TESIS
Oleh
BERLIANA YUNITA HUTAGALUNG
117011002/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
BERLIANA YUNITA HUTAGALUNG
117011002/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nomor Pokok : 117011002 Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN)
Pembimbing Pembimbing
(Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN Anggota : 1. Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn
2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Chairani Bustami, SH, SpN, MKn
Nama : BERLIANA YUNITA HUTAGALUNG
Nim : 117011002
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS PENDAFTARAN PERALIHAN HAK GUNA BANGUNAN AKIBAT PEWARISAN
SECARA AB INTESTATO DI KOTA MEDAN
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Pendaftaran peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan terjadi karena hukum pada saat pemegang hak atau pewaris meninggal dunia, sejak saat itu para ahli waris menjadi pemegang hak yang baru, Mengenai siapa saja yang menjadi ahli waris diatur oleh hukum yang berlaku pada para ahli waris. Peralihan hak karena warisan harus didaftarkan pada Kantor Pertanahan sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang bertujuan memberikan kepastian hukum, menyediakan informasi serta untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Penelitian bersifat deskriptif analisis dan jenis penelitian yang diterapkan adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hukum waris dan hukum pertanahan di Indonesia dan melakukan wawancara dengan informan yaitu : Pejabat Kantor Pertanahan Medan, Balai Harta Peninggalan dan Notaris.
Hasil penelitian menunjukkan Pendaftaran peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan secara ab intestato di kantor Pertanahan Medan sebagai dasar peralihan hak guna bangunan adalah dengan surat keterangan waris yang dibuat berdasarkan penggolongan penduduk, persyaratan yang harus dilakukan ahli waris dalam melakukan pendaftaran peralihan hak guna bangunan telah ditentukan oleh PMA/KBPN No. 3 Tahun 1997 dalam Pasal 111 ayat (1) dan peraturan dari BPN Kota Medan.
Disarankan kepada penerima hak guna bangunan yang berasal dari warisan segera mendaftarkan peralihan haknya pada kantor pertanahan, dengan cara memenuhi persyaratan yang telah dibuat Kantor Pertanahan Medan, sehingga segala macam bentuk perubahan data fisik maupun data yuridis objek pendaftaran tanahnya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku sehingga dapat memberikan perlindungan hukum yang kuat bagi pemegang hak. Ahli waris, dalam pembuatan Surat Keterangan Waris yasng dilakukan oleh Warga Negara Indonesia keturunan (Tionghoa) dan Timur Asing Lainnya (India) yang dibuat oleh Notaris dan Balai Harta Peninggalan. Ahli waris harus menguraikan fakta-fakta yang sebenarnya agar tidak terjadi perselisihan. Diharapkan kepada pemohon yang melakukan pendaftaran peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan di Kantor Pertanahan Medan dalam melakukan pendaftaran peralihan untuk mempersiapkan semua persyaratan yang telah ditentukan oleh Undang-undang dan Kantor Pertanahan Medan, termasuk membayar pajak BPHTB sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
In the registration of the transfer of building rights because of inheritance, the heir becomes entitled to the building rights when the person entitled to it or the testator dies. Who will be the heirs is regulated by the applicable law for heirs. The transfer of rights because inheritance should be registered in the Land Office, according to the stipulation in the Government Regulation No. 24/1997 on Land Registration in order to give legal certainty, provide information, and establish land administrative regulation.
The research was descriptive analytic with judicial normative approach which was referred to legal norms in the legal provisions on law of inheritance and law of land in Indonesia by conducting interviews with informants like the officials in the Land Office, Medan, the Probate Court, and Notaries.
The result of the research showed that Registering the transfer of building rights as the result of inheritance as ab intestate in the Land Office, Medan, as the transfer based of building rights, was by presenting certificate of inheritance based on the classification of population. The requirements which have to be fulfilled by heirs in registering the transfer of building rights are stipulated in Article 111, paragraph (1) of PMA/KBPN No. 3/1997 and the regulation of BPN, Medan.
It is recommended that the recipient of land rights which come from inheritance should immediately register them to the Land Office by fulfilling all the requirements so that all kinds of changes of physical and judicial data of the object of the land registration can be in line with the legal provisions which eventually will give strong legal protection to the person entitled to it. In making certificate of inheritance of Indonesian citizens of Chinese or Indian descent by Notaries and the Probate Court should explain the facts in order not to arise dispute. The applicant is expected to register the switchover of building rights cause by the inheritance of Medan’s Land Office, the applicant needs to prepare all the requirements that have been determined by the law and Medan’s Land Office, including the payment of BPHTB tax based on the regulation.
penulisan tesis ini dengan baik.
Adapun tujuan dibuat penulisan tesis ini untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan guna mencapai gelar Magister Kenotariatan pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
Adapun judul tesis ini adalah: “ANALISIS YURIDIS PENDAFTARAN PERALIHAN HAK GUNA BANGUNAN AKIBAT PEWARISAN SECARA AB INTESTATO DI KOTA MEDAN.”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini belum tentu selesai tanpa adanya pihak-pihak yang telah berjasa membimbing, mengarahkan, memberikan semangat dan motivasi serta memberikan sumbangsih kepada penulis. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati yang tulus, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyelesaian tesis ini kepada yang terhormat: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus Komisi Pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis; 4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi
7. Bapak Notaris/PPAT Syafnil Gani, SH, M.Hum, selaku Penguji yang telah memberikan saran, kritikan dan masukan kepada penulis;
8. Bapak-bapak dan Ibu-ibu staf pengajar serta para karyawan di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;
9. Bapak dan Ibu Notaris di Medan yang telah meluangkan waktunya kepada penulis untuk bertanya dan wawancara;
10. Bapak Syafruddin Chandra bagian Hak dan Pendaftaran Tanah di Kantor Pertanahan Medan yang telah memberikan waktu kepada penulis untuk bertanya dan wawancara;
11. Kedua Orangtuaku yang tercinta dan kubanggakan, Ayahanda M. Hutagalung dan Ibunda L. Simangunsong, yang selalu sabar dan memberikan Doa, dukungan dan motivasi serta cinta kasih yang begitu besar kepada penulis;
12. Keluarga besarku yang tersayang dan tercinta, Adik-adikku: Febriwanto Hutagalung, S.Kom, MM, Veronika Hutagalung, S.Ked, dan adik bungsuku Christin Fransiska Hutagalung, terima kasih atas Doa, dukungan dan bantuannya kepada penulis;
13. Sahabat baik penulis di Pekanbaru; Nelson Sinaga, SE, Astri Wulandari, SH, Leny Farika Manurung, SH, Tia Oktaviany, SH, Stevi Juniati SH, dan Gusrani Novelda, SH, yang memberikan dukungan melalui Doa dan komunikasi kepada penulis;
Akhirnya, penulis mengharapkan agar tesis ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dalam pengembangan keilmuan terutama bagi penulis dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Dari semua ucapan terima kasih yang penulis ucapkan, Terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas kehendakNya lah penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Terimakasih. Tuhan Memberkati
Medan, Juli 2013 Penulis
Nama : Berliana Yunita Hutagalung Tempat/ Tanggal Lahir : Pekanbaru, 22 Juni 1987
Status : Belum Menikah
Alamat : JL. Kutilang Sakti No.56
II. ORANG TUA
Nama Ayah : M. Hutagalung, SH
Nama Ibu : L. Simangunsong
III. PENDIDIKAN
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR ISTILAH ASING... ix
DAFTAR SINGKATAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 12
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penelitian ... 13
E. Keaslian Penelitian... 14
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 15
1. Kerangka Teori ... 15
2. Konsepsi ... 17
G. Metode Penelitian ... 19
1. Pendekatan Masalah Penelitian ... 20
2. Jenis dan Sumber Data ... 21
3. Alat Pengumpulan Data ... 23
4. Teknik Analisis Data ... 23
BAB II PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA ... 25
A. Hukum Waris di Indonesia ... 25
PEWARISAN SECARA AB INTESTATO ... 49
A. Dasar Hukum dan Kewenangan Surat Keterangan Waris .... 49
B. Pelaksanaan Pembuatan Surat Keterangan Waris bagi Golongan Warga Negara Indonesia Keturunan (Tionghoa) . 57 C. Pelaksanaan Pembuatan Surat Keterangan Waris bagi Golongan Timur Asing (India) ... 63
D. Pelaksanaan Surat Keterangan Waris Sebagai Dasar Peralihan Hak Guna Bangunan di Kantor Pertanahan Medan ... 69
BAB IV PENDAFTARAN PERALIHAN HAK GUNA BANGUNAN YANG TELAH BERAKHIR HAKNYA AKIBAT PEWARISAN AB INTESTATO DI KOTA MEDAN ... 74
A. Pendaftaran Peralihan Hak Guna Bangunan Akibat Pewarisan di Kantor Pertanahan Medan ... 74
B. Peralihan Hak Guna Bangunan yang masih terdaftar atas nama pasangan Pewaris dan peralihan hak guna bangunan yang dialihkan kepada salah seorang ahli waris ... 89
C. Peralihan Hak Guna Bangunan yang telah berakhir masa berlakunya akibat Pewarisan ... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 99
A. Kesimpulan ... 99
B. Saran ... 100
Bij Plaats Vervulling : Pewarisan Langsung
Burgerlijk Wetboek : Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata
Cover note : Surat Pernyataan Atau
Jaminan Dari Notaris Yang Menyatakan Sesuatu
Hal Dalam
Pengurusan.
