• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.3. Data dan Prosedur Analisis

4.3.2. Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel yang digunakan, terutama variabel yang sifatnya proksi terhadap variabel tertentu, akan diuraikan definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi operasional variabel yang diuraikan berikut mencakup jenis variabel yang digunakan, satuan yang digunakan, rentang waktu data yang dikumpulkan, sumber data yang digunakan dan cara mendapatkan data yang digunakan. Berikut variabel yang dikumpulkan untuk mendukung penelitian ini dipilah-pilah menurut analisis yang dilakukan.

4.3.2.1. Data yang Digunakan pada Analisis Pangsa Pengeluaran Pangan

Untuk mengetahui hubungan antara ketahanan pangan yang diproksi dengan konsumsi energi dan protein dengan pangsa pengeluaran pangan digunakan data hasil Susenas BPS tahun 1996, 1999 dan 2002. Variabel yang digunakan dalam analisis ini adalah:

E = konsumsi energi yang berasal dari semua bahan makanan (kkal/kapita/hari).

P = konsumsi protein yang berasal dari semua bahan makanan (gram/kapita/hari).

PF = pangsa pengeluaran untuk pangan terhadap pengeluaran total penduduk selama sebulan (%).

PDRBKTM = Produk domestik regional bruto per kapita tanpa migas (provinsi). PDRBKDM = Produk domestik regional bruto per kapita dengan migas (provinsi).

4.3.2.2. Data yang Digunakan pada Analisis Ketahanan Pangan

Kebijakan Harga Pangan (Input-Output Price Policy) diproksi dari kebijakan yang mendukung stabilitas harga pangan. Kebijakan tersebut terdiri dari:

1. ACPP = Kebijakan Kredit Program Pertanian (Agriculture Credit Programe Policy). Penggunaannya digunakan untuk kredit pengadaan input pertanian (AICP) dan kredit pengadaan pangan (FPCP). Jenis kredit ini adalah Kredit

Likuiditas Bank Indonesia (KLBI), yang bersumber dari pencetakan uang BI dan Kredit Ketahanan Pangan (KKP) yang bersumber dari Bank Komersial. Sumber data KLBI diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang diterbitkan Bank Indonesia dan sumber data KKP dari Vademekum Kredit Ketahanan Pangan Deptan. Satuan yang digunakan milyar rupiah. Kedua kredit ini merupakan kredit bersubsidi. Dalam studi ini data yang digunakan adalah realisasi kredit yang disalurkan, bukan persen subsidi bunga atau nilai subsidi bunga. Dua data terakhir sulit didapatkan secara akurat karena variasinya cukup banyak sesuai usaha komoditas pertanian apa yang diusahakan dan waktu kredit tersebut disalurkan. Karena menurut Undang-Undang No.23 tahun 1999 Bank Indonesia tidak dapat lagi menyalurkan KLBI maka untuk program pertanian diciptakan Kredit KKP pada Oktober 2000, namun efektifnya mulai realisasi pada Januari 2001. Dengan demikian data ACPP yang digunakan sesuai deret waktu studi harus menyambung data deret waktu KLBI dan KKP. Berdasarkan ketersediaan data untuk KLBI data yang diolah merupakan rata-rata realisasi per bulan selama satu triwulan (outstanding), sedangkan Untuk KKP merupakan data jumlah per triwulan. Penyambungan ini merupakan kelemahan, namun ini merupakan cara terbaik dan sesuai sifat datanya. Rincian kredit program pertanian yang digunakan dalam studi ini dapat dilihat pada Tabel 11. Untuk mendapatkan data tahunan KLBI diperoleh dengan merata-ratakan data setiap bulan sedangkan data KKP menjumlahkan data setiap bulan.

