ANALISIS PENGARUH FAKTOR – FAKTOR GOOD GOVERNANCE TERHADAP
KINERJAPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Oleh
ERIAN AZMAL 157017158/Akt
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS PENGARUH FAKTOR - FAKTOR GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH
KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Magister Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara
Oleh ERIAN AZMAL
157017158/Akt
MAGISTER AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
Telah diuji pada
Tanggal : 07 Februari 2018
PANITIA PENGUJI TESIS :
Ketua : Dr.Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, CA
2. Prof. Erlina, SE, MSi, Ph.D, Ak, CA 3. Dr. Murni Daulay, M.Si
4. Dr. Rujiman, M.Si
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini seluruh SKPD yang berjumlah 104 orang. Metode penarikan sampel menggunakan metode sensus dimana seluruh populasi dalam penelitian ini dijadikan sampel penelitian.
Pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda dengan program Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 22. Hasil penelitian ini menunjukkan secara simultan bahwa akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness berpengaruh secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.Secara parsial bahwa akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
Kata Kunci : kinerja pemerintah daerah, akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law, efficiency and effectiveness
ABSTRACT
The objective of the research was to analyze the influence of accountability, transparency, responsiveness, rule of law, efficiency and effectiveness on the performance of Langkat District Administration. The population was all SKPD (Regional Government Work Unit) i.e. 104 people. The samples were taken by employing census method in which the whole population was taken as the samples. The hypothesis testing was done by using multiple linear regression testing assisted by SPSS (Statistical Package for Social Science) program version 22. The results of the research demonstrated that simultaneously accountability, transparency, responsiveness, rule of law, efficiency and effectiveness significantly influenced the performance of Langkat District Administration.
Partially accountability, transparency, responsiveness, rule of law, efficiency and effectiveness had significant positive influence on the performance of Langkat District Administration.
Keywords: Performance of Regional Administration, Accountability, Transparency, Responsiveness, Rule of Law, Efficiency and Effectiveness
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan petunjuk-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa segala yang dilakukan dalam penyusunan tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Runtung, SH. M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Prof. Erlina, SE, MSi, Ph.D, Ak, CA, CMA selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk perbaikan hingga selesainya penulisan tesis ini.
4. Bapak Dr. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak, CA, selaku Sekretaris Program Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara 5. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) selaku pengelola
program beasiswa STAR-BPKP, yang telah memberikan bantuan dana pendidikan kepada penulis selama mengikuti pendidikan S2.
6. Bapak Dr. Binsar H. Simanjuntak, Ak, MBA, CPMA, CA, CFrA, Kepala Deputi BPKP Bidang Politik Sosial Budaya Pertahanan dan Keamanan selaku ketua proyek program beasiswa STAR-BPKP yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan.
7. Bapak H. Ngogesa Sitepu ( Bupati Langkat ) dan seluruh jajarannya yang telah banyak memberikan bantuan selama proses seleksi, pembelajaran dan penelitian.
8. Bapak Dr. Erwin Abubakar, MBA, Ak, CA dan Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak, CA selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan saran kepada penulis dalam proses penelitian dan penulisan tesis ini.
9. Bapak Dr. Rujiman, M.Si dan Ibu Dr. Murni Daulay, M.Si, selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini.
10. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Administrasi Program Magister Akuntansi atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan.
11. Istri saya Julia Mardiana dan anak saya Riza Azmal dan Raza Azmal, orang tua saya Alm. Ayahanda H.Abdul Khalik , Alm. Ibunda Nur Ainun , Kakak Erna Laili, S.Pd, M.Si, Abang Agus, SH, M.Kn dan mertua saya Bapak Alm.
H.Kamaruddin dan Ibu Hj.Rosniar, abang, kakak dan adik serta seluruh keluarga besar yang memberikan dorongan semangat serta doa kepada penulis.
12. Seluruh teman-teman Program Beasiswa STAR-BPKP Batch V dan juga senior Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara terkhusus Kak Erni ( senior ), si ROBIN ( Rombongan Binjai Langkat ) Hartono, Nur Jannah, Nelly Hapsari dan Wiwik Winarsih yang penuh rasa kekeluargaan berbagi ilmu, pengalaman serta saling support membantu penyusunan tesis ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkat dan karunia- Nya, dan apa yang penulis lakukan ini mendapatkan ridho-Nya serta berguna bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Medan, Januari 2018 Penulis,
Erian Azmal
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Erian Azmal
2. Tempat/Tgl Lahir : Pangkalan Berandan / 01 Januari 1976
3. Agama : Islam
4. Orang Tua Ayah : Alm. H.Abdul Khalik Ibu : Alm. Nur Ainun
4. Alamat : Jln. Tanjung Pura No 135, Pangkalan Berandan 5. Pendidikan Formal
a. SD : SDN 050750 Pkl.Berandan tahun 1983-1989 b. SMP : SMP N 1 Pkl.Berandan tahun 1989-1992 c. SMA : STM YPT Pkl.Berandan tahun 1992-1995 d. Sarjana (S1) : UT Ilmu Administrasi Negara tahun 2006-2010 e. Pascasarjana (S2) : USU Magister Akuntansi Tahun 2016 s/d
sekarang ( Program Star-BPKP Batch V ) 6. Pendidikan Non Formal
- Kursus Bahasa Inggris Level 2 Lulus Tahun 1994 Pangkalan Berandan - Balai Latihan Kerja Medan Jurusan Pengelasan Lulus Tahun 1996 Medan - Balai Latihan Kerja Lembang , Pelatihan Pra Pemberangkatan Ke Japan,
Lulus Tahun 1996 Bandung
- Balai Latihan Kerja Cevest , Pelatihan Pra Pemberangkatan Ke Japan, Lulus Tahun 1996 Bekasi
