• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Laporan Penelitian

2. Pelaksanaan Group Positive Psychotherapy

Pelaksanaan intervensi Group Positive Psychotherapy dilaksanakan sebanyak satu kali dengan durasi sekitar 240 menit. Pada prakteknya, waktu pelaksanaan tersebut mundur hingga sekitar 30 menit hingga total waktu pelaksanaan adalah 270 menit (4 jam 30 menit). Intervensi dilakukan di Kayu Manis Coffee & Steak yang menyediakan meeting room dan bisa digunakan untuk melakukan intervensi. Selain karena ketersediaan ruangan untuk melaksanakan kegiatan, lokasi ini dipilih karena jaraknya yang cukup dekat dan mudah diakses oleh para partisipan, fasilitator, dan pengamat penelitian. Pelaksanaan intervensi dilakukan di meeting room yang cukup kondusif. Ruangan cukup luas, memiliki suhu yang sejuk, dan pencahayaan di ruangan cukup baik sehingga para partisipan nampak nyaman. Kondisi suara diawal sesi cukup baik, suara dari luar tidak terlalu terdengar, namun menjelang jam makan siang suara dari luar mulai cukup ramai terdengar. Adapun deksripsi pelaksanaan intervensi akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Pertemuan I

Hari, tanggal : Kamis, 20 Februari 2020 Pukul : 09.00 – 13.30 WIB

Tempat : Kayu Manis Coffee & Steak

Pertemuan ini dihadiri oleh fasilitator, peneliti, tiga orang partisipan, satu orang caregiver, dan tiga orang pengamat. Pengamat dalam penelitian sengaja disiapkan sesuai dengan jumlah partisipan sehingga masing-masing pengamat bertugas penuh untuk mengawas dan membantu satu persatu partisipan. Hal ini merupakan tindakan pencegahan jika sewaktu-waktu peserta kelelahan dan tidak bisa menulis di worksheet (buku I am good, I am

happy, I am positive) yang telah disediakan. Para pengamat diminta untuk

siap membantu para peserta jika memang kondisi tersebut terjadi. Sampai diakhir sesi, kondisi tersebut tidak terjadi dan para peserta bisa lancar mengikuti acara sampai akhir sehingga tidak memerlukan bantuan pengamat utnuk menulis.

Pelatihan Group Positive Psychotheapy difasilitasi oleh Desi Wahyu S., M.Psi., Psikolog yang berpraktek di RSJ Surakarta. Pelatihan ini awalnya akan diikuti oleh empat orang wanita yang sudah bersedia untuk menjadi kelompok eksperimen. Pagi harinya sebelum pelatihan dilaksanakan, satu orang berhalangan hadir karena kondisi yang tidak memungkinkan hingga ia mengundurkan diri. Akhirnya pelatihan dilakukan hanya bersama tiga orang responden yaitu DW, YS, dan SG serta tiga orang observer. Satu orang peserta (SG) membawa caregiver yaitu suaminya untuk menemani di dalam

ruangan. Dikarenakan hujan deras yang melanda kota Solo sejak shubuh, jam pelaksanaan intervensi terpaksa harus diundur. Tiga orang peserta datang terlambat, lebih dari waktu yang sudah ditentukan. Rencana awal intervensi harusnya dimulai pukul 08.30 WIB mundur menjadi 09.00 WIB.

Peneliti awalnya menjelaskan kepada peserta mengenai gambaran secara luas apa yang akan dilalui selama beberapa jam kedepan. Sebelumnya peneliti juga memperkenalkan fasilitator berikut dengan tiga orang observer yang akan berada di ruangan. Peneliti menjelaskan mengenai tugas dari para observer yang akan siap sedia dalam membantu peserta apabila merasakan kesulitan tertentu, terutama saat akan menulis. Peneliti juga menanyakan apakah peserta merasa kurang nyaman dengan jumlah orang yang cukup banyak di ruangan, yang kemudian disambut dengan gelengan oleh para peserta dan menyatakan jika mereka tidak keberatan. Suami SG yang juga merupakan caregiver nya juga tidak dipermasalahkan untuk berada di dalam ruangan, karena masing-masing peserta sudah saling mengenal anggota keluarga yang menjadi caregiver mereka. Hal ini membuat kehadiran

caregiver SG menjadi bukan masalah yang berarti karena mereka tidak

merasa asing sama sekali.

