BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.2. Pengembangan Hipotesa
3.2.5 Pengaruh efficiency and effectiveness terhadap kinerja
Menurut pendapat penulis pengertian efficiency and effectiveness adalah hubungan hasil dari proses pemanfaatan potensi yang dilakukan internal organisasi terhadap pencapaian dampak tertinggi dari tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Menurut Adisasmita (2011) mengatakan bahwa efisiensi adalah suatu
proses internal atau sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk menghasilkan satu satuan output. Karena itu efisiensi dapat diukur sebagai rasio output terhadap input. Suatu organisasi, program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Konsep efisiensi dan efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Titik tujuan efisiensi berfokus pada hasil (output) dan proses sedangkan efektivitas berfokus pada dampak (outcome).
Berdasarkan hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) bahwa penerapan prinsip good coprorate governance (efficiency and effectiveness) berpengaruh positif terhadap kinerja Pemerintah Kota Bekasi.
Rosyada, (2016) bahwa efesiensi dan efektifitas berpengaruh positif signifikan dalam kinerja SKPD di Kota Samarinda. Hal ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan erat antara efficiency and effectiveness terhadap kinerja pemerintah daerah yaitu semakin efesien dan efektif program/kegiatan di setiap SKPD maka semakin meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian empiris tersebut di atas, maka hipotesa yang dibangun adalah Efficiency and effectiveness berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Desain penelitian ini adalah survey analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana fenomena itu terjadi dan melakukan analisis dinamika kausalitas dari fenomena tersebut. Data penelitian yang digunakan adalah data primer dalam bentuk persepsi responden (subjek). Pengambilan data menggunakan survey langsung dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner (angket) dengan tujuan untuk memperoleh data yang terjadi pada masa lalu atau saat ini tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan menguji beberapa hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari populasi penelitian. Kuesioner yang digunakan disusun dari reflikasi peneliti terdahulu setelah dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori yang terkait.
4.2 Lokasi , Waktu Penelitian dan Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Langkat alasan dipilihnya Pemerintah Kabupaten Langkat sebagai lokasi penelitian karena dari pengamatan awal, peneliti masih menemukan beberapa indikator dari akuntabilitas, transpransi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness yang belum dilaksanakan secara optimal dan peneliti menduga berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Selain itu domisili dari peneliti dekat dengan lokasi penelitian sehingga diharapkan penelitian selesai dalam waktu yang telah direncanakan yaitu selama 6 (enam) bulan. Waktu penelitian
Juli 2017 s/d Desember 2017 ( Lampiran 1 jadwal penelitian tercantum pada tabel 4.1 ).
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada 5 ( lima ) variabel independen (X) yaitu akuntabilitas (X1), transparansi (X2), responsiveness (X3), rule of law (X4) serta efficiency and effectiveness (X5) yang diduga berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap berupa orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang terkait dengan masalah penelitian (Erlina, 2011) sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang harus dapat mewakili populasi tersebut (Sugiyono, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat dan pegawai SKPD yang membidangi pelayanan publik baik terlibat dalam pengelolaan keuangan maupun non keuangan daerah di Pemerintah Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 104 (seratus empat) orang dari 52 (lima puluh dua) SKPD yang ada di Kabupaten Langkat terdiri dari 24 (dua puluh empat) kantor, 18 (delapan belas) dinas, 5 (lima) badan, 1 (satu) inspektorat, 1 (satu) RSUD, 1 (satu) sekretariat DPRD, 1 (satu) sekretariat daerah dan 1 (satu) satuan pamong praja.
(daftar populasi SKPD tercantum dalam lampiran tabel 4.2). Jumlah seluruh SKPD di Kabupaten Langkat sebanyak 54 (lima puluh empat) SKPD namun untuk meresponden kinerja pemerintah daerah 2 (dua) SKPD tidak diikut sertakan
sebagai sampel karena SKPD tersebut baru terbentuk dari pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tanggal 15 Juni 2016 tentang Organisasi Pemerintah Daerah. Adapun kuesioner yang akan diberikan pada setiap SKPD dengan metode sensus semua populasi dijadikan sampel, sedangkan untuk memilih responden dari setiap SKPD peneliti menggunakan metode judgement sampling berdasarkan kriteria pertimbangan yang telah ditentukan.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa data kuesioner sebagai data primer. Menurut Umar (2000) data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama yakni dari individu atau perseorangan melalui wawancara atau pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2014). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Kuesioner untuk pengumpulan data diantar sendiri oleh peneliti sebanyak 104 (seratus empat) kuesioner dan ditunggu selama 21 hari.
4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi yang dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan besarnya nilai dari masing-masing variabel tersebut.
