members in the preparation of spatial and regional planning of the city of Subulussalam. The data for this qualitative study were obtained from the key informants comprising those involved in the preparation of spatial and regional planning thropugh in-depth interviews and supported by the secondary data.

The result of this study showed that there was a discrepancy between the normative process of spatial and regional planning preparation and its implementation in the field. In fact, community participation only arised because of the invitation given by the goverment that is was impressed that the existence of participation was only to attend the invitation. The form of participation was influenced by the factor of age, gender and occupation. The community participation method used in the preparation of spatial and regional planning of the city of Subulussalam as only a requirement that had to be carried out by the government, due to the demand of decentralization in the regional autonomy. But the participation as expected was not realized. Therefore, in order to materialize the participation, transparency to the community members should be fully implemented, that the community members know that the activity of the preparation of regional development planning document will take place.

(22)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas anugerah dan ridhaNya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Magister Manajemen Pembangunan Kota Universitas Sumatera Utara. Tesis ini berjudul ”Partisipasi Masyarakat dalam Proses Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam Provinsi Aceh”

Penelitian ini berangkat dari permasalahan pengaturan tata ruang yang menimbulkan dampak baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kehidupan sosial kemasyarakatan. Ditambah lagi dengan dasar pemikiran bahwa pada era otonomi daerah sekarang ini, perencanaan pembangunan khususnya perencanaan tata ruang dan wilayah mengharuskan keterlibatan masyarakat, dan diharapkan akan meningkatkan rasa kepedulian dan rasa memiliki terhadap roda pembangunan yang terus berjalan.

Pada kesempatan ini dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya dan setinggi-tinginya kepada ayahanda dan ibunda tercinta alm. H. Mohd. Idrus Sambo dan almr Hj. Anizar Ja’far serta Istri tercinta Hj. Wardiati AR, anak-anak tersayang, abang, adik serta kepada sahabat penulis terima kasih atas segala do’a, dukungan, kesabaran dan segala pengorbanannya selama ini.

(23)

dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini, serta bapak dan ibu dosen staff pengajar dan pegawai Program Studi Magister Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dan seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu sejak penelitian hingga selesainya tesis ini. Kiranya Allah SWT memberikan dan melimpahkan kasih dan sayangNya bagi mereka atas segala yang telah diperbuat untuk penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan perlu mendapatkan berbagai masukan baik yang bersifat redaksional maupun substansi, maka dari itu penulis membuka diri bagi saran-saran agar tesis ini menjadi lebih baik dan terutama agar bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Oktober 2014 Penulis,

(24)

Data Pribadi

Nama : Anasri

Tempat/Tgl .lahir : Medan/25 Mei 1966

Alamat : Jalan Pardosi No. 49 Desa Subulussalam Selatan Kec. Sp. Kiri Kota Subulussalam Prov. Aceh

Pendidikan

SD Negeri 060837 Medan, tahun 1980 SMP Negeri I Medan. tahun 1983

SMA Perguruan Nasional Khalsa Medan, tahun 1986

(25)

ABSTRCT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xii DAFTAR TABEL ... Xi BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 7 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Kajian ... 7 1.4 Tujuan Penelitian ... 8 1.5 Manfaat Penelitian ... 8 1.6 Sistematika Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...10

(26)

2.5. Model dan Skema Analisis ... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 56

3.1 Pendekatan Penelitian ... 56 3.2 Kerangka Pikir penelitian ... 57 3.3 Jenis Penelitian ... 57 3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 58 3.5 Teknik Sampling ... 60 3.6 Metode Analisis Data ... 62

BAB IV TINJAUAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN ... 64

4.1 Gambaran Umum Kota Subulussalam ... 64 4.1.1 Letak dan kondisi geografis ... 65 4.1.2 Keadaan kependudukan ... 66 4.1.3 Fasilitas wilayah /infrasktruktur ... 68 4.2 Dasar Acuan Penyusunan RTRW Kota Subulussalam ... 75 4.3 Kondisi Awal RTRW Kota Subullussalam ... 77

BAB V ANALISIS ...78

5.1 Perencanaan Partisipatif dan dalam Penyusunan RTRW Kota Subulussalam ... ...78 5.2 Temuan Lapangan Langkah-langkah dan Proses dalam

Penyusunan RTRW Kota Subulussalam ...81 5.2.1 Tahap persiapan penyusunan RTRW kota ... 82 5.2.2 Tahap pengumpulan data penyusunan RTRW kota ... 83 5.2.3 Tahap pengolahan dan analisis data penyusunan

(27)

Rencana Penyusunan RTRW Kota Subulussalam ... 92 5.3.1 Partisipasi masyarakat dalam tahap persiapan

Penyusunan RTRW ...92 5.3.2 Partisipasi masyarakat dalam tahap pengumpulan Data

Penyusunan RTRW Kota ...95 5.3.3 Partisipasi masyarakat dalam tahap Analisis Data dan

