• Tidak ada hasil yang ditemukan

Temuan Lapangan Partisipasi Masyarakat dalam Proses dalam Penyusunan RTRW Kota Subulussalam

BAB VI Kesimpulan dan Saran 119 6.1 Kesimpulan

TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.3 Temuan Lapangan Partisipasi Masyarakat dalam Proses dalam Penyusunan RTRW Kota Subulussalam

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Subulussalam, peran masyarakat harus terlibat dalam seluruh proses dimulai dari tahap persiapan sampai pada tahap pengesahan, untuk itu, pemerintah Subulussalam harus selalu melibatkan representasi masyarakat.

5.3.1 Partisipasi masyarakat dalam tahap persiapan penyusunan RTRW

Pekerjaan penyusunan RTRW berdasarkan data temuan lapangan bahwa Pekerjaan penyusunan RTRW ini pada proses lelang pengadaan barang dan jasa dimenangkan oleh PT. Arun Prakasa Utama Konsultan, dimana setelah penunjukan selaku pelaksana pekerjaan dan penandatatanganan kontrak kerja maka konsultan pelaksana segera melakukan pekerjaan berdasarkan tahapan-tahapan sesuai ketentuan yang berlaku.

Tahapan dalam proses penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Subulussalam, diawal dilakukan pekerjaan tahapan persiapan penyusunan RTRW. Pada tahap persiapan penyusunan RTRW ini tahapan tidak melibatkan partisipasi masyarakat karena banyak menyangkut hal-hal yang bersifat teknis antara Dinas PU

tahapan persiapan penyusunan RTRW dimulai dengan pemahaman terhadap kerangka acuan kerja, penyiapan rencana anggaran dan biaya, kajian awal data sekunder, persiapan teknis (penyiapan data awal, perumusan metodologi, penyusunan rencana kerja rinci dan penyiapan perangkat survey) serta pemberitaan penyusunan RTRW, hal ini sebagaimana dijelaskan informan konsultan pelaksana pekerjaan PT. Arun Prakasa Utama yang menyatakan sebagai berikut: “Tahapan dalam penyusunan RTRW seluruhnya secara garis besar sebanyak 5 tahapan, tahapan yang paling awal adalah tahap persiapan. Dalam tahap ini memang kami selaku konsultan tidak melibatkan masyarakat karena tahap ini aktivitasnya banyak berhubungan dengan rapat-rapat kerja dengan Pengguna Anggaran dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan di Dinas Pekerjaan umum”. (J, 6 Maret 2012).

Sejalan dengan pernyataan informan konsultan pelaksana, bahwa pelibatan partisipasi masyarakat pada tahapan ini tidak dilakukan juga dikemukakan oleh informan Kepala Dinas Pekerjaan Umum masa jabatan tahun 2010 sebagai berikut: Tahap persiapan, kami selaku pengguna anggaran bersama Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan melakukan upaya-upaya persiapan kegiatan melalui rapat-rapat pemahaman terhadap KAK dan meminta konsultan untuk memaparkan rencana rinci pekerjaaannya kedepan. Hal ini kami lakukan agar konsultan pelaksana tidak salah dalam pelaksanaan pekerjaaannya. Kalau pelibatan masyarakat dalam tahap ini memang tidak kami libatkan karena tahap ini berhubungan dengan kerangka pekerjaan dan kerangka pendanaan yang sangat teknis sehingga tidak perlu melibatkan masyarakat.” (Ir, 6 Maret 2012).

Keterlibatan atau partisipasi dengan demikian, masyarakat dalam tahap persiapan penyusunan RTRW tidak terjadi dan masyarakat dalam tahap ini pasif

dalam berpartisipasi. Namun demikian, walaupun masyarakat tidak diberikan ruang untuk berpartisipasi dalam tahap ini, akan tetapi masyarakat berhak memperoleh informasi atau pemberitaan terhadap adanya kegiatan penyusunan RTRW.