- Kushiro Polytecnic Centre, Lulus Tahun 1996 Hokkaido, Japan
- Japan International Training Cooperation Organization, Jurusan Operator Metal Pressing, Lulus Tahun 1997 Nara - Osaka
- Japanese Language Provinciency, Level 3 Lulus Tahun 1998 Kyoto - Association Manpower Development, Las Robot CO2, Lulus 1998 Nara - IMM Japan, Jurusan Operator Metal Pressing, Lulus Tahun 1998 Tokyo - PT.Hanken Indonesia, Las Robot CO2, Tahun 2001 Cikarang Bekasi - Diklat Prajabatan BKN 2005, Stabat
- Diklat Kearsipan Kab.Langkat 2010, Stabat
- Diklat Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 2012, Medan - Diklat Penatausahaaan Keuangan 2012, Stabat
- Diklat Pemberdayaan Masyarakat 2013, Medan
7. Riwayat Pekerjaan : Hanken Nara Seisakusho, 1996 Nara Japan PT.Hanken Indonesia, 2000 Cikarang Bekasi ASN Pemerintah Kabupaten Langkat 2005 Riwayat Jabatan : Bendahara Pembantu Kecamatan, 2012
Ka.Subag Umum & Kepegawaian Pekerjaan /Gol : ASN Tugas Belajar / III C
Nama Istri : Julia Mardiana
Nama Anak : 1. Riza Azmal 2. Raza Azmal Nama Saudara Kandung : Erna Laili, S.Pd, M.Si
Pangkalan Berandan, Februari 2018
ERIAN AZMAL
DAFTAR ISI Halaman
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... .12
1.3 Tujuan Penelitian ... .13
1.4 Manfaat Penelitian ... .13
1.5 Originalitas Penelitian ... .14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16
2.1 Landasan Teori... 16
2.1.1 Teori Agensi ( Agency Theory ) ... 16
2.1.2 Kinerja Pemerintah Daerah ( Variabel Y ) ... 17
2.1.3 Akuntabilitas ( Variabel X1 ) ... 21
2.1.4 Transparansi ( Variabel X2 ) ... 24
2.1.5 Responseveness ( Variabel X3 ) ... .. 27
2.1.6 Rule of Law ( Variabel X4 ) ... 29
2.1.7 Efficiency and Effectiveness ( Variabel X5 ) ... .. 30
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 35
3.1. Kerangka Konsep ... 35
3.2. Pengembangan Hipotesa ... 36
3.2.1 Pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pemerintah daerah ... 38
3.2.2 Pengaruh transparansi terhadap kinerja pemerintah daerah ... 39
3.2.3 Pengaruh responseveness terhadap kinerja pemerintah daerah ... 40
3.2.4 Pengaruh rule of law terhadap kinerja pemerintah daerah ... 41
3.2.5 Pengaruh efficiency and effectiveness terhadap kinerja pemerintah daerah ... 41
BAB IV METODE PENELITIAN ... 43
4.1. Jenis Penelitian... 43
4.2. Lokasi,Waktu Penelitian dan Ruang Lingkup ... 43
4.3. Populasi dan Sampel ... 44
4.4. Metode Pengumpulan Data ... 45
4.5. Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 45
4.5.1. Akuntabilitas (X1) ... 46
4.5.2. Transparansi (X2) ... 47
4.5.3. Responseveness (X3) ... 47
4.5.4. Rule of Law (X4) ... 47
4.5.5. Efficiency and Effectivenes (X5) ... 48
4.5.6. Kinerja Pemerintah Daerah (Y) ... 48
4.6. Metode Analisis Data ... 50
4.6.1 Uji Kualitas Data... 50
4.6.1.1 Uji Validitas ... 50
4.6.1.2 Uji Reliabilitas ... 51
4.6.2 Uji Asumsi Klasik ... 51
4.6.2.1 Uji Normalitas... 52
4.6.2.2 Uji Mulitikolonieritas ... 52
4.6.2.3 Uji Heterokedastisitas... 54
4.6.2.3.1 Analisis Statistik Uji Glejser ... 55
4.7. Uji Statistik Deskriptif ... 55
4.8. Model Pengujian Hipotesis ... 55
4.8.1. Uji Hipotesis variabel independen dengan variabel dependen ... 56
4.8.2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 57
4.8.3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ... 58
4.8.4. Koefisien Determinasi (R2) ... 60
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 61
5.1. Statistik Deskriptif ... 61
5.2. Deskripsi Data Penelitian ... 63
5.2.1. Deskripsi Lokasi ... 63
5.2.2. Karakteristik Responden ... 64
5.3. Uji Kualitas Data ... 66
5.3.1. Uji Validitas ... 66
5.3.2. Uji Reliabilitas ... 68
5.4. Pengujian Asumsi Klasik ... 68
5.4.1 Uji Normalitas ... 69
5.4.2 Uji Multikolonieritas ... 70
5.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 72
5.5. Pengujian Hipotesis ... 74
5.5.1 Koefisien Determinasi (R2) ... 74
5.5.2 Uji Statistik F ... 75
5.5.3 Uji Statistik t ... 76
5.5.4 Persamaan Regresi Hipotesis ... 77
5.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78
5.6.1 Pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pemerintah daerah ... 78
5.6.2 Pengaruh transparansi terhadap kinerja pemerintah daerah ... 79
5.6.3 Pengaruh responseveness terhadap kinerja pemerintah daerah ... 79
5.6.4 Pengaruh rule of law terhadap kinerja pemerintah daerah ... 80
5.6.5 Pengaruh efficiency and effectiveness terhadap kinerja pemerintah daerah ... 81
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 82
6.1. Kesimpulan ... 82
6.2. Keterbatasan Penelitian ... 82
6.2. Saran ... 83
DAFTAR PUSTAKA ... 87
LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN ... 92
LAMPIRAN II JADWAL PENELITIAN ... 99
LAMPIRAN III DAFTAR POPULASI PENELITIAN ... 101
LAMPIRAN IV TABULASI KUESIONER ... 103
LAMPIRAN V UJI ASUMSI KLASIK ... 104
LAMPIRAN VI UJI HIPOTESIS ... 108
LAMPIRAN VII TABULASI KUESIONER VALIDITAS ... 109
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1.1. Rasio Belanja Modal Terhadap APBD Kab.Langkat ... 2
1.2. Kategori Lakip Kab.Langkat . ... 4
1.3. Originalitas Penelitian. ... 15
2.1. Review Peneliti Terdahulu . ... 33
4.1. Jadwal Penelitian ... 44
4.2. Daftar Populasi dan Sampel Penelitian ... 44
4.3. Definisi Operasional . ... 49
4.4. Pedoman Penginterpretasian Koefisien Regresi. ... 56
5.1. Statistik Deskriptif ... 61
5.2. Tingkat Pengembalian Kuesioner . ... 64
5.3. Karakteristik Responden ... 64
5.4. Uji Validitas Variabel... ... 66
5.5. Uji Reliabilitas Variabel ... 68
5.6. One-Sample Kolmogorov Smirnov Test ... 70
5.7. Uji Multikolonieritas ... 71
5.8. Uji Glejser... ... 73
5.9. Nilai Koefisien Determinasi . ... 74
5.10. Uji Statistik F ... 75
5.11. Uji Statistik t ... 76
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat merupakan subsistem dari penyelenggaraan pemerintahan Republik Indonesia yang merujuk pada otoritas administratif dan pelayanan pemerintahan daerah yang menerima kewenangan untuk mengelola serta mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri. Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola keuangan daerah, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi dalam rangka meningkatkan efisiensi, efektivitas penyelenggaraan fungsi pemerintahan.
