• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.3 Deposito

Pengertian deposito (deposito berjangka) menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank”. Jadi, waktu penarikannya sudah ditentukan sesuai dengan perjanjian antara nasabah dan bank pada saat pembukaan deposito yang bersangkutan. Menurut Kasmir (2014:102), deposito merupakan salah satu tempat bagi nsabah untuk melakukan

investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Dengan demikian, deposito merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat. Kepada bank dengan ciri-ciri sebagai berikut.

1. Surat berharga yang diterbitkan oleh bank berdasarkan atas nama, sehingga tidak dapat diperjualbelikan.

2. Jangka waktu penarikannya telah ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan yang diperjanjikan.

3. Bunga dibayar setiap bulan pada hari bayarnya atau sekaligus pada saat jatuh tempo.

4. Dapat dijadikan jaminan kredit.

Di sisi bank, sunber dana deposito ini digolongkan sebagai dana mahal dibandingkan dengan sumber dana lainnya. Jenis simpanan dalam bentuk deposito lebih disenangi oleh nasabah atau masyarakat, karena menawarkan tingkat bunga yang relatif lebih tinggi dibandingkan giro atau jenis simpanan lainnya.

2.1.4 Non Performing Loan

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/11/PBI/2015 yang dimaksud rasio Non Performing Loan adalah rasio antara jumlah total kredit dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total kredit. Menurut Rosmilia (2009), kredit bermasalah (Non Performing Loan) adalah kredit yang kolektibilitasnya dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar (sub standard), diragukan (doubtfull) dan kredit macet.

18

Non performing loan (NPL) merupakan rasio keuangan pokok yang dapat memberikan informasi penilaian atas kondisi permodalan, rentabilitas, risiko kredit, risiko pasar dan likuidasi. Biasanya rasio NPL merupakan target jangka pendek perbankan. Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) adalah sebesar 5%. Semakin tinggi rasio Non Performing Loan maka tingkat likuiditas bank terhadap dana pihak ketiga (DPK) akan semakin rendah. Hal ini dikarenakan sebagian besar dana yang disalurkan bank dalam bentuk kredit merupakan simpanan dana pihak ketiga (DPK).

2.1.5 Pengertian, Unsur, Tujuan, Fungsi dan Jenis Kredit 1.Pengertian Kredit

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi uangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemebrian bunga.”. Dari pengertian berikut dapat disimpulkan bahwa kredit dapat berupa uang atau tagihan yang nilainya diukur dengan uang (Kasmir:2014).

2. Unsur-Unsur Kredit

Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud atau dengan kata lain dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan

menjadi satu. Sehingga jika kita bicara kredit, maka termasuk membicarakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya.

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

 Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu, sebelum kredit dikucurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara interen maupun eksteren.

 Kesepakatan

Di samoing unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad kredit dan ditandatangani kedua belah pihak sebelum kredit dikucurkan.

 Jangka Waktu

20

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek (di bawah 1 tahun), jangka menengah (1 sampai 3 tahun) atau jangka panjang (di atas 3 tahunn).

Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.

Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.

 Risiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah, maupun risiko yang tidak sengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.

 Balas Jasa

Bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional

balas jasa kita kenal dengan nama bunga. Di samping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

3.Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan (Kasmir:2014).

Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit sebagai berikut 1. Mencari Keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.

Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, di samping itu, keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank. Bagi bank yang terus-menerus menderita kerugian, maka besar kemungkinan bank tersebut akan dilikuidir (dibubarkan). Oleh karena itu, sangat penting bagi bank untuk memperbesar keuntungannya mengingat biaya operasional bank juga relatif cukup besar.

22

2.Membantu Usaha Nasabah

Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.

3.Membantu Pemerintah

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil.

Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit oleh dunia perbankan adalah sebagi berikut:

 Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.

 Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit

pembangunan usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

 Meningkatkan barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian

besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat memiliki banyak pilihan.

 Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk

yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.

 Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang

dibiayai untuk keperluan ekspor.

Di samping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut antara lain (Kasmir:2014):

 Untuk meningkatkan daya guna uang

 Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

 Untuk meningkatkan daya guna barang

 Meningkatkan peredaran barang

 Sebagai alat stabilitas ekonomi

 Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

 Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

 Untuk meningkatkan hubungan internasional

24

4. Jenis Kredit

Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi (Kasmir:2014) antara lain:

1. Dilihat dari Segi Kegunaan

 Kredit Investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan dibutuhkan modal yang relatif besar pula.

 Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit

 Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk

menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang dan kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang industri.

 Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.

Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga, dan kredit konsumtif lainnya.

 Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

26

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu

 Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.

 Kredit Jangka Menengah

Jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.

 Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit atau manufaktur, dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat Dari Segi Jaminan

 Kredit Dengan Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan.

Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau

tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jamninan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur.

 Kredit Tanpa Jaminan

Merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.