Adapun informasi yang diterima masyarakat mengenai adanya kegiatan penyusunan RTRW bersumber dari berita-berita yang dimuat diberbagai media massa baik koran maupun surat kabar. Berita-berita tersebut baik di surat kabar atau koran tentang adanya penyusunan RTRW Kota Subulussalam membuka informasi kepada masyarakat bahwa penyusunan RTRW telah dimulai dilakukan. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan dari LSM Kapur Kecamatan Simpang Kiri berikut ini:

Kota Subulussalam yang saya ketahui bahwa pada waktu itu, di Kota Subulussalam telah mulai melakukan penyusunan RTRW dari berita-berita beberapa harian koran lokal. Ketika informasi ini kami baca pada waktu itu, tentu hal yang menarik bagi kami selaku penggiat LSM karena kita mengetahui bahwa tata ruang sangat dibutuhkan untuk meletakkan pola dasar pembangunan daerah, namun pelaksanaannya harus diawasi karena diberbagai daerah dari berita Koran dan televisi bahwa produk rencana tata ruang banyak menuai masalah antara masyarakat dengan pemerintah sebagai akibat kurangnya keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunannya. Oleh karena itu dengan adanya berita ini kami berusaha menyuarakan kepada pemerintah agar produk tata ruang Subulussalam yang mau disusun ini nantinya agar melibatkan masyarakat supaya tidak menjadi masalah seperti di daerah lain yang diberitakan itu (Has, 6 Maret 2012).

Informasi yang disampaikan oleh informan LSM Kapur diatas juga dibenarkan LSM Far-Far dari Kecamatan Penanggalan. Berikut penjelasannya: “Penyusunan RTRW yang saya ketahui dari berita penyusunan RTRW dari koran lokal, pada waktu itu ketika saya membacanya saya heran kok tanpa adanya pemberitahuan atau sosialisasi dari pemerintah tiba-tiba RTRW sudah disusun.

Pekerjaan Umum Kota Subulussalam sebagai informasi kepada masyarakat” (Syah, 6 Maret 2012).

Berita-berita dari surat kabar tersebut ternyata berkembang di tengah-tengah masyarakat sehingga menjadi pembicaraan-pembicaraan masyarakat secara non formal diberbagai tempat. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh informan Kepala Mukim Batu-Batu dari Kecamatan Sultan Daulat. Berikut pernyataannya:

Ketika pergi ke Subulussalam dan minum kopi disana, memang selalu mendengar obrolan di warung-warung kopi membicarakan penyusunan RTRW. Diperoleh informasi dari kawan-kawan membicarakan beragam cerita bahwa kalau RTRW bisa membawa dampak bagi pengembangan dan kemajuan wilayah dan juga bisa berdampak sebaliknya. Namun pada intinya mereka mengharapkan agar penyusunan RTRW Subulussalam ini agar dilakukan sebaik-baiknya supaya Subulussalam cepat maju dan berkembang (HS, 6 Maret 2012).

Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa masyarakat memperoleh informasi adanya kegiatan penyusunan RTRW dari saluran informasi media cetak berupa koran atau surat kabar. Disamping itu masyarakat melakukan kegiatan komunikasi satu dengan yang lain yang bertujuan untuk saling menyampaikan informasi yang sedang berkembang diantara sesama mereka.

5.3.2 Partisipasi masyarakat dalam tahap pengumpulan data penyusunan RTRW Kota

Pelaksanaan pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan. Pengumpulan data dilakukan untuk keperluan pengenalan karakteristik wilayah kota dan penyusunan rencana struktur

dan pola ruang wilayah kota. Berdasarkan data temuan lapangan bahwa waktu pelaksanaan di tahapan ini dilakukan selama 2 bulan yang dimulai pada bulan 8 maret 2010 sampai dengan 8 Mei 2010.

Pengumpulan data diawali dengan dilakukan Rapat Koordinasi Badan Penataan Ruang Daerah Kota Subulussalam yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah selaku Ketua BKPRD. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Informan dari Konsultan sebagai berikut:

Tahapan persiapan selesai kemudian selanjutnya kami melaksanakan tahapan yang sangat penting dalam penyusunan RTRW ini yaitu tahapan pengumpulan data. Tahap ini dilakukan selama kurang lebih 2 bulan lamanya yaitu dari bulan Maret sampai dengan Mei 2010. Pada awal tahapan in selaku konsultan menghadap kepada Pak Sekda selaku Ketua BKPRD Kota, dimohon bantuan kepada beliau untuk dilaksanakan rapat koordinasi Tim BKPRD dan Para Camat guna menyampaikan maksud dan tujuan penyusunan RTRW yang sedang kami lakukan ini.” (J, 7 Maret 2012).