Tahap Perumusan RTRW Kota ...100 5.3.4 Partisipasi masyarakat dalam tahap Ranperda RTRW

Kota ...106 5.4 Pembahasan Mengenai Partisipasi masyarakat dalam proses

Penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota ... 110 5.4.1 Partisipasi masyarakat dalam tahap persiapan

penyusunan RTRW ...111 5.4.2 Partisipasi masyarakat dalam tahap pengumpulan data

/informasi penyusunan RTRW kota ...113 5.4.3 Partisipasi Masyarakat dalam tahap Analisis Data dan

tahap perumusan konsep RTRW Kota ... 115 5.4.4 Partisipasi masyarakat dalam tahap Penyusunan

rancangan peraturan daerah / qanun tentang

RTRW ...117

BAB VI Kesimpulan dan Saran ...119 6.1 Kesimpulan ... 119 6.2 Saran ... ... 122

(28)

No. Judul Halaman

2.1 Definisi Partsipasi dari Para Ahli ... 13 3.1 Penetapan Informan Berdasarkan infromasi yang dicari ... 61 4.1 Pembagian wilayah administrasi Kota Subulussalam ... 65 4.2 Jumlah Penduduk, Kepadatan dan Laju Pertumbuhan Penduduk di

Kota Subulussalam Tahun 2012 ...67 4.3 Panjang Jalan Menurut Status di Kota Subulussalam Tahun

2004-2012 (Km) ...69 4.4 Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kota Subulussalam

Tahun 2008-2012 (Km) ... 69

4.5 Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Subulussalam Tahun 2008-2012 (Km) ...

70

4.6 Statistik Perbankan di Kota Subulussalam 2012 ... 71 4.7 Jumlah Hotel dan Restoran/Rumah Makan di Kota Subulussalam

Tahun 2007-2011 ... 69 4.8 Tempat Wisata dan Jarak dari Ibukota di di Kota Subulussalam

2012 ...73 4.9 Produksi Listrik, Listrik Terjual, Susut dan Jumlah Pelanggan

Listrik di PT. PLN Kantor Cabang Subulussalam

Tahun 2018-2012 ...74 4.10 Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan di Kota

(29)

2.1 A Ladder of Citizen Participation oleh Sherry Arnstein ... 34 2.2 A Ladder of Citizen Empowerment oleh Burns, dkk ... 39 2.3 Model dan Skema Analisis Partisipasi Masyarakat Dalam Proses

(30)

No. Judul Halaman

(31)

sangat ditentukan oleh komitmen para pemangku kepentingan yaitu masyarakat. Masyarakat harus dilibatkan dan berperan aktif dalam penyusunan tata ruang dan wilayah. Masalah dapat timbul jika pada penyusunan rencana tata ruang dan wilayah tidak ada partispasi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran partisipasi masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam. Pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan mendeskripsikan tingkat partisipasi masyarakat. Data diperoleh dari informan kunci yakni responden yang terlibat dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah dengan cara wawancara mendalam, disamping itu juga dilengkapi dengan data sekunder.

Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara normatif proses penyusunan rencana tata ruang dan wilayah dengan implementasi dilapangan. Partispasi dari masyarakat ternyata hanya muncul dikarenakan adanya undangan yang diberikan oleh pemerintah sehingga terkesan bahwa wujud partisipasi hanya untuk memenuhi undangan saja. Bentuk partispasi dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan. Metode partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam hanya sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, karena tuntutan desentralisasi dalam otonomi daerah. Namun, partisipasi yang diharapkan tidak terwujud. Jadi supaya partisipasi itu terwujud adalah dengan menerapkan secara penuh transparansi atau keterbukaan kepada masyarakat, agar masyarakat tahu bahwa akan ada kegiatan penyusunan dokumen perencanaan pembangunan daerah.

Kata kunci : Partisipasi masyarakat, penyusunan tata ruang dan wilayah

(32)

ABSTRACT

In the context of regional autonomy implementation there are several kinds of planning which must be prepared by the lokal goverment such as the preparation of spatial and regional planning. Effectiveness in the plan implementation is vbery much determined by the commitment of stakeholders, namely the public. Community should be involved and play an active role in the preparation of spatial and regional planning. Problems can arise if there is no community participation in the preparation process of spatial and regional planning. The purpose of this qualitative study describing the level of community participation was to provide the desciption of community participation and the factors influencing the community members in the preparation of spatial and regional planning of the city of Subulussalam. The data for this qualitative study were obtained from the key informants comprising those involved in the preparation of spatial and regional planning thropugh in-depth interviews and supported by the secondary data.

The result of this study showed that there was a discrepancy between the normative process of spatial and regional planning preparation and its implementation in the field. In fact, community participation only arised because of the invitation given by the goverment that is was impressed that the existence of participation was only to attend the invitation. The form of participation was influenced by the factor of age, gender and occupation. The community participation method used in the preparation of spatial and regional planning of the city of Subulussalam as only a requirement that had to be carried out by the government, due to the demand of decentralization in the regional autonomy. But the participation as expected was not realized. Therefore, in order to materialize the participation, transparency to the community members should be fully implemented, that the community members know that the activity of the preparation of regional development planning document will take place.

