BAB III METODE PENELITIAN
B. Definisi Operasional
Kualitas hidup menuut WHO diartikan sebagai persepsi individu tentang posisi mereka di kehidupan dalam konteks budaya dan sistem nilai di mana mereka hidup serta berkaitan dengan tujuan, harapan, standar, dan kekhawatiran mereka. Kualitas hidup dapat diukur menggunakan skala World Health Organization
Quality of Life (WHOQoL-BREF). Skor yang tinggi di skala menunjukkan kualitas
hidup individu tersebut tinggi, sedangkan skor yang rendah menunjukkan kualitas hidup yang rendah.
2. Group Positive Psychotherapy
Group positive psychotherapy merupakan suatu terapi psikologi dengan
model kelompok yang terfokus pada upaya membentuk emosi positif, kekuatan karakter, dan kebermaknaan dengan cara membangun hidup yang menyenangkan (pleasant life), hidup yang mengikat pada aktivitas (engaged life), dan hidup yang bermakna (pursuit of meaning) untuk mengatasi gangguan klinis maupun hal-hal
negatif (Selligman, dkk, 2006). Group positive psychotherapy dilakukan dalam 9 sesi dengan total 3 kali pertemuan. Jarak antar pertemuan adalah dua hari dengan durasi rata-rata 150 menit dalam setiap pertemuan. Modul yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan modifikasi dari modul group positive psychotherapy milik Sujana, Wahyuningsih, & Uyun (2015).
C. Subjek Penelitan
Subjek dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki penyakit
myasthenia gravis (MG) dengan kriteria sebagai berikut:
1. Berusia dewasa, yaitu di atas 18 tahun. 2. Berjenis kelamin wanita ataupun pria
3. Memiliki kemampuan membaca dan menulis 4. Pendidikan minimal SMA
5. Tidak sedang mengikuti atau berada dalam intervensi psikologis apapun 6. Bersedia mengikuti rangkaian penelitian dari awal hingga akhir
D. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen untuk bisa melihat dan mengetahui pengaruh group positive psychotherapy untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis odapus. Metode eksperimen sendiri merupakan metode penelitian yang digunakan utuk mencari pengaruh (suatu perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan) (Sugiyono, 2011). Alsa (2004) juga mengatakan jika hakikat penelitian eksperimen (experimental
research) adalah meneliti pengaruh perlakuan terhadap perilaku yang timbul
sebagai akibat dari perlakuan tersebut.
Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Kuasi eksperimen (quasi experiment) disebut juga dengan istilah eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true
experimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai variabel
kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek kesetaraan maupun grup kontrol (Sugiyono, 2011).
Penelitian ini menggunakan model pretest and post test control group dengan mengacu kepada pendapat Creswell (2007), adapun detailnya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Desain penelitian pretest and posttest control group design
Select control group Pretest No treatment Posttest
Select experiment group Pretest Experimental treatment Posttest
Tabel 2. Desain Rancangan dalam Penelitian
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Follow-up
KE O1 X O2 O3 KK O2 O2 O3 Keterangan: KE : kelompok eksperimen KK : kelompok kontrol O1 : pengukuran pretest X : perlakuan O2 : pengukuran posttest O3 : pengukuran follow-up
Pengukuran kualitas hidup pada pasien MG dalam kelompok eksperimen akan dilakukan sebanyak tiga kali. Pengukuran pertama dilakukan sebelum diberikan group positive psychotherapy, pengukuran kedua dilakukan setelah diberikan group positive psychotherapy sedangkan pengukuran ketiga atau tindak lanjut (follow up) diberikan dua minggu setelah diberikannya positive group
psychotherapy. Tindak lanjut diperlukan untuk melihat sejauh mana pelatihan yang
diberkan berpengaruh pada kehidupan klien.
Penelitian ini akan memiliki beberapa kontrol yang dilakukan oleh peneliti. Kontrol dibuat mengingat kondisi fisik dari pasien MG yang memerlukan beberapa perhatian khusus agar tidak kambuh ketika pelatihan dilakukan. Beberapa kontrol yang dilakukan oleh peneliti seperti transportasi dari rumah ke tempat penelitian yang menggunakan mobil dan tempat penelitian sendiri dikondisikan nyaman dan ber AC. Konsumsi peserta juga akan disesuaikan sesuai dengan apa yang bisa mereka konsumsi sehingga menghindari makanan-makanan tertentu yang dilarang untuk pasien.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk bisa mengumpulkan data penelitian. Penelitian ini sendiri menggunakan metode observasi, wawancara dan pengukuran skala psikologi. Pengukuran kualitas hidup pada pasien MG akan dilakukan menggunakan skala dari World Health
Organization Quality of Life version (WHOQoL-BREF) yang dikembangan oleh
instrumen WHOQOL-100 yang disederhanakan menjadi 26 aitem favorable yang merefleksikan ke empat domain dari kualitas hidup, yaitu fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Dua pertanyaan mengenai pandangan klien tentang kesehatan umum ditambahkan di awal. Berikut blueprint dan jenis jawaban dari skala WHOQoL-BREF:
Tabel. 3 Blueprint Skala Kualitas Hidup (WHOQoL-BREF)
Aspek Butir Aitem Jumlah
Kesehatan fisik 3, 4, 10, 15, 16, 17, 18 7
Psikologis 5, 6, 7, 11, 19, 26 6
Hubungan sosial 20, 21, 22 3
Lingkungan 8, 9, 12, 13, 14, 23, 24, 25 8
Total Aitem 24
Tabel 3.1 Respon Skala Kualitas Hidup (WHOQoL-BREF)
Pertanyaan Jenis Jawaban
1, 15 Sangat Buruk, Buruk, Biasa-Biasa Saja, Baik, Sangat Baik 2, 16-25 Sangat Tidak Memuaskan, Tidak Memuaskan, Biasa-Biasa
Saja, Memuaskan, Sangat Memuaskan
3-14 Tidak Sama Sekali, Sedikit, Sedang, Sering, Sangat Sering 26 Tidak Pernah, Jarang, Cukup Sering, Sangat Sering, Selalu
F. Validitas dan Reliabilitas
Instrumen penelitian atau alat ukur yang baik harus melalui tahapan analisa untuk mengetahui apakah instrumen tersebut sudh layak digunakan untuk penelitian. Ada dua kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian tersebut yakni validitas dan reliabilitas. Validitas digunakan untuk mengetahui apakah skala penelitian yang dipakai sudah memiliki aspek keperilakuan, indikator keperilakuan, dan aitem-aitemnya yang dapat mewakili atribut yang diukur (Azwar, 2012).
