BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu dari beberapa review hasil penelitian terdahulu (Tabel 2.1).
Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Auditya, keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
Secara parsial dan simultan pengawasan keuangan daerah, akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dan transparansi pengelolaan keuangan daerah berpengaruh
Transparansi dan akuntabilitas tidak berpengaruh terhadap kinerja daerah dan transparansi pengelolaan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Kabupaten Jember
Krisherdiyan, terhadap kinerja pemerintah daerah Akuntabilitas keuangan daerah Value for money secara parsial tidak berpengaruh signifikan pengelolaan
Terdapat hubungan positif atau terdapat hubungan antara penerapan prinsip GCG terhadap kinerja Pemerintah Kota Bekasi
- Kinerja pemerintah daerah Independen:
- Akuntabilitas pubik - Partisipasi
- Kerangka hukum - Transparansi
Akuntabilitas pubik, partisipasi dan kerangka hukum berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Gresik namun transparansi kebijakan publik tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja serta efesiensi dan efektifitas berpengaruh positif signifikan dalam pelayanan publik di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda
M. Horison, Taresa &
Sayogo, Djoko Sigit (2014)
Transparency, Participation and Accountability Practices in open Government
Dependen:
open Government Independen : - GDP - Democracy - Human Capital
- Budget Document Disclosure
- E. Participation - OG Commitment
Democracy, GDP per capita, human capital, budget document disclosure ,E-participation and OGP commitment are positively related to and significantly influences measures of countries' fiscal transparency, participation, and accountability
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Sekaran, 2006). Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian empiris sebelumnya, peneliti membentuk kerangka konseptual yang mengambarkan pengaruh akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness yang diduga berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap kinerja pemerintah daerah. Kerangka konsep digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
Sesuai dengan Gambar 3.1, dapat dijelaskan bahwa tanda panah menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen memengaruhi secara
Kinerja Pemerintah Daerah ( Y )
(Y) Akuntabilitas
(X1) Transparansi
(X2)
Responsiveness (X3)
Rule of law (X4)
Efficiency and Effectiveness (X5)
parsial maupun simultan terhadap variabel dependen sesuai yang disampaikan oleh Werimon, et al (2007) dan Auditya & Husaini (2013). Kinerja pemerintah daerah berkaitan erat dengan karekteristik good governance. Kerangka konsep yang baik akan menjelaskan secara teoritis antara pertautan antar variabel yang akan diteliti (Daulay, 2010). Kerangka Konsep digunakan untuk memperlihatkan pengaruh masing-masing variabel dalam suatu penelitian.
3.2. Pengembangan Hipotesa
Hipotesis merupakan dugaan sementara terhadap masalah yang akan diuji kebenarannya, melalui analisis data yang relevan dan benar akan diketahui kebenarannya setelah dilakukan penelitian. Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, hipotesis dalam penelitian ini dikembangkan dari telaahan teoritis dan review peneliti terdahulu, selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut : Akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness berpengaruh positif signifikan secara parsial dan simultan terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Langkat.
Implementasi akuntabilitas dan transparansi menyebabkan kontrol yang besar dari masyarakat menyebabkan pengelola pemerintahan akan bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada, pada akhirnya akan mampu menghasilkan kinerja pemerintahan yang baik (Werimon, et al, 2007). Penerapan berbagai aturan perundang-undangan yang ada kaitan dengan penerapan konsep akuntabilitas dan transparansi dalam kinerja pemerintah daerah diharapkan dapat mewujudkan pengelolaan pemerintahan daerah yang baik dan berpihak kepada rakyat. Menurut Auditya & Husaini (2013) good governance dapat dipahami sebagai implementasi
otoritas politik, ekonomi, dan administratif dalam proses manajemen berbagai urusan publik dalam suatu negara. Good governance memiliki beberapa indikator seperti akuntabel, transparan, responsif, mampu mempromosikan penegakan hukum serta melakukan pengelolaan pemerintahan dengan efesien dan efektif pada akhirnya menghasilkan kinerja pemerintah yang baik.
Kinerja instansi pemerintah adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran ataupun tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan kebijakan yang ditetapkan (Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara , 2007).