5. Dilihat Dari Segi Sektor Usaha

 Kredit Pertanian

Merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

 Kredit Peternakan

Merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang ternak kambing atau ternak sapi.

 Kredit Industri

28

Merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai indutri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.

 Kredit Pertambangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang.

Jenis usaha tambang yang dibiayainya biasanya dalam jangka panjang, sepereti tambang emas, minyak atau timah.

 Kredit Pendidikan

Merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

 Kredit Profesi

Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti, dosen, dokter atau pengacara.

 Kredit Perumahan

Yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka panjang.

 Dan sektor-sektor lainnya.

2.1.6 Hubungan antara Tabungan, Deposito, Non Performing Loan dan Kredit

Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya (Kasmir:2014). Tentu saja sebelum menjual uang atau memberikan pinjaman bank harus terlebih dahulu membeli uang atau menghimpun dana sehingga dari selisih bunga tersebutlah untuk mencari keuntungan. Sumber dana bank dapat diperoleh dari dana yang bersumber dari bank itu sendiri, dana yang berasal dari masyarakat luas, dan dana yang bersumber dari lembaga lainnya.

Menurut Kasmir (2014:71), “ sumber dana yang berasal dari masyarakat luas merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini.” Pencarian dana dari sumber ini relatif paling mudah jika dibandingkan dengan sumber lainnya. Pencarian dana dari sumber dana ini paling dominan, asal dapat memberikan bunga dan fasilitas menarik lainnya, menarik dana dari sumber ini tidak terlalu sulit. Akan tetapi pencarian sumber dana dari sumber ini relatif lebih mahal, jika dibandingkan dari dana sendiri. Setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito adalah menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkannya atau alokasi dana. Alokasi dana dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit, sehingga dapat dikatakan bahwa besarnya jumlah pinjaman atau kredit yang diberikan suatu bank dipengaruhi oleh jumlah dana

30

pihak ketiga (giro, tabungan dan deposito) yang berhasil dihimpun oleh bank tersebut.

2.1.7 Teori Klasik Tentang Tingkat Bunga

Tabungan menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga.

Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan/mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Investasi juga tergantung fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila kentungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus dia bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana (cost of capital). Makin rendah tingkat bunga, maka pengusahaakan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga makin kecil.

Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan tercapai apabila keinginan menabung masayarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Secara grafik keseimbangan tingkat bunga dapat digambarkan seperti dalam gambar 2.1.

Tingkat Bunga

Tabungan i1

i0

Investasi i

Investasi 0

S0

Jumlah Rupiah yang Ditabung Dan Diinvestasikan

Gambar 2.1

Teori Klasik tentang Tingkat Bunga

Keseimbangan tingkat bunga ada pada titik i0 di mana jumlah tabungan sama dengan investasi. Apabila tingkat bunga di atas i0,

jumlah tabungan melebihi keinginan pengusaha untuk melakukan investasi. Para penabung akan saling bersaing untuk meminjamkan dananya dan persaingan ini akan menekan tingkat bunga turun baik ke posisi i0. Sebaliknya, apabila tingkat bunga di bawah ini, para pengusaha akan saling bersaing untuk memperoleh dana yang relative jumlahnya lebih kecil. Persaingan ini akan mendorong tingkat bunga naik lagi ke i0.

Kenaikan efisiensi produk misalnya, akan mengakibatkan keuntungan yang diharapkan naik. Sehingga, pada tingkat bunga yang

32

sama pengusaha bersedia meminjam dana lebih besar untuk membiayai investasinya, atau untuk dana investasi yang sama jumlahnya, pengusaha bersedia membayar tingkat bunga yang lebih tinggi. Keadaan dalam Gambar 2.1, ditunjukkan dengan bergesernya kurva permintaan investasi ke kanan atas, dan keseimbangan tingkat bunga yang baru pada titik i1.

2.1.8 Teori Irving Fisher

Teori ini mendasarkan diri pada falsafah hukum Say tersebut di atas, bahwa ekonomi akan selalu berada dalam keadaan full employment. Secara sederhana, Irving Fisher merumuskan teorinya dengan suatu persamaan:

MV = PT

Di mana M adalah jumlah uang, V adalah tingkat putaran uang (velocity), yakni berapa kali suatu mata uang pindah tangan (misalnya untuk transaksi) dari satu orang kepada orang lain dalam suatu periode tertentu, P adalah harga barang, dan T adalah volume barang yang menjadi obyek transaksi.

Persamaan di atas merupakan suatu identitas (identity), sebab selalu benar. Artinya, jumlah unit barang yang ditransaksikan (T) dikalikan dengan dengan harganya (nilai barang tersebut) harus/selalu sama dengan jumlah uang (M) dikalikan dengan perputarannya (total) pengeluaran transaksi).

Dengan kata lain, total pengeluaran (MV) sama dengan nilai barang dibeli (PT).

