• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.6 Definisi Operasional

e. Menginterpretasikan perbandingan faktor kelemahan – kelemahan internal dan ancaman - ancaman eksternal lalu mencatat hasilnya dalam sel strategi WT.

Tabel 6. Matriks analisis SWOT IFAS Strengths (S) Sumber : Rangkuti, 2011

3.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalapahaman pembaca dalam memahami penelitian ini, maka dikemukakan konsep operasionel dengan pengertian yaitu:

1. Pemasaran adalah proses memasarkan jambu mete dari petani ke pedagang hingga sampai ke konsumen.

2. Strategi adalah cara atau taktik untuk memasarkan jambu mete dari petani ke pedagang hingga sampai ketangan konsumen

3. Analisi SWOT adalah analisis yang digunakan untuk memperoleh strategi pemasaran

4. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi secara langsung kegiatan strategi pemasaran seperti peyediaan modal, tenaga kerja dan tingkat teknologi .

37

5. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung strategi pemasaran seperti tersedianya transportasi, komunikasi dan aspek-aspek yang meyangkut pemasaran.

6. Jambu mete adalah tanaman buah berupa pohon yang berasal dari brasil tenggara yang memiliki buah yang dapat dimakan dan bijinya yang bisa digoreng atau dikeringkan untuk berbagai macam penganan. Secara botani tumbuhan ini sama sekali bukan anggota jambu-jambuan (Myrtaceae), kacang-kacangan (Fabaceae), melainkan malah lebih dengan kerabatnya dengan mangga (Suku Anacardiaceae). Tanaman ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga petani memilih komoditi ini untuk usaha taninya. Jambu mete dalam penelitian ini adalah suatu hasil jambu mete yang diusahasilkan oleh petani Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

7. Informan adalah petani jambu mete, Pedagang jambu mete, Dinas Pertanian dan Pemerintah di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

8. Komoditi adalah tanaman jambu mete yang diusahakan petani di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

38

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Pasimarannu adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan Indonesia. Pasimarannu berjarak 119 mil dari Kota Benteng dengan waktu tempuh perjalanan laut kurang lebih 12 jam. Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. dengan iklim rata-rata 101-150 pada musim penghujan (Desember-Januari) dan 151-500 musim kemarau (Juli-Agustus) dari permukaan laut dan dikenal 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Pada musim kemarau dimulai pada bulan Juni hingga September dan musim hujan dimulai pada bulan Desember hingga bulan Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan (musim pancaroba) sekitar terendah pada bulan Agustus-September dan tinggi dari permukaan laut 22 mdpl. Jumlah curah hujan di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tertinggi pada bulan Januari mencapai 0-60 mm pada musim kemarau (April-September) dan 200-400 mm pada musim hujan (September-April)

4.2 Kondisi Demografis 4.2.1 jumlah penduduk

Jumlah penduduk terbanyak berdasarkan umur di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu pada umur 0-9 Tahun. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu jumlah penduduk perempuan lebih

39

besar dibandingkan laki-laki. Adapun jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari tebel berikut:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

No Jenis Kelamin Jumlah

Sumber : Kantor Camat Pasimarannu, 2021

Berdasarkan Tabel 7. jumlah penduduk di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu berjumlah 9,310 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 4,330 jiwa dengan presentase 46,50 % dan perempuan sebanyak 4,980 jiwa dengan presentase 53,49 %.

4.2.2 Kondisi Lahan Pertanian

Kondisi pertanian di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tidak mengusahakan padi sawah maupun padi ladang melainkan hanya perkebunan. Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar adalah salah satu kabupaten yang ada di sulawesi selatan yang memiliki perkebunan dengan Potensi sumber daya alam yang sangat bagus dan rata-rata sebagian masyarakat disana bermata pencaharian sebagai petani.

