• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Deskripsi Data

Data yang disajikan merupakan data mentah mengenai implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2020/2021 yang kemudian diolah menggunakan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan kepala sekolah, wakil kurikulum, guru Pendidikan Agama Islam kelas VIII dan peserta didik. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang terjadi dilapangan.

Adapun daftar dari pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut adalah (1) implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2021/2022, (2) kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang.

a. Implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2021/2022

Dampak dari kemajuan teknologi pada saat ini penerapan pembelajaran telah berubah kearah pembelajaran berbasis teknologi. Hal ini dapat

selama masa pandemi semua bentuk kegiatan dibatasi dari pekerjaan hingga proses belajar mengajar disekolah. Hal tersebut membuat setiap sekolah membuat kebijakan baru agar proses mengajar belajar dilakukan secara daring untuk menghindari kerumunan dan penyebaran virus.

Adapun pertanyaan peneliti yaitu:

“Bagaimana kebijakan sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran daring di SMP Negeri 41 Kota Padang?”

“Kebijakan yang sekolah pakai tentunya berdasarkan pada surat edaran yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan pendidikan di masa darurat covid-19.

Selama proses pembelajaran daring kita menggunakan aplikasi seperti WhatsAPP dan Google Meet. Kami juga mengizinkan bagi peserta didik yang kurang mampu atau tidak memiliki fasilitas seperti Handphone untuk datang langsung ke sekolah tentunya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Hal tersebut bertujuan agar semua peserta didik dapat merasakan pembelajaran yang merata”.

Jawaban serupa yang disampaikan oleh informan 2, atas pertanyaan penulis:

“Aplikasi apa yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran daring?”

“yang kita gunakan selama proses pembelajaran daring ini sesuai dengan lebijakan dari kepala sekolah yaitu WhatsApp karena hampir semua siswa memiliki aplikasi tersebut, selanjutnya google meet. Kita memilih menggunakan aplikasi-aplikasi itu karena alasan utamanya tidak memakan banyak kuota internet. Selanjutnya kita juga mebuat kebijakan bagi anak yang tidak memiliki fasilitas seperti handphone diizinkan sesekali ke sekolah atau guru dapat langsung ke rumah anak tersebut dan bagi yang kesulitan dengan kuota internet maka kami juga mengizinkan anak untuk dapat memakai internet wifi sekolah”.

Hal serupa juga dinyatakan oleh informan 3 yaitu:

“Sebelumnya kita menggunakan aplikasi geschool, tapi dikarenakan terkendala pada biaya dan anak kurang paham tidak dipakai lagi dan beralih ke aplikasi WhatsApp, aplikasi tersebut digunakan untuk mengambil absen dan mengirim tugas atau materi pembelajaran.

Selanjutnya kita menggunakan google meet, aplikasi tersebut berfungsi untuk menjelaskan materi dengan dapat melihat wajah para peserta didik dan biasanya digunakan ketika mengambil nilai baca al-Qur’an atau hafalan surat dan praktek. Untuk google classroom kita belum pakai karena masih tahap memperkenalkan kepada peserta didik.”

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan pembelajaran daring di SMP Negeri 41 Padang berdasarkan pada surat

pelaksanaan pendidikan di masa darurat covid-19. Kebijakan tersebut bertujuan untuk dapat mempermudah dan menyesuaikan pada perkembangan zaman saat ini yang menuntut untuk dapat melek teknologi.

Kebijakan yang diterapkan oleh pihak SMP Negeri 41 Padang berdasarkan hasil data dilapangan dengan wawancara, observasi dan juga dokumentasi dapat ditarik kesimpulan dari analisis peniliti yaitu melihat dari segi kesiapan sekolah dalam melaksanakan kebijakan tersebut sudah cukup baik karena fasilitas dan sarana prasarana sudah tersedia. Dalam proses pembelajaran daring semua guru kelas terutama guru Pendidikan Agama Islam memilih untuk menggunakan aplikasi yang tidak banyak mengambil kuota seperti WhatsApp dan google meet.

