• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, dapat diketahui tujuan dan manfaat penelitian, yaitu:

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2021/2022.

b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti di kelas VIII SMP Negeri 41 Kota Padang tahun pelajaran 2021/2022.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat bagi pembaca baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat tersebut adalah:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah khasanah keilmuan terutama pada dunia pendidikan.

2) Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi ilmu tambahan khususnya untuk sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran daring mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

b. Secara Praktis 1) Bagi Peneliti

Sebagai kewajiban dalam melaksanakan tugas akhir pada jenjang Strata-1. Bermanfaat bagi peneliti dalam memperluas wawasan tentang implementasi pembelajaran daring Pendidikan Agama Islam.

2) Bagi Sekolah

Dapat memberi sumbangan pemikiran bagi lembaga pendidikan SMP Negeri 41 Kota Padang dalam pelaksanaan pembelajaran daring pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

3) Bagi Guru

Bermanfaat bagi guru sebagai bahan evaluasi dan masukan dalam meningkatkan pelaksanaan pembelajaran daring pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Negeri 41 Kota Padang.

4) Bagi Peneliti Lain

Menjadi acuan bagi penelitian selanjutnya. Penelitian selanjutnya dapat melakukan perbaikan dan penyempurnaan bagi penelitian ini serta memberi manfaat terutama di dalam dunia pendidikan.

8

BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Toeri

1. Implementasi Pembelajaran a. Pengertian Implementasi

Implementasi diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) implementasi yaitu penerapan. Menurut Browne dan Wildaysky sebagaimana yang dikutip oleh Arianda Firdiati mengemukakan bahwa implementasi adalah ekspansi kegiatan yang saling menyesuaikan. Adapun menurut Schubert sebagaimana yang dikutip oleh Arianda Firdiati mengemukakan bahwa implementasi merupakan sistem rekayasa.1 Implementasi merupakan aktivitas, adanya aksi dari suatu sistem. Didalam ungkapan mekanisme kata implementasi bukan hanya sekedar suatu aktivitas, namun juga merupakan suatu kegiatan terencana yang dilakukan dengan sungguh-sungguh berlandaskan pada acuan norma untuk mencapai tujuan kegiatan.2

Didalam bahasa Inggris kata implementasi memiliki arti mengimplementasikan. Implementasi adalah penyediaan sarana untuk melakukan sesuatu yang memunculkan dampak dari sesuatu yang dilakukan.3 Menurut Nurdin Usman sebagaimana yang dikutip oleh Suyahman implementasi mengarah pada kegiatan, tindakan, atau mekanisme sistem implementasi yang bukan hanya aktivitas, tetapi kegiatan dan untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang direncanakan.4

1 Arianda Firdianti, Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa, (Yogyakarta: CV. Grey Publishing, 2018), Cet. I, h. 19

2 Ibid.

3 Muhammad Ali, Kebijakan Pendidikan Menengah dalam Prespektif Governance di Indonesia, (Malang: UB Press, 2017), Cet. I, h. 51.

4 Suyahman, Pengembangan Bahan Ajar PPKn di SD, (Klaten: Lekeisha, 2021), Cet. I, h.

126.

Fullan dalam Abdul Majid sebagaimana yang dikutip oleh Zuhri menyatakan bahwa implementasi merupakan proses peletakan dalam praktek mengenai ide, gagasan, seperangkat aktivitas baru bagi orang lain agar tercapainya suatu perubahan tertentu.5 Menurut Syukur dalam Surmayadi sebagaimana yang dikutip oleh Suyahman terdapat tiga unsur dalam proses implementasi, yaitu: (1) adanya orgram; (2) kelompok sasaran; (3) menerapkan elemen baik untuk organisasi atau individu yang memiliki tanggung jawab untuk memperoleh pelaksanaan dan pengawasan proses implementasi.6 Dari beberapa defenisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah aktivitas yang dilakukan secara terencana untuk mencapai suatu tujuan.

b. Pengertian Pembelajaran dan Pengajaran 1) Pengertian Pembelajaran

Menurut Abudin Nata sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini Secara sederhana pembelajaran merupakan usaha yang mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar terdorong untuk mau belajar dengan sendirinya.7 Melalui pembelajaran akan terjadi perkembangan dari segi moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui interaksi dan pengalaman belajar.

Pembelajaran lebih menekankan pada aktivitas peserta didik, seperti yang dinyatakan oleh Nasution yang dikutip oleh Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini bahwa pembelajaran adalah suatu aktivitas yang mengatur lingkungan dengan sebaik-baiknya dan

5 Zuhri, Convergentive Design Kurikulum Pendidikan Pesantren (Konsepsi dan Aplikasinya), (Yogyakarta: CV. Budi Utama, 2016), Cet. I, h. 216.

6 Suyahman, op.it., h. 125.

7 Muhammad Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran Membantu Meningkatkan Mutu Pembelajaran sesuai Standar Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2012), Cet. I, h.