Desa ini berjarak 119 mill dari Ibu Kota Kecamatan Pasimarannu, 12 jam menggunakan kapal ke Ibu Kota Kabupaten kepulauan selayar dan ± 24 jam menggunakan kapal dari Makassar Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan. Secara garis besar Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari 8 Desa dengan luas wilayah 176,35 𝑘𝑚2 yang terdiri dari Desa Bonerate, Desa

40

Bonea, Desa Majapahit, Desa Komba-Komba, Desa Batu Bingkung, Desa Lambego, Desa Sambali dan Desa Lamantu.

41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden 5.1.1 Umur Responden

Dalam melakukan usaha khususnya usaha pertanian membutuhkan umur yang masih tergolong produktif, menurut Barthos (2001). Tingkat umur yang produktif yaitu berada di bawah umur 15 tahun dan diatas 65 tahun. pada usia produktif petani diharapkan mampu mencapai puncak produktivitas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam berusaha. Hal ini dibutuhkan karena di dalam bekerja diperlukan kondisi tubuh yang sehatdan pemikiran yang matang. Berikut inii tabel 9 menjelaskan karakteristik responden berdasarkan umur

tabel 8. Umur responden petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang eksportir di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 8. Dapat dilihat bahwa rata-rata umur responden berkisar antara 39-46 tahun yaitu sebanyak 37,50 % atau 6 orang responden.

Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata responden berada pada umur yang produktif yang memiliki kemampuan fisik yang mendukung dalam mengelola

42

usaha jambu mete. Hal ini sesuai dengan pendapat Swashta (1997), yang menyatakan bahwa tingkat produktifitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan umur kemudian akan turun kembali menjelang usia tua.

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan merupakan aspek penting bagi individu karena pendidikan sangat berkaitan erat dengan pla piker individu. Tingkat pendidikan dapat membantu dalam peningkatan produktivitas jambu mete. Tingkat pendidikan yang memadai tentunya akan berdampak pada kemampuan dalam memproduksi dan memasarkan jambu mete. Berikut ini tabel yang menjelaskan tentang tingkat pendidikan responden.

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasakan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Presentase %

1 Tidak Sekolah 4 25,00

2 SD 6 31,25

3 SMP 3 18,75

4 SMA 3 18,75

Jumlah 16 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 9. Menunjukan tingkat pendidikan responden di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauaan Selayar. Jumlah responden yang tidak sekolah adalah 4 orang dengan presentase 25,00 %, kemudian jumlah responden yang bertingkat pendidikan SD adalah 6 orang dengan presentase 31,25 %, kemudian yang tamatan SMP sebanyak 3 orang dengan presentase 18,75 % dan yang bertingkat pendidikkkan SMA sebanyak 3 orang dengan presentase 18,75 %.

43 5.1.3 Pengalaman Berusaha

Pengalaman berusaha merupakan aspek penting bagi individu karena pengalaman sangat berkaitan erat dengan pola pikir untuk kegiatan usahanya.

Pengalaman berusaha tani yang memadai tentunya akan berdampak pada kemampuan dalam memproduksi dan memasarkan jambu mete. Berikut ini tabel yang menjelaskan tentang karakteristik responden berdasarkan pengakaman berusaha.

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman berusahatani Jambu Mete di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

No Pengalaman Berusaha

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 10. Karakteritik responden berdasarkan pengalaman berusaha memiliki banyak variasi. Dari kisaran pengalaman berusaha tani yaitu 3-10 tahun berjumlah 3 orang dengan presentase 18,75 %, 3-10-17 dengan 4 jumlah orang dan presentase sebanyak 25,00 %, 17-24 dengan jumlah 2 orang dengan presentase 12,50 %, 24-31 dengan jumlah 2 orang dengan presentase 12,50 %, 31-39 dengan jumlah 5 orang dengan presentase 37,50 %.

44

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga

No Tanggungan Keluarga Jumlah (orang) Presentase

1 1-2 1 06,25

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 11. Menunjukan karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga yaitu 1-2 dengan jumlah 1 orang dengan presentase 06,25% dan 2-3 dengan jumlah 4 orang dengan presentase 25,00 %, 3-4 dengan jumlah 5 orang dengan presentase 31,25 %, 4-5 dengan jumlah 3 orang dan presentase 18,75 %, dan 5-6 dengan jumlah 3 orang dan presentase 18,75 %.