(33)

1.1. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dalam proses pembangunan. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan pembangunan itu sendiri lebih besar daripada sumber daya yang tersedia. Melalui perencanaan dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia serta mengembangkan potensi yang ada (Kartasasmita, 1997:49).

Dari sekian banyak produk perencanaan yang diperlukan dalam pembangunan wilayah dalam penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana dikemukakan diatas, salah satu penyusunan perencanaan yang penting menjadi perhatian pemerintah daerah adalah menyusun perencanaan penataan ruang wilayah.

(34)

Undang-undang Nomor 8 Tahun 2007 mengatur tetang pembentukan Kota Subulussalam diamanatkan dalam pasal 6 Ayat (1) dan Ayat (2) menyebutkan bahwa Pemerintah Kota Subulussalam berkewajiban menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah sesuai dengan peraturan perudangan-undangan. dan Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam serta memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota disekitarnya.

Kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah Kota Subulussalam ini dimulai pada bulan Januari 2008. Draft laporan akhir penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam selesai dikerjakan oleh PT. Hegar Daya Engineering & Management Consultant pada bulan Januari 2009. Proses berikutnya, setelah penyelesaian draft akhir rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam maka terhadap draft tersebut dilakukan konsultasi publik oleh PT. Hegar Daya Engineering & Mana-gement Consultant pada bulan 15 Maret tahun 2009 di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kota Subulusssalam.

(35)

Draf yang terkandung dalam penataan ruang itu belum seluruhnhya ideal dan belum mengakomodir kepentingan masyarakat, kemudian validitas datanya banyak yang kurang akurat karena dalam draft tersebut banyak data-data yang sudah tidak up to date dan kurang valid digunakan sehingga analisa menjadi kurang baik, hal ini kiranya dapat dimaklumi karena dengan baru terbentuknya Kota Subulussalam data-data kewilayahan di Kota Subulussalam memang sangat sulit didapatkan dan harus melakukan pengolahan data dari Kabupaten Induk (Aceh Singkil). Disamping itu, dasar penyusunan RTRW ini juga masih menggunakan Undang-Undang yang lama yaitu Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 sedangkan saat konsultasi publik dilakukan telah berlaku Undang Penataan Ruang yang baru yaitu Undang-Undang 26 Tahun 2007 sehingga para pihak dalam konsultasi publik tersebut memandang Draft akhir RTRW ini perlu untuk disempurnakan kembali” (Has, 26 Juni 2010).

(36)

sementara penetapan kawasan hutan SM Rawa Singkil baru dilakukan pada tahun 1990-an. Oleh karena itu, alih fungsi kawasan ini mendesak perlu dituangkan dalam RTRW karena masyarakat di wilayah Rundeng sudah sangat lama terpenjara oleh penetapan sepihak pemerintah terhadap kawasan hutan tersebut” (ZB, 26 Juni 2010).

Pendapat senada juga dinyatakan oleh Ketua DPRK Subulussalam masa jabatan (2008-2009) yang mengatakan sebagai berikut: menurut pandangan saya, ada beberapa hal yang kurang sesuai dalam draft penataan ruang tersebut, Pertama,

aturan penyusunan RTRW ini masih menggunakan aturan lama dimana skala peta dalam aturan lama belum ditentukan sedangkan dalam aturan baru skala peta untuk RTRW daerah Kota skala petanya harus 1:25.000 sehingga draft ini tidak sesuai dengan aturan. Kedua, dalam penataan kawasan perdagangan dan rencana pembuatan jalan lingkar (ring road) dimana lokasi rencana yang dibuat menurut saya kurang ekonomis, karena lokasinya sangat jauh dengan pusat kota sekarang. Saya khawatir nanti ketika rencana ini jadi diterima, kita sulit mengarahkan masyarakat kita kesana karena jauh dijangkau masyarakat. Disamping itu, saya melihat dalam draft perencanaan tata ruang itu, pemetaan jaringan jalan yang dibuat kurang mampu menjawab kelancaran pembuakaan-pembukaan wilayah baru, sehingga saya berpendapat beberapa konsep dan kebijakan dalam draft ini harus direvisi dan disempurnakan (AI, 15 Juni 2010)

(37)

tersebut belum mengakomodir tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Disamping itu, draft yang dihasilkan tersebut dalam penyusunannnya cenderung bersifat

‘Mechanistic Planning Model”.

