SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh
AFIKA NURIESA ELOKA NIM. 11170110000014
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN DARING PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KELAS VIII SMP NEGERI 41 KOTA PADANG TAHUN PELAJARAN 2021/2022
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Afika Nuriesa Eloka
NIM. 11170110000014 Dosen Pembimbing
Drs. Rusdi Jamil, M.Ag 19621231 199503 1 005
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
Pelajaran 2021/2022” disusun oleh Afika Nuriesa Eloka, NIM.
11170110000014, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang diterapkan oleh fakultas.
Jakarta, 16 Desember 2021
Yang mengesahkan, Dosen Pembimbing
Drs. Rusdi Jamil, M.Ag 19621231 199503 1 005
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Afika Nuriesa Eloka
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta/28 Februari 2000
NIM : 11170110000014
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Implementasi Pembelajaran Daring Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang Tahun Pelajaran 2021/2022 Dosen Pembimbing : Drs. Rusdi Jamil, M.Ag
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 16 Desember 2021 Mahasiswa Ybs.
Afika Nuriesa Eloka NIM. 11170110000014
i
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui impelementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang dan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam di kelas VIII SMPN 41 Kota Padang.
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan metode penelitian field research. Prosedur pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Sementara pemerikasaan atau pengecekan keabsahan datanya menggunakan triangulasi.
Sedangkan teknik analisis data melalui empat tahapan, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Kata Kunci: Implementasi, Pembelajaran Daring, Pendidikan Agama Islam
ii
telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin. Shalawat dan salam tak lupa dilimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari zaman jahiliyah hingga zaman ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program Strata-1. Berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulisan skripsi dengan judul “Implementasi Pembelajaran Daring Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang Tahun Pelajaran 2021/2022”
ini terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak, pada kesempatan kali ini perkenankan untuk dapat mengucapkan terimakasih dan penghormatan yang setinggi-tingginya atas bimbingan, serta dorongan yang telah diberikan kepada penulis, khususnya teruntuk:
1. Prof. Dr. Amany Lubis Burhanuddin Umar Lubis, M.A., sebagai Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M. Ag., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Abdul Haris., M. Ag., sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Rusdi Jamil, M.Ag., sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Dosen Pembimbing Skripsi.
5. Muhammad Sholeh Hasan, Lc., MA., sebagai Dosen Penasihat Akademik.
6. Seluruh Dosen Pengajar Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga selalu senantiasa dalam
iii
8. Kedua orang tuaku Sofyan Saripudin dan Afri Yanti yang telah memberikan kasih sayang, do’a dan dukungannya serta pengorbanannya yang tak pernah mengharapkan balasan.
9. Adik-adikku di rumah yang selalu menyemangati kakaknya kuliah hingga selalu mendoakan kesuksesan kakaknya.
10. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Agama Islam angkatan 2017 yang membuat semangatku meningkat dan saling membantu untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna karena masih terdapat kekurangan , baik dalam segi isi maupun sistematika penulisan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, kepada Allah SWT, penulis memohon semoga tulisan ini menjadi amal ibadah yang baik dan semoga karya sederhana ini dapat memberi manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Aamiin. Terimakasih.
Padang, 11 Maret 2021 Penulis
Afika Nuriesa Eloka NIM. 11170110000014
iv
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori ... 8
1. Implementasi Pembelajaran... 8
a. Pengertian Implementasi ... 8
b. Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran... 9
2. Pembelajaran Daring ... 11
a. Pengertian Pembelajaran Daring ... 11
b. Tata Cara Pelaksanaan Pembelajaran Daring ... 12
c. Macam-macam Aplikasi Pembelajaran Daring ... 15
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring ... 17
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 20
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti... 20
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 21
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 23
d. Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VIII ... 23
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
B. Metode Penelitian ... 36
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 38
v
E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data ... 40
F. Instrumen Penelitian ... 41
G. Teknik Analisis Data... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 49
1. Sejarah SMP 41 Kota Padang ... 49
2. Visi dan Misi SMP 41 Kota Padang ... 50
3. Tenaga Pendidik dan Kependidikan ... 51
4. Data Peserta Didik... 51
5. Struktur Organisasi... 52
6. Sarana dan Prasarana ... 53
B. Deskripsi Data ... 54
C. Analisis Data ... 60
1. Implementasi Pembelajaran Daring Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 60
2. Kelebihan dan Kekurangan Pelaksanaan Pembelajaran Daring Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ... 61
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 68
vi Lampiran 1 : Instrumen Pedoman Wawancara Lampiran 2 : Kode Narasumber
Lampiran 3 : Hasil Wawancara Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian Lampiran 5 : Uji Referensi
Lampiran 6 : Daftar Nilai Harian Peserta Didik SMP Negeri 41 Padang Pendidikan Agama Islam
Lampiran 7 : RPP pada Masa Pandemi Covid-19 SMP Negeri 41 Padang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini kondisi dunia termasuk Indonesia sedang dihadapkan dengan tantangan adanya pandemi corona virus disease 2019 (Covid-19), di mana pemerintah menghimbau agar membatasi semua bentuk kegiatan yang dilakukan diluar rumah. Adanya wabah penyakit menular ini, bukan hal yang baru terjadi dalam sejarah Islam. Sebagaimana yang terdapat didalam hadis Nabi Muhammad SAW.
ْ نَع
َْءَبََو لاْهنَأُْهَغَلَ بَْغ رَسَْءاَجْاهمَلَ فِْماهشلاْ َلَِإَْجَرَخَْرَمُعْهنَأَْةَعيِبَرِْن بِْرِماَعِْن بِْهللَّاِْد بَع ْ
َْْعَقَوْ دَق ْ
ْ َلاَقَْمهلَسَوِْه يَلَعُْهللَّاْىهلَصِْهللَّاَْلوُسَرْهنَأٍْف وَعُْن بِْنَ حْهرلاُْد بَعُْهََبَ خَأَفِْماهشلِبَ
ٍْْض رَِبِِْهِبْ مُت عَِسَْاَذِإ
َْ لاُْن بُْرَمُعَْعَجَرَ فُْه نِمْاًراَرِفْاوُجُر َتَْ َلََفْاَِبِْ مُت نَأَوٍْض رَِبَِْعَقَوْاَذِإَوِْه يَلَعْاوُمَد قَ تْ َلََف
َْغ رَسْ نِمْ ِباهط
ْْ
)ملسمويرخبلاهاور(
“Dari Abdullah bin Amir bin Rabi‘ah, Umar bin Khattab RA menempuh perjalanan menuju Syam. Ketika sampai di Sargh, Umar mendapat kabar bahwa wabah sedang menimpa wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf mengatakan kepada Umar bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, ‘Bila kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan memasukinya.
Tetapi jika wabah terjadi di daerah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.’ Lalu Umar bin Khattab berbalik arah meninggalkan Sargh.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Hadis diatas menjelaskan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk tetap dirumah dan melarang untuk bepergian ke suatu tempat ke tempat yang lain ketika terjadinya wabah disuatu daerah. Hendaknya hadis tersebut cukup menjadi renungan bagi kaum muslimin di tengah pandemi covid-19 ini, untuk tetap berikhtiar dengan menjauhi kerumuan dan selalu mengingat Allah SWT melalui zikir atau ibadah lainnya.
