• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA

A. Dasar Hukum dan Kewenangan Surat Keterangan Waris

Bahwa Indonesia tidak dihuni dan dibangun oleh salah satu etnis saja, tetapi semua etnis yang ada di Indonesia telah memberikan kontribusi dalam perjalanan bangsa Indonesia. Bahkan lebih jauh dari itu sebelum penjajah datang para penduduk yang ada pada waktu itu tidak dipisah-pisahkan berdasarkan etnis atau golongan, mereka hidup saling berdampingan dan tidak mempersoalkan darimana mereka berasal.68

Pemisahan penduduk Indonesia berdasarkan etnis atau golongan muncul setelah penjajah kolonial Belanda mencengkramkan penjajahannya kepada Indonesia, untuk kepentingan politiknya telah mengeluarkan aturan yang membagi 3 (tiga) golongan penduduk dan hukum yang berlaku untuk masing-masing golongan tersebut.69

Pembuatan Surat Keterangan Waris (SKW) disebut juga dengan istilah Surat Bukti Waris, Keterangan Ahli Waris atau Surat Keterangan Hak Waris menurut golongan penduduk didasarkan pada70:

68Habib Adjie, Bernas-Bernas Pemikiran di Bidang Notaris dan PPAT, Bandung, Mandar Maju. 2012, Hal. 28

69Ibid

70Herlien Budiono, Menuju Keterangan Hak Waris yang Uniform (Wacana Pembuktian Sebagai Ahli Waris Dengan Akta Notaris), Surabaya, 2009, Hal. 7-8

1. Asas konkordansi Pasal 13 Wet op de Grootboeken der Nationale Schuld

(Undang-Undang tentang Buku Besar Perutangan Nasional) di Belanda. 2. Surat Edaran Departemen Dalam Negeri Direktorat Jenderal Agraria tanggal

20 Desember 1969 No. Dpt/12/63/69.

3. Fatwa Mahkamah Agung, atas permintaan dan ditujukan kepada Ny. Sri Redjeki Kusnun, SH, tertanggal Jakarta, 25 Maret 1991 No. KMA/041/III/1991 jo. Surat Ketua Mahkamah Agung kepada Ketua Pengadilan Tinggi, Pengdilan Tinggi Agama, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama di seluruh Indonesia tertanggal Jakarta, 8 Mei 1991 No.MA/Kumdil/171/V/K/1991.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, Pasal 42 ayat 1 juncto Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Negara Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan PP Nomor 24 Tahun 1997, Pasal 111 ayat 1 huruf c angka 4.

Dalam peraturan perundang-undangan kita tidak ada suatu peraturan yang tegas dan khusus tentang Surat Keterangan Waris, terutama surat keterangan waris yang dibuat oleh notaris di Indonesia. Jabatan Notaris di Indonesia dan ketentuan-ketentuan untuk menjalankan jabatan tersebut diatur dalam suatu undang-undang yang dikenal sebagai Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris.

Berdasarkan Surat Departemen Dalam Negeri Direktorat Jendral Agraria Direktorat Pendaftaran Tanah (Kadaster), tanggal 20 Desember 1969 Nomor

Dpt/12/63/12/69 tentang Surat Keterangan Warisan dan Pembuktian Kewarganegaraan dan Pasal 111 ayat (1) huruf c Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, pada saat ini ada 3 (tiga) institusi yang dapat membuat bukti sebagai ahli waris yang disesuaikan dengan golongan warga Negara Indonesia.71

Pada umumnya Surat Keterangan Waris dibuat oleh para ahli waris apabila bermaksud untuk melakukan peralihan hak atas suatu warisan sebagai syarat dalam pembuatan akta lain atau dibuat untuk menentukan bagian masing-masing ahli waris.

Mengenai siapa ahli waris dari pewaris tertentu, ditetapkan oleh hukum yang berlaku bagi pewaris. Dalam praktek, untuk membuktikan kedudukan seseorang sebagai ahli waris, diperlukan suatu dokumen yang menjabarkan ketentuan hukum waris tentang hal itu, yang dapat dipakai sebagai pegangan oleh para ahli waris maupun pejabat-pejabat, yang berkaitan dengan pelaksanaan hukum waris. Surat Keterangan Waris merupakan dokumen yang sangat penting dan dibutuhkan oleh para ahli waris pada umumnya.

Surat Keterangan Waris merupakan akta yang menetapkan siapa ahli waris pada saat pewaris meninggal dunia dan berapa hak bagiannya atas warisan. Surat Keterangan Waris pada umumnya dibuat atas permintaan satu atau beberapa diantara para ahli waris. Sekalipun Surat Keterangan Waris mendapat pengakuan dalam undang-undang maupun yurisprudensi, namun ternyata tidak ada suatu ketentuan

umum yang mengatur bentuk dan isi Surat Keterangan Waris. “Surat Keterangan Waris yang dibuat oleh notaris di Indonesia, dibuat dengan mengikuti jejak para notaris seniornya, yang pada gilirannya mengikuti jejak dari para Notaris di Negeri Belanda”72

Hal tersebut menjadi hukum kebiasaan bagi para notaris, seorang notaris dianggap ahli dalam bidang harta warisan termasuk dalam hal pembuatan surat keterangan waris.