Dalam proses pembelajaran baik yang dilakukan secara offline ataupun daring tentu adanya perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian yang dilakukan oleh setiap guru yang mengajar dikelas. Adapun pertanyaan peneliti tentang hal ini yaitu: “Bagaimana model perencanaan pembelajaran (RPP) dalam pembelajaran daring?”

Jawaban informan:

“RPP yang digunakan menyesuaikan pada RPP dimasa pandemi covid-19. Untuk proses pengevaluasian menilai dari hasil tugas yang dikumpulkan dan keaktifan siswa ketika mengikuti google meet atau WhatssApp”.

Pada tahap perencanaan pertama kali yg akan guru siapkan adalah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) daring. Dalam hal ini semua guru di SMP Negeri 41 Padang menggunakan RPP daring sesuai dengan kebijakan sekolah. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan guru menggunakan aplikasi seperti WhatsApp dan google meet sebagai media pembelajaran. Aplikasi tersebut dipilih karena dianggap efektif , mengirit kuota internet dan mayoritas sudah mempunyai aplikasi tersebut. Dalam data lapangan yang diperoleh masih terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan dalam segi fasilitas seperti tidak memiliki handphone atau handphone yang dipakai satu bersama dengan adiknya, untuk mengatasi hal ini guru dapat langsung mendatangi rumah anak tersebut.

pembelajaran, kemudian guru mengambil hasil dari tugas yang telah dikerjakan peserta didik dan dicatat ke dalam buku penilaian.

b. Kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang

Dalam proses pembelajaran baik secara tatap muka maupun daring tentunya terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di SMP Negeri 41 Padang. Kelebihan dan kekurangan tersebut berasal dari berbagai aspek seperti dalam penggunaan aplikasi, manajemen waktu dan sebagainya. Adapun pertanyaan peneliti yaitu:

“Apa saja kendala yang dialami selama proses pembelajaran daring?”

Jawaban informan:

“kendala yang dirasakan pertama yaitu handphone, karena sebagian besar anak-anak disini ada yang tidak memiliki handphone dan juga kadang punya namun satu berdua dengan adiknya hal ini membuat si anak kadang telat mengumpulkan tugas. Selanjutnya biaya yang cukup besar ketika membeli paket internet, sinyal internet yang kadang kurang stabil dan tentunya pembelajaran daring ini akan mempengaruhi pada pemahaman dan motivasi siswa terhadap pelajaran terutama Pendidikan Agama Islam”.

Pernyataan yang sama dari informan ke 2:

“kita sebagai siswa mengalami penurunan motivasi belajar, kalau belajar dirumah tidak bisa berkonsentrasi, materi yang disampaikan tidak semuanya dapat dipahami, kalau belajar disekolah kita kan bisa bertemu teman-teman”.

Hal yang sama juga dinyatakan oleh informan ke 3

“kurang memahami materi karena kalau dikelas tatap muka ibu guru biasanya dijelaskan dipapan tulis, aplikasi yang digunakan kadang suka error, sinyal internet yang kadang tidak stabil dan kadang informasi di buku dengan yang langsung dijelaskan bu guru berbeda penyampaiannya”.

Selanjutnya pertanyaan peneliti menganai kendala yang dihadapi ketika menggunakan aplikasi yang dipilih sebagai penunjang proses peembelajaran daring Pendidikan Agama Islam. Berikut pertanyaan peneliti:

“Apa kelebihan aplikasi yang digunakan selama proses pembelajaran daring?”

orang tua untuk dapat bisa menyesuaikan. Kelebihan yang juga dirasakan yaitu lebih simple maksudnya hanya melalui proses pengiriman dan waktu yang lebih felksibel”

Pertanyaan selanjutnya:

“kendala apa yang dialami dalam menggunakan aplikasi tersebut dalam pembelajaran daring?”

“tentunya yang namanya aplikasi tidak lepas dari kekurangan, selama proses pembelajaran daring PAI ini yang dirasakan kadang aplikasi error kemungkinan karena banyak yang buka jadi kadang loading pas login lama, link yang kadang tidak bisa dibuka dan juga terkendala sinyal intenet.”

Hal serupa juga dinyatakan oleh informan ke 2 yaitu:

“kadang terkendala sinyal yang tidak stabil, loading lama ketika masuk aplikasi, link yang error.”