Sebelum kegiatan dimulai, peneliti, fasilitator mencoba untuk building

rapport dengan para peserta. Sejak awal kedatangan peserta, peneliti dan

fasilitator menyambut peserta dengan senyum dan memperkenalkan nama masing-masing. Fasilitator juga menanyakan bagaimana kabar dan kondisi kesehatan para partisipan hari ini sembari observer meminta peserta untuk

mengisi daftar hadir. Peneliti sendiri secara bergantian menjelaskan mengenai lembar informed consent kepada masing-masing peserta yang sebelumnya belum pernah bertemu dengan peneliti. Penjelasan informed consent sendiri sebenarnya sudah dilakukan sebelum penelitian dimulai melalu telepon, sehingga ketika acara berlangsung peneliti hanya menjelaskan sec

Setelah semuanya selesai, peneliti membuka acara pada hari itu dengan memperkenalkan diri, fasilitator, dan para observer yang ada. Peneliti juga menjelaskan mengenai gambaran kegiatan yang akan dilalui selama kurang lebih empat jam kedepan. Peneliti menjelaskan jika para observer ada dan siap untuk membantu peserta jika memang nanti merasa kesulitan dalam mengerjakan worksheet selama intervensi berlangsung. Peneliti juga menyampaikan beberapa pesan dari Ketua Pengurus YMGI chapter Jawa Tengah yang kebetulan berhalangan hadir karena kondisi kesehatannya yang menurun. Setelahnya peneliti menyampaikan harapan semoga para peserta bisa mendapatkan banyak manfaat dan acara berjalan lancar, dan kemudian mempersilahkan fasilitator untuk memulai intervensi.

Fasilitator kemudian mengambil alih acara dari peneliti dan memperkenalkan dirinya lebih lanjut berikut dengan menyebutkan latar belakang pendidikan serta pekerjaannya saat ini. Fasilitator menjelaskan seberapa penting intervensi yang akan dilakukan bersama selama kurang lebih 4 jam kedepan dan mengajak para peserta untuk bisa fokus dan saling terbuka satu sama lainnya. Fasilitator juga mengajak para peserta untuk bisa bekerja sama agar tujuan dan manfaat yang ingin dicapai bisa didapatkan.

Fasilitator lalu menawarkan kepada para peserta apakah mau untuk membuat aturan bersama seperti tidak membuka handphone dan sebagainya, dan dijawab salah peserta “gak usah aja ya bu, fleksibel aja kita bu.” Fasilitator menanggapi dengan senyum dan mengajak para peserta untuk berdoa terlebih dahulu sesuai agama dan kepercayaan masing-masing, sebelum memulai intervensi.

Selesai berdoa, peneliti membagikan buku I am good, I am happy, I am

positive kepada masing-masing peserta. Fasilitator mengajak peserta untuk

menuliskan namanya masing-masing di sampul depan buku dan mengajak untuk membuka buku tersebut. Fasilitator kemudian membuka sesi “Kekuatanku” dengan mengatakan “Saudara-saudara, sadarkah jika di

dalam diri kita terdapat berbagai kekuatan yang mungkin belum kita sadari sepenuhnya?” Fasilitator kemudian mengajak para peserta untuk memikirkan

kekuatan yang ada di dalam diri mereka. Kekuatan itu bisa saja disadari oleh mereka sendiri atau mungkin mereka ketahui dari kata-kata orang lain. Fasilitator kemudian mencontohkan kekuatan yang ada di dalam dirinya dan bagaimana ia menerapkan hal tersebut di kehidupan.

