• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.2 Teknik Penentuan Informan

Informan adalah orang-orang yang dianggap mengetahui benar-benar suatu fenomena yang meliputi objek penelitian, sehingga dapat membantu peneliti dalam menggali informasi data yang dibutuhkan dalam penelitian. Penentuan informan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive. Teknik purposive adalah teknik penentuan informan sumber data yang dilakukan dengan cara sengaja (Sugiyono, 2012). Yang menjadi kriteria informan dalam penelitian ini adalah petani Jambu Mete, pedagang jambu mete, Dinas Pertanian dan Pemerintah di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. Informan yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 16 orang yang terdiri dari 10 orang petani jambu mete dan 6 orang pedagang jambu mete yang berhubungan dan mengetahui faktor internal dan eksternal tentang strategi pemasaran komoditas jambu mete di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

29 3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yaitu Data kualitatif adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang berkepentingan berupa data lisan dengan penjelasan mengenai pembahasan.

Sumber Data yaitu Data Primer dan data sekunder. Data primer merupakan data hasil wawancara yang diperoleh dari berbagai informan yang terkait dengan petani dalam pemasaran. Sedangkan data sekunder adalah data-data yang sudah tersedia dan diperoleh oleh peneliti malalui data-data badan pusat statistik baik yang didapat secara online maupun ofline melalui studi literatur pada buku, jurnal dan sebagainya yang berfungsi sebagai penunjang data-data primer.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data serta keterangan dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data dengan cara:

1. FGD (focus Discussion Grub) yaitu teknik pengumpulan data umunya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menururt pemahaman sebuah kelompok.

2. Pengamatan (observasi) adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada obyek penelitian. Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan secara langsung.

3. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan

30

dalam hal ini adalah petani dan pedagang yang memasarkan jambu mete di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

4. dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang diperlukan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk untuk ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan pembuktian suatu masalah. Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah gambar bersama petani jambu mete selaku petani dalam memasarkan jambu mete yang diambil di lokasi penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif dengan menggunakan analisa alat bantu analisis yakni SWOT. Berdasarkan data yang diperoleh baik data primer maupun sekunder yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis secara SWOT dengan tahap awal melakukan identifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) untuk merumuskan strategi. SWOT adalah singkatan dari dari lingkungan internal strength dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threat. Analisi SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman, dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. Setelah kita mengetahui faktor eksternal dan internal lalu melakukan penyusunan strategi dengan menggunakan analisis SWOT.

31 1. Analisis Matrik IFAS dan EFAS

Menganalisis lingkungan internal (Internal Factors Analysis Summary, IFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan kekuatan dan kelemahan.

Menganalisis lingkungan eksternal (External, actors Analysis Summary, EFAS) untuk mengetahui berbagai kemungkinan peluang dan ancaman. Tahap penyusunan Matrik IFAS dan EFAS adalah:

a. Membuat tabel analisis dengan 4 kolom yaitu kolom faktor-faktor, kolom bobot, kolom rating dan kolom skor.

b. Menententukan faktor intenal yaitu kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses), faktor eksternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) pada kolom faktor.

c. Memasukan bobot dari masing – masing elemen faktor internal dan eksternal sehingga total bobot pada faktor internal dan faktor eksternal sama yaitu 1.

d. Memberikan peringkat (rating) antara 1 sampai 4 terhadap setiap faktor dengan dasar tingkat efektivitas strategi. Mekanisme pemberian rating yaitu nilai 4 untuk sangat bagus, nilai 3 jika kondisinya di atas rata – rata, nilai 2 jika rata – rata dan nilai 1 jika kondisi faktor dibawah rata – rata.

e. Mengalikan nilai bobot dengan nilai rating-nya untuk mendapatkan skor.

f. Menjumlahkan semua skor untuk mendapatkan skor total bagi faktor yang dinilai. Umumnya skor yang akan diperoleh berkisar antara 1 sampai dengan g. Menentukan posisi potensi berdasarkan tabel matrik internal eksternal untuk

memperoleh status usaha dan konsep dasar strategi yang perlu dilakukan.

32

Menurut Rangkuti (2016), cara-cara penentuan faktor strategi eksternal perusahaan. Adapun tahapan identifikasi faktor strategi eksternal (EFAS) sebagai berikut:

1. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

2. Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 2,0 (sangat kuat), 0,15 (diatas rata-rata), 0,10 (rata-rata) sampai dengan 0,5 (dibawah rata-rat).

Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

3. Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan skala mulai dari 4 ( outstanding) sampai dengan 1 ( poor) , berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai untuk faktor peluang bersifat positif ( peluang yang semakin besar diberi rating +4,tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya . Misalnya, jika nilai ancaman sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit, ratingnya 4.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor tertentu dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

33

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya. Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Tabel 4. Matriks Analisis Strategi Eksternal (EFAS) FAKTOR-FAKTOR

STRATEGI EKSTERNAL BOBOT RATING

BOBOT

Sedangkan untuk menentukan cara-cara penentuan faktor strategi internal perusahaan. Adapun tahapan identifikasi faktor strategi internal (IFAS) sebagai berikut:

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

2. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 2,0 (sangat kuat), 0,15 (diatas rata-rata), 0,10 (rata-rata) sampai dengan 0,5 (dibawah rata-rata). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis.

34

3. Hitung rating (dalam kolom tiga) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 ( outstanding ) sampai dengan 1 (poor), yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kegiatan ) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya rata-rata industri atau dengan pesaing utama.

Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan pada kolom 4 . Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding ) sampai dengan 1,0 (poor).

5. Gunakan kolom 5 untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor dipilih, dan bagaimana skor pembobotannya dihitung.

6. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total pembobotannya bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategis internalnya . Skor total ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

35

Tabel 5. Faktor Analisis Strategi Interrnal (IFAS) FAKTOR-FAKTOR

STRATEGI INTERNAL BOBOT SKOR

BOBOT

Pola kerja analisis SWOT adalah membandingkan dan menginter pretasikan hal yang harus dilakukan dalam penanganan faktor internal yang berupa kekuatan dan kelemahan dan faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Terdapat empat tipe strategi yang ada dalam analisis SWOT yaitu strategi SO (Strength – Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), Strategi ST (Strength-Threat) dan Strategi WT (Weakness-Threat). Tahap penyusunan analisis SWOT adalah sebagai berikut:

a. Menyusun faktor internal dan eksternal hasil identifikasi dalam matrik SWOT b. Menginterpretasikan perbandingan faktor kekuatan – kekuatan internal dan

peluang – peluang eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi SO

c. Menginterpretasikan perbandingan faktor kelemahan – kelemahan internal dan peluang – peluang eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi WO

d. Menginterpretasikan perbandingan faktor kekuatan – kekuatan internal dan ancaman - ancaman eksternal lalu catat hasilnya dalam sel strategi ST

36

e. Menginterpretasikan perbandingan faktor kelemahan – kelemahan internal dan ancaman - ancaman eksternal lalu mencatat hasilnya dalam sel strategi WT.

Tabel 6. Matriks analisis SWOT IFAS Strengths (S) Sumber : Rangkuti, 2011

3.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalapahaman pembaca dalam memahami penelitian ini, maka dikemukakan konsep operasionel dengan pengertian yaitu:

1. Pemasaran adalah proses memasarkan jambu mete dari petani ke pedagang hingga sampai ke konsumen.

2. Strategi adalah cara atau taktik untuk memasarkan jambu mete dari petani ke pedagang hingga sampai ketangan konsumen

3. Analisi SWOT adalah analisis yang digunakan untuk memperoleh strategi pemasaran

4. Faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi secara langsung kegiatan strategi pemasaran seperti peyediaan modal, tenaga kerja dan tingkat teknologi .

37

5. Faktor eksternal adalah faktor yang mempengaruhi secara tidak langsung strategi pemasaran seperti tersedianya transportasi, komunikasi dan aspek-aspek yang meyangkut pemasaran.

6. Jambu mete adalah tanaman buah berupa pohon yang berasal dari brasil tenggara yang memiliki buah yang dapat dimakan dan bijinya yang bisa digoreng atau dikeringkan untuk berbagai macam penganan. Secara botani tumbuhan ini sama sekali bukan anggota jambu-jambuan (Myrtaceae), kacang-kacangan (Fabaceae), melainkan malah lebih dengan kerabatnya dengan mangga (Suku Anacardiaceae). Tanaman ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi sehingga petani memilih komoditi ini untuk usaha taninya. Jambu mete dalam penelitian ini adalah suatu hasil jambu mete yang diusahasilkan oleh petani Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

7. Informan adalah petani jambu mete, Pedagang jambu mete, Dinas Pertanian dan Pemerintah di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