Pernyataan sama dari informan ke 3:

“internet kadang jelek, link yang dikirim ibu guru kadang tidak bisa dibuka, ketika mengirim file foto melalui whatsApp kadang tidak bisa dibuka.”

Pertanyaan peneliti selanjutnya yaitu:

“sejauh mana peserta didik mampu memahami materi pembelajaran PAI melalui pembelajaran daring ini?”

Jawaban informan:

“jika dilihat dari hasil pengevaluasian dari kerajinan siswa mengumpulkan tugas maupun hasil dari tugas-tugas yang dikerjakan sudah cukup memahami pembelajaran PAI ini, namun hal ini tidak bisa menjadi suatu hal yang pasti karena kita sebagai guru tidak dapat melihat perkembangan siswa secara langsung.”

Dibalik adanya kendala-kendala yang dirasakan selama proses pembelajaran daring berlangsung tentu adanya solusi yang dilakukan baik dari guru Pendidikan Agama Islam maupun dari peserta didik. pertanyaan peneliti mengenai hal tersebut yaitu:

“bagaimana solusi dalam mengatasi kendala tersebut?

Jawaban informan:

bagi anak yang mengalami kesulitan dalam hal fasilitas seperti handphone yang dipakai secara bergantian dengan adik atau kakaknya kami memberi waktu lebih ketika pengiriman tugas dan yang tidak memiliki handphone maka kami memberi kebijakan untuk BK mendata anak-anak tersebut dan selanjutnya guru yang mengajar diizinkan untuk datang ke setiap rumah anak yang mengalami keseullitan tersebut atau anak juga bisa langsung ke sekolah untuk menjemput soal-soal yang akan dikerjakan dan mengumpulkannya langsung ke sekolah tentunya degan tetap menjaga protokol kesehatan. Selanjutnya untuk kendala aplikasi yang error atau kadang link yang tidak bisa dibuka kita memberi waktu tambahan dan membuat ulang link baru. Dalam hal ini sekolah terutama saya sebagai guru PAI akan berusaha semaksimal mungkin agar pembelajaran daring ini tetap berjalan dengan baik”

Hal serupa juga dinyatakan oleh informan ke 2:

“untuk mengatasi kendala yang terjadi selama proses belajar daring jika tidak memahami materi yang disampaikan oleh guru maka kita menanyakan langsung ke guru bersangkutan, untuk sinyal internet yang susah kadang memakai hostpot orang-orang dirumah. Link yang dikirim guru kadang tidak bisa dibuka maka saya mencoba untuk memuat link tersebut kalau tidak bisa juga saya melapor ke guru dan guru membuat ulang link baru”.

Pernyataan sama dari informan ke 3:

“untuk dapat berkonsentrasi ketika belajar saya biasanya belajar sendiri dikamar jika tidak paham saya mencari di google atau ke bu guru, kadang sinyal internet yang tidak stabil ketika google meet biasanya saya memakai hostpot kakak, untuk aplikasi yang bermasalah biasanya guru memberi pembagian waktu sebagian dijam segini sebagian dijam berikutnya dan juga kadang untuk link yang bermasalah ibu guru membuat link baru.”

Dari pernyataan diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di SMP Negeri 41 Padang dikelas VIII masih belum berjalan dengan baik dikarenakan peserta didik yang tidak mempunyai handphone android atau peserta didik yang hanya memiliki satu handphone yang dipakai secara bergantian karena dalam kelurga tersebut yang sekolah bukan hanya satu.

Letak geografis sekolah atau tempat tinggal peserta didik yang jauh dari jangkauan sinyal ini menjadi salah satu penyebab kadang sinyal yang kurang stabil.

pelaksanaan pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang ini, diantaranya guru dan peserta didik dapat mengenal dan mengamplikasikan teknlogi yang ada saat ini, waktu belajar yang lebih fleksibel, dapat diakses dengan mudah dan jangkauan yang lebih luas. Hal ini tentunya belum menjadikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII lebih efektif, perlu adanya solusi tambahan dari sekolah agar tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai.

Dokumen terkait