Di Negeri Belanda Verklaring van Erfrecht termasuk dalam kelompok akta yang dikecualikan dari kewajiban pembuatan secara Notariil dalam bentuk minut. Walaupun tidak ada ketentuan umum yang mengatur tentang Surat Keterangan Waris tetapi ternyata ada suatu undang-undang, yang kebetulan mengandung suatu ketentuan yang mengatur peralihan hak atas obligasi negara yang terdaftar dalam buku besar dari pemiliknya kepada para ahli warisnya (Wet op de Grootboek der Nationale Schuld S. 1913 - 105), yang dalam Pasal 14 ayat (2) mengatakan, bahwa untuk itu harus dibuat suatu Surat Keterangan Waris (Verklaring van Erfrecht), dalam mana disebutkan antara lain pada pokoknyaVerklaring van Erfrechtberisi tentang73:

1. Siapa pewarisnya, kapan meninggal dan dimana domisili terakhirnya 2. Siapa ahli waris Pewaris dan berapa hak bagian masing-masing.

3. Ada tidaknya wasiat dan kalau ada, perlu ada penyebutannya secara rinci isi wasiat tersebut.

72J. Satrio,Op Cit, Hal. 1

4. Hubungan kekeluargaan antara Pewaris dan para ahli waris.

5. Pembatasan-pembatasan kewenangan terhadap para ahli waris kalau ada. 6. Dibuat in originali

Pembuatan Surat Keterangan Waris oleh Notaris dengan mendasarkan pada ketentuan Wet op de Grootboek der Nationale Schuld seperti itu, walaupun tidak didasarkan atas suatu ketentuan umum yang secara khusus mengaturnya, tetapi karena telah dilaksanakan untuk waktu yang lama dan diterima, maka sekarang dapat dikatakan, bahwa praktek pembuatan Surat Keterangan Waris seperti itu sudah menjadi hukum kebiasaan. Jadi dari suatu ketentuan khusus telah ditarik menjadi suatu ketentuan umum.74

Berdasarkan apa yang disebutkan diatas, maka Surat Keterangan Waris yang dibuat oleh Notaris pada umumnya berbentuk pernyataan sepihak dari Notaris, dengan mendasarkan kepada keterangan-keterangan dan bukti-bukti (dokumen-dokumen) yang disampaikan atau diperlihatkan kepada notaris, berisi data-data sebagai yang disyaratkan olehWet op de Grootboek der Nationale Schuldtersebut di atas.

Kewenangan pembuatan Surat Keterangan Waris bagi mereka yang tunduk pada hukum waris yang diatur dalam KUH Perdata didasarkan pada asas konkordansi dengan Pasal 14 ayat (1) dan (3) Wet op de Grootboeken der Nationale Schuld

(Stb.1931-105) di Nederland yang kemudian diterima sebagai doktrin dan

74Ting Swan Tiong,Surat Keterangan Waris, Media, Notariat, No. 18 - 19 tahun VI – Januari 1991, Hal. 158

yurisprudensi di Indonesia dan dianggap sebagai hukum kebiasaan. Adapun terjemahan bebas dari Pasal 14 ayat (1) dan ayat (3) Wet op de Grootboeken der Nationale Schuldadalah sebagai berikut:

Pasal 14 ayat (1): Para ahli waris atau dalam hal seseorang sesuai dengan Pasal 524 BW (Ned) dengan keputusan pengadilan dinyatakan diduga meninggal, yang diduga ahli waris dari pewaris, yang mempunyai suatu hak terdaftar dalam buku-buku besar utang-utang nasional, harus membuktikan hak mereka dengan suatu keterangan hak waris setelah kematian atau diduga meninggalnya pewaris dibuktikan.

Pasal 14 ayat (3): Jika suatu warisan terbuka di negeri ini (Nederland), keterangan hak waris dibuat oleh seorang notaris. Akta yang dibuat dari keterangan ini harus dikeluarkanin original.

Sebenarnya Wet op de Grootboeken der Nationale Schuld bukan undang-undang yang khusus mengatur wewenang notaris dalam pembuatan Surat Keterangan Waris, namun di dalam praktek dianggap sebagai dasar hukum kewenangan notaris dalam pembuatan Surat Keterangan Waris.