8. Komoditi adalah tanaman jambu mete yang diusahakan petani di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

38

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

Pasimarannu adalah sebuah Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar Sulawesi Selatan Indonesia. Pasimarannu berjarak 119 mil dari Kota Benteng dengan waktu tempuh perjalanan laut kurang lebih 12 jam. Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. dengan iklim rata-rata 101-150 pada musim penghujan (Desember-Januari) dan 151-500 musim kemarau (Juli-Agustus) dari permukaan laut dan dikenal 2 (dua) musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Pada musim kemarau dimulai pada bulan Juni hingga September dan musim hujan dimulai pada bulan Desember hingga bulan Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan (musim pancaroba) sekitar terendah pada bulan Agustus-September dan tinggi dari permukaan laut 22 mdpl. Jumlah curah hujan di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tertinggi pada bulan Januari mencapai 0-60 mm pada musim kemarau (April-September) dan 200-400 mm pada musim hujan (September-April)

4.2 Kondisi Demografis 4.2.1 jumlah penduduk

Jumlah penduduk terbanyak berdasarkan umur di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu pada umur 0-9 Tahun. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu jumlah penduduk perempuan lebih

39

besar dibandingkan laki-laki. Adapun jumlah penduduk berdasarkan umur dan jenis kelamin dapat dilihat dari tebel berikut:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

No Jenis Kelamin Jumlah

Sumber : Kantor Camat Pasimarannu, 2021

Berdasarkan Tabel 7. jumlah penduduk di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu berjumlah 9,310 jiwa terdiri dari laki-laki sebanyak 4,330 jiwa dengan presentase 46,50 % dan perempuan sebanyak 4,980 jiwa dengan presentase 53,49 %.

4.2.2 Kondisi Lahan Pertanian

Kondisi pertanian di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar tidak mengusahakan padi sawah maupun padi ladang melainkan hanya perkebunan. Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar adalah salah satu kabupaten yang ada di sulawesi selatan yang memiliki perkebunan dengan Potensi sumber daya alam yang sangat bagus dan rata-rata sebagian masyarakat disana bermata pencaharian sebagai petani.

Desa ini berjarak 119 mill dari Ibu Kota Kecamatan Pasimarannu, 12 jam menggunakan kapal ke Ibu Kota Kabupaten kepulauan selayar dan ± 24 jam menggunakan kapal dari Makassar Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan. Secara garis besar Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar terdiri dari 8 Desa dengan luas wilayah 176,35 𝑘𝑚2 yang terdiri dari Desa Bonerate, Desa

40

Bonea, Desa Majapahit, Desa Komba-Komba, Desa Batu Bingkung, Desa Lambego, Desa Sambali dan Desa Lamantu.

41

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden 5.1.1 Umur Responden

Dalam melakukan usaha khususnya usaha pertanian membutuhkan umur yang masih tergolong produktif, menurut Barthos (2001). Tingkat umur yang produktif yaitu berada di bawah umur 15 tahun dan diatas 65 tahun. pada usia produktif petani diharapkan mampu mencapai puncak produktivitas untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam berusaha. Hal ini dibutuhkan karena di dalam bekerja diperlukan kondisi tubuh yang sehatdan pemikiran yang matang. Berikut inii tabel 9 menjelaskan karakteristik responden berdasarkan umur

tabel 8. Umur responden petani, pedagang pengumpul, pedagang besar dan pedagang eksportir di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar.

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 8. Dapat dilihat bahwa rata-rata umur responden berkisar antara 39-46 tahun yaitu sebanyak 37,50 % atau 6 orang responden.

Kondisi ini menunjukan bahwa rata-rata responden berada pada umur yang produktif yang memiliki kemampuan fisik yang mendukung dalam mengelola

42

usaha jambu mete. Hal ini sesuai dengan pendapat Swashta (1997), yang menyatakan bahwa tingkat produktifitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan umur kemudian akan turun kembali menjelang usia tua.

5.1.2 Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan merupakan aspek penting bagi individu karena pendidikan sangat berkaitan erat dengan pla piker individu. Tingkat pendidikan dapat membantu dalam peningkatan produktivitas jambu mete. Tingkat pendidikan yang memadai tentunya akan berdampak pada kemampuan dalam memproduksi dan memasarkan jambu mete. Berikut ini tabel yang menjelaskan tentang tingkat pendidikan responden.