Enfstelling : Suatu Penunjukan Satu Atau
Beberapa Orang Menjadi
Ahli Waris Untuk
Mendapatkan Sebagian Atau Seluruh Harta Peninggalan.
Erfenaam : seseorang atau beberapa ahli
waris yang mempunyai hak menerima kekayaan yang ditinggalkan pewaris.
Erflater : Seseorang Yang
Meninggalkan Warisan.
Erfrecht Bij Versterf : Hukum Waris Karena
Kematian.
Legaat : Pemberian Hak Kepada
Seseorang Atas Dasar Wasiat Yang Khusus.
Legitieme Portie : Bagian Mutlak
Nadelig Saldo : Saldo Merugikan.
Nalaten Schap : Harta Warisan.
Testament : Surat Wasiat
Testamentain Erfgenaam : Ahli Waris Menurut Wasiat
Uit Eigenhoofde : Pewarisan Langsung
Verjaring : Daluwarsa Dalam Buku Iv
KUHPerdata
Verklaring van Erfrecht : Surat Keterangan Waris
Wees-en Boedelkamer : Balai Harta Peninggalan
BHP : Balai Harta Peninggalan
IS : Indische Staatregeling
PMNA/KBPN : Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional
RR : Regerings Reglement
UUPA : Undang-Undang Pokok Agraria
Pendaftaran peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan terjadi karena hukum pada saat pemegang hak atau pewaris meninggal dunia, sejak saat itu para ahli waris menjadi pemegang hak yang baru, Mengenai siapa saja yang menjadi ahli waris diatur oleh hukum yang berlaku pada para ahli waris. Peralihan hak karena warisan harus didaftarkan pada Kantor Pertanahan sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah, yang bertujuan memberikan kepastian hukum, menyediakan informasi serta untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.
Penelitian bersifat deskriptif analisis dan jenis penelitian yang diterapkan adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hukum waris dan hukum pertanahan di Indonesia dan melakukan wawancara dengan informan yaitu : Pejabat Kantor Pertanahan Medan, Balai Harta Peninggalan dan Notaris.
Hasil penelitian menunjukkan Pendaftaran peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan secara ab intestato di kantor Pertanahan Medan sebagai dasar peralihan hak guna bangunan adalah dengan surat keterangan waris yang dibuat berdasarkan penggolongan penduduk, persyaratan yang harus dilakukan ahli waris dalam melakukan pendaftaran peralihan hak guna bangunan telah ditentukan oleh PMA/KBPN No. 3 Tahun 1997 dalam Pasal 111 ayat (1) dan peraturan dari BPN Kota Medan.
Disarankan kepada penerima hak guna bangunan yang berasal dari warisan segera mendaftarkan peralihan haknya pada kantor pertanahan, dengan cara memenuhi persyaratan yang telah dibuat Kantor Pertanahan Medan, sehingga segala macam bentuk perubahan data fisik maupun data yuridis objek pendaftaran tanahnya dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku sehingga dapat memberikan perlindungan hukum yang kuat bagi pemegang hak. Ahli waris, dalam pembuatan Surat Keterangan Waris yasng dilakukan oleh Warga Negara Indonesia keturunan (Tionghoa) dan Timur Asing Lainnya (India) yang dibuat oleh Notaris dan Balai Harta Peninggalan. Ahli waris harus menguraikan fakta-fakta yang sebenarnya agar tidak terjadi perselisihan. Diharapkan kepada pemohon yang melakukan pendaftaran peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan di Kantor Pertanahan Medan dalam melakukan pendaftaran peralihan untuk mempersiapkan semua persyaratan yang telah ditentukan oleh Undang-undang dan Kantor Pertanahan Medan, termasuk membayar pajak BPHTB sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
In the registration of the transfer of building rights because of inheritance, the heir becomes entitled to the building rights when the person entitled to it or the testator dies. Who will be the heirs is regulated by the applicable law for heirs. The transfer of rights because inheritance should be registered in the Land Office, according to the stipulation in the Government Regulation No. 24/1997 on Land Registration in order to give legal certainty, provide information, and establish land administrative regulation.
The research was descriptive analytic with judicial normative approach which was referred to legal norms in the legal provisions on law of inheritance and law of land in Indonesia by conducting interviews with informants like the officials in the Land Office, Medan, the Probate Court, and Notaries.
The result of the research showed that Registering the transfer of building rights as the result of inheritance as ab intestate in the Land Office, Medan, as the transfer based of building rights, was by presenting certificate of inheritance based on the classification of population. The requirements which have to be fulfilled by heirs in registering the transfer of building rights are stipulated in Article 111, paragraph (1) of PMA/KBPN No. 3/1997 and the regulation of BPN, Medan.
It is recommended that the recipient of land rights which come from inheritance should immediately register them to the Land Office by fulfilling all the requirements so that all kinds of changes of physical and judicial data of the object of the land registration can be in line with the legal provisions which eventually will give strong legal protection to the person entitled to it. In making certificate of inheritance of Indonesian citizens of Chinese or Indian descent by Notaries and the Probate Court should explain the facts in order not to arise dispute. The applicant is expected to register the switchover of building rights cause by the inheritance of Medan’s Land Office, the applicant needs to prepare all the requirements that have been determined by the law and Medan’s Land Office, including the payment of BPHTB tax based on the regulation.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Manusia di dalam perjalanannya di dunia mengalami 3 (tiga) peristiwa penting yang harus dicatat, yaitu waktu ia dilahirkan, waktu ia kawin dan waktu ia meninggal dunia. Diantara ketiga peristiwa tersebut yang kerap sekali menimbulkan
masalah adalah kematian.1
Ahli waris adalah setiap orang yang berhak atas harta peninggalan pewaris dan berkewajiban menyelesaikan hutang-hutangnya. Hak dan kewajiban tersebut
timbul setelah pewaris meninggal dunia. Hak waris itu didasarkan pada hubungan perkawinan, hubungan darah, dan surat wasiat, yang diatur dalam undang – undang.
Sebagai salah seorang anggota masyarakat, maka kalau kita berbicara tentang
seseorang yang meninggal dunia arah dan jalan pikiran kita tentu akan menuju kepada masalah warisan. Seorang manusia selaku anggota masyarakat selama masih hidup, mempunyai tempat dalam masyarakat dengan disertai pelbagai hak-hak dan kewajiban terhadap orang-orang anggota lain dari masyarakat itu dan terhadap
barang-barang yang berada dalam masyarakat itu.2
Apabila seseorang meninggal dunia maka dengan sendirinya akan timbul pertanyaan apakah yang akan terjadi dengan hubungan-hubungan hukum tersebut dan yang mungkin sangat erat sifatnya pada saat seseorang tersebut masih hidup, seperti bagaimana pengurusan harta miliknya dan sebagainya.
1
Ali Afandi,Hukum Waris Hukum Keluarga Hukum Pembuktian, Jakarta, Bina Aksara, 1986. Hal.5
Sebelum harta pusaka atau harta warisan yang ditinggalkan oleh pewaris akan dibagikan kepada masing-masing ahli waris maka terlebih dahulu akan selalu diawali dengan penentuan siapa saja yang berhak untuk menjadi ahli waris, yang gunanya
untuk menjelaskan siapa saja ahli waris yang berhak mewaris, karena seperti diketahui bahwa tidak semua ahli waris berhak untuk mewaris. Hal ini dapat dimengerti karena masalah warisan merupakan suatu masalah yang amat mudah
untuk menimbulkan sengketa atau perselisihan diantara ahli waris atau pun dengan pihak ketiga.