Menurut Indriantoro & Supomo (2002) menyatakan definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam
mengoperasionalisasikan konstruk sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk mereplikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik.
Menurut Lubis (2016) variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif dengan variabel lainnya. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan yaitu variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen.
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala interval dengan teknik skala sikap model Likert’s Summated Rating (LSR). Menurut Erlina (2011) mendefinisikan skala likert disusun untuk menilai sejauh mana subjek setuju dan tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan. Pengukuran pendapat responden digunakan skala likert yang berisi 5 preferensi jawaban dan dibuat dalam bentuk centang (√) dengan rincian skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju), skor 2 (TS=Tidak Setuju), skor 3 (N=Netral), Skor 4 (S=Setuju) dan Skor 5 (SS= Sangat Setuju).
4.5.1 Akuntabilitas (X1)
Akuntabilitas adalah kewajiban penyajian informasi pertanggungjawaban ke pihak yang lain secara konsisten dan proposional dalam pengelolaan keuangan dan non keuangan. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ismiarti (2013).
Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.2 Transparansi (X2)
Transparansi adalah keterbukaan informasi kepada pihak yang berhak dengan jujur, benar dan tidak diskriminatif. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ismiarti (2013). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.3 Responsiveness (X3)
Responsiveness adalah kemampuan reaksi pemerintah daerah menanggapi perubahan kebijakan, saran dan koreksi mayarakat sesuai batas kewenangan untuk meminimalisir dampak masalah. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Rosyada (2016). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.4 Rule of law (X4)
Rule of law adalah aturan hukum yang dipedomani bersama berlangsung terus menerus dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan tujuan keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ningsih (2013). Jawaban responden diberi pembobotan
angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.5 Efficiency and Effectiveness (X5)
Efficiency and effectiveness adalah hubungan hasil dari proses pemanfaatan potensi yang dilakukan internal organisasi terhadap pencapaian dampak tertinggi dari tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ningsih (2013). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.6 Kinerja Pemerintah Daerah (Y)
Kinerja pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian sasaran sesuai pedoman dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah daerah berkaitan dengan sarana dan prasarana pelayanan publik. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner dari Maryati (2012) & Ismiarti (2013). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
Tabel 4.3
Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Pencapaian sasaran sesuai pedoman dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah daerah berkaitan dengan sarana dan prasarana pelayanan publik
- Implementasi prinsip ekonomis, efesien dan efektif terhadap capaian tujuan
- strategi berpedoman pada celah kinerja (performance gap) - Orientasi alokasi dana pada kepentingan pelayanan publik - Penerapan standar pelayanan publik yang holistik - Konsentrasi cakupan pelayanan pada objek dan wilayah
jawaban ke pihak lain secara konsisten dan proposional dalam pengelolaan keuangan dan non keuangan.
- dasar penyajian informasi rencana strategis dan kebijakan umum anggaran penyelenggaraan pemerintah
- orientasi utama pengelolaan pelayanan publik
- keterlibatan internal dan ekternal pada tahapan pengelolaan anggaran
- proposionalitas penjelasan dan pertanggungjawaban kebijakan publik
- ketersediaan sarana publik untuk evaluasi nilai derajat capaian pengelolaan kebijakan umum anggaran
Interval
Transfaransi (X2)
Keterbukaan informasi kepada pihak yang berhak dengan jujur, benar dan tidak diskriminatif.
- ketersediaan pengumuman kebijakan anggaran, - ketersediaan dokumen anggaran yang mudah diakses - ketersediaan laporan pertanggung jawaban yang tepat
waktu,
- terakomodasinya suara/usulan publik
- ketersediaan sistem pemberian informasi kepada publik.
Interval
kebijakan, saran dan koreksi mayarakat sesuai batas
kewenangan untuk
meminimalisir dampak
masalah.
- ketersedian prosedur layanan pengaduan - tindak lanjut laporan pengaduan
- tingkat kepercayaan atas itikad kebijakan - sikap konsistensi memberikan koreksi dan saran - tingkat kuantitas partisipan dalam pengawasan
Interval pemerintahan dengan tujuan keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum.
- keutuhan aspek penegakan hukum - kejelasan aturan hukum
- ketegasan subjek aturan hukum - ketersediaan lembaga kredibel
- pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik berdasarkan hukum
- implementasi regulatory practice principle rancangan dan produk hukum
- implementasi analisis kebijakan yang holistic dan sistemik rancangan dan produk hukum
- sikap penghargaaan pada HAM dan nilai kemasyarakatan.
Interval
- pemanfaatan teknologi pada pekerjaan.