Pada hakekatnya fungsi utama pemerintahan ada 3 ( tiga ) yaitu :
1. Fungsi alokasi, meliputi sumber-sumber ekonomi dalam bentuk barang dan jasa pelayanan masyarakat
2. Fungsi distribusi pembangunan
3. Fungsi stabilisasi yang meliputi, pertahanan keamanan dan ekonomi moneter.
Kewenangan mengelola penyelenggaraan dari fungsi pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik di daerah disebut otonomi daerah. Otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Halim &
Kusufi, 2013).
Konsekuensi dari kewenangan tersebut sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik, pemerintah daerah wajib menggunakan kreativitas dan inisiatif dalam menggali sumber daya keuangan daerah untuk membiayai berbagai aktivitas daerah yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang efisien dan efektif untuk mencapai kinerja yang baik serta berorientasi terhadap kepentingan publik sehingga dapat meningkatkan kinerja pemerintah daerah khususnya pagu anggaran yang berasal dari alokasi belanja modal.
Belanja modal adalah komponen belanja langsung dalam anggaran pemerintah yang menghasilkan output berupa aset tetap yang bila dilihat dari segi pemanfaatannya terdiri dari 2 (dua ) kategori yaitu :
1. Bersinggungan langsung dengan fungsi pelayanan publik yang dipakai langsung oleh masyarakat.
2. Tidak bersinggungan langsung dengan fungsi pelayanan publik yang dipakai oleh aparatur.
Tabel 1.1
Rasio Belanja Modal Terhadap APBD Kab.Langkat
No APBD Pendapatan Belanja Pembiayaan Belanja Modal %
1 2014 1.679.120.725.966 1.787.984.546.374 108.863.820.408 322.379.587.335 19,1 2 2015 1.577.799.093.361 1.615.157.812.265 37.358.718.904 166.856.128.236 10,5 3 2016 1.830.663.300.500 1.826.780.692.970 3.881.607.530 178.408.079.277 9,7
4 2017 2.241.885.764.148 2.238.385.764.148 3.500.000.000 405.340.050.736 18,0
Sumber : Sekretariat Kabupaten Langkat
Pengelolaan APBD harus memperhatikan kepentingan publik maka
pengalokasian dan realisasi dana terhadap program kegiatan yang dibiayai akan memberikan manfaat yang tepat sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan tuntutan publik akan kinerja pemerintah daerah yang berorientasi pada pelayanan publik sesuai Undang-undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Halim (2001) menjelaskan bahwa ciri utama suatu daerah yang mampu melaksanakan otonomi yaitu: 1. kemampuan keuangan daerah artinya daerah harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahannya, 2. ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat menjadi bagian sumber keuangan terbesar sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar.
Namun dalam perkembangan otonomi daerah masih terdapat permasalahan pengelolaan APBD khususnya masih rendahnya pengalokasian pagu anggaran belanja modal yang berkategori bersinggungan langsung dengan fungsi pelayanan publik. Permenpan Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Mulai tahun 2015, penilaian laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah akan menjadi dasar penentuan besaran Dana Alokasi Khusus (DAK) bagi kabupaten/kota. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pemerintah Kabupaten Langkat tahun 2013, 2014 dan 2015 memperoleh kategori C (kurang) sedangkan tahun 2016
memperoleh kategori CC (cukup) namun nilai tersebut masih kategori rendah bila kita lihat dari 7 (tujuh) kategori penilaian sampai kategori AA (memuaskan).
Tabel 1.2
Kategori Lakip Kab.Langkat
No Tahun Perolehan Kategori Lakip Nilai Kreteria
1 2013 C 30-50 kurang
2 2014 C 30-50 kurang
3 2015 C 30-50 kurang
4 2016 CC 50-60 cukup
Sumber : Bappeda Kabupaten Langkat
Pengelolaan APBD diharapkan lebih optimal dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari anggaran yang tersedia demi peningkatan pelayanan publik. Alokasi anggaran berbasis pada kinerja akan menjadi lebih terarah dan seimbang dengan pertimbangan value for money sehingga masyarakat secara keseluruhan dapat menikmati sarana dan prasarana yang baik. Tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan pemerintah daerah dan masyarakat dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik pada akhirnya berdampak terhadap pertumbuhan kemandirian ekonomi daerah, meningkatkan pelayanan publik dan mensejahterakan masyarakat secara adil, merata dan berkesinambungan.
Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang telah direvisi dengan Undang-undang Nomor 09 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 bahwa pemerintah daerah merupakan kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan
daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Prinsip utama dalam undang-undang tersebut merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintahan dan mengubah sistem penyelenggaraan pemerintah daerah sehingga pemerintah daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pemberdayaan, peran dan layanan publik untuk terciptanya pemerintahan yang baik (good governance).
Good governance berasal dari induk bahasa eropa yaitu gubernare dan diadopsi oleh bahasa inggris menjadi Govern yang berarti steer (menyetir atau mengendalikan). Atribut utama good governance adalah bagaimana penggunaan kekuasaan dan otoritas dalam penyelesaian berbagai persoalan publik. World Bank dalam Mardiasmo (2002) memberikan definisi good governance sebagai
“the way state power is used in managing economic and social resources for development of society”. World Bank dalam hal ini lebih menekankan pada cara pemerintah, mengelola sumber daya sosial dan ekonomi untuk kepentingan pembangunan masyarakat. Menurut United Nations Development Programs (UNDP), (1997) Governance for Sustainable Human Development. Karakteristik good governance yaitu : 1. Participation, 2. Rule of law, 3. Transparency, 4.
Responsiveness, 5. Consensus orientation, 6. Equity, 7. Efficiency and Effectiveness, 8. Accountability, 9. Strategik vision.