Untuk menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris perlu
dibuktikan dengan suatu keterangan hak waris. Dengan adanya surat keterangan hak waris tersebut maka apabila ada persoalan yang timbul mengenai siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dari seseorang yang meninggal dunia, maka ahli waris
dapat menjadikan surat keterangan tersebut sebagai alat bukti.3
Keanekaragaman hukum waris yang berlaku Indonesia karena adanya penggolongan-penggolongan penduduk dari warga negara, sebagaimana diatur dalam pasal 163 Indische Staatsregeling (IS) atau pasal 109 Regerings Reglement (RR)
yang membagi penduduk Indonesia atas 3 (tiga) golongan yaitu : 1. Golongan Eropa
Semua orang Belanda, semua orang yang berasal dari Eropa, tetapi bukan
Belanda, semua orang Jepang, semua orang yang berasal dari tempat lain,
3R .Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan,Hukum Orang dan Keluarga, Surabaya,
tetapi tidak termasuk orang Belanda atau orang yang berasal dari Eropa bukan Belanda, yang di negaranya tunduk kepada hukum keluarga yang asas-asasnya sama dengan hukum Belanda. Anak sah atau diakui menurut undang-undang
dan keturunan selanjutnya dari orang-orang yang berasal dari Eropa bukan Belanda dan semua orang yang berasal dari tempat lain, bukan Belanda atau Eropa yang lahir di Hindia-Belanda.4
2. Golongan Bumiputera
Semua orang yang termasuk rakyat asli Hindia-Belanda dan tidak pernah pindah ke dalam golongan penduduk lain dari golongan Bumiputera, golongan
penduduk lainnya yang telah meleburkan diri menjadi golongan Bumiputera dengan cara meniru atau mengikuti kehidupan sehari-hari golongan Bumiputera dan meninggalkan hukumnya atau karena perkawinan.5
3. Golongan Timur Asing
Mereka yang tidak trmasuk golongan Eropa dan golongan Bumiputera.Golongan Timur Asing ini dibedakan atas Timur Asing Tionghoa dan Timur Asing Bukan Tionghoa, seperti Arab, India.6
Sebagai konsekuensi dari adanya penggolongan penduduk tersebut maka terhadap masing-masing golongan penduduk berbeda juga hukum yang berlaku dan terpisah satu sama lain, termasuk dalam hukum kewarisannya.7
4
Habib Adjie, Pembuktian Sebagai Ahli Waris Dengan Akta Notaris (Dalam Bentuk Akta Keterangan Ahli Waris), Bandung. Mandar Maju, 2008, Hal. 5
Pasal 131 Indische Staatregelingatau 75Regerings Reglementmengadakan 3 (tiga) golongan hukum yang berlaku untuk tiap golongan penduduk sebagai berikut: Hukum perdata dan dagang, hukum pidana beserta hukum acara perdata dan hukum
acara pidana harus dikodifisir, yaitu diletakkan dalam suatu kitab undang-undang. Untuk golongan bangsa Eropa harus dianut perundang-undangan yang berlaku di negeri Belanda (asas konkordansi).8
1. Untuk golongan bangsa Indonesia Asli dan Timur Asing jika ternyata bahwa kebutuhan masyarakat mereka menghendakinya, dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa dinyatakan berlaku bagi mereka, baik
seutuhnya maupun dengan perubahan-perubahan, dan juga diperbolehkan membuat suatu peraturan baru bersama, untuk lainnya harus diindahkan aturan-aturan mana boleh diadakan penyimpangan jika diminta oleh
kepentingan umum atau kebutuhan kemasyarakatan mereka.9
2. Orang Indonesia Asli dan Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan di bawah suatu peraturan bersama dengan orang Eropa, diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk orang
Eropa, penundukkan boleh dilakukan baik seluruhnya maupun hanya mengenai suatu perubahan tertentu. Sebelum hukum untuk orang Indonesia ditulis di dalam undang-undang, maka bagi mereka akan tetap berlaku
7Fatchur Rahman,Ilmu Waris, Bandung, PT A-Ma’arif, 1975, Hal. 27 8Habib Adjie,Op cit, Hal. 6
hukum yang sekarang berlaku bagi mereka ialah hukum adat asli orang Indonesia.10
Keanekaragaman penggolongan penduduk yang ada di Indonesia maka dalam
proses penentuan siapa yang berhak menjadi ahli waris tergantung siapa pewarisnya dan baginya berlaku hukum waris mana yang dipergunakan.
Tanah merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Baik
sebagai sumber hidup maupun sebagai wadah secara pembangunan fisik untuk digunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat. Lebih-lebih di Indonesia yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di sekitar pertanian. Fungsi tanah
begitu penting dan mempunyai arti sendiri, sebab tanah merupakan modal bagi kehidupan suatu keluarga. Selain itu, tanah juga selalu digunakan untuk berbagai kegiatan manusia, seperti tempat tinggal, mendirikan bangunan, bahkan sampai
manusia meninggal dunia membutuhkan tanah.
Adanya hubungan yang erat antara manusia dengan tanah, karena tanah merupakan tempat berpijak dan melakukan kelangsungan hidup sehari-hari. Maka manusia berlomba-lomba untuk menguasai dan memiliki bidang tanah yang
diinginkan karena tanah mempunyai nilai ekonomis bagi segala aspek kehidupan manusia11. Untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat seperti yang diinginkan bangsa Indonesia, maka permasalahan yang berkaitan dengan
10Ibid, Hal 6-7
11 Muhammad Ayub Ghazali, Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak atas Tanah karena
penggunaan, pemilikan penguasaaan dan peralihan hak atas tanah memerlukan perhatian yang khusus dalam peraturan perundangan.
Tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan sumber
kesejahteraan, kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa merupakan tanggung jawab nasional untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat sebagaimana dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar
1945 yang menyatakan : ”Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Tanah merupakan unsur penting dalam kehidupan karena setiap manusia
membutuhkan tanah sebagai tempat tinggal maupun sebagai tempat usaha. Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria. Salah satu tujuan Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) adalah untuk memberikan
kepastian hukum berkenaan dengan hak-hak atas tanah yang dipegang oleh masyarakat.
UUPA yang memuat dasar-dasar pokok di bidang pertanahan merupakan landasan bagi usaha pembaharuan hukum sehingga diharapkan adanya jaminan
kepastian hukum bagi masyarakat dalam memanfaatkan fungsi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya untuk kesejahteraan bersama secara adil. Tegasnya untuk mencapai kesejahteraan dimana dapat secara
yang telah memberikan jaminan kepastian perlindungan terhadap hak dan kewajiban tersebut.12
Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah menyelenggarakan pendaftaran
tanah, dan secara tegas diatur dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA yang menyatakan bahwa :
“Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.
Peralihan hak guna bangunan dapat terjadi karena perbuatan hukum dan peristiwa hukum. Peralihan hak guna bangunan karena perbuatan hukum dapat terjadi
apabila pemegang hak guna bangunan dengan sengaja mengalihkan hak yang dipegangnya kepada pihak lain. Sedangkan peralihan hak guna bangunan akibat peristiwa hukum, terjadi apabila pemegang hak guna bangunan meninggal dunia,
maka dengan sendirinya atau tanpa adanya suatu perbuatan hukum disengaja dari pemegang hak, hak milik beralih kepada ahli waris pemegang hak.
Dalam Pasal 23 UUPA (Hak milik), Pasal 32 UUPA (Hak Guna Usaha), Pasal 38 (Hak Guna Bangunan). Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah
diadakan pendaftaran tanah yang bersifat recht-kadaster artinya bertujuan menjamin kepastian hukum.13
12
Bachtiar Efendi, Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Peraturan-Peraturan Pelaksanaannya,Bandung, Alumni Bandung, 1983, Hal. 16
13Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan undang-Undang Pokok
Banyaknya cara perolehan hak atas tanah, salah satunya dengan peralihan hak atas tanah. Hal ini terdapat dalam Pasal 23 UUPA dan Pasal 38 UUPA yang menegaskan bahwa14:
1. Dalam pasal 23 Hak milik, demikian pula setiap peralihan, hapusnya dan pembebanannya dengan hak-hak lain harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19 UUPA.
2. Pendaftaran termaksud dalam ayat (1) merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak milik serta sahnya peralihan dan pembebanan hak tersebut.