Rapat koordinasi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kota Subulussalam untuk pengumpulan data dan informasi dilakukan sebanyak 2 kali yang pertama dilaksanakan pada bulan Maret dan kedua di bulan Mei 2010. Rapat tersebut dilakukan di Kantor Bappeda Kota Subulussalam sebagai sekretariat BKPRD. Rapat yang pertama dilaksanakan pada bulan Maret 2010 yang dipimpin langsung oleh Sekretaris Daerah dan dihadiri seluruh Camat serta Kepala Dinas, Badan dan Kantor yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan untuk data RTRW. Hal ini seperti yang disampaikan oleh informan Kepala Bappeda Subulussalam masa jabatan 2010 sebagai berikut:

mendapat perintah dari pak Sekda untuk menggelar rapat koordinasi penataan ruang daerah di kantor Bappeda. Dalam rapat tersebut diawali penyampaian dan paparan dari konsultan yang menjelaskan maksud dan tujuan dari pekerjaan konsultan untuk penyusunan RTRW, kemudian mereka meminta bantuan dari semua pihak agar dapat membantu memberikan informasi dan data-data yang dimiliki Dinas/Badan/Kantor untuk nantinya menjadi bahan informasi dalam RTRW. Selanjutnya arahan Pak Sekda kepada semua Dinas dan Badan agar membantu memberikan informasi dan data yang tersedia di Dinas dan Badan untuk kepentingan kelancaran penyusunan RTRW. Secara khusus kepada camat diminta agar membantu konsultan untuk pengumpulan data di wilayah Kecamatan masing-masing” (Rid, 7 Maret 2012).

Rapat koordinasi yang pertama selesai kemudian beberapa Dinas yang terkait diberikan form yang berisi permintaan data yang dibutuhkan oleh konsultan untuk dilakukan pengisian sebagaimana mestinya. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh informan dari Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan masa jabatan 2010 sebagai berikut:

Dalam rapat koordinasi tentang pengumpulan data dan informasi penyusunan RTRW, saya mendapat format isian yang harus dinas kami isi.walaupun kami kurang diberikan pemahaman terhadap pengisian data-data itu, yah akan kami usahakan untuk diisi karena rapatnya singkat sehingga tidak memungkinkan terjadi dialogis. Data-data yang diminta itu terkait dengan data-data statistik serta peta. Adapun peta yang diminta berupa peta kawasan hutan lindung, peta kawasan leuser, peta hutan produksi, peta hutan suaka margasatwa rawa singkil sedangkan di sektor perkebunan, mereka minta data-data pemilik HGU dan izin lokasi serta peta-peta lokasi HGU. Seluruh data-data yang kami miliki sudah kami serahkan ke pihak konsultan pada rapat koordinasi yang kedua di bulan Mei 2010 (Fai, 7 Maret 2012).

Informasi yang sama juga dikemukakan oleh informan dari Kepala Dinas Pertambangan Energi dan Sumber Daya Mineral masa jabatan 2010 yang menyatakan sebagai berikut: “Ketika pengumpulan data RTRW kemarin itu, Dinas kami diminta memberikan informasi wilayah yang berkaitan data-data potensi pertambangan

sekaligus dengan peta wilayah pertambangan baik yang sudah ada izinnya maupun yang belum ada izin” (H, 7 Maret 2012).

Pengumpulan data selanjutnya ditingkat kota dilaksanakan maka selanjutnya dilakukan pengumpulan data ke wilayah kecamatan dan desa. Mengawali pengumpulan data di wilayah kecamatan dan desa, juga dilakukan rapat koordinasi di Kecamatan yang difasilitasi oleh Camat antara konsultan dengan seluruh Kepala Kampong, tokoh masyarakat, tokoh adat serta tokoh lainnya didalam masyarakat. Halini seperti yang diungkapkan oleh Informan Camat Sultan Daulat masa jabatan 2010 sebagai berikut: “Untuk pengumpulan data dan informasi di Kecamatan dan Desa di lingkungan Kecamatan Sultan Daulat, kami mengawali dengan mengadakan rapat koordinasi di gedung serbaguna Kecamatan terkait pendataan rencana tata ruang dengan mengundang seluruh kepala kampong, kepala mukim dan segenap elemen masyarakat ” (Tad, 7 Maret 2012).

Informasi yang sama juga dari informan dari Camat Rundeng masa jabatan 2010 yang mengemukakan sebagai berikut: “Dalam rangka pengumpulan data di wilayah Kecamatan Rundeng, kami dengan konsultan sepakat untuk mengadakan rapat di kantor Camat supaya data-data yang dibutuhkan gampang dikumpulkan. Disamping itu dengan adanya pihak konsultan tentunya dapat menjelaskan kebutuhan data-data apa saja yang dibutuhkan” (Mas, 7 Maret 2012).