- tindakan perbaikan yang berkelanjutan - implementasi pemantapan struktur organisasi
- ketersedian kajian sumber daya manusia, sumber daya fisik dan dana keuangan
- tindakan optimalisasi penggunaan sumber daya terhadap tujuan
- kejelasan sikap dukungan pada tujuan berhasil guna dan berdaya guna yg berkelanjutan
- kejelasan tekad menekan penyimpangan sumber daya
Interval
4.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu model regresi linier berganda (multiple regression analysis) yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis, baik secara simultan maupun secara parsial seberapa besar pengaruh akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness terhadap kinerja pemerintah daerah. Uji statistik yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji statistik deskriptif dan uji hipotesis. Pengolahan data menggunakan alat bantu aplikasi software program Statistical Package for Social Science (SPSS).
4.6.1 Uji Kualitas Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas berupa konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian yang terdiri dari jenis pengujian berupa uji validitas dan reliabilitas.
4.6.1.1 Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu kuesioner. Juga untuk mengetahui dan mengukur apakah pernyataan dalam kuesioner valid atau tidak, disusun dengan akurat atau tidak, sehingga mampu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh kuesioner tersebut yaitu menghitung korelasi antara skor masing-masing pernyataan dengan total skor dari item-item pernyataan. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas pernyataan/
pernyataan dapat dilihat pada kolom Corrected Item-Total Correlation (Korelasi Product Moment dari Karl Pearson) dengan ketentuan jika :
r-hitung lebih besar dari r-tabel, maka skor butir pernyataan kuesioner valid
r-hitung lebih kecil dari r-tabel, maka skor butir pernyataan kuesioner tidak valid (Ghozali, 2016).
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – 2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel (Ghozali, 2013).
4.6.1.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan lebih dari dua kali terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukuran yang sama (Erlina, 2008). Uji realibilitas bertujuan mengetahui tingkat keterandalan suatu kuesioner jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, harus konsisten dari waktu ke waktu dan menghasilkan data yang sama. Pengujian realibilitas dilakukan dengan uji statistik Cronbach’s Alpha (Ghozali, 2016).
Penilaian hasil uji statistik Cronbach’s Alpha dengan ketentuan jika : nilai Cronbach’s Alpha > 0,70, kuesioner dinyatakan reliabel.
nilai Cronbach’s Alpha < 0,70, kuesioner dinyatakan tidak reliabel.
4.6.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan dengan analisis statistik. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesis dengan analisis regresi linier berganda akan memberikan hasil yang baik jika model regresi memenuhi semua asumsi klasik
namun uji autokorelasi tidak dilakukan pada penelitian ini karena penelitian ini tidak menggunakan sampel dengan data silang waktu (time series).
4.6.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, model pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal dan ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2013). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak dengan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik histogram dikatakan normal atau mendekati normal jika grafik bentuk lonceng (bell shaped). Analisis grafik plot berdistribusi normal jika titik-titik menyebar disekitar atau membentuk garis lurus diagonal. Uji Normalitas dengan grafik dapat menyesatkan kalau tidak hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa sebaliknya.
Oleh sebab itu disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik non parametrik Kolmogrov-smirnov (uji K-S). Uji K-S dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 yang berarti data residual berdistribusi normal (Ghozali, 2016). Pedoman hasil uji normalitas terhadap distribusi data yang digunakan dalam penelitian ini dengan ketentuan jika :
1. Nilai signifikan atau probabilitas < 0,05 maka distribusi data tidak normal.
2. Nilai signifikan atau probabilitas > 0,05 maka distribusi data normal.
4.6.2.2 Uji Multikoloniearitas
Uji multikoloniearitas adalah kolerasi sempurna (100%) diantara variabel yang digunakan dalam model. Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2013 ).
Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2016). ). Untuk mendeteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari permasalahan multikolonieritas dapat dilihat dari besaran Variance Inflation Factor (VIF). Pedoman pengambilan keputusan pada pengujian ini dengan ketentuan jika:
1. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 10 maka artinya terdapat persoalan multikolonieritas diantara variabel bebas.
2. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 10 maka artinya tidak terdapat persoalan multikolonieritas diantara variabel bebas. VIF = 1/Tolerance, jika VIF = 10 maka Tolerance = 1/10 = 0,1.
Selain itu deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk menghindari kebiasan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.
4.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terdapat perbedaan variance residual suatu periode pengamatan ke periode pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013). Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual antara suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual antara suatu pengamatan ke pengamatan lainnya tetap maka disebut homoskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat :
4.6.2.3.1 Analisis Grafik
Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas pada suatu model yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen ZPRED dengan residualnya SRESID, dengan melihat pola gambar scatterplot.