Fasilitator mengajak para peserta untuk menyampaikan kekuatan apa yang ada di dalam diri mereka seperti yang sudah di contohkan sebelumnya. Fasilitator juga mengajak partisipan untuk menceritakan bagaimana kekuatan tersebut mempengaruhi kehidupan mereka dan penyakit yang mereka alami saat ini. Partisipan pertama yang mulai berbicara adalah DW. DW berusia 23 tahun dan baru saja menamatkan pendidikan S1 nya dibidang Ekonomi

Manajemen. Penampilan DW rapi dan bersih, ia mengenakan gamis berwarna biru muda dengan motif batik putih dan menggunakan jilbab langsungan panjang berwarna pink. Volume suara DW cenderung lirih namun masih bisa terdengar dengan jelas.

DW menceritakan jika ia adalah pribadi yang susah untuk marah dan sering memaafkan orang-orang yang menyakitinya. DW sendiri merasa selama hidupnya belum ada orang yang benar-benar menyakiti dirinya, bahkan sebaliknya banyak orang-orang yang baik kepadanya. DW mengetahui jika ia menderita MG sejak kelas 3 SMP. Menurutnya dulu ia adalah pribadi yang aktif dan mudah bergaul, ia juga merupakan ketua OSIS di SMP nya. Namun semenjak tahu jika ia menderita MG, ia merasa kurang percaya diri dan merasa jika ia berbeda dari temannya yang lain.

DW menceritakan jika ia terpaksa membatasi dirinya dari berbagai kegiatan dan tidak bisa seaktif dulu. Hal itu juga berdampak kepada kemampuan bersosialisasi yang menurutnya cukup menurun drastis. Rasa kurang percaya diri yang muncul membuat ia cenderung malu dan kurang berani untuk aktif dalam berteman. Ia merasa berbeda dan takut teman-temannya tidak mau mengerti dan mengasihani kondisinya. Ia mencoba sabar dan kuat dengan berbagai pikiran negatif yang muncul di masa awal ia terkena MG. Saat ini ia sudah cukup bisa menerima MG sebagai bagian dari dirinya sebagaimana berbagai keterbatasan yang harus ia hadapi karenanya.

Peserta lainnya yaitu YS berusia 50 tahun dan latar belakang pendidikan akhir S1. Penampilan responden rapi, mengenakan blouse panjang batik

sebatas paha dan celana dasar hitam. YS mengenakan kacamata bingkai hitam, memakai riasan wajah yang sangat terlihat dan rambut digerai sebahu. Intonasi suara YS selama intervensi berlangsung sangat jelas dan tegas. YS bercerita jika ia adalah pribadi yang suka membuat orang-orang disekitarnya tertawa bahagia. Teman-temannya sering mengatakan jika acara kumpul-kumpul akan terasa sepi tanpa kehadiran dirinya. YS juga sering dijadikan tempat curhat dan sangat terbuka untuk akrab dengan orang baru. Ia juga tidak suka membedakan-bedakan berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh orang lain. YS menceritakan jika kondisi ekonomi suaminya yang sangat berkecukupan membuat ia tidak terbebani untuk mencari uang tambahan. Ia membuka salon di rumahnya karena memang ia suka dandan dan merias orang. Ia menyukai dunia tersebut jauh sebelum bertemu suaminya sehingga saat ini salon di rumahnya menjadi sarana untuk menyalurkan hobinya tersebut.

YS menceritakan jika ia terkena MG sejak tahun 2014. Dulu ia merupakan pribadi yang cukup sentimen dan kurang mampu menahan gejolak amarah. Ia mudah marah dan ringan tangan jika ada yang bermasalah dengan dirinya. YS yang dulu adalah pribadi yang mudah meledak-ledak pikiran, hati, dan fisiknya saat terdapat sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya. Ia senang mengatur agar semua sesuai dengan apa yang ia kehendaki. Semenjak terkena MG ia mulai merasa ditegur oleh Tuhan YME. Pelan-pelan ia menyadari jika perilakunya di masa lalu harus diubah dan ia ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Awal terkena MG ia merasa sangat dalam

menjalani segala sesuatunya, terlebih ia takut ditinggalkan oleh suaminya jika ia tidak berubah menjadi lebih baik lagi. Saat ini YS sudah lebih sabar dan bisa menahan dirinya, tidak lagi seperti dulu.