Tabel 9. Karakteristik Responden Berdasakan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Presentase %

1 Tidak Sekolah 4 25,00

2 SD 6 31,25

3 SMP 3 18,75

4 SMA 3 18,75

Jumlah 16 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Tabel 9. Menunjukan tingkat pendidikan responden di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauaan Selayar. Jumlah responden yang tidak sekolah adalah 4 orang dengan presentase 25,00 %, kemudian jumlah responden yang bertingkat pendidikan SD adalah 6 orang dengan presentase 31,25 %, kemudian yang tamatan SMP sebanyak 3 orang dengan presentase 18,75 % dan yang bertingkat pendidikkkan SMA sebanyak 3 orang dengan presentase 18,75 %.

43 5.1.3 Pengalaman Berusaha

Pengalaman berusaha merupakan aspek penting bagi individu karena pengalaman sangat berkaitan erat dengan pola pikir untuk kegiatan usahanya.

Pengalaman berusaha tani yang memadai tentunya akan berdampak pada kemampuan dalam memproduksi dan memasarkan jambu mete. Berikut ini tabel yang menjelaskan tentang karakteristik responden berdasarkan pengakaman berusaha.

Tabel 10. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman berusahatani Jambu Mete di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar

No Pengalaman Berusaha

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 10. Karakteritik responden berdasarkan pengalaman berusaha memiliki banyak variasi. Dari kisaran pengalaman berusaha tani yaitu 3-10 tahun berjumlah 3 orang dengan presentase 18,75 %, 3-10-17 dengan 4 jumlah orang dan presentase sebanyak 25,00 %, 17-24 dengan jumlah 2 orang dengan presentase 12,50 %, 24-31 dengan jumlah 2 orang dengan presentase 12,50 %, 31-39 dengan jumlah 5 orang dengan presentase 37,50 %.

44

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga Tabel 11. Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga

No Tanggungan Keluarga Jumlah (orang) Presentase

1 1-2 1 06,25

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2021

Berdasarkan tabel 11. Menunjukan karakteristik responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga yaitu 1-2 dengan jumlah 1 orang dengan presentase 06,25% dan 2-3 dengan jumlah 4 orang dengan presentase 25,00 %, 3-4 dengan jumlah 5 orang dengan presentase 31,25 %, 4-5 dengan jumlah 3 orang dan presentase 18,75 %, dan 5-6 dengan jumlah 3 orang dan presentase 18,75 %.

5.2 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal

5.2.1 Analisis Faktor Internal

Analisis faktor internal mengidentifikasi faktor-faktor berupa kekuatan dan kelemahan pada usaha pemasaran komoditas jambu mete. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan petani dan pedagang-pedagang jambu mete terdiri dari:

1. Kekuatan

Kekuatan yaitu mencakup kekuatan internal yang mendorong pengembangan usaha. Kekuatan yang dimiliki oleh usaha yaitu:

45

a. Kualitas jambu mete yang dihasilkan petani baik

Kualitas jambu mete yang dihasilkan oleh petani di Kecamtan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki kualitas yang cukup baik untuk di perjual belikan.

b. Sebagai bahan baku

Tanaman jambu mete merupakan komoditi yang banyak manfaatnya mulai dari akar, batang, daun dan buahnya. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, manisan kering, selai, oseng dll. Kulit kayu mete mengandung cairan yang berwarna coklat yang apabila terkena udara cairan tersebut dapat berubah berwarna hitam yang dapat digunakan sebagai bahan tinta atau pewarna. Selain itu kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebgai obat kumur atau obat sariawan dll.

c. Produksi jambu mete yang tinggi

Produksi jambu mete di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar. yaitu pada tahun 2020 mencapai 366.00 ton. Sehingga komoditas ini dapat memberikan keuntungan kepada petani.

2. Kelemahan

Kelemahan mencakup kelemahan internal yang dapat mempengaruhi jalanya usaha yaitu sebagai berikut:

a. Panjangnya saluran pemasaran

Saluran pemasaran di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu memiliki beberapa saluran yaitu saluran 1: petani menjual

46

jambu metenya ke pedagang pengumpul, saluran 2: petani menjual jambu mete ke pedagang besar, saluran 3: petani menjual jambu mete ke pedagang pengumpul kemudian pedagang pengumpul menjualnya ke pedagang besar. saluran 4: petani menjual jambu metenya ke pedagang pengumpul kemudian pedagang pengumpul menjual jambu metenya ke pedagang besar dan pedagang besar kemudian ke pedagang eksportir.