Paradigma penyelenggaraan pemerintah telah mengalami pergeseran dari
“rule government” menjadi “good governance” dalam menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik. Menurut paradigma rule government senantiasa lebih menyandarkan pada peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sedangkan paradigma good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik tidak semata-mata didasarkan pada pemerintah (government) atau negara (state) saja, tapi harus melibatkan semua elemen, baik di dalam intern (birokrasi) maupun diluar birokrasi (publik / masyarakat).
Menurut Auditya & Husaini (2013) good governance dapat dipahami sebagai implementasi otoritas politik, ekonomi, dan administratif dalam proses manajemen berbagai urusan publik dalam suatu negara. Good governance memiliki beberapa indikator seperti akuntabel, transparan, responsif, mampu mempromosikan penegakan hukum serta melakukan pengelolaan pemerintahan dengan efesien dan efektif. Menurut Werimon, et al (2007) implementasi akuntabilitas dan transparansi menyebabkan kontrol yang besar dari masyarakat menyebabkan pengelola pemerintahan akan bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada, pada akhirnya akan mampu menghasilkan kinerja pemerintaan yang baik.
Penerapan berbagai aturan perundang-undangan yang ada kaitan dengan penerapan konsep akuntabilitas dan transparansi dalam kinerja pemerintah daerah diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan pemerintahan daerah yang baik dan berpihak kepada rakyat. Kinerja pemerintah daerah berkaitan erat dengan karekteristik good governance.
Akuntabilitas adalah suatu konsep terkait dengan mekanisme pertanggungjawaban dari satu pihak ke pihak lain dalam arti memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada publik.
Akuntabilitas keuangan dapat diukur dari semakin kecilnya penyimpangan dalam
pengelolaan keuangan pemerintah. Menurut Mardiasmo (2009) pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Implementasi akuntabilitas dalam pengelolaan pemerintahan ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja pemerintah daerah, namun dari pengamatan langsung kelapangan mengindikasikan belum optimal sarana publik untuk menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah daerah di Pemerintah Kabupaten Langkat.
Transparansi adalah memberikan informasi yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya dan ketaatan pada peraturan perundang-undangan sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Menurut Annisaningrum (2010) prinsip transparansi memiliki dua aspek dalam mewujudkan pemerintah yang terbuka akan informasi-informasi mengenai kebijakan yang dijalankan oleh pemerintah daerah yaitu komunikasi publik oleh pemerintah dan hak masyarakat terhadap akses informasi. Kedua aspek tersebut akan sangat sulit dilakukan jika pemerintah tidak menangani kinerjanya dengan baik. Manajemen kinerja yang baik merupakan titik awal dari transparansi. Transparansi harus seimbang dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasi-informasi yang mempengaruhi hak privasi individu.
Implementasi transparansi dalam pengelolaan pemerintahan ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja pemerintah daerah, namun dari pengamatan langsung kelapangan mengindikasikan belum optimal standarisasi dari proses-
proses pelayanan publik yang holistik dan system pemberian informasi kepada publik di Pemerintah Kabupaten Langkat.
Perubahan perkembangan teknologi informasi, situasi dan kondisi yang sangat cepat saat ini mengakibatkan masyarakat akan menghadapi berbagai masalah dalam mengikuti perubahan itu. Mengantisipasi hal tersebut peran pemerintah daerah harus lebih responsive cepat tanggap dalam mengambil prakarsa untuk menyelesaikan masalah yang telah dan sedang terjadi maupun memprediksi masalah yang kemungkinan akan terjadi. Pemerintah daerah juga harus mengakomodasi aspirasi masyarakat sekaligus menindaklanjutinya dalam bentuk peraturan atau kebijakan, program dan kegiatan. Responsiveness lembaga- lembaga publik harus cepat dan tanggap dalam melayani stakeholder.
Responsivitas merupakan kemampuan pemerintah untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda prioritas dan mengembangkannya ke dalam program-program yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu responsivitas menunjuk pada kesesuaian antara program dan kegiatan yang ada dengan aspirasi atau kebutuhan masyarakat. Responsivitas juga dapat diukur dari sejauh mana daya tanggap pemerintah daerah dalam merespon kebutuhan maupun keluhan masyarakat (Rosyada, 2016). Lembaga-lembaga pemerintah harus tanggap, responsif terhadap kepentingan stakeholder-nya ( masyarakat ). (Suprapto, 2006) Implementasi responsiveness dalam pengelolaan pemerintahan ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja pemerintah daerah, namun dari pengamatan langsung kelapangan mengindikasikan belum optimal penyusunan program yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat di Pemerintah Kabupaten Langkat.
Pemerintah berkewajiban memastikan rule of law optimal dalam segala aspek dan menjamin praktik penyelenggaraan pemerintahan yang selalu mendasarkan diri pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku dalam setiap pengambilan keputusan, bersih dari unsur kolusi, korupsi dan nepotisme. Rule of law atau aturan hukum pada hakekatnya adalah memposisikan hukum sebagai landasan bertindak dari seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara. Sumantri (1992) Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas hukum atau perundang-undangan, adanya jaminan terhadap hak azasi manusia (warga negara), adanya pembagian kekuasaan dan adanya pengawasan dari badan-badan peradilan. Prioritas perhatian dalam penegakan hukum memiliki 3 (tiga) unsur yaitu keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum.
Menurut Hartono (1976) inti pengertian rule of law adalah jaminan apa yang disebut sebagai keadilan sosial. Pemerintah memastikan setiap rancangan dan ketetapan semua produk hukum berdasarkan kaidah regulatory practice principle analisis kebijakan yang holistik dan sistemik. Implementasi rule of law dalam pengelolaan pemerintahan ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja pemerintah daerah, namun dari pengamatan langsung kelapangan mengindikasikan belum optimal penerapan kebijakan dan pelayanan publik berdasarkan hukum di Pemerintah Kabupaten Langkat.
Konsep efesiensi dan efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan dalam kata lain efisiensi berfokus pada hasil (output) dan proses maka efektivitas berfokus pada dampak (outcome). Penyelenggaraan pemerintahan yang berkualitas dan tepat sasaran
dengan penggunaan sumber daya publik yang optimal dilakukan secara berdayaguna (efisien) dan berhasil guna (efektif) merupakan tujuan prioritas utama dari setiap pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, efisiensi adalah hubungan antara masukan dan keluaran, efisiensi merupakan ukuran apakah penggunaan barang dan jasa yang dibeli selanjutnya digunakan untuk mencapai tujuan organisasi perangkat pemerintahan dapat mencapai manfaat tertentu. Menurut Mardiasmo (2004) efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang di tetapkan. Secara sederhana efektivitas merupakan perbandingan outcome dengan output. Suatu organisasi di anggap efektif, bila bisa mencapai tepat tujuan dengan ekonomis dan efisien. Implementasi efficiency and effectiveness dalam pengelolaan pemerintahan ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja pemerintah daerah, namun dari pengamatan langsung kelapangan mengindikasikan belum optimal penggalian potensi sumberdaya daerah untuk memaksimalkan anggaran yang berorientasi pelayanan publik di Pemerintah Kabupaten Langkat.
