BAB IV METODE PENELITIAN
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi yang dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan besarnya nilai dari masing-masing variabel tersebut.
Menurut Indriantoro & Supomo (2002) menyatakan definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam
mengoperasionalisasikan konstruk sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk mereplikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik.
Menurut Lubis (2016) variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif dengan variabel lainnya. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan yaitu variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen.
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala interval dengan teknik skala sikap model Likert’s Summated Rating (LSR). Menurut Erlina (2011) mendefinisikan skala likert disusun untuk menilai sejauh mana subjek setuju dan tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan. Pengukuran pendapat responden digunakan skala likert yang berisi 5 preferensi jawaban dan dibuat dalam bentuk centang (√) dengan rincian skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju), skor 2 (TS=Tidak Setuju), skor 3 (N=Netral), Skor 4 (S=Setuju) dan Skor 5 (SS= Sangat Setuju).
4.5.1 Akuntabilitas (X1)
Akuntabilitas adalah kewajiban penyajian informasi pertanggungjawaban ke pihak yang lain secara konsisten dan proposional dalam pengelolaan keuangan dan non keuangan. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ismiarti (2013).
Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.2 Transparansi (X2)
Transparansi adalah keterbukaan informasi kepada pihak yang berhak dengan jujur, benar dan tidak diskriminatif. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ismiarti (2013). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.3 Responsiveness (X3)
Responsiveness adalah kemampuan reaksi pemerintah daerah menanggapi perubahan kebijakan, saran dan koreksi mayarakat sesuai batas kewenangan untuk meminimalisir dampak masalah. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Rosyada (2016). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.4 Rule of law (X4)
Rule of law adalah aturan hukum yang dipedomani bersama berlangsung terus menerus dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan tujuan keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ningsih (2013). Jawaban responden diberi pembobotan
angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.5 Efficiency and Effectiveness (X5)
Efficiency and effectiveness adalah hubungan hasil dari proses pemanfaatan potensi yang dilakukan internal organisasi terhadap pencapaian dampak tertinggi dari tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ningsih (2013). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.6 Kinerja Pemerintah Daerah (Y)
Kinerja pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian sasaran sesuai pedoman dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah daerah berkaitan dengan sarana dan prasarana pelayanan publik. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner dari Maryati (2012) & Ismiarti (2013). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
Tabel 4.3
Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Pencapaian sasaran sesuai pedoman dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah daerah berkaitan dengan sarana dan prasarana pelayanan publik
- Implementasi prinsip ekonomis, efesien dan efektif terhadap capaian tujuan
- strategi berpedoman pada celah kinerja (performance gap) - Orientasi alokasi dana pada kepentingan pelayanan publik - Penerapan standar pelayanan publik yang holistik - Konsentrasi cakupan pelayanan pada objek dan wilayah
jawaban ke pihak lain secara konsisten dan proposional dalam pengelolaan keuangan dan non keuangan.
- dasar penyajian informasi rencana strategis dan kebijakan umum anggaran penyelenggaraan pemerintah
- orientasi utama pengelolaan pelayanan publik
- keterlibatan internal dan ekternal pada tahapan pengelolaan anggaran
- proposionalitas penjelasan dan pertanggungjawaban kebijakan publik
- ketersediaan sarana publik untuk evaluasi nilai derajat capaian pengelolaan kebijakan umum anggaran
Interval
Transfaransi (X2)
Keterbukaan informasi kepada pihak yang berhak dengan jujur, benar dan tidak diskriminatif.
- ketersediaan pengumuman kebijakan anggaran, - ketersediaan dokumen anggaran yang mudah diakses - ketersediaan laporan pertanggung jawaban yang tepat
waktu,
- terakomodasinya suara/usulan publik
- ketersediaan sistem pemberian informasi kepada publik.
Interval
kebijakan, saran dan koreksi mayarakat sesuai batas
kewenangan untuk
meminimalisir dampak
masalah.
- ketersedian prosedur layanan pengaduan - tindak lanjut laporan pengaduan
- tingkat kepercayaan atas itikad kebijakan - sikap konsistensi memberikan koreksi dan saran - tingkat kuantitas partisipan dalam pengawasan
Interval pemerintahan dengan tujuan keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum.
- keutuhan aspek penegakan hukum - kejelasan aturan hukum
- ketegasan subjek aturan hukum - ketersediaan lembaga kredibel
- pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik berdasarkan hukum
- implementasi regulatory practice principle rancangan dan produk hukum
- implementasi analisis kebijakan yang holistic dan sistemik rancangan dan produk hukum
- sikap penghargaaan pada HAM dan nilai kemasyarakatan.
Interval
- pemanfaatan teknologi pada pekerjaan.
- tindakan perbaikan yang berkelanjutan - implementasi pemantapan struktur organisasi
- ketersedian kajian sumber daya manusia, sumber daya fisik dan dana keuangan
- tindakan optimalisasi penggunaan sumber daya terhadap tujuan
- kejelasan sikap dukungan pada tujuan berhasil guna dan berdaya guna yg berkelanjutan
- kejelasan tekad menekan penyimpangan sumber daya
Interval