Dalam rapat tersebut, kepada masyarakat diminta untuk mengisi angket yang berkaitan dengan informasi kewilayahan dan sebahagian masyarakat ada yang

masyarakat sebagai berikut:

Sewaktu kami rapat di kantor Camat dengan bapak-bapak yang menyusun tata ruang subulussalam, waktu itu kami dijelaskan maksud kedatangan mereka yaitu mengumpulkan data-data. Saya juga gak paham data apa yang bisa kami berikan karena kami kan pendidikannya rendahan. Setelah panjang lebar penjelasannya kemudian kami disuruh mengisi angket-angket yang sudah disiapkan oleh pak konsultan, kemudian pertanyaan-pertanyaan di dalam angket itulah yang kami isi (Hak, 7 Maret 2012).

Sejalan dengan hal diatas, informan lainnya dari unsur pemuda Kecamatan Rundeng mengemukakan sebagai berikut:

Pengumpulan data untuk tata ruang yang di rapatkan di kantor Camat dulu itu, kalo kami di Kecamatan Rundeng berbeda-beda. Kalo teman-teman saya peserta rapat sebagian besar disuruh mengisi angket sedangkan saya bersama dengan dua orang teman saya yang lain tidak dikasi untuk mengisi angket, tapi saya ditanya- tanya langsung sama bapak konsultan itu, mereka bertanya tentang batas desa kami dengan batas kawasan hutan suaka margasatwa rawa singkil, bapak konsultan itu bertanya masalah-masalah yang dihadapi masyarakat dengan kawasan hutan itu, lalu saya dan dua orang teman menjelaskan kendala-kendala yang kami hadapi sebagai akibat adanya kawasan itu, yang sudah pasti lahan desa kami jadi terbatas karena lahan hutan itu kan gak boleh dikelola dan dimiliki. (Byg, 7 Maret 2012)

.

Lebih lanjut pihak konsultan bersama-sama masyarakat juga ada turun ke lapangan untuk mengecek batas desa dengan batas kawasan hutan, sebagaimana diungkapkan oleh informan unsur pemuda Kecamatan Rundeng sebagai berikut:

Setelah saya jelaskan berbagai masalah keberadaan kawasan hutan suaka margasatwa rawa singkil dengan masyarakat di beberapa desa di Kecamatan Rundeng, lalu saya diminta oleh konsutan untuk membawa mereka ke lapangan menunjukkan lokasi kawasan hutan suaka margasatwa singkil itu. Lalu mereka saya bawa ke lokasi tersebut, kadang lewat darat juga terkadang lewat sungai, ada dua hari lah kami keliling-keliling disitu dan saya lihat pak konsultan itu sebentar- sebentar mencatat sesuatu dari alat yang mirip HP, tapi saya senang bisa membawa mereka supaya daerah kami bisa dibuat lebih maju” (Byg, 7 Maret 2012).

Keterlibatan masyarakat pada tahap pengumpulan data dan informasi penyusunan RTRW sudah terlihat lebih aktif, dimana masyarakat telah memberikan sumbangan pemikiran, sumbangan tenaga dan waktu untuk membantu konsultan dalam penyusunan RTRW Kota Subulussalam.

5.3.3 Partisipasi masyarakat dalam tahap analisis data dan tahap perumusan RTRW Tahap pengumpulan data selesai dilaksanakan dan telah terkumpul data-data baik primer maupun sekunder maka data-data tersebut dilakukan analisis lebih lanjut dan hasil analisis data tersebut akan dilakukan perumusan konsep RTRW. Berdasarkan temuan lapangan diperoleh informasi bahwa tahap analisa data ini berlangsung selama 3 bulan dimulai dari tanggal 10 Mei sampai dengan 10 Agustus 2010 dan tahap perumusan konsep RTRW dilakukan selama 2 Bulan yaitu dari Bulan 12 Agustus sampai dengan 13 Oktober 2010.

Hasil dari analisa data yang telah dilakukan oleh pihak konsultan kemudian tersebut kemudian dilakukan seminar draft awal RTRW untuk meminta masukan dan informasi dari masyarakat. Pelaksanaan seminar draft awal RTRW ini selain menyajikan hasil analisa data juga sekaligus untuk menyajikan rumusan konsep RTRW karena hasil dari analisa tentunya akan menjadi rumusan konsep draft akhir.