3. Dalam pasal 38 Hak Guna Bangunan, demikian juga setiap peralihan dan hapusnya hak tersebut harus didaftarkan menurut ketentuan-ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 19 UUPA
4. Pendaftaran termaksud dalam ayat 1 merupakan alat pembuktian yang kuat mengenai hapusnya hak guna bangunan serta sahnya peralihan hak tersebut, kecuali dalam hal hak itu hapus karena jangka waktunya berakhir.
Peralihan Hak Milik atas tanah tersebut dimungkinkan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 20 ayat (2) UUPA berbunyi “Hak Milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain” dan dalam Pasal 35 ayat (3) UUPA berbunyi “Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.”
14 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Hak Guna Bangunan beralih maksudnya hak guna bangunan berpindah dari seseorang kepada orang lain karena hukum. Misalnya hak pewaris berpindah kepada ahli warisnya.
Tanah bagi golongan penduduk warga Negara Indonesia Keturunan (Cina) dan Timur Asing lainnya (India) dianggap sebagai asset berharga yang harus di pertahankan. Oleh karena itu untuk melindungi tanahnya termasuk dalam hal pewarisan, maka diperlukan suatu tanda bukti yang kuat agar tanah yang dimiliki tidak menimbulkan sengketa.15
Pelaksanaan peralihan hak atas tanah akibat pewarisan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah yang menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 tentang pendaftaran tanah. Berkaitan dengan pewarisan maka mengandung arti bahwa pewarisan adalah perpindahan hak milik kepada pihak lain karena pemiliknya meninggal dunia. Peralihan hak milik terjadi demi hukum artinya dengan meninggalnya pemilik maka ahli warisnya memperoleh hak milik, peralihan atas hak waris yang berupa tanah melalui surat keterangan waris yang dibuat oleh para ahli waris, diketahui atau disahkan oleh pejabat yang bewenang, kemudian dilakukan pendaftaran pada Kantor Pertanahan setempat agar dicatat dalam buku tanah tentang pemegang hak yang baru yaitu atas nama ahli waris, hal ini penting dilakukan agar mempunyai kekuatan hukum.
Untuk pendaftaran peralihan hak karena pewarisan mengenai bidang tanah hak yang sudah didaftar, wajib diserahkan oleh yang menerima hak atas tanah yang
15www.listpn.org/index.php.?=show_detail&id=5764#. Diunduh pada hari Kamis tanggal 04
bersangkutan sebagai warisan kepada Kantor Pertanahan, sertipikat hak yang bersangkutan, surat kematian orang yang namanya dicatat sebagai pemegang haknya dan surat tanda bukti sebagai ahli waris.
Ada 2 (dua) keadaan yang akan menimbulkan permasalahan dan penyelesaian hak atas tanah. Pertama jaminan kepastian ataupun perlindungan yang efektif terhadap hak kepemilikan atas tanah. Kedua prinsip pendaftaran tanah dan atau peraturan perundang-undangan lainnya secara langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi pejabat atau pegawai pertanahan melalui perlindungan hak kepemilikan atas tanah yang tersangkut paut dengan registrasi dan ajudikasi pemberian kepastian hukum kepada individu atas pemilik tanah.16
Seorang ahli waris tidak dapat secara langsung menguasai dan melakukan balik nama harta warisan yang menjadi haknya dengan terbukanya pewarisan, melainkan untuk dapat melakukan tindakan hukum terhadap apa yang telah menjadi haknya tersebut harus dilengkapi dengan adanya surat keterangan hak waris.17
Surat Keterangan Hak Waris (verklaring van erfrecht) dapat diartikan sebagai suatu surat yang diterbitkan oleh pejabat berwenang membuatnya dan kewenangan pejabat yang menerbitkannya disesuaikan pula menurut penggolongan penduduk yang berlaku bagi warga negara Indonesia yang bersangkutan.18
Surat Keterangan Hak Waris dapat memberikan banyak kegunaan bagi segenap ahli waris. Berdasarkan surat keterangan hak waris para ahli waris secara
16Indonesia Investment Law, Wordpress.com/2011/05/25/pengalihan hak atas tanah. Diunduh
pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2013
17
Fitreni Chris Lily, Pengaturan Mengenai Bukti Keterangan Hak Waris yang berlaku bagi Warga Negara Indonesia, USU, 2007, Hal. 35
18Syahril Sofyan, Beberapa Dasar Teknik Pembuatan Akta (Khusus Warisan), Medan,
bersama-sama dengan seluruh ahli waris dapat melakukan suatu perbuatan hukum baik mengenai tindakan kepengurusan maupun mengenai tindakan kepemilikan.
Tindakan kepengurusan adalah semua ahli waris secara bersama-sama antara lain berhak menguasai, menggunakan, menikmati, menempati, menyewakan dan tindakan kepengurusan lainnya atas barang harta peninggalan yang diterima. Melakukan balik nama atas barang harta peninggalan yang diterima dari atas nama pewaris menjadi atas nama seluruh ahli waris.19
Peralihan hak berdasarkan warisan merupakan balik nama dari pemegang sertipikat hak yang telah meninggal dunia kepada ahli waris, yang oleh ahli waris dengan menggunakan surat keterangan ahli waris dimohon balik namanya kepada kepala kantor pertanahan setempat melalui prosedur perolehan sertipikat hak atas tanah.
Untuk memperoleh kekuatan pembuktian tanah hasil dari pewarisan, maka Surat Keterangan Ahli Waris sangat diperlukan sebagai dasar untuk pendaftaran tanahnya. namun sampai saat ini untuk memperoleh Surat Keterangan Waris, hukum yang berlaku bagi Warga Negara Indonesia masih berbeda-beda. Surat Keterangan Waris tersebut sebagai syarat mutlak bagi pendaftaran peralihan hak atas tanah dari pewaris kepada ahli waris.
Salah satu sebab berakhirnya kepemilikan seseorang atas tanah adalah karena kematian. Dengan adanya peristiwa hukum ini mengakibatkan adanya peralihan harta kekayaan dari orang yang meninggal, baik harta kekayaan material maupun
19I Gede Purwaka.Keterangan Hak Waris yang Dibuat Oleh Notaris Berdasarkan Ketentuan
immaterial kepada ahli waris yang meninggal tersebut. Dengan meninggalnya seseorang ini aka nada pewaris, ahli waris, dan harta kekayaan yang ditinggalkan.
Jaminan kepastian hukum mengenai peralihan hak-hak atas tanah oleh seseorang, yang diperoleh dari warisan merupakan perpindahan suatu hak atas tanah kepada orang lain. Yang dimaksudkan dari peneliti disini adalah kepemilikan hak atas tanah yang diperoleh dari pewaris kepada ahli waris. Maka perpindahan hak atas berarti subyek hak yaitu pewaris dan ahli waris, perlu dilaksanakan pendaftaran peralihan hak untuk mendapatkan jaminan kepastian hukum kepemilikan hak atas tanah. Untuk menjamin kepastian hukum kepemilikan hak atas tanah warisan khususnya pada peralihan hak atas tanah warisan.
Seperti sudah disebutkan dimuka bahwa peralihan hak guna bangunan akibat warisan harus didaftarkan, salah satu pelayanan yang diberikan Kantor Pertanahan Kota Medan kepada masyarakat (bagi masyarakat warga Negara Indonesia keturunan (Tionghoa) dan masyarakat Timur Asing lainnya (India) dibidang pertanahan adalah pencatatan peralihan hak secara terus-menerus, berusaha memberikan informasi agar tahap-tahap pelaksanaan kegiatan baik yang menyangkut dari aspek teknis, administrasi dan yuridis dapat berjalan dengan baik, lancar dan memuaskan.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk meneliti “Analisis Yuridis Pendaftaran Peralihan Hak Guna Bangunan Akibat Pewarisan secara Ab Intestato di kota Medan”.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimana peralihan objek warisan secara ab intestato bila ditinjau dari hukum perdata BW ?
2. Bagaimana surat keterangan waris sebagai dasar peralihan hak guna bangunan
akibat pewarisan ?
3. Bagaimana pendaftaran peralihan Hak Guna Bangunan akibat pewarisan di kota Medan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana peralihan objek warisan secara ab intestato bila ditinjau dari hukum perdata.
2. Untuk mengetahui bagaimana surat keterangan waris sebagai dasar peralihan
hak guna bangunan akibat pewarisan.