Tabel 11. Berbagai Jenis Kredit Program Pertanian yang digunakan menurut Sumbernya, Tahun 1975-2004

Sumber Jenis Kredit/Usaha Waktu Keterangan

1. Kredit Usaha Perkebunan

Jan. 1975 s.d Agustus 1994

Termasuk Program PIR

2. Kredit Pertanian Jan. 1975 s.d Desember 1988

Untuk pupuk, Bimas, dll

3. Kredit Usahatani/KUT Nop. 1993 s.d Januari 2003 4. Kredit Koperasi/KKPA Jan. 1994 s.d Januari 2003 Komponennya tidak semua pertanian 1. Pengadaan Gula Jan. 1975 s.d

Desember 1988 2. Pengadaan Pangan April 1984 s.d

Desember 1993 I. KLBI1):

1. Input

2. Ouput

3. Pengadaan Pangan & Gula

Jan. 1994 s.d Fepriari 2000 1. Kredit Tanaman Pangan

Jan. 2001 s.d Desember 2004

Jumlh per trwulan atau per tahun 2. Kredit Budidaya Tebu Jan. 2001 s.d

Desember 2004

Jumlh per trwulan atau per tahun 3. Kredit Peternakan Jan. 2001 s.d

Desember 2004

Jumlh per trwulan atau per tahun II. KKP2)

1. Input

2. Output 1. Pengadaan Pangan Jan. 2001 s.d Desember 2004

Jumlh per trwulan atau per tahun

2. AGSP = Kebijakan Subsidi Pertanian (Agriculture Subsidized Policy), terdiri dari Kebijakan Subsidi Pupuk untuk Pertanian (FRSP) dan Kebijakan Subsidi untuk Pengadaan Pangan (FPSP). Dana yang digunakan bersumber dari dana APBN dengan satuan milyar rupiah. Sumber data Subsidi Pupuk dari Departemen Keuangan, Laporan Tahunan Bank Indonesia dan dari studi yang dilakukan oleh Usui, N (1999) yang sumber asalnya juga dari Departemen Keuangan. Sumber data Subsidi Pangan dari Nota Keuangan Republik Indonesia berupa data tahunan dari 1973/74 – 1999/00 – 2004. Data tersebut diubah menjadi data triwulanan dan data tahunan pola baru (1974 – 1999 – 2004) dengan menggunakan bantuan data penyaluran beras (ton) yang dilakukan Bulog setiap bulan selama deret waktu Penelitian. Untuk data subsidi pupuk sebagian sudah tersedia dalam bentuk data triwulanan dan sebagian lagi dalam bentuk data tahunan. Untuk mendapatkan data triwulanan digunakan bantuan data realisasi penyaluran pupuk bersubsidi setiap bulan yang diperoleh dari Direktorat Sarana Ditjen Tanaman Pangan Deptan dimana sumber aslinya dari Pusri Holding Company.

3. AGIP = Kebijakan Harga Input, diperoleh dari FRSP + AICP 4. AGOP = Kebijakan Harga Output, diperoleh dari FPSP + FPCP 5. IOPP = Kebijakan Harga Input-Output

Ketahanan Pangan diproksi dari ketersediaan dan konsumsi energi dan protein yang berasal dari berbagai bahan pangan. Berdasarkan kebijakan yang dilakukan pemerintah ada enam alternatif kelompok bahan pangan yang digunakan (Tabel 12). Tabel 12. Beberapa Alternatif Kelompok Bahan Pangan yang Digunakan Dalam

Model

Alternatif Kelompok Bahan Pangan

1 beras, jagung, kedele dan gula

2 beras, jagung, kedele,gula, ubi kayu (termasuk gaplek dan tapioka yang sudah dikonversi ke ubikayu) dan ubi jalar

3 beras, jagung, kedele, gula, daging ayam ras, telur ayam ras, daging ayam buras dan telur ayam buras

4 beras, jagung, kedele, gula, daging ayam ras, telur ayam ras, daging ayam buras, telur ayam buras, ubi kayu (termasuk gaplek dan tapioka yang sudah dikonversi ke ubikayu) dan ubi jalar

5 beras, jagung, kedele, gula, daging ayam ras, telur ayam ras, daging ayam buras,telur ayam buras, dan minyak goreng (kelapa dan palm oil).