Meningkatnya kasus positif corona di Indonesia mendorong pemerintah untuk segera mengambil tindakan untuk menangani pamdemi covid-19 dengan menerapkan phsycal distancing, PSBB, dan lainnya. Dengan adanya kebijakan yang dilakukan menimbulkan dampak bagi setiap aspek kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar mendesak pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan agar pelaksanaan pendidikan di Indonesia tetap berlangsung dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu, untuk menghindari kerumunan sebagai usaha dalam mencegah penularan virus covid-19, satuan pendidikan sepakat agar kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tatap muka beralih pada pembelajaran jarak jauh. Metode tersebut dikenal sebagai pembelajaran daring atau sistem E-Learning atau online learning.
Pembelajaran daring merupakan proses belajar mengajar yang berlangsung dalam jaringan dimana peserta didik dan pendidik tidak bertatap muka secara langsung.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata daring memiliki arti yaitu dalam jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet. Jadi pembelajaran daring merupakan sebuah proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan tidak bertatap muka secara langsung melalui jaringan/internet yang telah tersedia.
Pelaksanaan pembelajaran daring sebelum adanya pandemi covid-19 sudah ada dan beberapa diantaranya sudah mengaplikasikan dengan menggunakan platform yang berbasis pada internet. Fenomena yang terjadi pada setahun terakhir semua tingkat jenjang pendidikan sudah menerapkan proses pembelajaran secara daring. Hal ini membuat masyarakat mulai mengakrabkan diri dengan pembelajaran daring. Tindakan sederhana pada proses pembelajaran daring ini menggunakan media sosial yang ada seperti whatsapp, telegram dan youtube. Namun tidak sedikit juga yang
1 Albert Efendi Pohan, Konsep Pembelajaran Daring Berbasis Pendekatan Ilmiah, (Purwodadi: CV. Sarnu untung, 2020), Cet. I, h. 2.
menggunakan aplikasi yang khusus dirancang untuk pembelajaran secara daring seperti google classroom, Edmodo, google meet atau zoom.2
Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar mengajar dengan sistem daring ini diantaranya tidak semua siswa memiliki android atau laptop dan mampu membeli kuota internet, keseimbangan antara proses bimbingan dan pemberian tugas, pemilihan metode belajar dan aplikasi daring yang efektif, jumlah jam belajar serta penyusunan rancangan pembelajaran secara daring. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran daring membutuhkan persiapan yang cukup matang, baik dalam segi infrastruktur, sarana prasarana dan sumber daya manusia yang mumpuni.
Dalam penerapannya, pembelajaran daring memerlukan metode-metode yang beragam agar tercapainya hasil yang diharapkan. Di sisi lain, metode yang beragam mampu menumbuhkan rasa antusiasme dari setiap siswa. Oleh karenanya, guru perlu mendiskusikan terlebih dahulu dalam memilih metode belajar daring yang nyaman dan mudah diikuti. Diantara beberapa metode belajar daring yang berkembang saat ini yaitu a) learning management system (LMS) menggunakan aplikasi seperti moodle, google clasroom, microsoft teams, dan sebagainya; b) video conference sebagai pengganti pembelajaran tatap muka seperti zoom, google meet, cisco wbEx, dan lain sebagainya; c) video learning yaitu proses pembuatan video ajar yang akan diberikan ke peserta didik seperti filmora, kinemaster, dan sebagainya; d) silumation based learning merupakan pengganti kegiatan praktek yang dilakukan di laboraturium melalui aplikasi GNS 3, cisco packet tracer, dan lainnya.3
Pembelajaran dengan sistem daring ini tentunya jauh dari kata sempurna, dimana terdapat berbagai kekurangan dalam proses pelaksanaannya. Diantara kekurangan tersebut adalah hilangnya pengalaman pembelajaran tatap muka.
Dalam hal evaluasi terkadang guru mendapatkan kesulitan untuk menentukan
2 Kutsiyah, “Analisis Fenomena Pembelajaran Daring Pada Masa Pandemi (Harapan Menuju Blended Learning)”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 3, No. 4, 2021, h. 1463.
3 Sri Gusti, dkk., Belajar Mandiri Pembelajaran Daring di Tengah Pandemi COVID-19 Konep, Strategi, Dampak dan Tantangan, (tt.p.: Yayasan Kita Menulis, 2020), Cet. I, h. 25-26
model evaluasi yang tepat untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan guru tidak dapat mengawasi secara langsung proses evaluasi siswa.4 Selanjutnya juga terdapat dalam penyampaian materi pembelajaran. Jika penyajian materi yang disampaikan melalui metode ceramah, akan lebih mudah diterapkan dalam pembelajaran daring, sebaliknya jika mata pelajaran yang tidak bisa disampaikan melalui metode ceramah tentunya akan sulit untuk dipahami oleh siswa, dan memungkinkan mata pelajaran tersebut sulit untuk diterapkan dalam pembelajaran daring, seperti mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan pembelajaran yang wajib ada pada lembaga pendidikan formal di Indonesia. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam sendiri adalah suatu metode yang dilakukan secara sadar oleh pendidik dalam membentuk karakter peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam berlandaskan pada Al quran dan As-sunnah.
Kelebihan yang terdapat dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara daring diantaranya ialah guru ataupun siswa melek teknologi, menumbuhkan rasa tanggung jawab, menimbulkan keratifitas siswa, dan lainnya. Namun dibalik kelebihan tersebut juga terdapat kekurangan diantaranya keterbatasan fasilitas yang dimiliki siswa, biaya yang cukup besar, sinyal internet yang tidak stabil dan pemahaman terhadap materi yang disampaikan berbeda-beda. Dengan demikian perlu kemampuan guru dalam proses pembelajaran daring yang dilakukan baik dalam memberikan materi ataupun dalam segi evaluasi sesuai dengan jenis materi yang disampaikan. Jika guru tidak mampu menguasai pembelajaran Pendidikan Agama Islam secara daring ini akan membuat siswa jenuh, tidak tertarik belajar dan guru tidak bisa menilai dengan objektif.
Dari fokus permasalahan diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dalam sebuah penelitian yang berjudul “Implementasi Pembelajaran
4 Khaerul Anwar, dkk., Pengalaman Pembelajaran Bahasa Inggris Daring di Pergurua Tinggi pada Masa Pandemi Covid-19, (Sleman: CV. Budi Utama, 2020), Cet. I, h. 71.
Daring Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di Kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang Tahun Pelajaran 2021/2022.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah, diantaranya yaitu:
1. Akibat pandemi virus covid-19 pembelajaran belum bisa dilakukan tatap muka.
2. Kurang efektifnya pembelajaran pendidikan agama Islam melalui daring.
3. Kurangnya perhatian pemerintah dalam memberikan fasilitas untuk pembelajaran daring terutama kepada siswa yang kurang mampu.
4. Pelaksanaan pembelajaran daring yang membutuhkan biaya yang cukup besar bagi setiap peserta didik.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah pada penelitian ini agar lebih jelas dan terarah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2021/2022.
D. Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat diambil beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2021/2022?
2. Apa kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2021/2022?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, dapat diketahui tujuan dan manfaat penelitian, yaitu:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2021/2022.
b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2021/2022.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi pembaca baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut adalah:
a. Manfaat Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan terutama pada dunia pendidikan.
2) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi ilmu tambahan khususnya untuk sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran daring mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
b. Secara Praktis 1) Bagi Peneliti
Sebagai kewajiban dalam melaksanakan tugas akhir pada jenjang Strata-1. Bermanfaat bagi peneliti dalam memperluas wawasan tentang implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam.
2) Bagi Sekolah
Dapat memberi sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan SMP Negeri 41 Kota Padang dalam pelaksanaan pembelajaran daring pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
3) Bagi Guru
Bermanfaat bagi guru sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam meningkatkan pelaksanaan pembelajaran daring pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 41 Kota Padang.
4) Bagi Peneliti Lain
Menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya dapat melakukan perbaikan dan penyempurnaan bagi penelitian ini serta memberi manfaat terutama di dalam dunia pendidikan.
8
BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Toeri
1. Implementasi Pembelajaran a. Pengertian Implementasi
Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi yaitu penerapan. Menurut Browne dan Wildaysky sebagaimana yang dikutip oleh Arianda Firdiati mengemukakan bahwa implementasi adalah ekspansi kegiatan yang saling menyesuaikan. Adapun menurut Schubert sebagaimana yang dikutip oleh Arianda Firdiati mengemukakan bahwa implementasi merupakan sistem rekayasa.1 Implementasi merupakan aktivitas, adanya aksi dari suatu sistem. Didalam ungkapan mekanisme kata implementasi bukan hanya sekedar suatu aktivitas, namun juga merupakan suatu kegiatan terencana yang dilakukan dengan sungguh-sungguh berlandaskan pada acuan norma untuk mencapai tujuan kegiatan.2
Didalam bahasa Inggris kata implementasi memiliki arti mengimplementasikan. Implementasi adalah penyediaan sarana untuk melakukan sesuatu yang memunculkan dampak dari sesuatu yang dilakukan.3 Menurut Nurdin Usman sebagaimana yang dikutip oleh Suyahman implementasi mengarah pada kegiatan, tindakan, atau mekanisme sistem implementasi yang bukan hanya aktivitas, tetapi kegiatan dan untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang direncanakan.4
1 Arianda Firdianti, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, (Yogyakarta: CV. Grey Publishing, 2018), Cet. I, h. 19
2 Ibid.
3 Muhammad Ali, Kebijakan Pendidikan Menengah dalam Prespektif Governance di Indonesia, (Malang: UB Press, 2017), Cet. I, h. 51.
4 Suyahman, Pengembangan Bahan Ajar PPKn di SD, (Klaten: Lekeisha, 2021), Cet. I, h.
126.
Fullan dalam Abdul Majid sebagaimana yang dikutip oleh Zuhri menyatakan bahwa implementasi merupakan proses peletakan dalam praktek mengenai ide, gagasan, seperangkat aktivitas baru bagi orang lain agar tercapainya suatu perubahan tertentu.5 Menurut Syukur dalam Surmayadi sebagaimana yang dikutip oleh Suyahman terdapat tiga unsur dalam proses implementasi, yaitu: (1) adanya orgram; (2) kelompok sasaran; (3) menerapkan elemen baik untuk organisasi atau individu yang memiliki tanggung jawab untuk memperoleh pelaksanaan dan pengawasan proses implementasi.6 Dari beberapa defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah aktivitas yang dilakukan secara terencana untuk mencapai suatu tujuan.
b. Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran 1) Pengertian Pembelajaran
Menurut Abudin Nata sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini Secara sederhana pembelajaran merupakan usaha yang mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar terdorong untuk mau belajar dengan sendirinya.7 Melalui pembelajaran akan terjadi perkembangan dari segi moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui interaksi dan pengalaman belajar.
Pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas peserta didik, seperti yang dinyatakan oleh Nasution yang dikutip oleh Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas yang mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya dan
5 Zuhri, Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren (Konsepsi dan Aplikasinya), (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2016), Cet. I, h. 216.
6 Suyahman, op.it., h. 125.
7 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran Membantu Meningkatkan Mutu Pembelajaran sesuai Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012), Cet. I, h.
6.
menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadinya proses belajar.8
Menurut Degeng sebagaimana yang dikutip oleh Fathurrohman dan Sulistyorini pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik. pembelajaran memusatkan pada
“bagaimana membelajarkan peserta didik” dan bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”.9 Nata yang dikutip oleh Fathurrohman dan Sulistyorini menyatakan bahwa pembelajaran yaitu membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar.10 Pembelajaran memiliki defenisi sebagai peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, kemampuan tersebut dikembangkan bersamaan dengan pengalaman belajar yang diperoleh.11
Selanjutnya, menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Fathurrohman dan Sulistyorini pembelajaran yaitu serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik. Pembelajaran mengacu pada aktivitas yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar peserta didik dan pembelajaran yang dilakukan harus menghasilkan belajar.12
2) Pengertian Pengajaran
Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik sebagai bentuk proses interaksi kegiatan belajar mengajar.
Kata pengajaran sendiri memiliki arti dan makna yang sama, pengajaran merupakan kegiatan interaksi antara guru dan peserta
8 Ibid.
9 Ibid., h. 7.
10 Ibid.
11 Ibid.
12 Ibid., h. 9.
didik dalam membantu, mengarahkan, membimbing, dan mentransfer ilmu pengetahuan.
Menurut George dan John sebagaimana yang dikutip oleh Farid Wajdi pengajaran merupakan sebuah profesi dan juga keterampilan. Tidak semua orang dapat menghadapi tantangan seperti itu karena harus berdasarkan pada pelatihan, temptamen, dan juga pengalamannya. Selanjutnya menurut Majid sebagaimana yang dikutip oleh Farid Wajdi mengartikan pengajaran sebagai suatu cara dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.13
Dari defenisi pembelajaran dan pengajaran diatas terdapat perbedaan diantara keduanya bahwa pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar peserta didik yang melibatkan sudut pandang intelektual, emosional dan juga sosial. Sedangkan pengajaran lebih mengarah pada kegiatan mengajar yang dilakukan guru didalam kelas. Dengan demikian kata pembelajaran memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan pengajaran.
2. Pembelajaran Daring
a. Pengertian Pembelajaran Daring
Pembelajaran daring atau disebut juga dengan pembelajaran dalam jaringan merupakan salah satu media pembelajaran yang biasa digunakan pada masa sekarang ini. Pembelajaran daring adalah suatu sistem pembelajaran berbasis komputer yang memanfaatkan teknologi internet.14 Berikut defenisi pembelajaran daring menurut beberapa ahli diantaranya:
1) Menurut Warschauer yang dikutip oleh Ridwan Sanjaya, komunikasi daring adalah komunikasi yang memusatkan pada
13 Farid Wajdi, Buku Ajar Perencanaan Pengajaran Panduan di Perguruan Tinggi, (Malang:
Ahlimedia Press, 2020), Cet. I, h. 12-13.
14 Meda Yuliani, dkk., Pembelajaran Daring untuk Pendidikan Teori & Penerapan, (tt.p.:Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 112.
membaca, menulis dan berkomunikasi melalui jaringan komputer.
2) Menurut Cavanaugh yang dikutip oleh Ridwan Sanjaya, Barbour, dan Clark mendefinisikan bahwa pembelajaran on-line sebagai pembelajaran yang terjadi melalui cara digital daripada analog.