5.2 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

5.2.1 Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal mengidentifikasi faktor-faktor berupa kekuatan dan kelemahan pada usaha pemasaran komoditas jambu mete. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan petani dan pedagang-pedagang jambu mete terdiri dari:

1. Kekuatan

Kekuatan yaitu mencakup kekuatan internal yang mendorong pengembangan usaha. Kekuatan yang dimiliki oleh usaha yaitu:

45

a. Kualitas jambu mete yang dihasilkan petani baik

Kualitas jambu mete yang dihasilkan oleh petani di Kecamtan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki kualitas yang cukup baik untuk di perjual belikan.

b. Sebagai bahan baku

Tanaman jambu mete merupakan komoditi yang banyak manfaatnya mulai dari akar, batang, daun dan buahnya. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, manisan kering, selai, oseng dll. Kulit kayu mete mengandung cairan yang berwarna coklat yang apabila terkena udara cairan tersebut dapat berubah berwarna hitam yang dapat digunakan sebagai bahan tinta atau pewarna. Selain itu kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebgai obat kumur atau obat sariawan dll.

c. Produksi jambu mete yang tinggi

Produksi jambu mete di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. yaitu pada tahun 2020 mencapai 366.00 ton. Sehingga komoditas ini dapat memberikan keuntungan kepada petani.

2. Kelemahan

Kelemahan mencakup kelemahan internal yang dapat mempengaruhi jalanya usaha yaitu sebagai berikut:

a. Panjangnya saluran pemasaran

Saluran pemasaran di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu memiliki beberapa saluran yaitu saluran 1: petani menjual

46

jambu metenya ke pedagang pengumpul, saluran 2: petani menjual jambu mete ke pedagang besar, saluran 3: petani menjual jambu mete ke pedagang pengumpul kemudian pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang besar. saluran 4: petani menjual jambu metenya ke pedagang pengumpul kemudian pedagang pengumpul menjual jambu metenya ke pedagang besar dan pedagang besar kemudian ke pedagang eksportir.

Panjangnya lembaga pemasaran yang terlibat, sehingga keuntungan petani yang tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena adanya perpindahan produk dari suatu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu perpindan tersebut terdapat biaya-biaya yang diperlukan oleh setiap penyalur komoditas jambu mete.

b. Keuntungan petani rendah

Faktor kelemahan selanjutnya adalah keuntungan pedagang rendah yang disebabkan karena adanya fluktuasi harga. Pada bulan november atau awal panen harga jambu mete harga jambu mete dapat mencapai 20.000 perkilo dan pada bulan desember atau pertengahan dapat mencapai 15.000 perkilo sedangkan pada akhir bulan panen februari dapat mencapai 10.000 perkilo bahkan bisa sampai 8.000 perkilo.

c. Kurangnya informasi

Kurangnya informasi yang didapatkan petani jambu mete sehingga membuat petani kesulitan dalam mengetahui informasi mengenai kondisi pasar.

47 d. Margin pemasaran besar

Faktor lain yang menjadi kelemahan adalah margin pemasaran karena apabila banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran sebelum sampai pada pedagang akhir maka biaya pemasaran jambu mete akan semakin tinggi. Untuk sampai kepada pedagang besar maka jambu mete didistribusikan melalui pedagang perantara. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan harga jual ditangan produsen dengan harga jual ditangan pengumpul dan seterusnya.

5.2.2 Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor eksternal dilakukan dengan mengolah faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Peluang

Peluang dapat dimanfaatkan oleh petani atau pedagang untuk meningkatkan usaha. Peluang yang dimiliki oleh petani terdiri dari:

a. Keunggulan jambu mete

Tanaman jambu mete merupakan salah satu tanaman perkebunan yang merupakan komoditi yang memiliki banyak manfaat mulai dari akar, batang, daun dan buahnya. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, manisan kering, selai, oseng dll. Kulit kayu mete mengandung cairan yang berwarna coklat yang apabila terkena udara cairan tersebut dapat berubah berwarna hitam yang dapat digunakan sebagai bahan tinta atau pewarna. Selain itu kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebgai obat kumur atau obat sariawan dan lain-lain. Selain itu cara