Permenpan Nomor 25 Tahun 2012 Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan/kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi instansi pemerintah. Selanjutnya hubungan landasan teori (teori agensi) dengan penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah menerima kewenangan (agent) dan memiliki pemahaman seluruh aspek pemerintahan serta berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan seluruh kewenangan tersebut kepada masyarakat (principal) yang mengharapkan sarana dan prasarana pelayanan publik dan kesejahteraan secara adil, merata dan berkesinambungan.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness terhadap kinerja pemerintah daerah. Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan
yang akan diteliti, kemudian membangun hipotesis berdasarkan kajian teori dan review penelitian sebelumnya. Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, peneliti melakukan survey analisis dengan menggunakan kuesioner terhadap persepsi responden. Akhirnya peneliti menarik simpulan dari hasil analisis yang dilakukan. Pengembangan hipotesa pengaruh antar masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut :
3.2.1 Pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja pemerintah daerah
Menurut pendapat penulis pengertian akuntabilitas adalah suatu konsep kewajiban terkait penyajian informasi penyelenggaraan dan pengungkapan (disclosure) atas setiap aktivitas dari satu pihak dengan mekanisme pertanggungjawaban ke pihak yang lain secara konsisten dan proposional guna untuk mewujudkan tata kelola yang baik dan menekan penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan non keuangan. Menurut Caiden (1988) akuntabilitas sebagai memenuhi tanggung jawab, menjalankan kewajiban, memperhitungkan dan menyerahkan apa yang dilakukan dan diminta sebagai pertanggungjawaban atau yang ingin diketahui oleh pihak luar organisasi, terutama oleh publik yang dilayani. Menurut Behn (2001) dalam Haryatmoko (2011) ada 3 (tiga) hal dicapai melalui akuntabilitas yaitu fairness, menghindarkan penyalahgunaan kekuasaan dan kinerja.
Berdasarkan hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Auditya &
Husaini (2013) akuntabilitas pengelolaan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pemerintah Propinsi Bengkulu. Rahayu (2016) akuntabilitas publik berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Gresik. Hal ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan
erat antara akuntabilitas terhadap kinerja pemerintah daerah yaitu semakin tinggi akuntabel pengelolaan keuangan daerah di setiap SKPD maka semakin meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian empiris tersebut di atas, maka hipotesa yang dibangun adalah Akuntabilitas berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
3.2.2 Pengaruh transparansi terhadap kinerja pemerintah daerah
Menurut pendapat penulis pengertian transparansi adalah keterbukaan (openness) informasi yang terkait dengan kebijakan, regulasi, prosedur, tata kerja dan batasan kerahasiaan suatu strategi dari satu pihak ke pihak yang berhak membutuhkan informasi dengan jujur, benar dan tidak diskriminatif. Menurut Werimon, et al (2007) dalam Auditya (2013) transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan pemerintahan yakni informasi tentang kebijakan, proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai. Kontrol yang besar dari masyarakat ini akan menyebabkan pengelola pemerintahan akan bekerja sesuai dengan ketentuan yang ada dan pada akhirnya akan mampu menghasilkan kinerja pemerintahan dengan baik dan memihak kepada rakyat.
Berdasarkan hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Auditya &
Husaini (2013) bahwa transparansi pengelolaan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja SKPD di Pemerintah Propinsi Bengkulu. Riswanto (2016) bahwa transparansi pengelolaan keuangan daerah berpengaruh signifikan terhadap kinerja pemerintah daerah di Kabupaten Jember. Hal ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan erat antara transparansi terhadap kinerja pemerintah
daerah yaitu semakin transparan pengelolaan keuangan dan pelaporan keuangan di setiap SKPD maka semakin meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian empiris tersebut di atas, maka hipotesa yang dibangun adalah Transparansi berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
3.2.3 Pengaruh responsiveness terhadap kinerja pemerintah daerah
Menurut pendapat penulis pengertian responsiveness adalah kemampuan reaksi pemerintah daerah menanggapi perubahan kebijakan, saran dan koreksi masyarakat sesuai batas kewenangan untuk meminimalisir dampak masalah.
Responsivitas juga dapat diukur dari sejauh mana daya tanggap pemerintah daerah dalam merespon kebutuhan ataupun keluhan masyarakat (Rosyada, 2016).
Lembaga-lembaga pemerintah harus tanggap dan responsif terhadap kepentingan stakeholder ( masyarakat ) (Suprapto, 2006).