Kegiatan seminar draft awal RTRW ini dilakukan di gedung serbaguna Kantor Walikota pada tanggal 15 Oktober 2010 dengan mengundang para pihak dari seluruh kecamatan, seluruh kepala kampong, seluruh unsur LSM, unsur Ormas, OKP dan jajaran SKPK Pemerintah Kota Subulussalam yang secara keseluruhan peserta

seperti yang disampaikan oleh informan konsultan sebagai berikut:

Setelah dua bulan kami melakukan pengumpulan data dan 4 bulan lagi kami melakukan analisis terhadap data-data dan merumuskan konsep RTRW maka kami berikutnya menyajikan hasil analisis data kami dan rumusan konsep RTRW kepada pemerintah kota subulussalam dan masyarakat. Kami melakukan seminar draft awal RTRW untuk meminta masukan dan saran terhadap penataan ruang subulussalam berdasarkan data-data yang sudah kami analisa. Kebanyakan data yang akan diseminarkan berbentuk peta citra satelit dengan skala 1: 25.000. Kami bangga dengan antusiasnya peserta yang hadir yang jumlahnya ratusan orang dari seluruh elemen masyarakat, dengan seminar ini kami memperoleh masukan dan saran dari berbagai pihak yang pada proses selanjutnya memberikan keyakinan kepada kami untuk menyusun penyempurnaan draft akhir RTRW berikutnya” (J, 8 Maret 2012).

Seminar ini pihak konsultan melakukan paparan dari hasil pengumpulan data yang telah mereka analisa, dari beberapa hal-hal yang pokok dari temuan data dan hasil analisa pihak konsultan berupa kekuatan dan kelemahan wilayah subulussalam dipaparkan sebagai berikut:

a. Letak kondisi geografis Kota subulussalam yang terletak jauh dari ibu kota Provinsi Aceh menyebabkan terbatasnya akses kegiatan perekonomian ke ibukota provinsi sehingga orientasi kegiatan perekonomian Kota Subulussalam lebih dekat ke Pusat Kegiatan Wilayah (PW) terdekat di Provinsi Sumatera Utara (Sidikalang) dibanding ke Meulaboh. Interaksi ini akan lebih tinggi dengan Sidikalang, bahkan dengan PKN Medan. Sehingga perkembangan di Sidikalang dan Medan dapat lebih berpengaruh terhadap Kota Subulussalam dibandingkan perkembangan di Meulaboh. Hal ini harus di perhatikan sehingga kedepanya ini menjadi potensi pasar potensial yang bisa dikembangkan.

b. Rendahnya nilai produksi pengolahan di Kota Subulussalam disebabkan komoditas komoditas pertanian Subulussalam tidak diolah sendiri hal ini karena masih rendahnya daya dukung pabrik pengolahan seperti pabrik sawit, selain itu kondisi infrastruktur juga mempengaruhi kegiatan perekonomian.

c. Infrastruktur pasar untuk penjualan produk-produk perkebunan khususnya kelapa sawit di wilayah Kota Subulussalam belum tersedia, Selama ini para petani Perkebunan Rakyat menjual hasil panennya langsung kepada para tengkulak sehingga harga yang ditetapkan sangat murah. Belum lagi masalah permainan kualitas dan rendemen yang sangat menentukan tinggi rendahnya harga produk-produk tersebut. Adanya terminal agribisnis yang dapat membantu mendistribusikan produk-produk perkebunan akan dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pemasaran produk-produk tersebut.

d. Kondisi infrastruktur pabrik pengolahan hasil kelapa sawit di wilayah Kota Subulussalam baru terdapat satu-satunya dan masih dalam tahap awal pembangunan. Perkiraan kapasitas terbangun sekitar 30 ton/hari. Pabrik tersebut dibangun oleh PT. Bangun Mitra Lestari. Berlokasi di wilayah Kecamatan Penanggalan dengan luas areal sekitar 101 ha.

e. Di dalam pembentukan PDRB Kota Subulussalam sub sektor kehutanan merupakan penyumbang PDRB terbesar hal itu dikarenakan dalam beberapat tahun terakhir ini kegiatan kehutanan baik yang legal maupun

dilakukan oleh masyarakat setempat, untuk mengantisipasi agar tidak terjadi bencana akibat kerusakan hutan tersebut maka fungsi hutan harus tetap dijaga dan dilestarikan.