2.1.9 Teori Keynes

Sumbangan Keynes dalam bidang ekonomi pada dasarnya terdapat dalam karya tulisnya yang berupa buku dengan judul “The General Theory of Employment, Interest, and Money”, yang ditulis pada tahun 1936. Buku ini kemudian menjadi terkenal tidak saja di Inggris (tempat kelahirannya), tetapi juga di Amerika Serikat, karena isinya merupakan semacam tantangan terhadap teori yang ada (terutama teori klasik).

Keynes menyatakan bahwa mekanisme pasar tidak dapat secara otomatis menjamin adanya full employment dalam perekonomian.

Dia menyarankan adanya peranan/campur tangan pemerintah dalam perekonomian (khususnya investasi yang lebih besar). Ide campur tangan pemerintah dalam kumpulan kuliahnya pada Universitas Oxford, yang kemudian diterbitkan pada tahun 1926 dengan judul

“The End of Laissez Faire”. Dalam buku ini dia menyatakan: “I believe that some coordinated act of intelligent judgement is required as to the scale on which is desirable that the community as a whole should save, the scale on which these saving should go abroad in the form of foreign investment, and whether the present organization of the investment market distributes savings along the most nationally productive channels. I do not think that these matters should be left

34

entirely to the chances of private judgement and priavate profits, as they are at present.”

2.2 Penelitian Terdahulu

Berbagai penelitian mengenai hubungan antara dana yang dihimpun dari masyarakat dan kredit telah banyak dilakukan. Namun hingga saat ini memberikan hasil yang bervariasi dan tidak konsisten. Vidya Fathimah (2014) menemukan bahwa ada pengaruh secara signifikan dan positif antara variabel tabungan dan variabel deposito berpengaruh terhadap jumlah kredit yang diberikan oleh Bank. Sejalan dengan penelitian Vidya Fathimah (2014), Hedy Kuswanto dan M. Taufiq (2012) menemukan bahwa jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang meliputi tabungan dan deposito mempunyai pengaruh secara signifikan dan positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan. Akan tetapi, Hendy Yuliawan (2015) menemukan bahwa variabel tabungan secara signifikan mempengaruhi jumlah kredit yang diberikan, sedangkan variabel deposito tidak secara signifikan mempengaruhi jumlah kredit yang diberikan. Termotivasi hasil penelitian terdahulu, penelitian ini ingin mengkonfirmasi kembali apakah tabungan dan deposito mempunyai pengaruh positif terhadap kredit yang diberikan.

Dalam hal ini penulis tertarik untuk meneliti variabel-variabel tersebut pada PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Halat Cabang Medan Thamrin, mengingat bank ini merupakan salah satu bank yang dipercaya oleh masyarakat dalam hal penghimpunan dan penyaluran dana.

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Nama

Peneliti (Tahun)

Judul Variabel Metode Yang

Digunakan

36

Sumber: Hasil Pengolahan Peneliti, 2019

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui bagan alur berikut

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

Bank mempunyai peranan sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan penyalur pinjaman (kredit) bagi masyarakat. Dana tersebut diperoleh dalam berbagai bentuk seperti tabungan dan deposito. Dana yang telah dihimpun kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) sehingga jumlah kredit yang diberikan atau disalurkan akan bergantung kepada jumlah dana yang tersedia. Penyaluran kredit juga dapat dipengaruhi kredit bermasalah atau non performing loan.

Perkembangan Jumlah Tabungan

(X1)

Perkembangan Jumlah Deposito

(X2)

Jumlah Kredit (Y)

Perkembangan Jumlah Non Performing Loan

(X3)

38

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang diuraikan sebelumnya, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1:Perkembangan Jumlah Tabungan memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kredit yang diberikan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Halat Cabang Medan Thamrin.

H2 :Perkembangan Jumlah Deposito memiliki pengaruh positif terhadap jumlah kredit yang diberikan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Halat Cabang Medan Thamrin.

H3 :Perkembangan Jumlah Non Performing Loan memiliki pengaruh negatif terhadap jumlah kredit yang diberikan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Halat Cabang Medan Thamrin.

H4 :Perkembangan Jumlah Tabungan, Deposito, Non Performing Loan secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh terhadap jumlah kredit yang diberikan oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Halat Cabang Medan Thamrin.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2012:11), penelitian asosiatif kausal merupakan “penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel atau lebih.” Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh antara perkembangan jumlah tabungan, deposito, dan non performing loan(NPL) sebagai variabel independen (variabel X) terhadap jumlah kredit sebagai variabel dependen (variabel Y) yang diberikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Halat Cabang Medan Thamrin.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal. Menurut Sugiyono (2012:11), penelitian asosiatif kausal merupakan “penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel atau lebih.” Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada pengaruh antara perkembangan jumlah tabungan, deposito, dan non performing loan(NPL) sebagai variabel independen (variabel X) terhadap jumlah kredit sebagai variabel dependen (variabel Y) yang diberikan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Unit Halat Cabang Medan Thamrin.

Dokumen terkait