6 beras, jagung, kedele, gula, daging ayam ras, telur ayam ras, daging ayam buras,telur ayam buras, minyak goreng (kelapa dan palm oil), ubi kayu (termasuk gaplek dan tapioka yang sudah dikonversi ke ubikayu) dan ubi jalar

Berdasarkan hasil analisis dan beberapa kali respesifikasi model hanya alternatif keempat yang memberikan hasil terbaik menurut kriteria ekonomi, statistika dan ekonometrika. Dengan demikian variabel ketahanan pangan yang digunakan adalah sebagai berikut:

EAV4 = Ketahanan Pangan yang diproksi dari jumlah Ketersediaan Energi yang bersumber dari EAV3 ditambah ubi jalar dan ubi kayu (termasuk gaplek dan tapioka yang sudah dikonversi ke ubikayu). Satuannya ribu kilo kalori per tahun (ribu kkal/th). Data dikumpulkan dari tahun 1970 sampai dengan 2004 yang bersumber dari NMBI BPS.

PAV4 = Ketahanan Pangan yang diproksi dari jumlah Ketersediaan Protein yang bersumber dari PAV3 ditambah ubi jalar dan ubi kayu (termasuk gaplek dan tapioka yang sudah dikonversi ke ubikayu). Satuannya kilo gram per tahun (Kg/th). Data dikumpulkan dari tahun 1970 sampai dengan 2004 yang bersumber dari NMBI BPS. EAC4 = Ketahanan Pangan yang diproksi dari jumlah Konsumsi Energi yang bersumber dari EAC3 ditambah ubikayu (termasuk gaplek, tepung gaplek dan tapioka yang sudah dikonversi ke ubikayu) dan ubi jalar. Satuannya ribu kilo kalori per tahun (ribu kkal/th). Data dikumpulkan dari tahun 1970 sampai dengan 2004 yang bersumber dari Susenas BPS. Untuk mendapat data tahunan seperti data NBMI data Susenas diinterpolasi atau ekstrapolasi mengikuti arah data NBMI, kecuali arahnya berlawanan maka sesuai dengan kondisi yang ada. Dengan menggunakan data konversi pada NBMI data dalam bentuk kilogram tersebut dikonversi menjadi dalam bentuk kalori.

PAC4 = Ketahanan Pangan yang diproksi dari jumlah Konsumsi Protein yang bersumber dari PAC3 ditambah ubi kayu (termasuk gaplek, tepung gaplek dan tapioka yang sudah dikonversi ke ubikayu) dan ubi jalar. Satuannya kilogram per tahun (Kg/th). Data dikumpulkan dari tahun 1970 sampai dengan 2004 yang bersumber dari Susenas BPS. Untuk mendapat data tahunan seperti data NBMI data Susenas diinterpolasi atau ekstrapolasi mengikuti arah data NBMI, kecuali arahnya berlawanan maka sesuai dengan kondisi yang ada. Dengan menggunakan data konversi pada NBMI data dalam bentuk kilogram bahan pangan tersebut dikonversi menjadi dalam bentuk protein.

EACK4 atau PACK4, huruf kapital K menunjukkan konsumsi per kapita.

PDB = Produk domestik bruto harga konstan 1993. Satuannya milyar Rupiah. Data dikumpulkan dari tahun 1975 sampai dengan 2004 yang bersumber dari Indikator Ekonomi BPS.

PDBK = Produk domestik brutoharga konstan 1993 dibagi dengan jumlah penduduk. SOL = Harga minyak solar. Satuannya rupiah per liter (Rp/ltr). Data dikumpulkan dari tahun 1966 sampai dengan 2004. Sumber data 1966 – 2003 berasal dari statistik Pertamina, sedangkan data 2003-2004 diperoleh dari SPBU di Bogor.

4.3.2.3. Data yang Digunakan pada Analisis Stabilitas Ekonomi Makro

BOP = Neraca pembayaran Indonesia, adalah nilai total dari transaksi berjalan dengan transaksi modal selama satu triwulan dalam satuan USD juta. Selama series waktu studi ada data yang negatif, sehingga tidak memungkinkan untuk diolah dalam bentuk logaritma. Data yang dikumpul dari 1975Q1 sampai dengan 2004Q4 bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan (SEKI) Bank Indonesia.

BOT = Neraca perdagaangan Indonesia, adalah selisih nilai ekspor dengan nilai impor selama satu triwulan dalam satuan USD juta. Selama series waktu studi ada satu pengamatan yang bernilai negatif, sehingga tidak memungkinkan untuk diolah dalam bentuk logaritma. Data yang dikumpul dari 1975Q1 sampai dengan 2004Q4 bersumber dari Statistik Ekonomi dan Keuangan (SEKI) Bank Indonesia.