Responden terakhir, mengatakan jika ia bingung dengan kelebihan apa yang ia miliki. Intonasi suara SG ketika bercerita selama intervensi berlangsung cenderung sedang. Nada suara SG akan meninggi saat tertawa ataupun menceritakan hal yang menyenangkan untuknya. SG menggunakan setelan blouse hijau dengan celana putih garis-garis hijau dan dipadukan dengan jilbab hijau. SG juga mengenakan masker selama intervensi berlangsung karena sedang agak flu. Selain itu SG mengatakan jika kondisinya sedang tidak terlalu baik. Ia takut jika nanti otot di sekitar mulutnya merubah tampilan area mulutnya menjadi kurang simetris, sehingga ia lebih suka menutupnya menggunakan masker.

SG menceritakan jika selera humornya agak rendah sehingga ia mudah sekali tertawa dengan hal-hal kecil yang ada. SG mengatakan jika sebenenarnya bukan tipikal yang mudah dekat dengan orang lain dan cenderung kaku jika belum akrab, ia yang sebenarnya suka tertawa akan cenderung diam dan menahan diri untuk tidak tertawa. Setelah akrab dan nyaman dengan suatu lingkungan maka ia bisa lebih heboh dan tertawa dengan keras. Ketika terkena MG ia mengatakan jika ia menjadi sangat kaku dan kesulitan untuk bisa tertawa lepas seperti dulu. Rasanya seperti terbebani dan sedih dengan kondisinya yang seperti itu. Selain itu, otot wajahnya juga terasa kaku dan susah untuk tertawa lebar seperti dulu sebelum terkena MG.

Saat ini menurut SG ia sudah lebih bisa menerima kondisi penyakitnya yang membuat ia menjadi cukup berbeda dengan orang lain. SG senang karena suaminya masih terus mau berada di sampingnya dan menemaninya dengan kondisi seperti ini. Terkena MG membuat ia lebih bisa bersabar dan mendapatkan pelajaran hidup yang berharga. SG juga sudah mulai bisa tertawa keras lagi seperti dulu dan ia merasa sangat lega karenanya. Ketika dulu tidak bisa tertawa di masa awal terkena MG, ia merasa cukup tersiksa dan pelan-pelan mau belajar untuk kembali menjadi dirinya yang dulu lagi.

Fasilitator mengapresiasi semua cerita responden dan kemudian mengatakan

bawah ternyata masing-masing dari responden sudah bisa melihat sisi positif atau yang kemudian akan disebut kekuatan di dalam diri mereka. Fasilitator kemudian mengajak responden untuk lebih meluaskan kesadaran mereka mengenai kekuatan tersebut dan mengajak untuk mengerjakan “Tabel Kekuatan Pribadi” agar lebih memahami tentang kekuatan mereka. Salah satu peserta yaitu YS kemudian bertanya kepada fasilitator:

“Bu tapi ini sesuai pendapatku pribadi saja kan? Orang lain belum tentu berpikir aku seperti itu lho bu.”

Fasilitator menjelaskan jika menuliskan kelebihan bukan berarti kita percaya diri berlebihan dengan apa yang kita miliki. Kita hanya berusaha menyadari jika ini adalah kekuatan yang kita miliki meskipun orang lain belum tentu sadar jika itu kekuatan kita.

Setelah semua memilih kekuatan yang mereka miliki, fasilitator kemudian mengajak partisipan untuk membuka halaman berikutnya.

Fasilitator menjelaskan jika kekuatan yang sudah dibuat tersebut mungkin saja tanpa sadar sebenarnya sudah pernah diterapkan oleh para peserta di kehidupan mereka sehari-hari, karenanya peserta diminta untuk menyadari hal tersebut dan menuliskannya. Bagaimana kekuatan tersebut pernah mereka lakukan dikehidupan sehari-hari mereka. Selama proses penjelasan oleh fasilitator ini, peserta SG nampak sibuk beberapa kali memainkan gawainya. Ketika fasilitator mempersilahkan peserta untuk menuliskan pengalamannya, SG baru berhenti memainkan gawai dan mengerjakan tugasnya bersama peserta lain.