f. Selain potensi pertanian dan perkebunan, Subulussalam juga memiliki potensi industri, namun masih didominasi industri kecil (termasuk industri rumah tangga. Sektor industri pengolahan juga memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap PDRB Kota Subulussalam. Selama kurun waktu tahun 2004 hingga 2008, peranan sektor ini tidak sampai 2 persen. pada tahun 2004 peranan sektor ini tercatat 1,18 persen namun pada tahun 2008 turun menjadi sebesar 1,08 persen. Hal ini memberikan gambaran rendahnya pengolahan industri di Kota Subulussalam hal ini disebabkan komoditas pertanian tidak mengalami pengolahan di Kota Subulussalam tetapi langsung di bawa keluar Subulussalam.

g. Kota Subulussalam memiliki potensi Pariwisata berupa wisata alam (ekowisata), Budaya, dan Minat Khusus. Objek wisata di Kota Subulussalam memiliki ciri khas, keindahan, dan keunikan yang berbeda dengan objek wisata di daerah lain. Pengembangan pariwisata di Kota Subulussalam terkendala oleh lemahnya dukungan infrastruktur atau akses jalan menuju lokasi wisata sehingga kedepanya di perlukan adanya peningkatan akses jalan ke lokasi lokasi wisata di Kota subulussalam;

h. Memiliki potensi yang besar dibidang perkebunan sehingga cocok untuk pengembangan kawasan Agroindustri;

i. Kota Subulussalam berada di daerah pintu gerbang pintu Provinsi Aceh di bagian Selatan dan merupakan wilayah transit yang potensial untuk pengembangan sektor jasa transportasi dan perdagangan;

j. Adanya rencana pengembangan Food Estate dalam mengatasi krisis bahan pangan daerah Kota Subulussalam yang pada saat sekarang ini masih didatangkan dari daerah luar, seperti dari daerah Provinsi Sumatera Utara; k. Aksesibilitas yang masih terbatas terhadap kawasan-kawasan tertentu di

wilayah Kota Subulussalam, sehinga menyebabkan belum terintegrasinya kawasan Subulussalam bagian utara-barat dengan kawasan bagian selatan- timur;

l. Kawasan yang rawan terhadap bencana longsor, banjir dan gempa.

Setelah selesai menyampaikan paparannya, berikutnya pihak konsultan meminta para pihak yang hadir untuk berdiskusi dengan memberikan pendapat, saran, masukan untuk bahan penyempurnaan penyusunan RTRW. Diskusi tersebut berjalan sangat dinamis dan antusiasme peserta diskusi sangat tinggi, hal ini dikemukakan oleh Kepala Bappeda Subulussalam masa jabatan tahun 2010 selaku pihak yang menjadi moderator diskusi pada acara seminar tersebut sebagai berikut:

Seminar ketika dilakukan acara pemaparan dalam seminar terhadap draft awal RTRW dimana draft awal ini merupakan hasil dari analisa data dan perumusan konsep RTRW saya melihat acara tersebut sangat dinamis sekali, peserta silih berganti menyampaikan aspirasi, saran dan masukannya serta menjelaskan maksud dari sarannya. Sangat hiduplah acaranya, semua pihak menginginkan draft RTRW

terakomodir dalam draft RTRW tersebut, dan semuanya diakomodir oleh konsultan untuk penyempurnaan draft awal tersebut” (Rid, 8 Maret 2012).

Berkaitan dengan pernyataan diatas, beberapa masyarakat dan kelompok masyarakat yang dimintai tanggapannya menyatakan senada dengan pendapat diatas, seperti yang dikemukakan oleh informan LSM LP Kapur dari Kecamatan Simpang Kiri yang mengemukakan sebagai berikut:

Waktu acara seminar terhadap draft awal RTRW saya cukup puas karena ruang untuk menyampaikan pendapat sangat terbuka luas, pada waktu itu saya mengusulkan di dalam draft RTRW agar dimasukkan semacam taman hutan rakyat dengan tanaman yang spesifik Kota Subulussalam. Hal ini memang sepele tapi hal ini perlu diangkat kembali karena ingatan masyarakat sudah mulai pudar terhadap tanaman ini. Saya katakan pada waktu itu bahwa di daerah Subulussalam ini merupakan satu-satunya daerah di dunia ini yang bisa hidup tanaman kapur barus yang orisinil. Kapur barus ini sangat melegenda didunia dan sejak zaman fir’aun sudah digunakan untuk mengawetkan mummi, dan tidak banyak yang tahu kalo tanaman itu berasal dari Subulussalam ini. Alhamdulillah saran saya diterima dan