EXR = Nilai tukar rupiah terhadap US dollar, dalam satuan Rp per USD. Sumber data dari SEKI Bank Indonesia. Data yang dikumpul dari 1975Q1 sampai dengan 2004Q4. Data yang tersedia bulan Januari 1975 sampai dengan Maret 1989 merupakan data kurs Rupiah terhadap USD di Jakarta. Sejak April 1989 sampai Desember 2004 merupakan Kurs Tengah Bank Indonesia. Data triwulanan diperoleh dengan merata-ratakan nilai tukar bulanan dalam triwulan tersebut (Maret, Juni, September dan Desember). Untuk mendapatkan nilai tukar riil digunakan formula berikut: INA AS IHK IHK EXR REXR= ⋅ (47) dimana:

REXR = nilai tukar riil rupiah terhadap dolar AS (tanpa satuan) EXR = nilai tukar nominal rupiah terhadap dolar AS (Rp/USD) IHKAS = indeks harga konsumen Amerika Serikat

IHKINA = indeks harga konsumen Indonesia

GDP = Produk domestik bruto, dalam satuan Rp milyar per triwulan. Data bersumber dari Indikator Ekonomi Badan Pusat Statistik. Data yang dikumpul dari 1979Q1 sampai dengan 2004Q4. Karena keterbatasan data, GDP 1979Q1 sampai dengan 1982Q4 berasal dari GDP tahunan yang didekomposisi menjadi data triwulanan sesuai rumus pada persamaan (43) sampai dengan (46). Untuk tahun 1983 sampai dengan 2004 sudah merupakan data triwulanan. Untuk mendapatkan nilai riil digunakan harga konstan 1993. Penetapan tahun dasar tersebut disesuaikan dengan tahun dasar indeks harga konsumen yang digunakan.

IHK = nilai indeks harga konsumen (IHK). Sumber data dari bulan Maret 1979 sampai dengan Desember 2004 berasal dari Statitistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia. Data yang dikumpul dari Bulan Maret 1979 sampai Bulan Desember 2004. Selama rentang waktu tersebut menggunakan berbagai tahun dasar yang berbeda sebagai berikut: (1) Maret 1979 sampai dengan Maret 1990 menggunakan tahun dasar: April 1977 – Maret 1978 = 100; (2) April 1990 sampai dengan Mei 1997 menggunakan tahun dasar: April 1988 – Maret1989 = 100 ; (3) Juni 1997 sampai dengan Desember 2003 menggunakan tahun dasar: 1996 = 100 ; dan (4) Januari 2003 sampai dengan Desember 2004 menggunakan tahun dasar: 2002 = 100. Dari berbagai tahun dasar tersebut dilakukan tiga tahap pengolahan. Pertama, semua nilai IHK disamakan tahun dasarnya dalam hal ini ke tahun 1996. Kedua, dari rentang data bulanan yang telah dikonversi ketahun dasar

yang sama, dapatkan data triwulanan dengan cara merata-ratakan data bulanan. Ketiga, Setelah tersusun data triwulanan, maka ditetapkan lagi tahun dasar untuk penggunaan penelitian ini. Penentuan triwulan dan tahun mana yang digunakan sebagai tahun dasar yang baru dengan memperhatikan kondisi dimana pada tahun tersebut perekonomian relatif stabil dan posisi tahun dasar tersebut berada dipertengahan rentang waktu penelitian. Dalam hal ini tahun 1993Q2. Nilai IHK ini digunakan untuk meriilkan semua data nilai dalam bentuk nominal dengan formula sebagai berikut: 100 min ⋅ − = − IHK al No Nilai Riil Nilai (48)

INF = diperoleh dari nilai IHK dengan formula sebagai berikut: % 100 1 1⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = − − T T T T IHK IHK IHK INF (49)

US-CPI = Indeks harga konsumen Amerika Serikat (all urban consumers-CPI-U) berasal dari tahun dasar 1982-84=100 diubah menjadi tahun dasar 1993Q2 = 100. Data diperoleh melalui internet dengan Series Id: CUUR0000SA0.