48

membudidayakanya tidak terlalu rumit dan dengan harga yang tidak terlalu rendah.

b. Dukungan pemerintah

Kebijakan pemerintah saat ini masih bersifat umum, tidak khusus untuk jambu mete saja. Dukungan pemerintah dalam usaha jambu mete sangat diperlukan demi kelangsungan usaha tersebut.

c. Akses transportasi memadai

Akses transportasi memiliki Peran yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran karena menyediakan akses bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk mengangkut hasil pertanian atau memindahkan barang dan memperlancar akses masyarakat dalam berpergian dari daerah asal kedaerah tujuan. Akses transportasi di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar pedagang sudah banyak memiliki kendaraan untuk mengangkut jambu mete dari pedagang pengumpul dan ke pedagang eksportir.

2. Ancaman

Ancaman merupakan faktor eksternal yang dapat menghambat kelancaran proses pemasaran jambu mete. Ancaman yang dimiliki oleh petani dan pedagang terdiri dari:

a. Produk impor yang sejenis

Semakin banyak produk impor yang sejenis maka semakin banyak pesaing jambu mete dan rendah pula harga beli komoditas jambu mete dari petani dan pedagang.

49

b. Harga komoditas jambu mete yang berfluktuasi

Harga komoditas jambu mete menjadi ancaman bagi petani dan pedagang di Kecamatan Pasimarannu karena jika harga jambu mete berubah-ubah atau naik dan turun maka akan mempengaruhi pendapatan petani maupun pedagang jambu mete. Pada bulan november atau awal panen harga jambu mete harga jambu mete dapat mencapai 20.000 perkilo dan pada bulan desember atau pertengahan dapat mencapai 15.000 perkilo sedangkan pada akhir bulan panen februari dapat mencapai 10.000 perkilo.

c. Faktor iklim dan cuaca yang kurang mendukung

Tanaman jambu mete umumnya tumbuh di daerah beriklim tropis yang terdiri dari dua musim yaitu kemarau dan hujan. Tanaman jambu mete peka terhadap perubahan iklim dan cuaca. Musim kering yang terjadi selama 4-6 bulan, pada fase pembungaan akan meningkatkan produksi gelondong, sebaiknya jika hujan terjadi selama periode pembungaan dan pembentukan buah dapat menurunkan produksi

5.3 IFAS dan EFAS

5.3.1 Internal Factor Analysis Summary

Internal factor anallisis summary (IFAS) adalah faktor-faktor internal yang berupa kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh petani jambu mete. Setelah menentukan faktor kekuatan dan kelemahan petani jambu mete. Selanjutnya adalah memberikan bobot dari masing-masing faktor internal tersebut. Matriks IFAS dapat dilihat pada tabel berikut ini:

50

Tabel 12. IFAS (Internal Factor Anallisis Summary)

Internal Factor Anallisis Summary

No Kekuatan Rating Bobot Nilai

Sumber: Data Primer di Olah 2021

Berdasarkan hasil analisis Internal Factor Analysis Summary (IFAS) pada tabel 12 terlihat bahwa faktor kekuatan (Strenghts) mempunyai nilai sebesar 2,16 dengan kelemahan (Weakness) mempunyai nilai 1,28. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa dalam pemasaran komoditas jambu mete memiliki kekuatan lebih besar yaitu 62,79% dibandingkan dengan kelemahan memiliki nilai 37,20 %.

5.3.2 Eksternal Factor Analysis Summary

Eksternal factor anallisis summary (EFAS) adalah faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang dimiliki oleh petani jambu mete di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. Matriks EFAS dapat dilihat pada tebel berikut:

51

Tabel 13. EFAS (Eksternal Factor Anallisis Summary) Eksternal Factor Anallisis Summary

No Peluang Rating Bobot Nilai

Sumber: Data Primer di Olah 2021

Berdasarkan hasil analisis Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) pada tabel 13 terlihat bahwa nilai dari faktor peluang (Opportunities) mempunyai nilai 1,52 dan nilai faktor ancaman (Threaths) mempunyai nilai sebesar 0,78. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa dalam pemasaran komoditas jambu mete memiliki peluang yang besar yaitu 66,08 % dibandingkan dengan ancaman memiliki nilai 33,91 %.