Bentuk surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh lembaga yang berwenang berdasarkan penggolongan penduduk75:

1. Golongan Eropa, Cina/Tionghoa, Timur Asing (kecuali Arab) yang beragama Islam berdasarkan surat keterangan waris yang dibuat oleh notaris dalam bentuk surat keterangan.

2. Golongan Timur Asing (bukan Cina/Tionghoa) berdasarkan surat keterangan waris yang dibuat oleh Balai Harta Peninggalan.

3. Golongan Pribumi (Bumiputera) berdasarkan surat keterangan waris yang dibuat di bawah tangan, bermeterai, oleh para ahli waris sendiri dan diketahui atau dibenarkan oleh Lurah dan Camat sesuai dengan tempat tinggal terakhir pewaris.

Surat Keterangan Waris merupakan alat bukti yang dipergunakan oleh pejabat untuk menentukan siapa yang menjadi ahli waris dari pewaris dan dari surat keterangan waris tersebut dapat diketahui siapa yang berhak atas harta yang ditinggalkan.

Surat Keterangan Waris merupakan akta yang menetapkan siapa ahli waris pada saat pewaris meninggal dunia dan berapa hak bagiannya atas warisan. Surat Keterangan Waris pada umumnya dibuat atas permintaan satu atau beberapa para ahli waris. Sekalipun Surat Keterangan Waris mendapat pengakuan dalam undang-undang maupun yurisprudensi, namun ternyata tidak ada suatu ketentuan umum yang mengatur bentuk dan isi Surat Keterangan Waris.76

Pemberian nama Surat Keterangan Waris ini semata-mata merupakan terjemahan harfiah dariverklaring van erfrecht. Bila hendak diterbitkan dalam bentuk akta tersendiri (yang berdiri sendiri, lazimnya dibuat dan diterbitkan dalam bentuk akta dibawah tangan), maka penerbitan surat keterangan waris ini disesuaikan dengan

76 J. Satrio, Surat Keterangan Waris Dan Beberapa Permasalahannya, Bandung, Alumni, 2000, Hal 3

kewenangan pejabat yang berwenang membuatnya dan kewenangan pejabat yang menerbitkannya disesuaikan pula menurut penggolongan hukum dan penggolongan penduduk yang berlaku bagi warga Negara Indonesia yang bersangkutan.77

Alasan diterbitkan secara dibawah tangan karena surat itu merupakan keterangan yang dibuat oleh Notaris berdasarkan data berupa surat-surat maupun keterangan yang diperolehnya tanpa perlu dihadiri oleh komparan tertentu yang akan terlihat pada bahagian komparisi bila dibuat dalam bentuk minuta (dengan kehadiran penghadap) maka meskipun judul aktanya “surat keterangan hak waris”, tetapi karena menggunakan komparan menurut hukum ini dinilai sebagai keterangan para penghadap dalam akta yang dibuat dihadapan (ten overstaan) Notaris dan bukan keterangan Notaris itu sendiri78.

Pengertian mengenai Surat Keterangan Waris sampai saat ini masih beragam tetapi mempunyai inti yang sama, dengan demikian ada beberapa pengertian dan pendapat tentang arti Surat Keterangan Waris agar lebih mempermudah pemahaman tentang pengertian Surat Keterangan Waris. Surat Keterangan Waris adalah “Surat yang membuktikan bahwa yang disebut disana adalah ahli waris dari pewaris tertentu dan berapa hak bagiannya”79

Dalam praktek dan pengamatan yang dilakukan pembuatan Surat Keterangan Waris ini ada 2 mazhab yang dipakai yaitu :

77

Syahril Sofyan,Op.Cit, Hal. 101

78Ibid

79 J. Satrio, Hukum Waris Tentang Pemisahan Boedel, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1998. Hal. 227

1. Mazhab Surat Keterangan Waris yang dibuat dalam bentuk akta partij/ akta otentik yaitu akta yang dibuat dihadapan Notaris. Notaris hanya menuangkan apa yang diceritakan dan dikehendaki oleh para pihak kedalam akta, dimana dititikberatkan kepada para pihak.

2. Mazhab Surat Keterangan Waris dibuat atau diterbitkan dibawah tangan karena surat itu merupakan keterangan yang dibuat oleh Notaris berdasarkan data berupa surat-surat maupun keterangan yang diperolehnya tanpa perlu dihadiri oleh para pihak.

Pengaturan mengenai mazhab ini tidak ada diatur dan tidak ada dasar hukumnya hanya ada menurut hukum kebiasaan saja. Notaris berhak untuk menentukan sendiri mazhab mana yang akan digunakan dalam pembuatan Surat Keterangan Waris ini. Dalam hal penggunaan Surat Keterangan Waris untuk permohonan peralihan hak atas tanah model surat keterangan waris ini tidak menjadi kendala di Kantor Pertanahan.

B. Pelaksanaan Pembuatan Surat Keterangan Waris Bagi Golongan Warga

Dokumen terkait