Pendekatan ‘Mechanistic Planning Model’ cenderung lebih dekat dengan pendekatan top down dalam perencanaan program pembangunan dimana dalam penyusunan rencana pembangunan dilaksanakan berdasarkan instruksi dari atas tanpa melihat kondisi dan kebutuhan masyarakat, sebagaimana yang diungkapkan Ndraha (1997:97-98) bahwa pelaksanaan pembangunan dengan pola tersebut telah menimbulkan dampak yang buruk terhadap proses pembangunan di masa lalu yang mengakibatkan partisipasi masyarakat tidak dapat ditingkatkan secara nyata serta pendekatan yang dilakukan tidak dapat terlaksana secara efektif. Karena dengan pola

top down yang diterapkan segala sesuatu yang ada pada masyarakat tampak seolah-olah sama dan seragam, tidak dapat melihat perbedaan dan kebutuhan lokal, yang pada akhirnya mengakibatkan rakyat tidak mampu memperoleh dan memanfaatkan layanan yang ada sehingga hasil pembangunan menjadi sia-sia.

(38)

menyepakati untuk kembali melakukan penyempurnaan dan Revisi RTRW Kota Subulussalam.

Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah merupakan sebuah dokumen perencanaan yang masa berlakunya memiliki durasi waktu sangat panjang ± 20 tahun dan mengikat masyarakat luas. Penyusunan RTRW Kota Subulussalam harus dibuat berdasarkan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat cenderung sering diabaikan dalam penyusunan rencana tata ruang dan wilayah.

Minimnya partisipasi masyarakat akan berpotensi menimbulkan permasalahan, hal ini seperti yang dikemukakan (Darmono: 2004:24) yaitu penyusunan rencana tata ruang dan wilayah yang tidak melibatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan banyak menimbulkan konflik seperti di daerah Babakan Siliwangi, dan Mesuji (Lampung). Rencana tata ruang dan wilayah mengalami masalah merupakan suatu pembelajaran bagi masyarakat disana dan bagi masyarakat didaerah lain yang penyusunan rencana tata ruang dan wilayah tidak ikut melibatkan pertisipasi masyarakatnya.

(39)

bahwa tahapan-tahapan lainnya dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Subulussalam telah dilakukan pelibatan partisipasi masyarakat.

Proses penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Subulussalam berkaitan dengan hal diatas, maka perlu diteliti dan dikaji lebih mendalam dari seluruh tahapan-tahapan penyusunan tata ruang untuk menemukan bagaiamana partisipasi masyarakat yang sesungguhnya.

1.2 Perumusan Masalah

Partipasi masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan tata ruang wilayah menjadi sangat penting. Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat maka rencana tata ruang yang dihasilkan semakin berhasil dalam proses mencapai masyarakat yang sejahtera. Adapun permasalahan penelitian yang penting untuk diselesaikan adalah bagaimana bentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang wilayah Kota Subulussalam.

1.3 Ruang lingkup dan Batasan Kajian

(40)

1.4 Tujuan Penelitian

Bertitik tolak dari fokus permasalahan yang ditetapkan tersebut, tujuan penelitian ini adalah menemukan bentuk partisipasi dan tingkat partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang dan wilayah Kota Subulussalam.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti secara akademis dan praktis, yaitu:

1. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala Ilmu Teknik Arsitektur, khususnya Jurusan Manajemen Pembangunan Kota berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang.

2. Secara praktis, bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kota Subulussalam dan Dewan Perwakilan Rakyat Kota Subulussalam berkaitan dengan partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan rencana tata ruang.

1.6 Sistematika Pembahasan

(41)

Bab I Pendahuluan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah ruang lingkup dan batasan kajian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab II Tinjauan pustaka memuat partisipasi masyarakat, Jenis dan Bentuk Partisipasi Masyarakat, Tingkat atau Jenjang Partisipasi Masyarakat, Rencana Tata Ruang dan Partisipasi Masyarakat, Model dan Skema analisis.

Bab III Metode penelitian memuat pendekatan penelitian, kerangka pikir penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik sampling dan metode analisis.

Bab IV Tinjauan Umum Lokasi Penelitian berisikan gambaran umum Kota Subulussalam, Dasar Acuan Penyusunan RTRW Kota Subulussalam, Kondisi awal RTRW Kota Subulussalam.

Bab V Analisis berisikan perencanaan Partisipatif dalam Penyusunan RTRW Kota Subulussalam, langkah-langkah dan proses dalam Penyusunan RTRW Kota Subulussalam, Partisipasi Masyarakat dalam Proses penyusunan RTRW Kota Subulussalam, Pembahasan Mengenai Partisipasi Masyarakat dalam proses Penyusunan Rencana Tata Ruang dan wilayah Kota Subulussalam.

(42)

TINJAUAN PUSTAKA

Bab II ini merupakan analisa berkaitan dengan teori. Adapun teori yang dianalisa adalah mengenai partisipasi masyarakat; jenis dan bentuk partisipasi; tingkat dan jenjang partisipasi.