Pengimplementasian akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness pengelolaan pemerintahan dapat dilihat dari kinerja pemerintah daerah seberapa besar kepercayaan dan dukungan berbagai pihak, tekad yang serius terhadap pencapaian pelaksanaan program, kegiatan dan kebijakan pemerintah daerah
Berdasarkan pengamatan awal peneliti di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat masih terdapat permasalahan dalam pengelolaan APBD khususnya dari masih rendahnya pengalokasian pagu anggaran belanja modal, hal ini tidak sejalan dengan himbauan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
agar terus meningkatkan persentase belanja modal sebesar 30 % dan hasil perolehan kategori CC untuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang merupakan dasar penentuan besaran DAK bagi kabupaten/ kota. Selain itu juga tidak saling terintegrasinya program kegiatan yang bersinggungan langsung dengan fungsi pelayanan publik yang dipakai langsung oleh masyarakat sesuai amanat dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Selanjutnya peneliti juga mereview topik, hasil kesimpulan dan pandangan pada penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya diantaranya Auditya & Husaini (2013) dengan judul Analisis Pengaruh Akuntabilitas Keuangan Daerah dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintahan Daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pemerintah Provinsi Bengkulu. Penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2013) dengan judul Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi dan Fungsi Pemeriksaan Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi pemeriksaan intern berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah sedangkan akuntabilitas dan transparansi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah.
Penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2016) dengan judul Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kabupaten Gresik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa akuntabilitas publik, partisipasi dan kerangka hukum berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Gresik namun transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
Pemerintah Kabupaten Gresik.
Menurut peneliti diperlukan pengkajian secara mendalam untuk menganalisis kinerja pemerintah daerah dalam mewujudkan kebutuhan masyarakat, apakah pemerintah daerah telah berhasil atau belum dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Berdasarkan fenomena dari pengamatan awal langsung ke lapangan peneliti pada kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat dan inkonsistensi hasil penelitian Auditya & Husaini (2013), Astuti (2013) dan Rahayu (2016) di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor-faktor Good Governance terhadap Kinerja Pemerintah Daerah” di Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat ?
2. Apakah transparansi berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat ?
3. Apakah responsiveness berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat ?
4. Apakah rule of law berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat ?
5. Apakah efficiency and effectiveness berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat ?
6. Apakah akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness berpengaruh secara simultan terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris sebagaimana telah dinyatakan dalam rumusan masalah di atas yaitu:
1. Untuk menganalisis pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
2. Untuk menganalisis pengaruh transparansi terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
3. Untuk menganalisis pengaruh responsiveness terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
4. Untuk menganalisis pengaruh rule of law terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
5. Untuk menganalisis pengaruh efficiency and effectiveness terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
6. Untuk menganalisis pengaruh akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness secara simultan terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat, diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
2. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pemahaman dan kemampuan intelektual tentang kinerja pemerintah daerah.
3. Bagi akademisi, penelitian ini dapat digunakan untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan memberi referensi mengenai kinerja pemerintah daerah.
1.5 Originalitas Penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Auditya & Husaini (2013) Analisis Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada SKPD Provinsi Bengkulu), Astuti (2013) Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi dan Fungsi Pemeriksaan Intern terhadap Kinerja Pemerintah Daerah (Studi pada SKPD Pemerintah Kabupaten Grobogan) dan Rahayu (2016) Pengaruh Pelaksanaan Good Governance terhadap Kinerja SKPD Pemerintah Kabupaten Gresik. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah:
1. Lokasi penelitian sebelumnya pada SKPD Provinsi Bengkulu, SKPD Kabupaten Grobogan dan SKPD Kabupaten Gresik sementara penelitian ini pada SKPD Kabupaten Langkat.
2. Penelitian ini menambah 3 (tiga) variabel independen responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness.
Tabel 1.3
Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian Sekarang
Kriteria Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu
Penelitian Terdahulu
Penelitian Sekarang
Peneliti Auditya & Husaini Astuti Dwi Inggarwati Rahayu Erian azmal
Judul Penelitian
Analisis Pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.
Pengaruh Akuntabilitas, Transfaransi dan Fungsi Pemeriksaan Intern
terhadap Kinerja
Pemerintah Daerah.
Pengaruh Pelaksanaan
Good Governance
terhadap Kinerja Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD)
Pemerintah Kabupaten Gresik
Analisis Pengaruh Faktor-faktor Good Governance
terhadap Kinerja Pemerintah Daerah
Objek Penelitian
Satuan Perangkat Kerja Daerah Provinsi Bengkulu
Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Grobogan
Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Gresik
Satuan Perangkat Kerja Daerah Kabupaten Langkat
Tahun Penelitian
2013 2013 2016 2017
Variabel Independen
Akuntabilitas Transparansi
Akuntabilitas, Transfaransi
Fungsi Pemeriksaan Intern
Akuntabilitas publik Transparansi publik Partisipasi Kerangka Hukum
Akuntabilitas Transparansi responsiveness, Rule of law Efficiency and effectiveness
Variabel Dependen
Kinerja Pemerintah Daerah
Kinerja Pemerintah Daerah
Kinerja SKPD
Pemerintah Daerah
Kinerja Pemerintah Daerah
Hasil Penelitian
Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
Fungsi Pemeriksaan Intern berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah
daerah sedangkan
akuntabilitas dan transparansi tidak
Akuntabilitas pubik,
Partisipasi dan
Kerangka Hukum
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Gresik
-
Pemerintah Propinsi Bengkulu
berpengaruh signifikan
terhadap kinerja
pemerintah daerah.
namun Transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Gresik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori
Bab ini membahas tentang tinjauan teori dari definisi, konsep dan hasil penelitian yang berkaitan dengan kinerja pemerintah daerah. Dilanjutkan penentuan grand theory yang mendasari penelitian dan teori yang digunakan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi yang berkaitan dengan akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness.