3. Untuk mengetahui bagaimana pendaftaran peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan di kota Medan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.
1. Secara teoritis
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat :
a. Bermanfaat kepada masyarakat umum dalam hal pelaksanaan surat
keterangan waris dalam pendaftaran hak atas tanah.
b. Menjadi masukan bagi profesi hukum khususnya para notaries dalam pembuatan surat keterangan waris.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan penelusaran kepustakaan khususnya di lingkungan Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan judul Analisa Yuridis
pelaksanaan Surat Keterangan Waris dikaitkan dengan pendaftaran Hak Atas Tanah di kota Medan.
Menurut hasil penelitian di perpustakaan Pasca Sarjana Universitas Sumatera
Utara pernah ada penelitian yang membahas mengenai peralihan hak atas tanah akibat pewarisan yang dilakukan oleh Elyanju Sihombing, Mahasiswa Program Magister Kenotariatan, pada tahun 2000, dengan judul “Pendaftran Peralihan Hak Milik Atas Tanah karena pewarisan menurut PP No. 24 Tahun 1997 (Penelitian di Kota
Pematang Siantar)” .
Di dalam hasil penelitian yang lebih menitikberatkan mengenai :
1. Bagaimana Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak Milik atas tanah karena
pewarisan menurut PP Nomor 24 Tahun 1997 di Kota Pematang Siantar ? 2. Faktor-Faktor apa yang menyebabkan pemegang Hak Milik atas Tanah karena
3. Apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala dalam pendaftaran peralihan Hak Milik atas Tanah karena pewarisan PP Nomor 24 Tahun 1997? Di dalam penelitian ini yang berjudul “Analisis Yuridis Pendaftaran Peralihan
Hak Guna Bangunan akibat Pewarisan secara Ab Intestato di kota Medan” akan menitikberatkan pada :
1. Bagaimana peralihan objek warisan secara ab intestato bila ditinjau dari
hukum perdata.
2. Bagaimana surat keterangan waris sebagai dasar peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan.
3. Bagaimana pendaftaran peralihan Hak Guna Bangunan akibat pewarisan di kota Medan.
Dengan demikian penelitian ini dilakukan sangat berbeda. Dengan demikian
penelitian ini adalah asli baik dari segi subtansi maupun dari segi permasalahan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang di bahas dalam bahasa dan sistem pemikiran para ahli hukum sendiri.20
Jelaslah kiranya bahwa seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial
yang terpikul dibahunya, bukan karena dia adalah warga masyarakat melainkan juga karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup masyarakat.21
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengenai gejala yang
terdapat dalam dunia fisik tersebut tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris.22
Suatu kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara untuk bagaimana
mengorganisasikan dan menginterprestasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.23
Kata lain kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,
teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian.24
Teori yang digunakan pada penelitian ini adalah teori tanggung jawab hukum yang dikemukakan oleh Hans Kelsen yang mengatakan bahwa seseorang bertanggung jawab atas suatu perbuatan tertentu atau bahwa ia memikul tanggung jawab hukum atas sanksi dalam hal perbuatan yang bertentangan.25
20W. Friedman,Teori dan Filsafat Umum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, Hal. 2 21 Jujun S. Suryasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan, 1999, Hal. 237
22M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung, Mandar Maju, 1994, Hal. 27 23
Burhan Ashsofa,Metode Penelitian Hukum.Jakarta, Rineka Cipta, 1998, Hal. 23
24
M. Solly,Op.Cit, Hal. 80
25 Hans Kelsen, Teori Hukum Murni dengan judul buku asli “General Theory of Law and
Hans Kelsen juga mengatakan bahwa hukum telah menentukan pola perilaku tertentu, maka setiap orang seharusnya berperilaku sesuai pola yang ditentukan itu atau setiap orang harus menyesuaikan diri dengan apa yang telah ditentukan.26
Lebih lanjut fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk serta menjelaskan mengenai gejala yang diamati. Berdasarkan dari pengertian tersebut serta berangkat dari konsep bahwa dalam masyarakat, tanggung jawab hukum terkait dengan peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan yang didasarkan surat keterangan waris yang dibuat oleh pejabat berwenang berdasarkan keterangan dari para ahli waris memegang peranan penting yang bertalian mengenai peralihan atau pengurusan harta peninggalan dari pewaris.
Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri c.q. Direktorat Jendral Agraria Nomor Dpt/12/63/69 tanggal 20 Desember 1969 menentukan bahwa pejabat yang berwenang menerbitkan surat keterangan hak waris adalah didasarkan oleh
status atau golongan hukum dari si meninggal. 2. Konsepsi
Konsepsi merupakan salah satu bagian terpenting dari teori, konsep adalah sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada
dalam pikiran atau ide. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi antara abstraksi dan realitas.27
Konsepsi diartikan sebagai “kata” yang menyatukan abstraksi yang di
generalisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.Defenisi
26Ibid
operasional perlu disusun untuk memberikan pengertian yang jelas atas masalah yang dibahas karena istilah yang digunakan untuk membahas suatu masalah tidak boleh memiliki makna ganda. Konsepsi digunakan juga untuk memberi pegangan pada
proses penelitian oleh karena itu dalam rangka penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian definisi agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran.28
Oleh karena itu dalam penelitian ini di defenisikan beberapa konsep dasar atau
istilah, agar di dalam pelaksanaannya diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan, yaitu :
a. Peralihan Hak atas Tanah sebagai suatu perbuatan hukum yang dikuatkan
dengan akta otentik yang diperbuat oleh dan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang mengakibatkan beralihnya pemegang hak atas tanah kepada pihak lain.29
b. Surat Keterangan Waris adalah suatu surat yang diterbitkan oleh pejabat berwenang atau intansi pemerintah yang berwenang atau dibuat sendiri oleh segenap ahli waris yang kemudian dibenarkan dan dikuatkan oleh Kepala Desa/Lurah atau Camat yang dijadikan alat bukti yag kuat tentang adanya
suatu peralihan hak atas harta peninggalan dari pewaris kepada ahli waris.30 c. Pewarisan adalah suatu proses beralihnya harta kekayaan/benda yang
ditinggalkan seseorang yang meninggal (pewaris) kepada ahli warisnya.
28
Masri Singarimbun,Metode Penelitian Survey, Jakarta, LP3ES, 1999, Hal. 34
29 Mhd.Yamin Lubis, Abd. Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Bandung, Mandar
Maju, 2010, Hal. 276.
Kalaulah pewarisan dimasukkan dalam salah satu penyebab berakhirnya hak atas tanah, maka terjadinya pewarisan ini bisa melalui 2 (dua) cara yaitu karena ketentuan undang-undang dan karena sesuatu wasiat dari orang yang
telah meninggal dunia31
d. Hak Guna Bangunan adalah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan waktu paling lama
30 tahun.32 G. Metode Penelitian
“Metodologi” berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk
melakukan sesuatu; dan “logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodologi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara seksama untuk mencapai tujuan. Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan untuk
mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya.33 Dalam proses penelitian, penggunaan metode penelitian merupakan syarat mutlak untuk memperdalam kajian suatu penelitian yang sedang dilaksanakan. Oleh karena itu penelitian ini merupakan kegiatan ilmiah, maka metode penelitian dapat
diartikan sebagai ilmu untuk mengungkapkan dan menerangkan gejala-gejala alam atau gejala-gejala sosial dalam kehidupan manusia, dengan menggunakan prosedur kerja yang sistematis, teratur dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
31 http://www.ut.ac.id/html/suplemen/adpu4436/fakhirwaris82.htm, diunduh pada hari Senin
tanggal 05 Februari 2013
32Ibid, Pasal 35
33 Cholid Narbuko dan H. Abu Achmadi, Metode Penelitian, Jakarta, Bumi Aksara, 2002,
Pertanggungjawaban secara ilmiah berarti penelitian dilakukan untuk mengungkapkan dan menerangkan sesuatu yang ada dan mungkin sebagai suatu kebenaran dengan dibentengi bukti-bukti empiris atau yang dapat diterima oleh akal
sehat manusia.34
Dalam penelitian ini, untuk dapat menggunakan dan memperoleh data yang lebih akurat dan relevan dengan penelitian yang dilakukan, maka penulis
menggunakan metode penelitian sebagai berikut : 1. Pendekatan Masalah Penelitian
1. Sifat Penelitian
Untuk mengumpulkan data dalam tesis ini dilakukan dengan penelitian yang bersifat deskriptif analisis dan jenis penelitian yang diterapkan adalah dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian yang mengacu
pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam hukum waris dan hukum pertanahan di Indonesia, sebagai pijakan normatif, yang berawal dari premis umum yang kemudian berakhir pada suatu kesimpulan khusus. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan kebenaran-kebenaran
baru (suatu tesis) dan kebenaran-kebenaran induk (teoritis).