Peserta YS nampak memiliki kebutuhan lebih untuk bercerita dan memiliki inisiatif yang baik, sehingga ketika dipersilahkan siapa yang ingin bercerita, YS langsung mengajukan diri. YS kemudian menceritakan jika ia memiliki pemahaman yang cukup baik terhadap apa yang terjadi kepada dirinya dan apa yang harus ia lakukan. Hal ini cukup membantu ia dalam memberikan nasihat karena ia cukup sering dijadikan tempat curhat oleh orang lain. Terlebih setelah ia terkena MG, ia harus lebih memahami kondisi dirinya dan tahu batasannya agar kondisi tubuhnya bisa stabil. YS juga menceritakan jika ia tidak suka membeda-bedakan orang lain, terlebih berdasarkan agama dan kondisi ekonominya. Menurutnya semua orang adalah sama sehingga selama ini ia tidak pernah pilih-pilih dalam berteman. Baginya hal ini sangat penting dan membuat ia memiliki teman yang banyak. TY bercerita jika ia adalah sosok yang mudah memaafkan orang lain. Apapun yang dilakukan orang itu kepadanya ia cenderung susah untuk marah

dan akan memaafkan orang tersebut. TY sendiri merasa sampai sejauh ini belum ada orang yang benar-benar sampai jahat sekali dan membuat ia sakit hati bahkan dendam. Menurutnya orang-orang disekitarnya cukup baik dan perhatian kepadanya. Beberapa teman terkadang ada yang menyampaikan jika ia terlalu baik karena harusnya merasa kesal dengan seseorang saat diberikan perlakuan tertentu, namun ia pribadi tidak bisa untuk marah lama-lama. TY menyampaikan jika di awal ia mungkin sedih ketika ada yang berkata ataupun berlaku agak jahat kepadanya, namun hal itu tidak akan berlangsung lama dan setelahnya ia pasti akan reda kembali.

SG sendiri mengatakan jika ia senang dengan hal-hal yang lucu. Ia memiliki selera humor dan suka sekali tertawa meskipun karena hal yang remeh. Ketika kondisi badan menurun karena MG yang ia derita, ia akan mencoba mengalihkan pikirannya dengan menonton hal-hal yang lucu ataupun bercerita yang lucu-lucu dengan teman-temannya. Hal ini ia lakukan untuk mengalihkan pikirannya agar tidak stres dan memperburuk kondisi tubuhnya. Meskipun setelah terkena MG ia cukup kesulitan untuk bisa tertawa lebar seperti dulu karena otot wajah yang kaku.

Fasilitator mengapresiasi semua cerita dari responden dengan menguatkan para peserta untuk bisa menerapkan kekuatan positif yang telah disadari bersama dikehidupan sehari-hari. Fasilitator lalu masuk ke sesi berikutnya yaitu ‘Tiga Hal Baik’. Di sesi ini peserta diajak untuk bisa menyadari apa saja kebaikan yang datang kepada mereka. Setiap harinya, selalu ada kebaikan yang terjadi kepada kita, sekecil apapun itu. Setelah

menyadari kebaikan yang mereka dapatkan hari ini dan yang sampai saat ini mereka rasakan, peserta diajak untuk menuliskannya di lembar tugas dan diminta menambahkan ungkapan syukur mereka terhadap peristiwa yang terjadi tersebut.

DW menceritakan jika hari ini ia merasa mendapatkan banyak kebaikan meskipun sejak pagi Solo hujan. Ia sebenarnya ingin berangkat sendiri ke tempat pelatihan menggunakan motor namun tidak diperbolehkan orang tuanya karena hujan cukup deras. Ayahnya tercinta memaksa untuk mengantarkannya karena takut kondisinya menurun. Ia senang karena kedua orang tuanya selalu mendukung apapun kegiatan positif yang ia ingin lakukan bahkan selalu siap untuk mengantarkannya kemanapun ia pergi. Ia juga merasa senang karena masih diberikan kesempatan untuk hidup sampai di titik ini meskipun sudah sangat lama terkena MG.