3) Menurut Kramer yang dikutip oleh Ridwan Sanjaya, pembelajaran jarak jauh sebagai suatu sistem dan proses yang menghubungkan siswa dengan sumber belajar dalam sebuah ruang elektronik yang sama pada waktu yang sama.
4) Menurut Gross, Muscarella, dan Pirkl yang dikutip oleh Ridwan Sanjaya mendefenisikan pembelajaran jarak jauh sebagai memperluas pembelajaran dari ruang kelas atau lokasi lain menggunakan berbagai teknologi seperti: video, audio, komputer, komunikasi multimedia, atau kombinasi dari teknologi tersebut.15
Dari defenisi diatas disimpukan bahwa pembelajaran daring merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa tatap muka dan melalui jaringan internet yang telah ada.
b. Tata Cara Pelaksanaan Pembelajaran Daring
Pelaksanaan pembelajaran daring dapat dilakukan dengan mengkombinasikan dua pendekatan, yaitu dengan sinkronus dan asinkronus. Sinkronus merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan berinteraksi secara langsung tatap muka melalui teknologi video conference seperti, Zoom, Webex, GoogleMeet, Skype, dan lainnya. Sedangkan asinkronus adalah pelaksanaan pembelajaran mandiri yang dilakukan dengan interaksi tidak langsung. Seperti contoh, pendidik menyiapkan terlebih dahulu bahan ajar dan untuk
15 Ridwan Sanjaya (ed.), 21 Refeleksi Pembelajaran Daring di Masa Darurat, (Semarang:
Universitas Katolik Soegijapranata, 2019), h. 71-72.
interaksinya tidak harus dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Pendekatan ini dapat menggunakan forum diskusi atau penugasan.
Kelebihan sinkronus salah satunya interaksi yang terjadi secara langsung meningkatkan kedekatan antara pendidik dengan peserta didik, sedangkan salah satu kekurangan dari sinkronus yaitu pendidik dan peserta didik mengalami kesulitan dalam pengaturan jadwal karena harus dapat hadir dalam waktu yang bersamaan.
Selanjutnya salah satu kelebihan dari asinkronus waktu yang lebih fleksibel dan salah satu kekurangannya memungkinkan adanya perbedaan pandangan dalam memahami materi yang disampaikan.16 Terlaksananya pembelajaran daring yang efektif dirumah tidak lepas dari adanya peran kepala sekolah, guru dan orang tua. Berikut ini tata cara pelaksanaan daring menurut tugasnya masing-masing:
1) Kepala Sekolah
a) Kepala sekolah memberikan tugas perintah kepada guru kelas atau mata pelajaran untuk melakukan pembelajaran dirumah dengan menggunakan berbagai media online.
b) Membuat surat edaran untuk orang tua siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring guna meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan virus covid 19 disekolah.
c) Melakukan sosialisasi kepada siswa mengenai media pembelajaran daring dan bagaimana penggunaan media pembelajaran daring tersebut.
d) Guru yang ditugaskan melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap berlangsungnya pembelajaran daring dirumah.
e) Melaporkan hasil kegiatan belajar.
2) Guru
16 Lintang Ronggowulan, dkk., Problematika Pembelajaran di Era Covid-19, (Klaten:
Lekeisha, 2021), Cet. I, h. 33-34.
a) Guru menyiapkan bahan ajar yang akan diunggah dan disebarkan kepada siswa melalui platform atau aplikasi pembelajaran yang telah dipilih.
b) Guru menentukan media belajar yang sesuai dengan kondisi siswa agar pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif.
c) Guru mengunggah media pembelajaran berbentuk modul, tutorial, video, latihan soal, lembar kerja siswa di media yang telah disepakati bersama.
d) Guru wajib memberikan penjelasan setiap pertanyaan yang disampaikan oleh siswa.
e) Guru melakukan evaluasi dari pembelajaran daring yang telah dilakukan.
3) Siswa
a) Siswa mempelajari materi mata pelajaran yang telah diupload oleh guru melalui media yang telah disepakati.
b) Siswa dapat melakukan diskusi dengan guru mengenai hal- hal yang kurang jelas dari materi yang telah disampaikan melalui media online.
4) Orang Tua
a) Orang tua memastikan anaknya untuk melaksanakan kegiatan belajar di rumah dan membatasi izin untuk berkegiatan di luar rumah;
b) Orang tua melakukan koordinasi dengan wali kelas, guru atau sekolah
c) Orang tua membantu siswa untuk selalu menerapka pola hidup bersih sehat (phbs) di rumah.
Selanjutnya berikut tata cara pelaksanaan pembelajaran daring saat dan setelah pembelajaran daring dilakukan:
1) Saat pembelajaran daring berlangsung
a) Pembelajaran daring dibantu oleh oleh orang tua/wali siswa sesuai dengan jadwal dan penugasan yang telah ditentukan.
b) Guru dapat melakukan kunjungan ke rumah siswa untuk pendampingan belajar. Jika hal ini dilaksanakan guru harus mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.
c) Berdoa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan.
2) Setelah pembelajaran daring dilaksanakan
a) Masing-masing dari siswa mengisi lembar aktivitas sebagai bahan pemantuan belajar harian.
b) Orang tua menandatangani tiap sesi belajar yang sudah tuntas di lembar pemantauan harian.
c) Hasil penugasan dan lembar pemantauan aktivitas harian dikumpulkan setiap minggu dan mengambil kembali jadwal dan penugasan untuk minggu berikutnya.17
Terlepas dari tata cara dan mengkombinasikan dua pendekatan yaitu sinkronus dan asinkronus, pembelajaran daring juga membutuhkan suatu sistem yang mampu memperdaya gunakan teknologi secara tepat untuk kebutuhan pembelajaran, sistem tersebut disebut dengan Learning Management System (LMS). Sistem ini juga dikenal sebagai Course Management System (CMS) atau Virtual Learning Environment (VLE) yang mana memiliki fungsi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri maupun kolaboratif didalamnya tersedia sumber belajar dan evaluasi dari segala kegiatan peserta didik.18
c. Macam-macam Aplikasi Pembelajaran Daring
17 Rio Erwan Pratama dan Sri Mulyani, “Pembelajaran Daring dan Luring pada Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal Gagasan Pendidikan Nasional, Vol. 1, No. 2, 2020, h. 55.
18 Raditya Muhammad, dkk., Memanfaatkan Learning Management System Berbasis Moodle untuk Pembelajaran Daring di Sekolah, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2021), Cet. I, h. 7.
Pada umunya pembelajaran daring memiliki tujuan untuk mempermudah aktivitas belajar siswa dengan menyediakan sumber belajar yang dapat diakses dengan mudah. Sistem pembelajaran daring memiliki sifat yang fleksibel, baik tempat, maupun waktu pelaksanaanya.19 Saat ini banyak berkembang LMS yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran daring, seperti: Google Clasroom, Dekekos, Atutor, dan Moodle.20
Beberapa aplikasi yang dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar, diantaranya:
1) Whatsapp 2) Zoom 3) Web Blog 4) Edmodo, 5) dan lainnya.21
Dalam hal ini pemerintah juga ikut andil dengan menyediakan aplikasi yang dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar daring siswa dirumah. Berikut macam-macam aplikasi pembelajaran daring yang terdapat dalam laman resmi Kemendikbud RI yang telah dikutip oleh Oktafia Ika Handarini:
1) Rumah Belajar 2) Meja Kita 3) Icando 4) Indonesiax
5) Google For Education 6) Kelas Pintar
7) Microsoft Office 365
19 Afrilia Fahrina, Karla Amelia, dan Cut Rita Zahara (ed.), Guru dan Pmebelajaran Inovatif di Masa Pandemi Covid-19, (Aceh: Syiah Kuala University Pers, 2020), Cet. I, h. 104.