Panjangnya lembaga pemasaran yang terlibat, sehingga keuntungan petani yang tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena adanya perpindahan produk dari suatu tempat ke tempat lain. Oleh karena itu perpindan tersebut terdapat biaya-biaya yang diperlukan oleh setiap penyalur komoditas jambu mete.

b. Keuntungan petani rendah

Faktor kelemahan selanjutnya adalah keuntungan pedagang rendah yang disebabkan karena adanya fluktuasi harga. Pada bulan november atau awal panen harga jambu mete harga jambu mete dapat mencapai 20.000 perkilo dan pada bulan desember atau pertengahan dapat mencapai 15.000 perkilo sedangkan pada akhir bulan panen februari dapat mencapai 10.000 perkilo bahkan bisa sampai 8.000 perkilo.

c. Kurangnya informasi

Kurangnya informasi yang didapatkan petani jambu mete sehingga membuat petani kesulitan dalam mengetahui informasi mengenai kondisi pasar.

47 d. Margin pemasaran besar

Faktor lain yang menjadi kelemahan adalah margin pemasaran karena apabila banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran sebelum sampai pada pedagang akhir maka biaya pemasaran jambu mete akan semakin tinggi. Untuk sampai kepada pedagang besar maka jambu mete didistribusikan melalui pedagang perantara. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan harga jual ditangan produsen dengan harga jual ditangan pengumpul dan seterusnya.

5.2.2 Analisis Faktor Eksternal

Analisis faktor eksternal dilakukan dengan mengolah faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Peluang

Peluang dapat dimanfaatkan oleh petani atau pedagang untuk meningkatkan usaha. Peluang yang dimiliki oleh petani terdiri dari:

a. Keunggulan jambu mete

Tanaman jambu mete merupakan salah satu tanaman perkebunan yang merupakan komoditi yang memiliki banyak manfaat mulai dari akar, batang, daun dan buahnya. Buah mete semu dapat diolah menjadi beberapa bentuk olahan seperti sari buah mete, manisan kering, selai, oseng dll. Kulit kayu mete mengandung cairan yang berwarna coklat yang apabila terkena udara cairan tersebut dapat berubah berwarna hitam yang dapat digunakan sebagai bahan tinta atau pewarna. Selain itu kulit batang pohon jambu mete juga berkhasiat sebgai obat kumur atau obat sariawan dan lain-lain. Selain itu cara

48

membudidayakanya tidak terlalu rumit dan dengan harga yang tidak terlalu rendah.

b. Dukungan pemerintah

Kebijakan pemerintah saat ini masih bersifat umum, tidak khusus untuk jambu mete saja. Dukungan pemerintah dalam usaha jambu mete sangat diperlukan demi kelangsungan usaha tersebut.

c. Akses transportasi memadai

Akses transportasi memiliki Peran yang sangat penting dalam kegiatan pemasaran karena menyediakan akses bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk mengangkut hasil pertanian atau memindahkan barang dan memperlancar akses masyarakat dalam berpergian dari daerah asal kedaerah tujuan. Akses transportasi di Kecamatan Pasimarannu Kabupaten Kepulauan Selayar pedagang sudah banyak memiliki kendaraan untuk mengangkut jambu mete dari pedagang pengumpul dan ke pedagang eksportir.

2. Ancaman

Ancaman merupakan faktor eksternal yang dapat menghambat kelancaran proses pemasaran jambu mete. Ancaman yang dimiliki oleh petani dan pedagang terdiri dari:

a. Produk impor yang sejenis

Semakin banyak produk impor yang sejenis maka semakin banyak pesaing jambu mete dan rendah pula harga beli komoditas jambu mete dari petani dan pedagang.

49

b. Harga komoditas jambu mete yang berfluktuasi

Harga komoditas jambu mete menjadi ancaman bagi petani dan pedagang di Kecamatan Pasimarannu karena jika harga jambu mete berubah-ubah atau naik dan turun maka akan mempengaruhi pendapatan petani maupun pedagang jambu mete. Pada bulan november atau awal panen harga jambu mete harga jambu mete dapat mencapai 20.000 perkilo dan pada bulan desember atau pertengahan dapat mencapai 15.000 perkilo sedangkan pada akhir bulan panen februari dapat mencapai 10.000 perkilo.

c. Faktor iklim dan cuaca yang kurang mendukung

Tanaman jambu mete umumnya tumbuh di daerah beriklim tropis yang terdiri dari dua musim yaitu kemarau dan hujan. Tanaman jambu mete peka

Tanaman jambu mete umumnya tumbuh di daerah beriklim tropis yang terdiri dari dua musim yaitu kemarau dan hujan. Tanaman jambu mete peka

Dokumen terkait