2.1.1. Teori Agensi ( Agency Theory)
Grand Theory yang mendasari penelitian ini yaitu Agency Theory.
Menurut Jensen & Meckling (1976) hubungan keagenan merupakan sebuah kontrak antara agent dengan principal. Sebagai agent, pemerintah bertanggung- jawab secara moral untuk mensejahterakan masyarakat dengan memberikan pelayanan yang terbaik sesuai dengan kontrak. Masyarakat sebagai principal akan
menerima output dan outcome atas dana yang telah diberikan. Manajemen diberikan kekuasaan untuk membuat keputusan bagi kepentingan principal. Oleh karena itu manajemen wajib mempertanggung jawabkan semua upayanya kepada principal.
Teori keagenan berusaha mendeskripsikan hubungan antara agen dan prinsipal dengan menggunakan mekanisme suatu kontrak. Teori keagenan menggunakan penekanan pada penyelesaian 2 (dua) masalah yaitu:
1. Masalah keagenan yang muncul ketika keinginan/tujuan antara agen dan prinsipal bertentangan, dan sulit bagi prinsipal memverifikasi hasil kerja agen yang sesungguhnya.
2. Masalah pembagian resiko (risk sharing) yang terjadi ketika prinsipal dan agen mempunyai preferensi dan sikap yang berbeda terhadap suatu resiko.
Menurut Zimmerman (1977) mengatakan bahwa agency problem terjadi dalam semua organisasi, di sektor privat antara pemegang saham dengan manajemen, di sektor publik antara pemerintah daerah dengan rakyat. Fokus teori keagenan, penentuan kontrak yang paling efesien mengatur hubungan antara prinsipal dan agen (Eisenhardt, 1989).
Hubungan teori agensi dengan penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah menerima kewenangan (agent) dan memiliki pemahaman seluruh aspek pemerintahan serta berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan seluruh kewenangan tersebut kepada masyarakat (principal) yang mengharapkan sarana dan prasarana pelayanan publik dan kesejahteraan secara adil, merata dan berkesinambungan.
2.1.2. Kinerja Pemerintah Daerah
Kinerja atau prestasi kerja berasal dari pengertian performance. Menurut Robbin & Judge (1994) kinerja adalah ukuran hasil kerja yang dilakukan dengan menggunakan kriteria yang disetujui bersama. Kinerja (performance) adalah gambaran dalam perumusan skema strategis (strategic planing) mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi dalam periode tertentu (Mahsun, 2011).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 1 ayat 35 kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
Pengukuran kinerja adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan kualitas pengambilan keputusan, akuntabilitas, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi. Menurut Mardiasmo (2009) pengukuran kinerja sangat penting untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manajer dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik. Permenpan Nomor 25 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah.
Pengukuran dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian (assessment) yang sistematik dan didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator masukan (input), hasil (output) dan dampak (outcome).
Menurut Mahsun (2011) penggunaan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui suatu aktivitas atau program telah dilakukan secara efisien dan efektif. Penentuan indikator kinerja perlu mempertimbangkan komponen berikut:
1. biaya pelayanan (cost of service) 2. penggunaan (utilization) 3. kualitas dan standar pelayanan (quality and standards) 4. cakupan pelayanan (coverage) 5.
kepuasan (satisfaction). Penetapan indikator kinerja pada tingkat sasaran dan kegiatan merupakan prasyarat bagi pengukuran kinerja. Kriteria yang dipakai adalah target kinerja yang ditetapkan pada awal tahun melalui perencanaan kinerja (performance plan) selanjutnya dibandingkan dengan realisasinya pada akhir tahun, sehingga diketahui celah kinerja/perbedaan antara target kinerja dengan realisasinya dimana realisasi lebih rendah daripada target (performance gap).
Selisih yang timbul akan dianalisis guna menetapkan strategi untuk peningkatan kinerja di masa datang (performance improvement).
Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (2007) kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan. Kinerja pemerintah daerah sangat penting untuk dilihat dan diukur tingkat pencapaian program/kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya pada pelaksanaan otonomi daerah. Otonomi daerah adalah wewenang yang dimiliki daerah otonom untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku (Halim & Kusufi, 2013). Keberhasilan suatu pemerintah
daerah dapat dilihat dari berbagai ukuran kinerja yang telah dicapainya. Setelah suatu sistem pengelolaan keuangan terbentuk, perlu disiapkan suatu alat untuk mengukur kinerja dan mengendalikan pemerintahan agar tidak terjadi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dan ketidakjelasan arah dalam kebijakan pembangunan. Menurut Mascarenhas (1996) pengukuran kinerja dilakukan untuk menilai akuntabilitas organisasi dan manager dalam menghasilkan pelayanan publik yang lebih baik, akuntabilitas bukan sekedar kemampuan menunjukkan bagaimana uang publik telah dibelanjakan secara ekonomis, efesien dan efektif tetapi juga menunjukkan tingkat pencapaian kinerja pemerintah.
Konsep yang sering dipergunakan untuk melihat kinerja organisasi publik daerah sering dikaitkan dengan penggunaan anggaran. Konsep ini sering dikenal dengan istilah performance in term of the monetary calculus of efficiency.
Menurut Mardiasmo (2009) pemahaman mengenai konsep kinerja organisasi publik dapat dilakukan melalui 2 (dua) pendekatan yaitu 1. Melihat kinerja organisasi publik dari perspektif birokrasi itu sendiri 2. Melihat kinerja organisasi publik dari persepektif kelompok sasaran atau pengguna jasa organisasi publik.
Kedua perspektif tersebut saling berinteraksi di antara keduanya, karena pemahaman mengenai konsep kinerja organisasi publik sangat terkait erat dengan lingkungan tempat organisasi publik hidup dan berkembang. Khusus mengenai organisasi publik terkait erat dengan akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness. Sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat, pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban untuk dinilai apakah kinerja pemerintah daerah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik
atau tidak. Indikator kinerja pemerintah daerah mencakup : 1. perbandingan antara anggaran dan realisasi 2. perbandingan antara standar biaya dengan realisasi 3.
target dan persentase fisik 4. standar pelayanan yang diharapkan. Indikator pengukuran kinerja yang baik mempunyai karakteristik relevant, unambiguous, cost-effective dan simple serta berfungsi sebagai sinyal yang menunjukkan bahwa terdapat masalah yang memerlukan tindakan manajemen dan investigasi lebih lanjut (Sumarsono, 2010).