Berdasarkan hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) bahwa penerapan prinsip good coprorate governance (responsiveness) berpengaruh positif terhadap kinerja Pemerintah Kota Bekasi. Hal ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan erat antara responsiveness terhadap kinerja pemerintah daerah yaitu semakin responsiveness pelayanan di setiap SKPD maka semakin meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian empiris tersebut di atas, maka hipotesa yang dibangun adalah Responsiveness berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
3.2.4 Pengaruh rule of law terhadap kinerja pemerintah daerah
Menurut pendapat penulis pengertian rule of law adalah aturan hukum yang dipedomani bersama berlangsung terus menerus dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk tujuan keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum. Menurut Sumantri (1992) Pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus berdasar atas hukum atau perundang-undangan dalam bentuk adanya jaminan terhadap hak azasi manusia (warga negara), adanya pembagian kekuasaan dan adanya pengawasan dari badan-badan peradilan. Dalam penegakan hukum terdapat 3 ( tiga ) unsur yang harus mendapat perhatian yang sama yaitu keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum.
Berdasarkan hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Rahayu (2016) bahwa rule of law berpengaruh terhadap kinerja Pemerintah Kabupaten Gresik.
Hal ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan erat antara rule of law terhadap kinerja pemerintah daerah yaitu semakin diterapkan rule of law di setiap SKPD maka semakin meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian empiris tersebut di atas, maka hipotesa yang dibangun adalah Rule of law berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
3.2.5 Pengaruh Efficiency and Effectiveness terhadap kinerja pemerintah daerah
Menurut pendapat penulis pengertian efficiency and effectiveness adalah hubungan hasil dari proses pemanfaatan potensi yang dilakukan internal organisasi terhadap pencapaian dampak tertinggi dari tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Menurut Adisasmita (2011) mengatakan bahwa efisiensi adalah suatu
proses internal atau sumber daya yang diperlukan oleh organisasi untuk menghasilkan satu satuan output. Karena itu efisiensi dapat diukur sebagai rasio output terhadap input. Suatu organisasi, program atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Konsep efisiensi dan efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan. Titik tujuan efisiensi berfokus pada hasil (output) dan proses sedangkan efektivitas berfokus pada dampak (outcome).
Berdasarkan hasil penelitian empiris yang dilakukan oleh Pratiwi (2013) bahwa penerapan prinsip good coprorate governance (efficiency and effectiveness) berpengaruh positif terhadap kinerja Pemerintah Kota Bekasi.
Rosyada, (2016) bahwa efesiensi dan efektifitas berpengaruh positif signifikan dalam kinerja SKPD di Kota Samarinda. Hal ini membuktikan bahwa terdapat keterkaitan erat antara efficiency and effectiveness terhadap kinerja pemerintah daerah yaitu semakin efesien dan efektif program/kegiatan di setiap SKPD maka semakin meningkatkan kinerja pemerintah daerah.
Berdasarkan kajian teoritis dan hasil penelitian empiris tersebut di atas, maka hipotesa yang dibangun adalah Efficiency and effectiveness berpengaruh positif terhadap kinerja pemerintah daerah.
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Desain penelitian ini adalah survey analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana fenomena itu terjadi dan melakukan analisis dinamika kausalitas dari fenomena tersebut. Data penelitian yang digunakan adalah data primer dalam bentuk persepsi responden (subjek). Pengambilan data menggunakan survey langsung dan instrumen yang digunakan adalah kuesioner (angket) dengan tujuan untuk memperoleh data yang terjadi pada masa lalu atau saat ini tentang keyakinan, pendapat, karakteristik, perilaku, hubungan variabel dan menguji beberapa hipotesis tentang variabel sosiologis dan psikologis dari populasi penelitian. Kuesioner yang digunakan disusun dari reflikasi peneliti terdahulu setelah dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori yang terkait.
4.2 Lokasi , Waktu Penelitian dan Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Pemerintah Kabupaten Langkat alasan dipilihnya Pemerintah Kabupaten Langkat sebagai lokasi penelitian karena dari pengamatan awal, peneliti masih menemukan beberapa indikator dari akuntabilitas, transpransi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness yang belum dilaksanakan secara optimal dan peneliti menduga berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah. Selain itu domisili dari peneliti dekat dengan lokasi penelitian sehingga diharapkan penelitian selesai dalam waktu yang telah direncanakan yaitu selama 6 (enam) bulan. Waktu penelitian
Juli 2017 s/d Desember 2017 ( Lampiran 1 jadwal penelitian tercantum pada tabel 4.1 ).
Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada 5 ( lima ) variabel independen (X) yaitu akuntabilitas (X1), transparansi (X2), responsiveness (X3), rule of law (X4) serta efficiency and effectiveness (X5) yang diduga berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah.