20 Raditya Muhammad, dkk., op.cit.
21 Oktavia Ika Handarini, “Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH) Selama Pandemi covid 19”, Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), Vol. 8, No. 3, 2020, h. 498.
8) Quipper School 9) Ruang Guru 10) Sekolahmu 11) Zenius
12) Cisco Webex22
d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring
Penerapan kegiatan belajar mengajar secara daring tentunya jauh dari kata sempurna, karena terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Diantara kelebihan yang terdapat dalam pembelajaran daring sebagai berikut:
1) Dapat dengan mudah mengakses aktivitas sekolah di mana pun berada
2) Mengurangi biaya anggaran
3) Efektif waktu dalam proses belajar mengajar 4) Fleksibilitas dalam interaksi
5) Tuntutan pengetahuan melek digital
6) Membangun kecapan secara mandiri, kreatif, bertanggung jawab, belajar bukan lagi sebagai beban tetapi sebagai kebutuhan.23
Sedangkan beberapa kekurangan dalam pembelajaran daring juga ditemukan baik dari segi siswa maupun guru. Diantaranya sebagai berikut:
1) Hilangnya pengalaman pembelajaran tatap muka
2) Dalam hal evaluasi terkadang guru mendapatkan kesulitan untuk menentukan model evaluasi yang tepat untuk diterapkan.
Hal ini dikarenakan guru tidak dapat mengawasi secara langsung proses evaluasi siswa.24
22 Ibid.
23 Sri Gusti dkk., op.cit., h. 145.
24 Khaerul Anwar, dkk., op.cit.
Selain kekurangan-kekurangan tersebut, pembelajaran daring juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan dari berbagai aspek sebagai berikut.
a. Kesehatan
Pembelajaran daring yang dilakukan dengan menggunakan laprop/gadget akan memberi dampak buruk bagi kesehatan kita.
Radiasi radar yang terdapat pada layar gadget/laptop dapat mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia.
Penyakit yang ditimbulkan berupa rasa sakit yang berlebih pada leher, bahu, dan tulang belakang, sidrom CVS, serangan jantung, mati rasa, serta kanker.
b. Bagi sekolah/satuan pendidikan
Pembelajaran daring tentunya membutuhkan persiapan yang cukup matang. Dalam hal ini sekolah harus melakukan pengorbanan agar terlaksananya pembelajaran daring dengan baik. Namun tidak semua sekolah memiliki fasilitas dan keadaan yang bagus, bagi sekolah yang berada di pelosok tentunya hal ini akan mempersulit untuk diterapkannya proses kegiatan belajar mengajar secara daring. Banyak kendala yang akan mereka hadapi seperti sinyal internet, tidak memiliki hp, dan kurang layaknya fasilitas lain dalam mendukung pembelajaran daring.
c. Bagi guru/Tenaga Pendidik
Beberapa faktor penghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring yaitu masih banyaknya guru yang belum menguasai teknologi, kurangnya fasilitas/media pendukung yang dimiliki oleh guru, kesulitan dalam memberi penilaian, keterbatasan ruang dan waktu dalam proses mengajar, harus membuat proses perencanaan baru dalam pengajaran, bagi guru yang sudah memiliki anak akan mengalami kerepotan karena
harus memilih kedua-duanya antara mengajar siswa dan mengajar anaknya.
d. Bagi siswa
Dari semua subjek sasaran pendidikan, yang paling berdampak selama proses diberlakukannya pembelajaran daring ini adalah siswa. Siswa harus melakukan penyesuaian akademik, membatasi interaksi sosial dan mengalami perasaan negatif.
Beberapa faktor penghambat pembelajaran daring bagi siswa yaitu:
1) Tidak semua siswa mampu menggunakan IT 2) Kurang stabilnya jaringan internet
3) Tidak mempunyai gadget/laptop 4) Keterbatasan ekonomi
5) Kurangnya interaksi langsung dengan guru
6) Siswa terbebani dengan banyaknya tugas yang diberikan 7) Peserta didik merasa terisolasi
8) Kurangnya komunikasi aktif 9) Mudah bosan dan jenuh e. Bagi orang tua
Tanggung jawab dan pengawasan pembelajaran daring dirumah tentunya dilakukan oleh orang tua. Namun orang tua yang memiliki kesibukan dalam bekerja akan menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran sendiri. Pasalnya selama ini orang tua memberatkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Beberapa problem yang dihadapi orang tua dengan diberlakukannya pembelajaran daring dirumah diantaranya:
1) Tidak semua orang tua mampu membagi waktu mereka antara bekerja dan mendampingi anak dirumah.
2) Orang tua harus mengeluarkan uang cukup banyak untuk pemasangan internet/membeli kuota internet.
3) Kekhawatiran bagi ibu yang bekerja dan tidak bisa mendampingi anak dirumah.
4) Orang tua gampang jengkel dan marah ketika mengajarkan anak
5) Memerlukan waktu yang cukup lama bagi orang tua beradaptasi dengan kebiasaan baru.
6) Orang tua dituntut untuk dapat menguasai teknologi dan melek pengetahuan.25
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti a. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Menurut Syamsul Nizar yang dikutip oleh Mahfud dkk, di dalam Islam kata pendidikan dikenal dengan sebutan Al-Ta’lim, Al- Tarbiyah dan Al-Ta’dib. Kata Al-Ta’lim adalah masdar dari kata dlama, yang memiliki arti pengajaran dan keterampilan.26 Kata Al- tadib adalah masdar dari kata addaba, yang diartikan pada proses mendidik yang lebih ditujukan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak peserta didik, orientasi kata Al quran.
Selanjutnya kata Al-Ta’dib terfokus kepada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia.27
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu upaya sadar yang dilakukan secara terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk dapat mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadist dengan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk dapat menghormati
25 Meda Yuliani, dkk., op.cit., h. 27-31.
26 Mahfud dkk, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multietnik, (Yogyakarta:
CV. Budi Utama, 2015), Cet. I, h. 7.
27 Ibid.
agama lain agar terciptanya kerukunan antar umat beragama sehingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Tayar Yusuf sebagaimana yang dikutip oleh Dahwadin dan Farhan Sifa Nugraha pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh generasi tua untuk mengalihkan pengalaman pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan pada generasi muda agar kelak dapat menjadi generasi muslim yang bertakwa kepada Allah Swt, memiliki budi pekerti yang luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.28
Budi pekerti adalah dua kata yang saling berkaitan. Budi adalah penyemangat, pembangkit, ataupun hasrat yang ada dalam batin atau jiwa manusia yang memiliki sifat yang abstrak. Sedangkan pekerti merupakan tindakan nyata yang muncul dari budi tersebut. Budi pekerti juga merupakan akumulasi dari cipta, rasa, dan krsa manusia yang diterapkan ke dalam sikap, kata-kata, dan tingkah laku sehati- hari. jadi dapat disimpulkan bahwa budi pekerti adalah perpaduan dari hasil pemikiran dan rasa yang diwujudkan dalam suatu tingkah laku. Tingkah laku ini lah yang kemudian memunculkan perbuatan- perbuatan dengan perasaan seketika dan mudah tanpa perlu adanya pertimbangan lain.29
Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti adalah suatu metode yang dilakukan secara sadar oleh pendidik dalam membentuk karakter dan menumbuhkan budi pekerti peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam berlandaskan pada Al quran dan As-sunnah.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