INV = Investasi, adalah jumlah nilai investasi yang disetujui Pemerintah yang berasal dari Penamanam Modal dalam Negeri (PMDN) dalam satuan Rp milyar dan Penanaman Modal Asing (PMA) dalam satuan USD juta. Sebelum dijumlahkan nilai PMA dikonversi ke dalam nilai milyar rupiah dengan menggunakan kurs (Rp/USD) yang digunakan dalam data penelitian ini. Data yang dikumpul dari 1975Q1 sampai 2004Q4. Sumber data dari Januari 1975 sampai dengan April 1996 berasal dari Indikator Ekonomi Badan Pusat Statistik dan sejak Mei 1996 sampai dengan Desember 2004 bersumber dari SEKI Bank Indonesia. Data triwulanan ini merupakan data akumulasi data bulanan selama tiga bulan. Contoh: jumlah investasi bulan Januari, Pebruari dan Maret tahun 1980 sama dengan nilai investasi triwulan pertama tahun 1980.

IRT = Suku bunga bank, adalah suku bunga Bank Umum untuk keperluan investasi dalam satuan persen (%). Data yang dikumpul dari 1980Q1 sampai 2004Q4. Karena keterbatasan data maka sumber data dari 1980Q1 sampai dengan 1988Q4 merupakan suku bunga Bank Pemerintah yang bersumber dari Bank Indonesia, dikutip dari Bafadal, A. 2005. Nilai suku bunga Bank Pemerintah tersebut dikonversi menjadi suku bunga Bank Umum dengan menggunakan rata-rata konversi dari data 1989Q1 sampai dengan 1993Q3. Karena keterbatasan data, dimana data triwulanan tidak tersedia dari tahun 1980 sampai dengan tahun 1988, maka data triwulanan pada rentang waktu tersebut dianggap sama dengan data tahunan. Sejak tahun 1989 sampai dengan tahun 2004 menggunakan data triwulanan yang bersumber dari SEKI Bank Indonesia. Data triwulanan diperoleh dari data rata-rata bulanan selama periode triwulan tersebut. Memperoleh nilai suku bungan riil digunakan formula berikut:

e t t t i r = −π

(50) dimana:

rt = suku bunga riil it = suku bunga nominal

e t

MSI = Penawaran uang,adalah jumlah uang yang ditawarkan Bank Indonesia (M1) dalam satuan Rp milyar. Data yang dikumpulkan dari 1975Q1 sampai dengan 2004Q4, bersumber dari SEKI Bank Indonesia. Data triwulanan diperoleh dengan merata-ratakan penawaran uang bulanan dalam triwulan tersebut.

UNM = Jumlah pengangguran, adalah angkatan kerja yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan atau sejak tahun 2001 istilahnya disebut pengangguran terbuka dalam satuan ribu orang. Awalnya angkatan kerja tersebut dihitung sejak beurumur 10 tahun ke atas, namun sejak adanya wajib belajar 9 tahun, maka sejak tahun 1998 tingkat umur angkatan kerja menjadi 15 tahun keatas. Dalam studi ini yang digunakan adalah angkatan kerja yang berumur 15 tahun ke atas. Data yang dikumpulkan dari 1980-1 sampai dengan 2004Q4 bersumber dari Sakernas BPS. Karena tidak tersedia data bulanan dan triwulanan maka data yang digunakan untuk tiap triwulan adalah sama dengan data tahunan yang merupakan data pengangguran pertengahan tahun.

IOPP = Kebijakan Harga Pangan (Input-Output Price Policy- IOPP) diproksi dari kebijakan yang mendukung stabilitas harga pangan. Data yang digunakan sama dengan yang digunakan pada analisis ketahanan pangan, namun pada analisis ini menggunakan deret waktu triwulanan.

Jenis data yang digunakan untuk analisis ketahanan pangan dan stabilitas ekonomi makro dapat dilihat pada Lampiran 3 dan Lampiran 4, sedangkan data Susenas untuk analisis pangsa pengeluaran pangan diperoleh dari Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian (PSE-KP) Bogor.