4.3 Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekelompok entitas yang lengkap berupa orang, kejadian atau benda yang mempunyai karakteristik tertentu yang berada dalam suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang terkait dengan masalah penelitian (Erlina, 2011) sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah atau karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang harus dapat mewakili populasi tersebut (Sugiyono, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah pejabat dan pegawai SKPD yang membidangi pelayanan publik baik terlibat dalam pengelolaan keuangan maupun non keuangan daerah di Pemerintah Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 104 (seratus empat) orang dari 52 (lima puluh dua) SKPD yang ada di Kabupaten Langkat terdiri dari 24 (dua puluh empat) kantor, 18 (delapan belas) dinas, 5 (lima) badan, 1 (satu) inspektorat, 1 (satu) RSUD, 1 (satu) sekretariat DPRD, 1 (satu) sekretariat daerah dan 1 (satu) satuan pamong praja.
(daftar populasi SKPD tercantum dalam lampiran tabel 4.2). Jumlah seluruh SKPD di Kabupaten Langkat sebanyak 54 (lima puluh empat) SKPD namun untuk meresponden kinerja pemerintah daerah 2 (dua) SKPD tidak diikut sertakan
sebagai sampel karena SKPD tersebut baru terbentuk dari pemberlakuan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tanggal 15 Juni 2016 tentang Organisasi Pemerintah Daerah. Adapun kuesioner yang akan diberikan pada setiap SKPD dengan metode sensus semua populasi dijadikan sampel, sedangkan untuk memilih responden dari setiap SKPD peneliti menggunakan metode judgement sampling berdasarkan kriteria pertimbangan yang telah ditentukan.
4.4 Metode Pengumpulan Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa data kuesioner sebagai data primer. Menurut Umar (2000) data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama yakni dari individu atau perseorangan melalui wawancara atau pengisian kuesioner yang biasa dilakukan oleh peneliti. Sumber primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2014). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner. Kuesioner untuk pengumpulan data diantar sendiri oleh peneliti sebanyak 104 (seratus empat) kuesioner dan ditunggu selama 21 hari.
4.5 Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel merupakan definisi yang dijadikan sebagai dasar dalam menetapkan besarnya nilai dari masing-masing variabel tersebut.
Menurut Indriantoro & Supomo (2002) menyatakan definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan oleh peneliti dalam
mengoperasionalisasikan konstruk sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk mereplikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik.
Menurut Lubis (2016) variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif dengan variabel lainnya. Variabel dependen adalah variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah pengamatan yaitu variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen.
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan skala interval dengan teknik skala sikap model Likert’s Summated Rating (LSR). Menurut Erlina (2011) mendefinisikan skala likert disusun untuk menilai sejauh mana subjek setuju dan tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan. Pengukuran pendapat responden digunakan skala likert yang berisi 5 preferensi jawaban dan dibuat dalam bentuk centang (√) dengan rincian skor 1 (STS = Sangat Tidak Setuju), skor 2 (TS=Tidak Setuju), skor 3 (N=Netral), Skor 4 (S=Setuju) dan Skor 5 (SS= Sangat Setuju).
4.5.1 Akuntabilitas (X1)
Akuntabilitas adalah kewajiban penyajian informasi pertanggungjawaban ke pihak yang lain secara konsisten dan proposional dalam pengelolaan keuangan dan non keuangan. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ismiarti (2013).
Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.2 Transparansi (X2)
Transparansi adalah keterbukaan informasi kepada pihak yang berhak dengan jujur, benar dan tidak diskriminatif. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ismiarti (2013). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.3 Responsiveness (X3)
Responsiveness adalah kemampuan reaksi pemerintah daerah menanggapi perubahan kebijakan, saran dan koreksi mayarakat sesuai batas kewenangan untuk meminimalisir dampak masalah. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Rosyada (2016). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.4 Rule of law (X4)
Rule of law adalah aturan hukum yang dipedomani bersama berlangsung terus menerus dalam penyelenggaraan pemerintahan dengan tujuan keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ningsih (2013). Jawaban responden diberi pembobotan
angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.5 Efficiency and Effectiveness (X5)
Efficiency and effectiveness adalah hubungan hasil dari proses pemanfaatan potensi yang dilakukan internal organisasi terhadap pencapaian dampak tertinggi dari tujuan yang telah ditetapkan organisasi. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner Ningsih (2013). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
4.5.6 Kinerja Pemerintah Daerah (Y)
Kinerja pemerintah daerah adalah tingkat pencapaian sasaran sesuai pedoman dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah daerah berkaitan dengan sarana dan prasarana pelayanan publik. Pengukuran variabel menggunakan pembobotan skala sikap model Likert, memakai alat kuesioner 8 (delapan) butir pernyataan. Kuesioner yang diajukan merupakan adaptasi dari instrumen kuesioner dari Maryati (2012) & Ismiarti (2013). Jawaban responden diberi pembobotan angka-angka (rating) 5 (lima) point dengan rincian skor 1 (Sangat Tidak Setuju), skor 2 (Tidak Setuju), skor 3 (Netral), skor 4 (Setuju) dan skor 5 (Sangat Setuju).