Bila titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016). Pedoman pengambilan keputusan pada pengujian ini dengan ketentuan jika:
Ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
4.6.2.3.2 Analisis Glejser
Uji ini mengusulkan untuk meregres nilai absolut residual terhadap variabel independen, dengan kriteria probabilitas signifikansi diatas tingkat kepercayaan 5% (Ghozali, 2013). Uji heteroskedastisitas berikutnya dengan melakukan uji Glejser dengan melihat nilai signifikansi di atas tingkat kepercayaan 5%, maka tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolut residual (AbsUt), disimpulkan model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2016).
4.7 Uji Statistik Deskriptif
Statistik ini digunakan untuk memberikan gambaran secara umum profil dari sampel. Statistik deskriptif lebih berkenaan dengan pengumpulan dari ringkasan data, serta penyajian hasil ringkasan sehingga lebih mudah dipahami dan diinterprestasikan. Penelitian ini menggunakan statistic deskriptif yang terdiri
dari rata-rata, standar deviasi, jawaban minimum dan jawaban maksimum dari jawaban yang telah didapat melalui kuesioner.
4.8 Model Pengujian Hipotesis
Penelitian ini menggunakan 1 (satu) variabel dependen, 5 (lima) variabel independen. Hipotesis untuk menguji apakah akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah dengan menggunakan model regresi linier berganda. Pengujian hipotesis dilakukan setelah sejumlah persyaratan statistik asumsi klasik telah terpenuhi. Setelah analisis regresi linear berganda dengan SPSS selesai, interpretasi informasi yang terdapat pada output SPSS harus dilakukan secara efektif. Ketepatan model regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari kelayakan model tersebut, diantaranya dari nilai koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik jika nilai signifikansi hasil uji berada dalam daerah kritis
< 0,05. Sebaliknya disebut tidak signifikan secara statistik jika nilai signifikansi hasil uji berada diluar daerah kritis > 0,05 (Ghozali, 2016). Pedoman agar mempermudah dalam hal interpretasi kekuatan pengaruh antara 2 variabel atau lebih dapat ditunjukkan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Pedoman Penginterpretasian Koefisien Regresi Interval Koefisien Tingkat Pengaruh
0,000 – 0,199 Sangat Rendah 0,200 – 0,399 Rendah
0,400 – 0,599 Sedang 0,600 – 0,799 Kuat
0,800 – 1,000 Sangat Kuat Sumber: Sugiyono (2014)
4.8.1. Uji Hipotesis Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Pengujian hipotesis pada penelitian ini variabel independen yang digunakan akuntabilitas transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness terhadap kinerja pemerintah daerah sebagai variabel dependen yaitu regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji pengaruh antara satu variabel dengan variabel lain. Adapun bentuk persamaan regresinya adalah:
Model : Y = α + βı Xı + β2 X2 + β3 X3 + β4 X4 + β5 X5 + e Keterangan :
Y = Kinerja pemerintah daerah
α = Konstanta
βı, β2, β3, β4 β5 = Koefisien Regresi
Xı = Akuntabilitas
X2 = Transparansi
X3 = Responsiveness
X4 = Rule of law
X5 = Efficiency and Effectivenes
e = Error
Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikansi (α) 0,05 atau 5%.
Untuk menguji apakah hipotesis yang diajukan diterima atau ditolak maka dilakukan 3 (tiga) pengujian terhadap variabel-variabel penelitian dengan cara pengujian hipotesis secara simultan dengan uji F, dan secara parsial dengan uji t serta koefisien determinasi (R2 ).
4.8.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama (serentak) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen Menguji secara simultan melalui uji signifikansi simultan (uji statistik F) yaitu untuk dapat menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara simultan. Hipotesis untuk uji statistik F pada penelitian ini dinyatakan sebagai berikut :
1. Ho : β = 0 artinya: akuntabilitas (Xı), transfaransi (X2), responsiveness (X3) , rule of law (X4) serta efficiency and effectiveness (X5) secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah (Y).
2. Ha : β ≠ 0 artinya: akuntabilitas (Xı), transfaransi (X2), responsiveness (X3) , rule of law (X4) serta efficiency and effectiveness (X5) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah (Y).
Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel. Keputusan diambil berdasarkan tabel ANOVA dalam output SPSS. Dalam penelitian ini digunakan derajat keyakinan 95% atau signifikansi dibawah 5%
serta derajat kebebasan df1 dan df2 untuk mencari nilai F tabel.
Pedoman pengambilan keputusan pada pengujian ini dengan ketentuan jika:
Fhitung > Ftabel dan nilai signifikansi < 0,05, variabel independen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Ho ditolak atau hipotesis yang diajukan diterima (berpengaruh).
Fhitung< Ftabel dan nilai signifikansi > 0,05, variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho diterima atau
Fhitung< Ftabel dan nilai signifikansi > 0,05, variabel independen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ho diterima atau