Metode pendekatan yuridis normatif yang digunakan terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji berbagai aspek hukum dengan melihat peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang peralihan hak atas tanah akibat
34
pewarisan, sehingga akan diketahui secara hukum tentang peralihan hak atas akibat pewarisan di kota Medan.
2. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang diambil penulis adalah di wilayah kota Medan. Alasan penulis memilih lokasi penelitian di kota Medan mengingat kota Medan adalah Ibu Kota Propinsi Sumatra Utara, dimana terdapat beragam penggolongan
penduduk dan beragam permasalahan yang ada dari keanekaragaman penduduk tersebut.
2. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini dilakukan dengan cara pengumpulan data dengan melakukan penelaahan kepada data primer dan data sekunder yang meliputi :
1. Data Primer
Data primer merupakan hasil penelitian lapangan yang akan dilakukan bersumber dari pengamatan dan wawancara dengan petugas pada Kantor Pertanahan Kota Medan, Notaris/PPAT yang ada di Kota Medan dan Balai Harta Peninggalan Medan.
2. Data Sekunder
Data yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian pustaka dengan
cara mempelajari dan memehami buku-buku atau lieratur-literatur maupun perundang-undangan yang berlaku dan menunjang penelitian ini :
Yaitu bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, dokumen resmi yang mempunyai otoritas yang berkaitan dengan permasalahan. Bahan-bahan hukum primer meliputi :
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Undang-Undang Pokok Agraria.
b. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 Tentang Pendaftaran
Tanah.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
d. Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan PP 24/1997 Tentang Pendaftaran Tanah. b) Bahan hukum sekunder
Yaitu semua bahan hukum yang bersifat penjelasan terhadap bahan hukum primer ini dapat berupa :
1. Buku-buku ilmiah.
2. Makalah-makalah yang berkaitan dengan pokok bahasan.
3. Hasil-hasil wawancara c) Bahan hukum tersier
Yaitu bahan yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer
Untuk memperdalam data sekunder tersebut dilakukan wawancara terhadap responden yang ditentukan, yaitu pejabat pada Kantor Pertanahan Medan dan Kantor Notaris/PPAT kota Medan yang pernah melakukan pendaftran peralihan hak guna bangunan akibat pewarisan secara ab intestato.
3. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data akan sangat menentukan hasil penelitian sehingga apa yang menjadi tujuan penelitian ini dapat tercapai. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka dalam penelitian akan dipergunakan alat pengumpulan data, yakni : a. Studi dokumen, yang dilakukan untuk menghimpun data dengan melakukan
penelahaan bahan-bahan kepustakaan yang meliputi bahan hukum primer, baru kemudian bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.35
b. Wawancara dengan informan yang berhubungan dengan materi penelitian ini. Dalam melakukan penelitian lapangan ini digunakan model wawancara secara langsung (tatap muka) dengan menggunakan pedoman wawancara (daftar pertanyaan). Tujuannya untuk mendapatkan data yang mendalam, utuh dan lengkap sehingga dapat dipakai untuk membantu.
4. Teknik Analisis Data
Analisis Data adalah proses mengatur urutan data atau mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang sarankan oleh data.36
35Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Dapat diartikan sebagai proses menganalisa, memanfaatkan data yang telah terkumpul untuk digunakan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam proses pengolahan, analisis dan pemanfaatan data dalam penelitian ini menggunakan metode
kualitatif.
Analisis data merupakan langkah terakhir dalam suatu kegiatan penulisan. Analisis data dilakukan secara kualitatif, artinya menguraikan data secara bermutu
dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis.37
Data yang diperoleh melalui pengumpulan data sekunder akan dikumpulkan
dan kemudian dianalisis untuk mendapatkan kejelasan terhadap masalah yang akan dibahas. Semua data yang telah terkumpul diedit, diolah, dan disusun secara sistematis untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk deskriptif yang kemudian
disimpulkan.
Analisis secara kualitatif dengan cara mengkategorikan data-data yang telah diperoleh dan kemudian ditafsirkan dalam usaha untuk mencari jawaban terhadap masalah penelitian. Dengan menggunakan metode dedukatif, ditarik suatu
kesimpulan dari yang umum ke yang khusus dari jawaban yang telah diperoleh yang merupakan hasil penelitian.
36Lexy J. Maleong,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung. Remaja Rosdakarya, 2002, Hal. 110 37
BAB II
PROSES PERALIHAN OBJEK WARISAN SECARA AB INTESTATO BILA DI TINJAU DARI HUKUM PERDATA
A. Hukum Waris di Indonesia
Hukum Waris merupakan salah satu bagian dari hukum Perdata secara keseluruhan dan merupakan bagian terkecil dari hukum kekeluargaan. Hukum Waris
sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, sebab setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian. Akibat hukum yang selanjutnya timbul dengan terjadinya peristiwa hukum kematian seseorang
diantaranya ialah masalah bagaimana pengurusan dan kelanjutan hak-hak dan kewajiban seseorang yang meninggal dunia tersebut.38
Kemajemukan masyarakat di Indonesia diikuti dengan kemajemukan Hukum
Perdatanya. Dimana Hukum Waris merupakan salah satu bagian dari Hukum Perdata yang berkembang dengan sangat kental di masyarakat Indonesia. Kita ketahui kegiatan waris mewaris tidak bisa terlepas dari tata kehidupan masyarakat. Dalam hukum waris perdata di Indonesia terdapat beberapa macam cara yang dianut oleh
masyarakat Indonesia dikarenakan banyaknya ras, suku, agama yang hidup berdampingan.
Telah diketahui, bahwa di Indonesia berlaku lebih dari satu sistem Hukum
Perdata yaitu, Hukum Barat (Hukum Perdata Eropa), Hukum Adat dan Hukum Islam.
38M. Idris Ramulyo,Hukum Waris Indonesia dalam Perspektif Islam, Adat dan BW. Bandung.
Ketiga sistem hukum tersebut semuanya antara lain juga mengatur cara pembagian harta warisan. Hukum Waris Perdata ini digunakan bagi orang yang mengesampingkan Hukum Adat Waris dalam mendapatkan penyelesaian pembagian
warisan.
Hukum Waris erat hubungannya dengan Hukum Keluarga, karena seluruh masalah mewaris yang diatur undang-undang didasarkan atas hubungan kekeluargaan
sedarah karena perkawinan”39. “Hukum Waris sebagai bidang yang erat kaitannya dengan hukum keluarga adalah salah satu contoh klasik dalam kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen yang tidak mungkin dipaksakan agar terjadi unifikasi”.40
Berdasarkan pasal 528 KUH Perdata, hak mewaris diidentikkan dengan hak kebendaan, sedangkan ketentuan Pasal 584 KUH Perdata menyebutkan hak waris sebagai salah satu cara untuk memperoleh hak kebendaan. Di dalam sistematik
Hukum Perdata Barat yang berlaku sekarang hukum waris dimuat dalam Buku II Tentang Kebendaan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dengan demikian hak waris dianggap sebagai hak kebendaan41.
Hukum Waris di Indonesia masih bersifat pluralistis, karena saat ini berlaku tiga sistem hukum kewarisan yaitu hukum waris adat, hukum waris Islam dan hukum waris kitab undang-undang hukum perdata.
Hukum Waris di Indonesia berbeda-beda antara lain42:
39 Pitlo, Hukum Waris Buku Kesatu, diterjemahkan oleh F. Tengker, Bandung, PT. Cipta
Aditya Bakti, 1995, Hal. 8
40
Irman Suparman,Hukum Perselisihan, Jakarta. Refika Aditama, 2005, Hal. 128
41
Ali Afandi,Op.Cit, Hal. 9
42Surini Ahlan dan Nurul Elmiyah,Hukum Kewarisan Perdata Barat, Jakarta, Fakultas Hukum
1. Adanya hukum waris Islam yang berlaku untuk segolongan penduduk Indonesia.
2. Adanya hukum waris menurut hukum perdata barat yang berlaku untuk
golongan penduduk yang tunduk pada hukum perdata barat.