2.1 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi dalam beberapa hal tidak dapat timbul begitu saja dalam diri

masyarakat. Partisipasi malah sering diartikan sebagai bentuk mobilisasi dengan

pendekatan pembangunan yang dirancang dari atas. Dalam kondisi ini, maka makna

partisipasi menjadi pasif atau tidak berasal dari dalam diri masyarakat, tapi berasal

dari luar dirinya.

Uphoff (1986) dalam Cohen (1988:500) bahwa paradoks sering mendorong

salah satu partisipasi adalah bahwa dalam mempromosikan pembangunan dari bawah

(bottom-up planning) justru sering pula membutuhkan upaya dari atas, hal ini terlihat

dalam wacana yang menggunakan pendukung atau promoter yang direkrut, dilatih

dan ditempatkan di lapangan dari pusat untuk bekerja dengan penduduk pedesaan dan

(43)

Partisipasi tidak menjadi tidak penting, namun justru adalah unsur yang sangat signifikan, baik sebagai tujuan ataupun alat (means). Pusic dalam Adi (2001:206-208) menyatakan bahwa perencanaan di desa tanpa memperhitungkan partisipasi masyarakat hanya akan menjadi perencanaan di atas kertas. Lebih lanjut diungkapkan Mendoza (1981) dalam Korten dan Alfonso (1981:vii), “The need to participate, to participate fully, is a very basic and fundamental need” (Kebutuhan untuk berpartisipasi secara penuh adalah kebutuhan yang paling mendasar dan utama). Dalam konteks ini perlu pemenuhan kebutuhan untuk berpartisipasi.

Defenisi partisipasi belakangan ini, dalam pembangunan sering ditemukan dalam proyek dan program pembangunan, sebagai sarana penguatan relevansi, kualitas serta kesinambungannya. Dalam sebuah pernyataan yang berpengaruh, Kelompok Kajian Bank Dunia (1995) mengenai partisipasi (Gaventa, 2001:5) mendefenisikan “partisipasi sebagai proses dimana para pemilik kepentingan (stakeholders) mempengaruhi dan berbagi pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan serta sumber daya yang berdampak pada mereka.

Terkait dengan pemahaman bahwa partisipasi memiliki makna yang berbeda sesuai situasi atau konteksnya, maka Schneider (1995:11) berpendapat bahwa:

Although the need for more popular participation inthe development process

generally acknowledged, the concept of participation has been given different

meanings in different situations. Increasingly, however, it is accepted that genuine

participation should embody some form of empowerment of the population especially

(44)

involved throughout project or programme cycle, from the design stage through

monitoring evaluation.

Kebutuhan untuk lebih memperkenalkan partisipasi walaupun dalam proses pembangunan sudah diketahui secara umum, konsep partisipasi memiliki arti yang berbeda dalam situasi yang berbeda, namun demikian hal yang diterima sebagai partisipasi asli adalah merupakan perwujudan dari pemberdayaan masyarakat terutama partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi yang asli berarti bahwa semua orang harus dilibatkan dalam proyek atau program, dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai kepada monitoring dan evaluasi.

Defenisi partisipasi asli menurut Schneider tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep partisipasi tidak dapat diartikan secara baku, makna partisipasi itu seringkali kabur. Namun akhirnya yang diterima sebagai partisipasi yang “genuine” atau asli adalah partisipasi yang merupakan perwujudan dari “empowerment of population”

atau pemberdayaan masyarakat, terutama partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Hal tersebut tentu saja mengandung konotasi politik, karena jelas bahwa partisipasi memiliki hubungan atau terkait dengan demokrasi.

(45)

dasarnya dilakukan berdasarkan sistem egaliter, dimana masing-masing pihak berusaha saling melengkapi tanpa merasa menjadi yang super power.

Defenisi menurut Mubyarto (1988:35) bahwa partisipasi sebagai kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai kemampuan setiap orang tanpa berarti mengorbankan diri. Pendapat ini menyatakan bahwa partisipasi yang dilakukan masyrakat tidak harus dilakukan pada tingkat (level) yang sama oleh para anggotanya dan merupakan suatu hal yang tidak dipaksakan atau bersifat sukarela. Partisipasi yang baik hanya akan timbul apabila pada awalnya muncul kesadaran pada diri individu-individu masyarakat untuk ikut mengembangkan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya. Defenisi partisipasi dari sekian banyak pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan dan mungkin persamaan dalam pandangan yang dikemukakan mengenai partisipasi. Pada Tabel 2.1 sebagai berikut akan diuraikan lebih lanjut defenisi para ahli mengenai konsep partisipasi sebagai upaya untuk mengkaji lebih dalam defenisi dan makna partisipasi masyarakat.

Tabel 2. 1 Definisi Partisipasi Dari Bebarapa Ahli

No. Ahli Defenisi

1. The redistribution of power that enables “have-nots” excluded in the political and economic processes to deliberately be included in the future.