Kinerja tersebut dapat diketahui dari ukuran keberhasilan yang dicapai pada setiap unit organisasi perangkat daerah, saling keterkaitan dan saling menunjang untuk memperbaiki efektivitas pengelolaan pemerintahan daerah secara keseluruhan dari tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya.
Selanjutnya pengukuran kinerja diartikan sebagai suatu indikator keuangan atau non keuangan dari suatu pekerjaan yang dilaksanakan atau hasil yang dicapai dari aktivitas, proses suatu unit organisasi.
Dari uraian diatas menurut pendapat peneliti pengertian kinerja pemerintah daerah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran sesuai dengan pedoman, dilakukan oleh seluruh aparatur sesuai program/kegiatan dari penjabaran visi, misi dan strategi instansi pemerintah daerah yang telah ditetapkan sebelumnya sehingga tersedia sarana dan prasarana yang pada akhirnya berdampak untuk menunjang pertumbuhan kemandirian ekonomi daerah, meningkatkan pelayanan publik dan mensejahterakan masyarakat secara adil, merata dan berkesinambungan.
2.1.3. Akuntabilitas
Akuntabilitas (accountability) mempunyai akar dalam bahasa latin yaitu computare terdiri dari 2 ( dua ) suku kata ( cum dan putare ), cum berarti dengan atau bersama sedangkan putare berarti mengandaikan, menghitung, memperhitungkan, mempertimbangkan (Simpson, Cassell New Latin Dictionary, 1960 dalam Haryatmoko, 2011) akuntabilitas mengacu pada pengertian menghitung bersama atau mempertimbangkan bersama. Menurut Caiden (1988) akuntabilitas sebagai memenuhi tanggung jawab, menjalankan kewajiban, memperhitungkan dan menyerahkan apa yang dilakukan dan diminta sebagai pertanggung jawaban atau yang ingin diketahui oleh pihak luar organisasi, terutama oleh publik yang dilayani. Menurut Behn (2001) dalam Haryatmoko (2011) ada 3 (tiga) hal yang mau dicapai melalui akuntabilitas yaitu fairness, menghindarkan penyalahgunaan kekuasaan dan kinerja. Akuntabilitas merupakan kewajiban menyampaikan pertanggungjawaban kinerja dan tindakan seseorang/
badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk minta keterangan pertanggungjawaban. Akuntabilitas publik terdiri dari akuntabilitas vertical (vertical accountability) dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability).
Konsep akuntabilitas pada pemerintah daerah memang bukan merupakan hal yang baru, hampir seluruh pemerintah daerah menerapkan konsep ini khususnya dalam menjalankan fungsi alokasi, distribusi dan stabilisasi meliputi pertanggungjawaban pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan guna untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dan menekan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan non keuangan pemerintah daerah. Menurut Sopanah (2005) pemerintah yang accountable memiliki ciri-ciri :
1. mampu menyajikan informasi penyelenggaraan pemerintah secara terbuka, cepat dan tepat kepada masyarakat 2. mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik 3. mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan dan pemerintahan 4. mampu menjelaskan dan mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara proposional 5. adanya sarana publik untuk menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan pemerintah.
Menurut Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (2003) akuntabilitas adalah kewajiban untuk menyampaikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.
Akuntabilitas diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003 dalam Ismiarti, 2013). Pada dasarnya, akuntabilitas adalah pemberian informasi dan pengungkapan (disclosure) atas aktivitas dan kinerja finansial kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Schiavo-Campo & Tomasi, 1999 dalam Mardiasmo, 2009).
Selain dari kajian teoritis peneliti juga merujuk penelitian empiris yang dilakukan oleh Auditya & Husaini (2013) pada kinerja pemerintahan daerah di Pemerintah Provinsi Bengkulu, melakukan penelitian kualitatif dengan metode survey, menggunakan kuesioner sebagai data primer pada responden pegawai yang terlibat dalam proses pengelolaan keuangan berjumlah 72 (tujuh puluh dua) orang.
Riswanto (2016) pada Kinerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Jember melakukan penelitian analisis deskriptif, menggunakan kuesioner sebagai data primer pada responden DPRD Kabupaten Jember berjumlah 50 (lima puluh) orang. Astuti (2013) pada kinerja pemerintah daerah di Kabupaten Grobogan melakukan penelitian studi kasus, menggunakan kuesioner sebagai data primer pada responden pegawai dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan asset daerah berjumlah 80 (delapan puluh) orang.
Dari uraian diatas menurut pendapat peneliti pengertian akuntabilitas adalah suatu konsep kewajiban terkait penyajian informasi penyelenggaraan dan pengungkapan (disclosure) setiap aktivitas dari satu pihak dengan mekanisme pertanggungjawaban ke pihak yang lain secara konsisten dan proposional guna untuk mewujudkan tata kelola yang baik dan menekan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan non keuangan.
2.1.4. Transparansi
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaannya serta hasil-hasil yang dicapai. Menurut Mardiasmo (2009) transparansi berarti keterbukaan (openness) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumberdaya publik kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi.
Menurut Annisaningrum (2010) transparansi adalah memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka
dan menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang- undangan. Penyelengaraan pemerintahan yang transparan akan memiliki kriteria yaitu adanya pertanggungjawaban terbuka, adanya aksesibilitas terhadap laporan keuangan, adanya publikasi laporan keuangan, hak untuk tahu hasil audit dan ketersediaan informasi kinerja.
Menurut Werimon, et.al (2007) dalam Auditya (2013) transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaanya serta hasil-hasil yang dicapai. Kontrol yang besar dari masyarakat ini akan menyebabkan pengelola pemerintahan akan bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada dan pada akhirnya akan mampu menghasilkan kinerja pemerintahan dengan baik dan memihak kepada rakyat. Menurut Werimon, et.al (2007) prinsip transparansi meliputi 2 aspek yaitu komunikasi publik oleh pemerintah dan hak masyarakat terhadap akses informasi. Kerangka konseptual dalam membangun transparansi organisasi sektor publik dibutuhkan empat komponen yang terdiri dari : 1. adanya sistem pelaporan keuangan, 2. adanya sistem pengukuran kinerja, 3. dilakukannya auditing sektor publik dan 4. berfungsinya saluran akuntabilitas publik (channel of accountability).