28 Dahwadin dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Wonosobo: CV. Mangku Bumi Media, 2019), Cet. I, h. 7.
29 Retno Widiyastuti, Kebaikan Akhlak dan Budi Pekerti, (Semarang: ALPRIN, 2010), h. 5.
Menurut beberapa ahli tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
1) Menurut Al-Abrasyi yang dikutip oleh Mahfud dkk, tujuan pendidikan Islam yaitu untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia bagi kaum muslim dari dulu sampai sekarang, persiapan untuk kehidupan di dunia dan akhirat, persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi manfaat, menumbuhkan rasa keinginantahuan dan memungkinkan peserta didik untuk mengkaji ilmu itu sendiri dan menyiapkan peserta didik dari segi profesioanal untuk dapat menguasai bidang tertentu agar dapat mencari rezeki dalam hidup disamping memelihara segi kerohanian.
2) Menurut Abdurahman An-Nahlawi yang dikutip oleh Mahfud dkk, tujuan pendidikan Islam ada empat yaitu:
a) Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah memerintahkan untuk menyerah dan merenungkan kejadian langit dan bumi agar beriman.
b) Menumbuhkan potensi dan bakat asal anak.
c) Memberi perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik laki-laki maupun perempuan.
d) Berusaha untuk mengembangkan segala bentuk potensi dan bakat manusia.30
3) Menurut Fadlil Al-Jamaly yang dikutip oleh Mahfud dkk, merumuskan tujuan pendidikan Islam lebih rinci sebagai berikut:
a) Mengenal manusia akan peranannya sebagai sasama makhluk hidup dan tanggung jawabnya didalam hidup ini.
b) Mengenalkan manusia akan interaksi sosial dan tanggung jawabnya dalam tata hidup bermasyarakat.
30 Ibid., h. 12.
c) Mengenalkan dan mengajarkan manusia hikmah diciptkannya serta memberikan mereka untuk mengambil manfaat dari alam tersebut.31
Berdasarkan pendapat diatas dapat disumpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran pendidikan agama Islam adalah identik dengan tujuan hidup manusia, yaitu menjadi hamba Allah SWT dalam arti yang sesungguhnya, mendekatkan diri kepada-Nya dan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.
c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam di sekolah berisikan materi Fiqih, al-Qur’an dan Hadis, Aqidah/Tauhid, Akhlak, dan Sejarah Kebudayaan Islam. Ruang lingkup tersebut menggambarkan Pendidikan Agama Islam yang mencakup keselarasan, keserasian, dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, manusia antar manusia, makhluk lainnya dan juga lingkungannya.32
d. Materi Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas VIII
Berikut ini materi Pendidikan Agama Islam yang diajarkan di SMP Negeri kelas VIII pada semester ganjil.33
Tabel 2.1
Daftar Materi Pendidikan Agama Islam di SMP Kelas VIII Semester Ganjil
Kelas Semester Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
31 Ibid.
32 Jon Helmi, “Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam pada Sistem Pembelajaran Full Day School”, Jurnal Al-Ishlah, h. 76.
33 Muhammad Ahsan dan Sumiyati, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), Cet. II, h. 132.
VIII I 1. Meyakini Kitab-kitab Allah, Mencintai Al- Qur’an
a. Pengertian Iman Kepada Kitab-kitab Allah Swt b. Nama-nama Kitab Allah Swt. dan Rasul
Penerimanya
c. Perbedaan Kitab dengan Suhuf
d. Hikmah Beriman kepada Kitab Allah Swt 2. Menghindari Minuman Keras, Judi, dan
Pertengkaran
3. Mengutamakan Kejujuran dan Menegakkan Keadilan
a. Jujur b. Adil
c. Memahami Dalil Naqli tentang Perilaku Jujur dan Adil
d. Memahami Cara Menerapkan Perilaku Jujur dan Adil
4. Lebih Dekat Kepada Allah dengan Mengamalkan Shalat Sunnah
a. Shalat Sunnah Berjamaah b. Shalat-shalat Sunnah Munfarid
c. Shalat Sunnah Berjamaah atau Munfarid 5. Jiwa Lebih Tenang dengan Banyak Melakukan
Sujud
a. Sujud Syukur b. Sujud Sahwi c. Sujud Tilawah
6. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Umayyah
a. Daulah Umayyah di Damaskus b. Daulah Umayyah di Andalusia c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan
d. Pertumbuhan Kebudayaan
7. Rendah Hati, Hemat, dan Sederhana Membuat Hidup Lebih Mulia
a. Membaca Ayat al-Qur’an tentang Rendah Hati, Hemat, dan Sederhana
b. Mari Memahami Tajwid tentang Hukum Bacaan Mad
c. Mari Belajar Mengartikan Ayat Al-Qur’an d. Mari Memahami Pesan-pesan Mulia dalam Q.S
al-Furqan/25:63 dan Q.S al-Isra’/17:27
1. Meyakini Kitab-kitab Allah, Mencintai Al-Qur’an a. Pengertian iman kepada kitab-kitab Allah Swt.
Iman kepada kitab Allah Swt berarti percaya dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah Swt telah menurunkan kitab- kitab-Nya kepada Rasul-Nya.
b. Nama-nama kitab Allah Swt. dan Rasul penerimanya
Terdapat 4 kitab yang diturunkan oleh Allah Swt ke dunia ini.
Masing-masing dari kitab tersebut mempunyai nama. Kitab tersebut diturunkan berurutan dari yang pertama kali turun hingga saat ini. Keempat kitab yang wajib kita imani yakni adalah:
Taurat, Zabur, Injil, dan al-Qur’an.
1) Kitab Taurat
Kitab ini diwahyukan kepada Nabi Musa a.s pada abad ke-12 Sebelum Masehi. Nama taurat berarti hukum atau syariat. Kita Taurat yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Musa a.s untuk bangsa Bani Israil (Yahudi) agar mereka senantiasa berada dijalan kebenaran. Adapun pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam kitab Taurat yang diturunkan di Bukit Sinai tersebut sebagai berikut:
a) Perintah untuk mengesakan Allah Swt.
b) Larangan menyembah patung.
c) Larangan menyebut nama Allah Swt dengan sia-sia.
d) Perintah menyucikan hari sabtu.
e) Perintah menghormati kedua orang tua.
f) Larangan membunuh sesama manusia.
2) Kitab Zabur
Kitab ini diturunkan kepada Nabi Daud a.s pada abad ke- 10 SM didaerah Yerussalem untuk bangsa Bani Israil atau umat Yahudi. Kitab ini ditulis dengan bahasa Qibti.
3) Kitab Injil
Kitab Injil diturunkan kepada Nabi Isa a.s pada permulaan abad 1 M. kitab ini diwahyukan di daerah Yerussalem. Kitab ini ditulis pada awalnya dengan menggunakan bahasa Suryani. Kitab ini juga menjadi pedoman bagi kaum Nabi Isa a.s., yakni kaum Nasrani. Kitab ini memiliki pokok ajaran yang sama dengan kitab-kitab sebelumnya. Namun, ada yang menghapus sebagian ajaran kitab Taurat yang sudah tidak sesuai dengan zaman itu.