2. The conception of empowerment:the ability to make decisions that control your own future.

(pembagian kekuasaan yang memungkinkan

masyarakat untuk ikut serta dalam proses politik dan ekonomi untuk terlibat dalam penentuan masa depan dan konsep pemberdayaan sebagai upaya

(46)

Tabel 2. 1 (lanjutan)

2. Cohen & Uphoff (1997)

Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan

(perspective). Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam mengimplementasi kan program, serta menikmati keuntungan dari program tersebut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka.

3. Santoso S.

Hamidjoyo dalam Sastropoetro (1988:51),

Partisipasi berarti turut memikul beban pembangunan, menerima kembali hasil pembangunan dan

“ as mental and emotional involvement of a person in a group situation which encourages him to contribute to group goal and share responsibility in them ”

(sebagai keterlibatan mental dan emosional seseorang di dalam sebuah situasi kelompok yang mana

mendorong untuk berkontribusi pada tujuan kelompok dan merasa bertanggungjawab di dalamnya).

5. Paul (dalam Priyono 1996:133)

“….. partisipasi menjadi sebuah proses yang aktif dimana penerima mamfaat mempengaruhi arah dan menentukan proyek-proyek pembangunan

dibandingkan dengan hanya menerima manfaat dari proyek.”

6. Ida (2002:23) Kontribusi masyarakat dalam mewujudkan partisipasi memiliki 4 unsur utama yaitu:

1. ada inisiatif dari masyarakat 2. usaha-usaha yang terorganisir

3. adanya sumber daya yang luas yang harus dipertahankan

4. adanya upaya untuk mengontrol kebijakan 7. In Young Wang

(47)

Tabel 2. 1 (lanjutan)

No. Ahli Defenisi

8. Tim Peneliti FIKB (2002:6)

“secara umum partisipasi dapat dipahami serang-kaian kegiatan yang dilakukan oleh warga negara dalam rangka mempengaruhi proses pembuatan kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah”. Perwujudan partisipasi dapat dilakukan baik secara individu atau berkelompok, bersifat spontan atau terorganisir, secara berkelanjutan atau sesaat serta dengan cara damai atau kekerasan.

9. Thoha dikutip oleh Tim FIKB (2002:6)

Bahwa dilihat dari sifatnya, partisipasi dibedakan dalam dua jenis yaitu:

1. Partisipasi otonom /mandiri yaitu suatu bentuk partisipasi yang lahir dari kesadaran masyarakat untuk mempengaruhi kebijakan publik.

2. Partisipasi mobilisasi, termasuk di dalamnya partisipasi seremonial yaitu bentuk partisipasi yang yang digerakkan oleh orang atau kelompok tertentu, umumnya negara berkembang dilakukan oleh kelompok elit, bukannya berangkat dari kesadaran masyarakat.Sedangkan partisipasi seremonial adalah bentuk seperti partisipasi dalam pemilihan umum.

10. James Midgley (1986:8)

Participation …… strengthens the capacities of individual and communities to mobilize and help themselves.

Partisipasi merupakan upaya memperkuat kapasitas individu & masyarakat untuk mendorong mereka menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi. 11. Makmur (2003:48) Partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan

secara sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.

12. Supriyadi dalam Makmur (2003:58)

Bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibedakan ke dalam 4 (empat) cara meliputi:

1. Partisipasi yang timbul akibat pengerahan pemerintah secara dominan,

2. Partisipasi yang timbul akibat pengerahan pemerintah dan masyarakat,

3. Partisipasi yang timbul akibat pengerahan pemerintah dan organisasi kemasyarakatan, 4. Partisipasi yang timbul secara sendirinya yang

(48)

Tabel 2. 1 (lanjutan)

No. Ahli Defenisi

13. FAO dalam Mikkelsen (2001:64)

1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari

masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan.

2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan.

3. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan meng- gunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. 4. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara

masyarakat setempat degan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar memperoleh informasi mengenai konteks local dan dampak-dampak sosial.

5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela masyarakat dalam perubahan ditentukan sendiri.

6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan 14. Gordon Allport

dalam Sastropoetro (1988:510

Partisipasi adalah keterlibatan ego atau diri

sendiri/pribadi/personalitas (kejiwaan) lebih daripada

(49)

Tabel 2. 1 (lanjutan)

Partisipasi sebagai proses dimana para pemilik kepentingan (stakeholders) mempengaruhi dan berbagai pengawasan atas inisiatif dan keputusan pembangunan serta sumber daya yang berdampak pada mereka.