Menurut Coryanata (2007) transparansi dibangun di atas dasar arus informasi yang bebas seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga dan informasi perlu diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau. Anggaran yang
disusun oleh pihak eksekutif dikatakan transparan jika memenuhi beberapa kriteria berikut : 1. terdapat pengumuman kebijakan anggaran 2. tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses 3. tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu 4. terakomodasinya suara/usulan rakyat 5. terdapat sistem pemberian informasi kepada publik.
Kondisi yang mengharuskan pemerintah memberikan informasi seluas- luasnya kepada masyarakat terkait pengelolaan pemerintahan secara tidak langsung pengelola pemerintahan berusaha untuk memberikan yang terbaik (kinerja terbaik) kepada masyarakat dengan meningkatkan pencapaian tujuan pemerintah sesuai dengan visi dan misi (Rahmanurrasjid, 2008). Menurut Krina (2003) prinsip transparasi paling tidak dapat diukur melalui sejumlah indikator seperti : 1. mekanisme yang menjamin sistem keterbukaan dan standarisasi dari semua proses-proses pelayanan publik 2. mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan publik tentang berbagai kebijakan dan pelayanan publik maupun proses-proses didalam sektor publik 3. mekanisme yang memfasilitasi pelaporan maupun penyebaran informasi maupun penyimpangan tindakan aparat publik didalam kegiatan melayani publik.
Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan dan non keuangan yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Azas keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah azas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Transparansi pada akhirnya akan menciptakan vertical accountability antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat dan horizontal accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakat sehingga tercipta pemerintahan daerah yang bersih berdasarkan rule of law, efektif, efisien, akuntabel dan responsif terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat. Selain dari kajian teoritis peneliti juga merujuk dari penelitian empiris yang dilakukan oleh Krisherdiyan (2015) pada Kinerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Jember, melakukan penelitian deskriptif kualitatif, menggunakan kuesioner sebagai data primer pada responden anggota komisi DPRD Kabupaten Jember berjumlah 45 (empat puluh lima) orang. Horison & Sayogo (2014) dengan judul Transparency, Participation and Accountability Practices in open Government, melakukan penelitian a Comparative Study. Wiguna & Yuniarta & Darmawan (2015) pada Kinerja Pemerintah Daerah di Kabupaten Buleleng, melakukan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode survey, menggunakan kuesioner sebagai data primer pada responden pegawai yang terlibat dalam proses audit dan pengawasan pengelolaan keuangan berjumlah 34 (tiga puluh empat) orang.
Dari uraian di atas menurut pendapat peneliti pengertian transparansi adalah keterbukaan (openness) informasi yang terkait dengan kebijakan, regulasi, prosedur, tata kerja dan batasan kerahasiaan suatu strategi dari satu pihak ke pihak yang berhak membutuhkan informasi dengan jujur, benar dan tidak diskriminatif.
2.1.5 Responsiveness
Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan pemerintah untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda prioritas dan mengembangkannya ke dalam program-program yang sesuai dengan aspirasi dan
kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu responsivitas menunjuk pada kesesuaian antara program dan kegiatan yang ada dengan aspirasi atau kebutuhan masyarakat.
Responsivitas juga dapat diukur dari sejauh mana daya tanggap pemerintah daerah dalam merespon kebutuhan ataupun keluhan masyarakat (Rosyada, 2016).
Lembaga-lembaga pemerintah harus, tanggap, responsif terhadap kepentingan masyarakat sebagai stakeholder-nya. (Suprapto, 2006).
Perubahan perkembangan teknologi informasi, situasi dan kondisi yang sangat cepat saat ini mengakibatkan masyarakat akan menghadapi berbagai masalah dalam mengikuti perubahan itu. Mengantisipasi hal tersebut peran pemerintah daerah harus lebih responsif cepat tanggap dalam mengambil prakarsa untuk menyelesaikan masalah yang telah dan sedang terjadi maupun memprediksi masalah yang kemungkinan akan terjadi. Pemerintah daerah juga harus mengakomodasi aspirasi masyarakat sekaligus menindaklanjutinya dalam bentuk peraturan, kebijakan, program dan kegiatan dengan menyediakan pusat pelayanan pengaduan/keluhan masyarakat, kotak saran, surat pembaca dan bentuk lainnya.
Tindakan prakarsa pemerintah daerah dalam responsiveness yaitu 1. Menyediakan layanan pengaduan dengan prosedur yang mudah dipahami masyarakat, 2.
Menindaklanjuti dengan cepat laporan pengaduan yang diterima, 3. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap itikad kebijakan pemerintah daerah, 4.
Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tetap konsisten memberikan koreksi dan saran dalam pemerintahan dan 5. Meningkatkan jumlah masyarakat yang berpartisipasi dalam pengawasan pembangunan daerah. Selain dari kajian teoritis peneliti juga merujuk dari penelitian empiris yang dilakukan oleh Pratiwi (2012) pada kinerja pemerintah daerah di Pemerintah Kota Bekasi, melakukan penelitian
deskriptif analitis, pada responden menilai capaian kinerja Pemerintah Kota Bekasi melalui persepsi masyarakat .
Dari uraian di atas menurut pendapat peneliti pengertian responsiveness adalah kemampuan reaksi pemerintah daerah menanggapi perubahan kebijakan, saran dan koreksi mayarakat sesuai batas kewenangan untuk meminimalisir dampak masalah.
2.1.6 Rule of law
Rule of law atau aturan hukum pada hakekatnya adalah memposisikan hukum sebagai landasan bertindak dari seluruh elemen bangsa dalam sebuah negara. Menurut Hartono (1976) menyebut inti pengertian rule of law adalah jaminan apa yang disebut sebagai keadilan sosial. Menurut Sumantri (1992) Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas hukum atau perundang-undangan, adanya jaminan terhadap hak azasi manusia (warga negara), adanya pembagian kekuasaan dan adanya pengawasan dari badan-badan peradilan. Terdapat 3 (tiga) unsur yang harus mendapat perhatian yang sama pada implementasi penegakan hukum yaitu keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum.
Pemerintah berkewajiban memastikan rule of law optimal dalam segala aspek dan menjamin keberlangsungannya dengan 1. Adanya penegakan hukum secara utuh dalam berbagai aspek pemerintahan daerah 2. Adanya peraturan hukum serta perundang-undangan yang jelas dan tegas serta yang mengikat seluruh aparat pemerintahan daerah tanpa terkecuali 3. Adanya lembaga peradilan dan hukum yang kredibel dan bebas KKN 4. Melaksanakan kebijakan dan pelayanan publik berdasarkan hukum dan peraturan perundang-undangan yang