Reliabilitas menunjukkan sejauh mana hasil dari pengukuran dapat dikatakan konsisten dan dapat dipercaya. Hal ini ditunjukkan oleh taraf konsistensi skor yang
diperoleh dari para subjek dengan alat ukur yang sama atau diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang nol sampai dengan satu. Semakin tinggi koefisien reliabilitas, semakin mendekati angka satu, maka semakin tinggi reliabilitanya. Pada penelitian ini skala dapat dikatakan reliabel apabila skor
Cronbach Alpha berada pada level di atas atau sama dengan 0,8 (α ≥ 0,8) (Azwar,
2015). Validitas dan reliabilitas dari penelitian ini akan dapat dihitung dengan
Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 21 for windows.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Melakukan perizinan untuk melakukan screening. Proses screening akan
dilakukan dengan mendatangi klien satu persatu.
2. Screening dilakukan menggunakan skala WHOQoL kepada pasien MG. Hasil screening dengan kategori rendah dan sedang serta memenuhi kriteria penelitian akan dipilih sebagai subjek penelitian.
3. Wawancara untuk menggali permasalahannya dan pemberian informed
consent kepada para peserta terpilih berdasarkan hasil screening.
4. Menentukan tempat berikut dengan perlengkapan yang dibutuhkan selama proses terapi kelompok berlangsung.
5. Seleksi fasilitator dan ko-fasilitator.
1) Psikolog yang memiliki pengalaman kerja minimal 3 tahun dalam melakukan terapi psikologi.
2) Memiliki latar belakang pendidikan Magister Psikologi Pofesi Klinis 3) Memiliki Surat Izin Praktik Psikolog (SIPP) aktif
4) Pernah memfasilitasi psikoterapi berbasis kelompok. b. Kriteria untuk ko-fasilitator adalah sebagai berikut:
1) Mahasiswa psikologi profesi yang telah menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Psikologi (PKPP).
2) Pernah melakukan terapi kelompok.
6. Seleksi observer penelitian dengan kriteria minimal lulusan S1 Psikologi. 7. Pelaksanaan intervensi group positive psychotherapy pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak mendapatkan intervensi. Modul
group positive psychotherapy sesuai dengan modul yang disusun oleh
peneliti.
8. Post test diberikan menggunakan skala penelitian yang sama saat pre test 9. Tindak lanjut atau follow up diberikan dua minggu setelah jadwal
Tabel 4. Rancangan Kegiatan Group Positive Psychotherapy
Pertemuan Sesi Kegiatan Tujuan Waktu
I 1 Pembukaan dan perkenalan
Building rapport antara peneliti, fasilitator, ko
fasilitator, dan antar peserta. Mencairkan suasana dan menumbuhkan keakraban.
40 menit 2 Kekuatanku dan
tiga hal baik
Peserta menyadari dan menemukan potensi yang ada didalam dirinya. Peserta lalu diminta untuk menyadari dan memaknai setiap hal baik yang didapatkan setiap harinya
60 menit
II 3 Pemaknaan diri & diskusi
Berdiskusi dan mengevaluasi tugas rumah yang sebelumnya diberikan, yakni
pergunakan kekuatanmu dan tiga hal baik.
30 menit 4 Kunjungan
terima kasih
Membina hubungan positif dengan orang lain, menyadari pentingnya menjalin komunikasi dan menghargai orang lain
45 menit 5 Menikmati
(savoring)
Menikmati dan lebih peka terhadap rutinitas sehari-hari
20 menit 6 Tanggapan
aktif-konstruktif
Pentingnya memberikan penghargaan kepada orang lain, berperilaku positif terhadap sesama 45 menit III 7 Memaknai kegiatan dan evaluasi tugas rumah
Berdiskusi dan mengevaluasi tugas rumah yang sebelumnya diberikan, yakni kunjungan terima kasih, savoring, tanggapan aktif-konstruktif
45 menit
8 Membuat biografi
Menyadari apa yang diinginkan dikehidupannya 45 menit 9 Evaluasi, terminasi dan penutupan
Diskusi dan evaluasi keseluruhan kegiatan 25 menit
10 Post-test Memberikan lembar post-test 20
menit