Dari sudut pandang ini, partisipasi terlihat pada tataran konsultasi atau pengambilan keputusan dalam semua tahapan siklus proyek, dari evaluasi kebutuhan, sampai penilaian, implementasi, pemantauan dan evaluasi. 19. Okley (1991:1-10) 1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu

intepretasi dominan dari partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai suatu keterlibatan secara sukarela /bentuk kontribusi lain dari masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek pembangunan. 2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai

dengan perdebatan yang panjang di antara para praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai instrumen yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan bahwa perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk organisasional sebagai sarana bagi

partisipasi, seperti organisasi yang biasa dibentuk atau organisasi yang muncul dan dibentuk

sebagai hasil dari adanya proses partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi masyarakat dapat melakukannya melalui beberapa dimensi yaitu:

a. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan), b. Sumbangan materi (dana, barang, alat), c. Sumbangan tenaga (bekerja /memberi kerja), d. Memanfaatkan/melaksanakan pembangunan. 3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, merupakan

latihan pemberdayaan masyarakat desa, meskipun sulit untuk didefenisikan, tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk memutuskan dan ikut terlibat dalam pembangunan.

(50)

Partisipasi menurut uraian tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa, pertama,

partisipasi memang merupakan sebuah konsep yang problematis dan memiliki banyak makna dan dimensi, tergantung kepada situasinya, atau dari sudut mana memandangnya, namun partisipasi yang asli adalah merupakan perwujudan dari pemberdayaan masyarakat terutama partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi yang asli berarti bahwa semua orang harus terlibat dalam proyek atau program, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring sampai evaluasi.

Kedua, dilihat dari perkembangannya partisipasi tidak lagi diasumsikan sebagai pemberian kontribusi berupa uang atau sarana masyarakat secaraa sukarela, tetapi lebih ditekankan pada pengembangan kapasitas masyarakat yang didalamnya terdapat unsur pengambilan keputusan terhadap kebijakan yang mempengaruhi masa depan masyarakat itu sendiri.

(51)

Participation (2002) yang menyatakan bahwa pelibatan masyarakat dilihat melalui ada atau tidak adanya:

a. Information: The least you can do is tell people what is planned.

(Pemberian Informasi: paling tidak adanya pemberitahuan kepada masyarakat tentang hal yang direncanakan).

b. Consultation: You offer a number of options and listen to the feedback you get.

(Konsultasi: Penawaran beberapa pilihan dan mendengarkan jawaban/respon dari masyarakat).

c. Deciding together: You encourage others to provide some additional

ideas and options, and join in deciding the best way fordward.

(Pengambilan keputusan:mendorong masyarakat terhadap ide baru dan pilihan setelah itu memutuskan langkah selanjutnya yang terbaik).

d. Acting together:they form a partnership to carry it out.

(Bertindak bersama secara bekerja sama melaksanakan keputusan tersebut).

e. Supporting independent community initiatives: You help others do what they want perhaps within a framework or grants, advice and support

provided by the resource holder.

(52)

keterlibatan masyarakat dapat dilakukan melalui “konsultasi, kehadiran dan keterwakilan masyarakat dan pengaruh dari masyarakat”. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Consultation

It involves getting the state to listen directly to citizens needs and demands.

The state may provide mechanisms for these consultation or in cases where

the state is not pre-disposed to participatory measures, citizens may assert

their right to be heard and claim or create space for participation, for

example, through protest to mass mobilization. For consultation to be

effective, though, its outputs need to be taken up and listened to by those

with the power to act on them. It is, therefore, most effective when done in

an interactive manner and in an environment of genuine dialogue and

information sharing.

(53)

2. Presence and Representation

Citizens have on going to decision making processes and are able to

engage beyond a mere presentation og needs and concerns. At this point,

citizens are able to negotiate with government for better plans, solution and

proceedures. With presence and representation, government not only listen

but starts to actually work with citizens.

Kehadiran dan Keterwakilan, masyarakat seharusnya mempunyai akses terhadap pengambilan keputusaan dalam menentukan kebutuhan masyarakat, disini warga masyarakat dapat bernegosiasi dengan pemerintah dalam perencanaan yang lebih baik, pemecahan masalah dan pelaksanaan. Dengan kehadiran dan keterwakilan, pemerintah tidak hanya mendengarkan tetapi juga awal kerjasama dengan masyarakat).

3. Infuence

Influence occurs when citizens demands actually find their way into

policies, programs and service delivery. Influence is visible when

government begins to act on such demands and begins producing actual

outputs. The challenge for citizens, then, to remain vigilant so that

commitments undertaken by governments are fulfilled and carried out in a

transparant manner.

(54)

Pengaruh; dapat dilihat ketika keinginan masyarakat dapat terwujud dalam kebijakan, program dan pelayanan masyarakat, hal ini dapat dilakukan ketika pemerintah mulai menghasilkan keluaran yang nyata. Tantangan untuk masyarakat untuk tetap waspada bahwa komitmen tersebut di bawah kekuasaan pemerintah dan tidak dipublikasikaan.)

Partisipasi masyarakat dari uraian di atas dapat ditarik benang merah bahwa partisipasi masyarakat merupakan hak warga negara untuk dapat menerima informasi, dalam melakukan konsultasi dan untuk berperan serta aktif dalam proses pengambilan keputusan serta kewenangan kontrol terhadap kebijakan yang mempengaruhi kehidupannya.