5.4 Matriks Internal Eksternal

Matriks IE (internal eksternal) merupakan matriks portofolio yang memposisikan perusahaan dalam tampilan sel. Matriks internal eksternal ( Matriks IE) Merupakan alat perumusan strategi pada tahap pencocokan yang berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang logis dengan memadukan hasil pembobotan matriks IFE DAN EFE. Posisi suatu perusahaan dalam matriks IE ditentukan dari matriks EFE dan matriks IFE matriks berada pada sumbu X dari total dari EFE matriks berada pada sumbu Y. Dari hasil analisis pada matriks

52

(0,44 untuk nilai IFAS dan 0,37 untuk nilai EFAS). Dapat dilihat pada gambar berkut ini:

Gambar 3. Kuadran Matriks Posisis Internal dan Eksternal

2.5

Tabel 14. Matriks Eksternal dan Internal

Total skor faktor Eksternal

Total skor faktor internal Tinggi (4-3) Sumber : Data Primer diolah 2021

Peluang

53

Berdasarkan tabel 14. Matrik IE diatas ini pemasaran komoditas jambu mete berada dikuadran I yang artinya sedang dalam posisi tumbuh dan kembangkan. Situasi ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan.

perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga strategi yang diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

5.5 Analisis SWOT

Tahap selanjutnya adalah perumusan strategi pemasaran berdasarkan matriks SWOT berdasarkan data yang dihasilkan dari wawancara, observasi dan dokumentasi di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. Altentaif strategi pemasaran berdasarkan mastriks SWOT mempunyai empat alternatif strategi yang diterapkan dan diperoleh dari analisis faktor internal dan faktor eksternal matriks SWOT dapat dilihat pada tebel berikut:

54 Tabel 15. Matriks Analisis SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN (S) 1. Sebagai bahan baku

(0,23)

2. Produksi jambu mete yang tinggi (0,16) 3. Kualitas jambu mete

yang dihasilkan petani 2. Akses transportasi

memadai (0,20)

2. kualitas jambu mete yang dihasilkan petani jambu mete (S2,S2 dan O1 ). 1. Harga komoditas

jambu mete yang

1. Kualitas jambu mete yang dihasilkan petani baik dan produksi jambu mete yang tinggi untuk bersaing dengan produk impor

55 5.6 Alternatif strategi pemasaran jambu mete

Dari hasil matriks SWOT didapatkan alternatif sebagai berikut:

1. Strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang (SO), ada dua alternatif yaitu:

a. Memanfaatkan keunggulan komoditas jambu mete sebagai bahan baku Komoditas jambu mete merupakan komoditi yang banyak manfaatnya mulai dari akar, batang, daun dan buahnya. Dengan produksi jambu mete yang tinggi dan dengan pamanfaatan komoditas jambu mete. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, manisan kering, selai, oseng dll. Kulit kayu mete mengandung cairan yang berwarna coklat yang apabila terkena udara cairan tersebut dapat berubah berwarna hitam yang dapat digunakan sebagai bahan tinta atau pewarna.

Selain itu kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebgai obat kumur atau obat sariawan dll. jambu mete yang dijual dalam bentuk gelondongan sebagai bahan baku yang digunakan dalam membuat suatu produk.

b. kualitas jambu mete yang dihasilkan petani baik serta produksi jambu mete yang tinggi untuk memanfaatkan keunggulan komoditas jambu mete.

kualitas jambu mete yang dihasilkan petani baik serta produksi jambu mete yang tinggi. Data dari dinas penyuluhan pertanian di Kecamatan Pasimarannu yaitu pada tahun 2020 mencapai 366.00 ton. Dalam hal ini

56

dapat memanfaatkan keunggulan komoditas jambu mete untuk mendapatkan keuntungan.