Tabel 4.3
Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Indikator Skala
Pencapaian sasaran sesuai pedoman dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah daerah berkaitan dengan sarana dan prasarana pelayanan publik
- Implementasi prinsip ekonomis, efesien dan efektif terhadap capaian tujuan
- strategi berpedoman pada celah kinerja (performance gap) - Orientasi alokasi dana pada kepentingan pelayanan publik - Penerapan standar pelayanan publik yang holistik - Konsentrasi cakupan pelayanan pada objek dan wilayah
jawaban ke pihak lain secara konsisten dan proposional dalam pengelolaan keuangan dan non keuangan.
- dasar penyajian informasi rencana strategis dan kebijakan umum anggaran penyelenggaraan pemerintah
- orientasi utama pengelolaan pelayanan publik
- keterlibatan internal dan ekternal pada tahapan pengelolaan anggaran
- proposionalitas penjelasan dan pertanggungjawaban kebijakan publik
- ketersediaan sarana publik untuk evaluasi nilai derajat capaian pengelolaan kebijakan umum anggaran
Interval
Transfaransi (X2)
Keterbukaan informasi kepada pihak yang berhak dengan jujur, benar dan tidak diskriminatif.
- ketersediaan pengumuman kebijakan anggaran, - ketersediaan dokumen anggaran yang mudah diakses - ketersediaan laporan pertanggung jawaban yang tepat
waktu,
- terakomodasinya suara/usulan publik
- ketersediaan sistem pemberian informasi kepada publik.
Interval
kebijakan, saran dan koreksi mayarakat sesuai batas
kewenangan untuk
meminimalisir dampak
masalah.
- ketersedian prosedur layanan pengaduan - tindak lanjut laporan pengaduan
- tingkat kepercayaan atas itikad kebijakan - sikap konsistensi memberikan koreksi dan saran - tingkat kuantitas partisipan dalam pengawasan
Interval pemerintahan dengan tujuan keadilan, kemanfaatan atau hasil guna dan kepastian hukum.
- keutuhan aspek penegakan hukum - kejelasan aturan hukum
- ketegasan subjek aturan hukum - ketersediaan lembaga kredibel
- pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik berdasarkan hukum
- implementasi regulatory practice principle rancangan dan produk hukum
- implementasi analisis kebijakan yang holistic dan sistemik rancangan dan produk hukum
- sikap penghargaaan pada HAM dan nilai kemasyarakatan.
Interval
- pemanfaatan teknologi pada pekerjaan.
- tindakan perbaikan yang berkelanjutan - implementasi pemantapan struktur organisasi
- ketersedian kajian sumber daya manusia, sumber daya fisik dan dana keuangan
- tindakan optimalisasi penggunaan sumber daya terhadap tujuan
- kejelasan sikap dukungan pada tujuan berhasil guna dan berdaya guna yg berkelanjutan
- kejelasan tekad menekan penyimpangan sumber daya
Interval
4.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu model regresi linier berganda (multiple regression analysis) yang bertujuan untuk menguji dan menganalisis, baik secara simultan maupun secara parsial seberapa besar pengaruh akuntabilitas, transparansi, responsiveness, rule of law serta efficiency and effectiveness terhadap kinerja pemerintah daerah. Uji statistik yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri dari uji kualitas data, uji asumsi klasik, uji statistik deskriptif dan uji hipotesis. Pengolahan data menggunakan alat bantu aplikasi software program Statistical Package for Social Science (SPSS).
4.6.1 Uji Kualitas Data
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas berupa konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan melalui instrumen penelitian yang terdiri dari jenis pengujian berupa uji validitas dan reliabilitas.
4.6.1.1 Uji Validitas
4.6.1.1 Uji Validitas