Ada banyak alasan mengapa partisipasi menjadi penting dalam pembangunan, baik itu kita berbicara mengenai pembangunan sosial, politik, ekonomi, dan sebagainya dalam kerangka organisasi ataupun masyarakat di tingkat manapun. Partisipasi menjadi sangat penting dalam menjamin keberhasilan dan keberlanjutan suatu program pembangunan, jika saja partisipasi masyarakat benar ada dalam proses itu secara menyeluruh.

Conyers (1991:154-155) menyatakan ada 3 (tiga) alasan utama mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting yaitu:

(55)

2. Bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaan, karena mereka akan lebih mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut. 3. Timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat

dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Dapat dirasakan bahwa merekapun mempunyaihak untuk turut memberikan saran (urun rembug) dalam menentukan jenis pembangunan yang akan dilaksanakan di daerah mereka, hal ini selaras dengan konsep man centered development (suatu pembangunan yang dipusatkan pada kepentingan manusia) yaitu jenis pembangunan yang lebih diarahkan demi perbaikan nasib manusia dan tidak sekedar sebagai alat pembangunan itu sendiri”. Partisipasi masyarakat berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa partisipasi masyarakat tidak hanya dilakukan melalui keterlibatan dalam program/proyek pembangunan, tetapi lebih merupakaan hak dari setiap warga negara, hal ini didukung oleh pandangan yang ada dalam Citizen Participation in Governance (IDS, 2002) bahwa:

Participation is a right, the right to participate in governance is seen as a

premise rather than a favor bestowed by government. Direct citizen participation in

governance promotes a healthy democracy because it enhances active citizenship and

government responsiveness in way far more effective than traditional forms of

(56)

Partisipasi hendaknya diletakkan pada posisi yang proporsional dan sesuai dengan hakikatnya pada masyarakat dalam suasana keberdayaan yang aktif, bukan secara pasif, apalagi sampai dimobilisasi oleh outsider stakeholders. Lebih jelasnya dapat disimak dari pernyataan Uphoff dalam Carnea (1988:500) yang menyatakan salah satu paradoks dalam mendorong partisipasi adalah bahwa dalam mempromosikan pembangunan dari bawah (bottom up planning), justru sering pula membutuhkan upaya dari atas. Hal ini terlihat dalam wacana yang menggunakan pendukung atau promotor yang direkrut, dilatih dan ditempatkan di lapangan dari pusat untuk bekerja dengan penduduk pedesaan dan mengembangkan kapasitas organisasi di antara mereka.

Menciptakan partisipasi sebagaimana yang diharapkan, juga memerlukan adanya hubungan timbal balik yang koperatif antara masyarakat dengan outsider stakeholder (dalam hal ini tentunya pemerintah). Uphoff dalam Cernea (1988:498) menekankan keharusan pemerintah untuk menghilangkan sikap paternalistik atau ketergantungan masyarakat dan memberikan kesempataan kepada masyarakat untuk mengambil alih tanggung jawab pembangunan, sehingga penduduk memperoleh kemampuan tawar menawar. Disisi lain masyarakat juga harus bersifat terbuka dan bersedia menerima perubahan sebagai hasil dari proses pembangunan.

Gambar

Gambaran Umum Kota Subulussalam ........................................ 64
Tabel 2. 1 Definisi Partisipasi Dari Bebarapa Ahli
Tabel 2. 1 (lanjutan)
Gambar 2.1 A Ladder Of Citizen Participation Oleh Sherry Arnstein
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, bahwa dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah kota pematangsiantar tidak ada membentuk tim penyusun rtrw kota karena

Sebagai I mplementasi dari kerjasama tersebut maka pada lanjutan dari proses penyusunan Evaluasi dan Revisi RTRW Kota Batu ini disampaikan naskah Laporan Rencana

20 Penyesnaiatr unn.nalhis d k.dolam i n dara yanS dikuopulkandalan prnyusuMi RTRW Prclinsi dan Klbupaten/kora u nruk pe f, y6u natr RTRW Pov ins i, mengsumlatr

Dapat disimpulkan bahwa metode partisipasi masyarakat dalam penyusunan rencana umum tata ruang Kota Pati, baru merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

Keluaran dari pekerjaan Penyusunan Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kutai Timur Tahun 2015-2035 adalah tersusunnya dokumen yang berisi kompilasi data, pengolahan

Note: Peta Dasar Skala Besar yang dibutuhkan untuk penyusunan RDTR berdasarkan Permen PU No.. Kesiapan Data dan Informasi

Hasil perhitungan tabulasi silang antara faktor eksternal dengan bentuk partisipasi masyarakat pada tahap Penjaringan Aspirasi Masyarakat I, tahap Penjaringan

Rencana Kawasan Lindung Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan RTRW Kabupaten membagi kawasan lindung menjadi: 1 Kawasan hutan lindung; 2