Secara umum kitab Injil berisi tentang:
a) Perintah untuk kembali mengesakan Allah Swt.
b) Memberikan keberadaan kitab Taurat.
c) Menghapus beberapa hukum dalam kitab Taurat yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman.
d) Menjelaskan bahwa kelak akan datang kembali rasul setelah Nabi Isa a.s., yaitu Nabi Muhammad Saw.
4) Kitab al-Qur’an
Kitab al-Qur’an merupakan kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. kitab ini diturunkan sebagai penyempurna dan pembenar bagi kitab-kitab sebelumnya.
Secara umum ajaran pokok yang terkandung di dalam al- Qur’an adalah:
a) Aqidah (keyakinan), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan, seperti mengesakan Allah Swt dan meyakini malaikat-malikat Allah Swt.
b) Akhlak (budi pekerti), yaitu berkaitan dengan pembinaan akhlak mulia dan menghindari akhlak tercela
c) Ibadah, yakni yang berkaitan dengan tata cara shalat, zakat, puasa, dan lainnya.
d) Muamalah, yakni berkaitan dengan tata cara berhubungan kepada sesama manusia.
e) Tarikh (sejarah), yaitu yang berkaitan dengan orang- orang atau umat terdahulu.
c. Perbedaan kitab dengan suhuf
Kitab dan suhuf mempunyai persamaan dan juga perbedaan.
Persamaannya adalah keduanya sama-sama firman Allah Swt yang diturunkan kepada rasul-Nya. Adapun perbedaannya yaitu isi kitab yang lebih lengkap daripada isi suhuf, kitab dalam bentuk buku sedangkan suhuf masih dalam bentuk lembaran, kitab biasanya berlaku lebih lama daripada suhuf.
d. Hikmah beriman kepada kitab Allah Swt.
Diantara hikmah yang dapat diambil dari adanya kitab-kitab Allah adalah memberikan petunjuk kepada manusia mana yang baik dan yang buruk, menjadi pedoman bagi manusia, memberi informasi sejarah kehidupan orang-orang terdahulu dan hati menjadi tentram serta menambah ilmu pengetahuan.
2. Menghindari Minuman Keras, Judi, dan Pertengkaran
Allah Swt sangat menghendaki kebaikan bagi setiap umat-Nya.
Setiap perintah dan juga larangannya dimaksudkan untuk mengatur kehidupan orang beriman supaya mencapai kebahagaiaan dunia dan
akhirat. Diantara contoh perintah tersebut adalah mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal. Contoh larangan tersebut adalah larangan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang haram.
Allah Swt melarang agar kita menjauhi makanan dan minuman yang merusak seperti khamar. Selanjutnya bukan hanya minuman dan makanan yang haram Allah juga melarang untuk melakukan perbuatan yang mengarah kepada dosa besar seperti melakukan pembunuhan, pertengkaran, berkelahi, tawuran dan sejenisnya.
3. Mengutamakan Kejujuran dan Menegakkan Keadilan a. Jujur
Kejujuran dalam anggota keluarga merupakan pondasi awal bagi keberlangsungan kehidupan di masyarakat. Jika dalam keluarga tersebut tidak jujur maka dampaknya akan timbul pertengakaran dan perselesihan. Berlaku jujur bukan hanya di keluarga namun juga di sekolah. Seorang peserta didik hendaknya jujur kepada guru, karyawan dan teman sekolahnya. Kejujuran yang dilakukan oleh peseta didik seperti dalam mengerjakan ulangan akan sangat membantu bapak ibu guru dalam mengevaluasi hasil pembelajaran.
b. Adil
Adil berarti memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya. Meletakkan segala urusan pada tempatnya. Orang yang berlaku adil adalah orang yang memihak kepada kebenaran, bukan berpihak karena hubungan khusus seperti pertemanan, persamaan suku, maupun bangsa. Islam sangat menjunjung keadilan. Hal ini dapat dipahami karena Islam membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Oleh karena itu setiap muslim wajib menegakkan keadilan dalam posisi apapun.
c. Memahami cara menerapkan perilaku jujur dan adil
Menerapkan perilaku jujur baik di rumah, sekolah, maupun dimasyarakat sebagai berikut:
1) Di rumah, melaksanakan tugas yang diberika orang tua dengan sebaik-baiknya. Misalnya, ibu minta tolong untuk membeli minyak goring atau kebutuhan pokok lainnya.
Sebagai anak yang jujur, semua uang sisa kembalian harus dikembalikan kembali ke ibu.
2) Di sekolah, mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan penuh tanggung jawab. Tidak menyontek, melaksanakan piket sesuai jadwal, mentaati tata tertib sekolah, dan saling menghormati.
3) Di masyarakat, seseorang yang berlaku jujur didalam masyakarat tidak akan mengarang cerita atau gossip yang akan menimbulkan kegaduhan dan suasana lingkungan menjadi tidak kondusif.
4. Lebih Dekat Kepada Allah dengan Mengamalkan Shalat Sunnah a. Shalat sunnah berjamaah
Shalat-shalat sunnah yang dilaksanakan secara berjama’ah yaitu shalat Idul Fitri, shalat Idul Adha, shalat Kusuf (gerhana matahari), shalat Khusuf (gerhana bulan), shalat istisqa’ (meminta hujan).
b. Shalat-shalat sunnah munfarid
Shalat sunnah munfarid adalah shalat sunnah yang dilakukan sacara individu atau sendiri. Adapun sholat sunnah yang dilakukan secara sendiri yaitu shalat Rawatib, Tahiyyatul Masjid, dan shalat Istikharah.
c. Shalat sunnah berjamaah atau munfarid
Beberapa shalat sunnah ini boleh dilakukan dengan sendiri atau berjamaah. Adapun sholat sunnah tersebut yaitu shalat
Tarawih, shalat Witir, shalat Duha, shalat Tahajjud, dan shalat Tasbih.
d. Hikmah shalat sunnah
Diantara hikmah melaksanakan shalat sunnah yaitu:
disediakannya jalan keluar dari setipa masalah, menambah kesempurnaan shalat fardhu, menghapuskan dosa, sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah Swt, dan mendatangkan keberkahan pada rumah yang sering digunakan.
5. Jiwa Lebih Tenang dengan Banyak Melakukan Sujud a. Sujud Syukur
Syukur artinya berterima kasih kepada Allah Swt. sujud syukur ialah sujud yang dilakukan ketika seseorang memperoleh kenikmatan dari Allah atau terhindar dari bahaya. Dasar hukum sujud syukur teradapat pada hadis riwayat Abu Dawud dan Tarmizi yang artinya “Dari Abu Bakrah, “Sesungguhnya apabila datang kepada Nabi Saw. sesuatu yang menggembirakan atau kabar suka, beliau langsung sujud bersyukur kepada Allah.”