3. Adanya hukum adat yang disana sini berbeda-beda tergantung pada daerah masing-masing yang berlaku bagi orang-orang yang tunduk kepada hukum
adat.
Berdasarkan Pasal 131 jo Pasal 163 Indische Staatsregeling, hukum waris yang diatur dalam KUH Perdata berlaku bagi orang-orang Eropa dan mereka yang dipersamakan dengan orang-orang Eropa tersebut.
Berdasarkan Staatsblad 1917 No.129 hukum waris perdata berlaku bagi golongan timur asing Tionghoa. Golongan Timur Asing Bagi golongan Timur Asing, terhadap mereka yang beragama Kristen, sesuai dengan ketentuan staatsblad 1847
Nomor 23, berlakulah ketentuan Hukum Perdata Eropa. Bagi yang tidak beragama Kristen, golongan ini dibagi menjadi dua yaitu Golongan Timur Asing Tionghoa dan Golongan Timur Asing bukan Tionghoa. Untuk Golongan Timur Asing Tionghoa
sejak tahun 1919 dikenakan hampir seluruh ketentuan KUH Perdata (staatsblad 1917 Nomor 129 yang mulai diberlakukan tanggal 29 Maret 1917).
Bagi Golongan Timur Asing bukan Tionghoa seperti Arab, Pakistan, India dan sebagainya (umumnya orang Asia) diberlakukan sebagian KUH Perdata yang
tunduk pada hukum negaranya sendiri (staatsblad 1924 Nomor 556 yang mulai berlaku tanggan 1 Maret 1925).43
Hukum Waris yang dipergunakan di Indonesia untuk setiap Warga Negara
Indonesia yaitu44:
a) Pada dasarnya hukum Adat berlaku untuk orang Indonesia Asli, dimana telah dijelaskan berbeda dari bermacam-macam daerah serta masih ada kaitannya
dengan ketiga macam sifat kekeluargaan, yaitu sifat kebapakan, sifat keibuan dan sifat kebapak-ibuan.
b) Peraturan warisan dari hukum Agama Islam pada umumnya mempunyai
pengaruh yang mutlak bagi orang Indonesia Asli di berbagai daerah.
c) Hukum warisan dari agama Islam pada umumnya diperlakukan bagi orang-orang Arab.
d) Hukum warisanBurgerlijk Wetboek (buku II title 12 sampai dengan 18 pasal-pasal 830 sampai 1130) diperlakukan bagi orang-orang Tionghoa.
Hukum Waris di Indonesia terdiri dari tiga macam peraturan yaitu Hukum Adat, Hukum Agama Islam dan Hukum Buregerlijk Wetboek. Unsur-unsur dalam hukum waris yaitu45:
1. Unsur Individual (menyangkut diri pribadi seseorang), seseorang pemilik atas suatu benda mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya sebagai individu untuk berbuat apa saja atas benda yang dimilikinya.
43
Mulai berlaku Mei 1919 bagi golongan tionghoa untuk daerah-daerah tertentu berlaku Hukum Perdata Barat (BW), termasuk hukum waris, penundukan diri terhadap hukum Eropa, maka bagi orang-orang Indonesia dimungkinkan pula menggunakan hukum waris yang tertuang dalam KUHPerdata.
44
2. Unsur Sosial (menyangkut kepentingan bersama) perbuatan yang dilakukan oleh seseorang pemilik harta kekayaan sebagaimana dijelaskan dalam unsur individual, yaitu kebebasan melakukan apa saja terhadap harta benda miliknya dengan menghibahkan kepada orang lain akan dapat menimbulkan kerugian pada ahli warisnya. Oleh karena itu undang-undang memberikan kebebasan pewaris demi kepentingan ahli waris yang sangat dekat yang bertujuan untuk melindungi kepentingan mereka. Pembatasan tersebut dalam kewarisan perdata disebut dengan istilahLegitieme Portie.
Prinsip Umum Pewarisan adalah46:
a) Pada asasnya yang dapat beralih pada ahli waris hanya hak dan kewajiban
di bidang hukum kekayaan saja.
b) Dengan meninggalnya seseorang seketika itu segala hak dan kewajiban pewaris beralih pada ahli warisnya.
c) Yang berhak mewaris pada dasarnya adalah keluarga sedarah dengan pewaris.
d) Pada asasnya harta peninggalan tidak boleh dibiarkan dalam keadaan tidak terbagi (Pasal 1066 KUH Perdata).
e) Pada asasnya setiap orang termasuk bayi yang baru lahir, cakap mewaris, kecuali mereka yang dinyatakan tak patut mewaris (Pasal 838 KUH Perdata).
Pengertian hukum waris tidak di jelaskan dalam Pasal tertentu dalam KUH Perdata tetapi melalui BAB XII Bagian Kesatu Ketentuan Umum Pasal 830 menyatakan bahwa “pewarisan hanya berlangsung karena kematian”. Hukum waris
adalah kumpulan peraturan yang mengatur hukum mengenai kekayaan karena wafatnya seseorang yaitu mengenai pemindahan kekayaan yang ditinggalkan oleh si mati dan akibat dari pemindahan ini bagi orang-orang yang memperolehnya baik
dalam hubungan antara mereka dengan mereka maupun dalam hubungan antara mereka dengan pihak ketiga.47
Hukum Waris adalah hukum yang mengatur tentang peralihan harta kekayaan
yang ditinggalkan seseorang yang meninggal serta akibatnya bagi para ahli waris.48 Karakteristik daripada warisan memberikan batasan-batasan antara lain:49
1. Seseorang yang meninggalkan warisan (Erflater) pada saat orang tersebut
meninggal dunia.
2. Seseorang atau beberapa orang ahli waris (Erfenaam) yang mempunyai hak menerima kekayaan yang di tinggalkan pewaris.
3. Harta warisan (Nalaten schap) yaitu wujud kekayaan yang ditinggalkan dan
selalu beralih kepada para ahli waris tersebut.
Unsur-Unsur Hukum Waris. Adapun unsur-unsur yang dapat menyebabkan adanya warisan adalah50:
47
A.Pitlo. Hukum Waris Menurut KUH Perdata. Terjemahan Isa Arif. Jakarta. Intermasa. 1979. Hal.1
1. Adanya pewaris.
Pewaris atau peninggal warisan adalah orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta kekayaan pada orang yang masih hidup. Istilah pewaris
dipakai untuk menunjukkan orang yang meneruskan harta peninggalan ketika hidupnya kepada waris atau orang yang setelah wafat meninggalkan harta peninggalan yang diteruskan atau dibagikan kepada waris. Tegasnya pewaris
adalah yang memiliki harta peninggalan atau harta warisan.
Menurut Pasal 830 KUHPerdata dikatakan bahwa : “Pewaris hanya terjadi atau berlangsung dengan adanya kematian. Kematian seseorang dalam hal ini
orang yang meninggal dengan meninggalkan harta kekayaan merupakan unsur yang mutlak untuk adanya pewarisan, karena dengan adanya kematian seseorang maka pada saat itu pula mulailah harta warisan itu dapat dibuka
atau dibagikan. Dan pada saat itu pula para ahli waris sudah dapat menentukan haknya untuk diadakan pembagian warisan, karena dengan meninggalnya perwaris maka seluruh aktiva atau seluruh harta kekayaanya maupun seluruh pasiva atau seluruh hutang-hutangnya secara otomatis akan
jatuh/beralih kepada ahli waris yang ada.” 2. Adanya harta warisan.
Harta warisan adalah sejumlah harta kekayaan yang ditinggalkan seseorang
yang meninggal dunia berupa kumpulan aktiva dan passiva. Menurut
50 Rizal Effendi, Pelaksanaan Pendaftaran Peralihan Hak atas Tanah karena warisan
ketentuan undang-undang hanya hak-hak dan kewajiban-kewajiban dalam lapangan hukum meninggalkan harta kekayaanlah yang dapat diwarisi oleh para ahli waris.
3. Adanya ahli waris.
Ahli waris adalah setiap orang yang berhak atas harta peninggalan pewaris dan berkewajiban menyelesaikan hutang-hutangnya. Hak dan kewajiban
tersebut timbul setelah pewaris meninggal dunia. Hak waris ini didasarkan pada hubungan perkawinan, hubungan darah dan surat wasiat yang diatur dalam undang-undang.