2. Strategi yang diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada (WO), ada satu alternatif strategi yaitu:

a. Meminimalkan kurangnya informasi dan keuntungan petani serta panjangnya saluran pemasaran dengan memanfaatkan keunggulan komoditas jambu mete, dukungan pemerintah serta akses transportasi yang memadai

Petani dan pedagang harus meminimalkan kurangnya informasi dan keuntungan petani serta panjangnya saluran pemasaran dengan memanfaatkan keunggulan komoditas jambu mete, dukungan pemerintah serta akses transportasi yang memadai. Petani dan pedagang jambu mete di Kecamatan Pasimarannu mesih kurang mendapatkan informasi mengenai harga dan juga harus memperpendek saluran pemasaran agar mendapatkan keuntungan yang tinggi dengan memanfaatkan keunggulan komoditas jambu mete, dukungan pemerintah serta akses transportasi yang memadai.

3. Strategi yang menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman (ST), ada satu alternatif yaitu:

a. Kualitas jambu mete yang dihasilkan petani baik dan produksi jambu mete yang tinggi untuk bersaing dengan produk impor yang sejenis.

57

Petani jambu mete di Kecamatan Pasimarannu memproduksi jambu mete dengan kualitas yang baik dan produksi yang tinggi. hal ini dapat membantu dalam meminimalkan ancaman yaitu bersaing dengan daerah produk impor yang sejenis.

4. Strategi yang meminimalisasi kelemahan dengan mengatasi ancaman (WT), ada satu alternatif yaitu:

a. Meminimalkan kurangnya informasi serta panjangnya saluran pemasaran dengan mengatasi harga komoditas jambu mete yang berfluktuasi.

Meminimalkan kurangnya informasi serta panjangnya saluran pemasaran dengan cara mengatasi harga komoditas jambu mete yang berfluktuasi Petani dan pedagang komoditas jambu mete di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. Meminimalkan informasi dengan cara memperbanyak informasi dan memperpendek saluran pemasaran untuk mendapatkan keuntungan.

58 VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa faktor internal dan eksternal Strategi Pemasaran Komoditas Jambu Mete di Kecamatan Pasimarannu Kabupeten Kepulauan Selayar adalah faktor internal yaitu Kekuatan terdiri dari kualitas jambu mete yang dihasilkan petani baik, Sebagai bahan baku dan produksi jambu mete yang tinggi. kelemahan terdiri dari panjangnya saluran pemasaran, keuntungan petani rendah, kurangnya informasi serta margin pemasaran besar. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari Peluang terdiri dari keunggulan komoditas jambu mete, dukungan pemerintah serta akses transportasi memadai dan ancaman terdiri dari produk impor yang sejenis, harga komoditas jambu mete yang berfluktuasi, Faktor iklim dan cuaca yang kurang mendukung.

2. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan matriks SWOT didapatkan alternatif sebagai berikut: Strategi SO: Memanfaatkan keunggulan komoditas jambu mete sebagai bahan baku, kualitas jambu mete yang dihasilkan petani baik serta produksi jambu mete yang tinggi untuk memanfaatkan keunggulan komoditas jambu mete. Strategi WO:

meminimalkan kurangnya informasi dan keuntungan petani serta panjangnya saluran pemasaran dengan memanfaatkan keunggulan komoditas jambu mete, dukungan pemerintah serta akses transportasi yang memadai. Strategi ST: Kualitas jambu mete yang dihasilkan petani baik

59

dan produksi jambu mete yang tinggi untuk bersaing dengan produk impor yang sejenis. Strategi WT: Meminimalkan kurangnya informasi serta panjangnya saluran pemasaran dengan mengatasi harga komoditas jambu mete yang berfluktuasi.

dan produksi jambu mete yang tinggi untuk bersaing dengan produk impor yang sejenis. Strategi WT: Meminimalkan kurangnya informasi serta panjangnya saluran pemasaran dengan mengatasi harga komoditas jambu mete yang berfluktuasi.

Dokumen terkait