Sebab-sebab seseorang melakukan sujud syukur yaitu mendapatkan nikmat dari Allah Swt dan terhindar dari bahaya (kesusahan yang besar). Tata cara melakukan sujud syukur pertama menghadap kiblat, niat untuk sujud syukur, dan sujud seperti sujud dalam shalat dengan membacar doa sujud syukur, lalu duduk kemudian salam. Hikmah dari melakukan sujud syukur diantaranya menjauhi seseorang dari sifat angkuh dan sombong dan memperoleh tambahan nikmat dari Allah Swt.
b. Sujud Sahwi
Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan ketika ragu atau lupa didalam shalat. Caranya dengan sujud dua kali dan dilakukan setelah membaca tahiyat akhir sebelum salam. Sebab-sebab dilakukannya sujud sahwi yaitu lupa melakukan seperti rukuk,
iktidal, atau sujud, kedua lupa atau ragu jumlah rakaat, lupa membaca doa qunut, lupa melakukan tasyahud awal, dan kelebihan atau kekurangan dalam jumlah rakaat.
Diantara hikmah melakukan sujud sahwi yaitu terjauhi dari sifat sombong, karena pada dasarnya manusia merupakan tempatnya salah dan lupa. Hikmah selanjutnya saling memahami bahwa orang lain juga dapat berbuat salah dan saling memaafkan.
c. Sujud Tilawah
Sujud tilawah adalah sujud yang dilakukan ketika membaca ayat-ayat sajadah dalam al-Qur’an ketika shalat mapun diluar shalat, baik pada saat membaca atau menghafal sendiri atau juga pada saat mendengarkan. Syarat sujud tilawah yaitu suci dari hadas dan najis, menghadap kiblat, dan menutup aurat. Rukun sujud tilawah adalah niat, takbiratul ihram, sujud satu kali dengan diawali takbir, duduk setelah sujud dengan tuma’ninah tanpa membaca tasyahud, dan salam. Hikmah dari melakukan sujud tilawah antaranya diajauhkan dari godaan setan dan lebih menghayati bacaan dan makna al-Qur’an yang sedang dibaca.
6. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan pada Masa Umayyah
Daulah umayyah mengalami dua periode, yaitu periode di Damaskus dan di Cordoba, Andalusia. Daulah Umayyah di Damaskus berdiri selama 90 tahun (661 M-750 M). Pendirinya bernama Muawiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah.
Kekuasaan Bani Umayyah di Damaskus berakhir pada tahun 750 M lalu kekhalifahan pindah ke tangan Bani Abbasiyah. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan terjadi pada masa pemerintahah Amir yang ke-8 yakni Abdurrahman an-Nasir dan Amir yang ke-9 yakni Hakam al-Muntasir.
Pertumbuhan ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah mengalami kemajuan yang sangat berarti. Adapun perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Ilmu Kimia
Diantara ahli kimia pada masa itu adalah Abu al-Qasim Abbas ibn Farnas yang mengembangkan ilmu kimia murni dan kimia terapan.
b. Kedokteran
Diantara ahli kedokteran pada saat itu adalah Abu al-Qasim al- Zahrawi, ia dikenal sebagai ahli bedah, perintis ilmu penyakit telinga, dan pelopor ilmu penyakit kulit. Didunia barat dikenal dengan Abulcasis, karyanya yang berjudul al-Ta’rif man ‘Ajaza
‘an al-Ta’rif.
c. Sejarah
1) Abu Marwan Abdul Malik bin Habib, salah satu karyanya berjudul al-Tarikh.
2) Abu Bakar Muhammad bin Umar, dikenal dengan Ibnu Quthiyah. Karya nya yang berjudul Tarikh Iftitah al-Andalus.
3) Hayyan bin Khallaf bin Hayyan, karyanya berjudul al- Muqtabis fi Tarikh Rija al Andalus dan al-Matin.
Selain ilmu pengetahuan pada masa Bani Umayyah juga berhasil mengembangkan bidang lainnya, yaitu:
1) Arsitektur
Perkembangan pada bidang ini dapat dilihat dari bangunan- bangunan artistic serta masjid-masjid yang memenuhi kota.
Kota lama pun dibangun menjadi kota yang modern. Mereka memadukan gaya Persia dengan nuansa Islam di setiap sudut bangunannya.
2) Organisasi militer
Pada masa pemerintahan Bani Umayyah militer dikelompokkan menjadi 3 angkatan yaitu angkatan darat, angkatan laut, dan angkatan kepolisian.
3) Perdagangan
Bani Umayyah berhasil menaklukan berbagai wilayah, hal ini membuat jalur pedagangan menjadi semakin lancar. Ibu kota Basrah di Teluk Persi pun menjadi pelabuhan dagang yang ramai dan makmur.
4) Kerajinan
Ketika kepemimpinan Khalifah Abdul Malik, mulailah dirintis pembuatan tiras, yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintah.
7. Rendah Hati, Hemat, dan Sederhana Membuat Hidup Lebih Mulia
Sikap rendah hati disebut juga dengan tawadu’. Pengertian tawadu’ adalah sikap diri yang tidak merasa lebih dari orang lain.
Orang yang memiliki sifat ini yakin bahwa semua keleibhan yang ada dalam dirinya semata-mata merupakan karunia dari Allah Swt.
dengan keyakinan yang dimilikinya orang yang tawadu’ akan selalu tampil sesuai dengan jati diri dan fitrahnya. Orang yang rendah hati akan selalu berusaha menjadi dirinya sendiri sesuai ajaran Allah Swt.
Lawan kata dari rendah hati adalah tinggi hati, sembong, takabur, atau angkuh. Allah sangat melarang hambanya untuk berlaku sombong. Hanya Allah Swwt sajalah yang berhak untuk sombong. Orang-orang yang rendah hati akan senantiasa disukai banyak orang dan memiliki banyak teman begitupun sebaliknya, mereka yang memiliki sifat sombong akan dibenci orang dan dijauhi teman.
Selanjutnya sifat hemat dan sederhana, sifat ini diharuskan oleh Allah agar kita terhindar dari sifat boros dan suka menghambur-
hamburkan harta. Berfoya-foya dan menghambur-hamburkan harta merupakan pemborosan yang mana termasuk kepada perbuatan setan.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Berkaitan dengan penelitian mengenai implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam ada hasil penelitian-penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain yang sejalan dengan penelitian penulis, diantaranya:
1. Skripsi yang disusun oleh Galuh Astri Zunaika dari IAIN Salatiga dengan judul “Implementasi Pembelajaran Daring di Madrasah Ibtidayah Study Pada Guru MI Istiqomah Ma’arif NU Mojokerto Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2019/2020”, tahun 2020. Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Persamaannya dengan skripsi saya yaitu sama-sama meneliti tentang implementasi pembelajaran daring.
Perbedaannya adalah penelitian ini hanya meneliti implementasi pembelajaran daring pada guru saja sedangkan penelitian saya meneliti bagaimana implementasi pembelajaran daring pendidikan agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII yang mana bukan hanya guru namun juga peserta didik.
2. Jurnal yang disusun oleh Rina Mutaqinah dan Taufik Hidayatullah yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Daring (Program BDR) Selama Pandemi Covid-19 di Provinsi Jawa Barat”, tahun 2020. Penelitian ini sama-sama meneliti implementasi pembelajaran daring. Perbedaannya ada pada metode dan fokus penelitiannya, metode yang digunakan metode survey sedangkan penelitian saya menggunakan metode kualitatif. Perbedaan kedua, penelitian ini fokus pada program BDR selama pandemic covid-19 di provinsi Jawa Barat, sedangkan penelitian saya berfokus pada pembelajaran daring pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.