Dalam hukum waris menurut BW berlaku suatu asas bahwa “apabila seseorang meninggal dunia, maka seketika itu juga segala hak dan kewajibannya beralih kepada sekalian ahli warisnya”. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang
beralih pada ahli waris adalah sepanjang termasuk dalam lapangan hukum harta kekayaan atau hanya hak dan kewajiban yang dapat dinilai dengan uang.
Merupakan ciri khas hukum waris menurut BW antara lain “adanya hak mutlak dari para ahli waris masing-masing untuk sewaktu-waktu menuntut
pembagian dari harta warisan”. Ini berarti, apabila seorang ahli waris menuntut pembagian harta warisan di depan pengadilan, tuntutan tersebut tidak dapat ditolak oleh ahli waris yang lainnya. Ketentuan ini tertera dalam pasal 1066 BW, yaitu:
2. Pembagian harta benda peninggalan itu selalu dapat dituntut walaupun ada perjanjian yang melarang hal tersebut.
3. Perjanjian penangguhan pembagian harta peninggalan dapat saja dilakukan
hanya untuk beberapa waktu tertentu.
4. Perjanjian penagguhan pembagian hanya berlaku mengikat selama lima tahun, namun dapat diperbaharui jika masih dikehendaki oleh para pihak.
Dari ketentuan pasal 1066 BW tentang pemisahan harta peninggalan dan akibat-akibatnya itu, dapat dipahami bahwa sistem hukum waris menurut BW memiliki ciri khas yang berbeda dari hukum waris yang lainnya. Ciri khas tersebut di
antaranya hukum waris menurut BW menghendaki agar harta peninggalan seorang pewaris secepat mungkin dibagi-bagi kepada mereka yang berhak atas harta tersebut. Kalau pun hendak dibiarkan tidak terbagi, harus terlebih dahulu melalui persetujuan
seluruh ahli waris.51
B. Ahli Waris dan Akibat Pewarisan
Keturunan dari orang yang meninggalkan warisan merupakan ahli waris yang terpenting karena pada kenyataannya mereka merupakan satu-satunya ahli waris, dan
sanak keluarganya tidak menjadi ahli waris, jika orang yang meninggalkan warisan itu mempunyai keturunan.52
51
Ksatria Justicia. Dasar-Dasar Hukum Perdata.
http://zakaaditya.blogspot.com/2012/03/dasar-dasar-hukum-waris-perdata.html. diunduh pada hari Rabu tanggal 13 Maret 2013
Pada asasnya setiap orang, meskipun seorang bayi yang baru lahir, adalah cakap untuk mewaris. Hanya oleh undang-undang telah ditetapkan ada orang-orang yang karena perbuatannya, tidak patut menerima warisan, mereka itu adalah53:
1. Seorang waris yang dengan putusan hakim telah dihukum karena dipersalahkan membunuh atau mencoba membunuh si meninggal
2. Orang yang dengan keputusan hakim pernah dipersalahkan memfitnah si
pewaris, berupa fitnah dengan ancaman hukuman lima (5) tahun atau lebih berat.
3. Orang yang dengan kekerasan atau perbuatan telah mencegah si pewaris
untuk membuat atau mencabut surat wasiatnya.
4. Orang yang telah menggelapkan, merusak atau memalsukan surat wasiat si pewaris.
Ahli waris adalah anggota keluarga orang yang meninggal dunia yang menggantikan kedudukan pewaris dalam bidang hukum kekayaan karena meninggalnya pewaris.54 Ahli waris menurut KUH Perdata dapat diidentifikasi melalui adanya hubungan sedarah, semenda (ikatan perkawinan), dan orang lain yang
sama sekali tidak ada hubungannya dengan pewaris (melalui surat wasiat).
Dalam Pasal 290 ayat (1) KUH Perdata: “keluarga sedarah adalah pertalian kekeluargaan antara mereka, yang mana yang satu adalah keturunan yang lain, atau
yang semua mempunyai nenek moyang yang sama”. Sedangkan cara mengatur
53Effendi Perangin,Op. Cit, Hal. 10
perderajatan diatur dalam Pasal 290 (2) KUH Perdata: “Pertalian keluarga sedarah dihitung dengan jumlah kelahiran dinamakan derajat”.
Garis lurus yaitu urutan perderajatan antara mereka yang satu adalah
keturunan yang lain. Contohnya hubungan anak dengan orang tuanya. Sedangkan yang dimaksud garis menyamping yaitu urutan perderajatan antara mereka yang mana yang satu bukanlah keturunan yang lain, melainkan yang mempunyai nenek
moyang yang sama (Pasal 291 KUH Perdata). Contohnya hubungan antara seseorang dengan saudara saudaranya.
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata ada dua cara untuk mendapatkan
warisan, yaitu55:
a. Sebagai ahli waris menurut Undang-undang (ab intestato) pewarisan berdasarkan undang-undang adalah suatu bentuk pewarisan dimana hubungan darah merupakan faktor penentu dalam hubungan pewarisan antara pewaris dan ahli waris.
b. Karena ditunjuk dalam surat wasiat (testament) Dalam hal ini testamen merupakan suatu akta yang memuat tentang apa yang dikehendaki terhadap harta setelah pewaris meninggal dunia dan dapat dicabut kembali (pernyataan
sepihak), testament ini diatur dalam Pasal 875 KUHPerdata.
Pewarisan secara ab intestato tanpa testamen yang juga ada istilah yang dipergunakan dalam bahasa Belanda yaitu erfrecht bij versterf (hukum waris karena
kematian) diatur dalam pasal 833 KUH Perdata yang berbunyi:
“sekalian ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak dan segala piutang si yang meninggal.”
Arti dari pasal ini ialah, bahwa pada prinsipnya yang berlaku terhadap suatu
warisan ialah hukum waris tanpa wasiat karena dengan sendirinya ahli waris memperoleh dari harta peninggalan pewaris.
Undang-undang telah menetapkan tertib keluarga yang menjadi ahli waris,
yaitu: isteri atau suami yang ditinggalkan dan keluarga sah dari pewaris. Ahli waris menurut undang undang atau ahli waris ab intestato berdasarkan hubungan darah terdapat 2 (dua) cara yaitu56:
1. Pewarisan Langsung (uit eigen hoofde) karena pribadi itu dipanggil atau
ditetapkan oleh undang-undang untuk mewaris karena orang itu adalah keluarga sedarah yang terdekat derjat pertalian darahnya dalam kelas ahli waris yang terdekat pula dengan pewaris. Dapat dibagi menjadi 4 (empat)
golongan yaitu :
a. Golongan pertama, keluarga dalam garis lurus ke bawah, meliputi anak-anak beserta keturunan mereka beserta suami atau isteri yang ditinggalkan atau yang hidup paling lama. Suami atau isteri yang
ditinggalkan atau hidup paling lama ini baru diakui sebagai ahli waris pada tahun 1935, sedangkan sebelumnya suami / isteri tidak saling mewarisi.
56Syafnil Gani. Ocw.usu.ac.id/../kn_510_slide_cara_pewarisan_ab intestato-2 diunduh pada
b. Golongan kedua, keluarga dalam garis lurus ke atas, meliputi orang tua dan saudara, baik laki-laki maupun perempuan, serta keturunan mereka. Bagi orang tua ada peraturan khusus yang menjamin bahwa bagian
mereka tidak akan kurang dari ¼ (seperempat) bagian dari harta peninggalan, walaupun mereka mewaris bersamasama saudara pewaris. c. Golongan ketiga, meliputi kakek, nenek, dan leluhur selanjutnya ke atas
dari pewaris.
d. Golongan keempat, meliputi anggota keluarga dalam garis ke samping dan sanak keluarga lainnya sampai derajat keenam.
Jika pewaris dan ahli waris sama-sama meninggal tanpa dapat diketahui siapa yang lebih dahulu meninggal, mereka dianggap meninggal pada saat yang sama dan di antara mereka tidak terjadi saling mewaris (pasal 831 dan
894 KUH Perdata).Jika semua golongan tidak ada, maka harta warisan ini jatuh pada negara yang wajib melunasi utang-utang pewaris sekadar harta warisan itu mencukupi.
2. Pewarisan melalui Penggantian tempat (bij plaats vervulling) suatu cara
pewarisan dengan mana seseorang menjadi ahli waris karena menggantikan tempat orang lain yang sekiranya akan mewaris jika orang yang digantikan itu masih hidup pada saat kematian pewaris. Syarat-syarat penggantian tempat :