TY menangis ketika menceritakan mengenai teman-temannya. Rasa senang lainnya yang ia rasakan adalah ketika ia kuliah dulu ternyata teman-teman di kampusnya semua sangat baik dan mendukung kondisinya. Bahkan ia pernah dibantu teman-temannya ketika kondisinya sedang menurun dan harus masuk kelas yang letaknya di lantai atas yang harus menggunakan tangga. Teman-temannya kelasnya juga cepat tanggap jika kondisinya menurun dan perhatian kepada dirinya. Ia bersyukur berada dilingkungan keluarga dan teman yang sangat baik serta luar biasa kepada dirinya. Ia juga bersyukur bisa diberikan kesempatan hidup sampai di usia sekarang sehingga bisa memperbaiki dirinya. Menurut TY berbagai hal tersebut datang kepada

dirinya karena ia berkeyakinan Tuhan sangat baik kepada hambanya. Ia juga merasa jika ia memiliki semangat hidup yang tinggi sehingga Tuhan masih memberikan kesempatan untuk hidup di dunia ini.

YS merasa mendapatkan banyak kebaikan di hidupnya meskipun ia memerlukan waktu yang cukup panjang untuk memikirkan apa saja kebaikan tersebut. Fasilitator kemudian mengatakan jika kebaikan itu tidak harus yang besar, namun bisa saja dari hal yang kecil dan simpel seperti contohnya masih bisa makan sesuatu yang diinginkan, dsb. YS lalu mengatakan jika hari ini dengan bisa berkumpul bersama bahkan difasilitiasi bertemu Psikolog ia sudah merasa sangat senang. Ia kemudian juga menceritakan jika tadi pagi, suaminya yang biasanya cenderung kaku dan kurang mampu mengekspresikan kasih sayangnya tiba-tiba mengajak YS untuk berfoto bersama sebelum ia berangkat ke tempat pelatihan. YS mengaku cukup kaget sekaligus bahagia karena selama ini yang heboh untuk foto selalu dirinya. Suaminya hampir tidak pernah mengajak ia selfie bersama.

Hal lain yang bisa ia syukuri adalah kemarin ia bisa membawa mobil sendiri dan mengantar mertuanya untuk periksa ke RSUD Dr. Moewardi Solo. Hal ini cukup berarti baginya karena selama ini ia tidak terlalu dekat dengan mertuanya tersebut bahkan ia merasa mertuanya masih belum terlalu menerima dirinya. Meskipun menurutnya ia hanya berpura-pura saja untuk terlihat senang di depan mertuanya ketika di rumah sakit, namun ia bersyukur karena bisa selalu kuat menghadapi mereka. YS juga bersyukur karena hari ini ia bisa bebas berbagi rasa dan berekspresi bersama Psikolog. Ia juga

bersyukur pagi tadi setelah berfoto bersama, mood suaminya tampak baik sehingga ia bisa mengajak suaminya berdiskusi mengenai anaknya yang akan ulang tahun dan diizinkan untuk menggunakan kartu kredit agar bisa makan-makan puas ketika berkumpul bersama teman-temannya. Menurutnya, hal-hal tersebut bisa terjadi kepadanya karena ia selalu mencoba ikhlas dalam berbuat sesuatu. Ia juga pribadi yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada, karena baginya sesuatu itu belum tentu bisa terjadi dua kali apalagi jika diulang kembali.

Peserta SG menceritakan jika ditemani oleh suaminya di pertemuan hari ini adalah hal yang sangat ia syukuri. Menurutnya suaminya adalah tipe suami siaga yang selalu ada kapanpun dan dimanapun ia membutuhkannya. Ia senang bisa belajar bersama dengan rekan-rekan yang lain dan ditemani oleh suaminya. Hal kedua yang ia syukuri pada hari itu adalah teman lamanya yang tiba-tiba menghubunginya melalui whatsapp dan mengatakan jika sore nanti ingin berkunjung ke rumahnya. Ia merasa senang bisa bersilaturahmi dengan teman lamanya yang memang memiliki memori indah di masa lalu bersama dirinya. Hal lainnya yang bisa ia syukuri adalah pagi ini kakaknya menghubungi dan memberikan kabar baik yang tidak mau ia ceritakan detailnya. Ia merasa bahagia dengan kabar tersebut dan merasa senang

Dokumen terkait