6.

menghubungkannya dengan peserta didik sehingga terjadinya proses belajar.8

Menurut Degeng sebagaimana yang dikutip oleh Fathurrohman dan Sulistyorini pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan peserta didik. pembelajaran memusatkan pada

“bagaimana membelajarkan peserta didik” dan bukan pada “apa yang dipelajari peserta didik”.9 Nata yang dikutip oleh Fathurrohman dan Sulistyorini menyatakan bahwa pembelajaran yaitu membimbing peserta didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar untuk belajar.10 Pembelajaran memiliki defenisi sebagai peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, kemampuan tersebut dikembangkan bersamaan dengan pengalaman belajar yang diperoleh.11

Selanjutnya, menurut Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Fathurrohman dan Sulistyorini pembelajaran yaitu serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik. Pembelajaran mengacu pada aktivitas yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar peserta didik dan pembelajaran yang dilakukan harus menghasilkan belajar.12

2) Pengertian Pengajaran

Pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan pembelajaran kepada peserta didik sebagai bentuk proses interaksi kegiatan belajar mengajar.

Kata pengajaran sendiri memiliki arti dan makna yang sama, pengajaran merupakan kegiatan interaksi antara guru dan peserta

8 Ibid.

9 Ibid., h. 7.

10 Ibid.

11 Ibid.

12 Ibid., h. 9.

didik dalam membantu, mengarahkan, membimbing, dan mentransfer ilmu pengetahuan.

Menurut George dan John sebagaimana yang dikutip oleh Farid Wajdi pengajaran merupakan sebuah profesi dan juga keterampilan. Tidak semua orang dapat menghadapi tantangan seperti itu karena harus berdasarkan pada pelatihan, temptamen, dan juga pengalamannya. Selanjutnya menurut Majid sebagaimana yang dikutip oleh Farid Wajdi mengartikan pengajaran sebagai suatu cara dalam menyiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik.13

Dari defenisi pembelajaran dan pengajaran diatas terdapat perbedaan diantara keduanya bahwa pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar peserta didik yang melibatkan sudut pandang intelektual, emosional dan juga sosial. Sedangkan pengajaran lebih mengarah pada kegiatan mengajar yang dilakukan guru didalam kelas. Dengan demikian kata pembelajaran memiliki ruang lingkup yang lebih luas dibandingkan dengan pengajaran.

2. Pembelajaran Daring

a. Pengertian Pembelajaran Daring

Pembelajaran daring atau disebut juga dengan pembelajaran dalam jaringan merupakan salah satu media pembelajaran yang biasa digunakan pada masa sekarang ini. Pembelajaran daring adalah suatu sistem pembelajaran berbasis komputer yang memanfaatkan teknologi internet.14 Berikut defenisi pembelajaran daring menurut beberapa ahli diantaranya:

1) Menurut Warschauer yang dikutip oleh Ridwan Sanjaya, komunikasi daring adalah komunikasi yang memusatkan pada

13 Farid Wajdi, Buku Ajar Perencanaan Pengajaran Panduan di Perguruan Tinggi, (Malang:

Ahlimedia Press, 2020), Cet. I, h. 12-13.

14 Meda Yuliani, dkk., Pembelajaran Daring untuk Pendidikan Teori & Penerapan, (tt.p.:Yayasan Kita Menulis, 2020), h. 112.

membaca, menulis dan berkomunikasi melalui jaringan komputer.

2) Menurut Cavanaugh yang dikutip oleh Ridwan Sanjaya, Barbour, dan Clark mendefinisikan bahwa pembelajaran on-line sebagai pembelajaran yang terjadi melalui cara digital daripada analog.

3) Menurut Kramer yang dikutip oleh Ridwan Sanjaya, pembelajaran jarak jauh sebagai suatu sistem dan proses yang menghubungkan siswa dengan sumber belajar dalam sebuah ruang elektronik yang sama pada waktu yang sama.

4) Menurut Gross, Muscarella, dan Pirkl yang dikutip oleh Ridwan Sanjaya mendefenisikan pembelajaran jarak jauh sebagai memperluas pembelajaran dari ruang kelas atau lokasi lain menggunakan berbagai teknologi seperti: video, audio, komputer, komunikasi multimedia, atau kombinasi dari teknologi tersebut.15

Dari defenisi diatas disimpukan bahwa pembelajaran daring merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa tatap muka dan melalui jaringan internet yang telah ada.

b. Tata Cara Pelaksanaan Pembelajaran Daring

Pelaksanaan pembelajaran daring dapat dilakukan dengan mengkombinasikan dua pendekatan, yaitu dengan sinkronus dan asinkronus. Sinkronus merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan berinteraksi secara langsung tatap muka melalui teknologi video conference seperti, Zoom, Webex, GoogleMeet, Skype, dan lainnya. Sedangkan asinkronus adalah pelaksanaan pembelajaran mandiri yang dilakukan dengan interaksi tidak langsung. Seperti contoh, pendidik menyiapkan terlebih dahulu bahan ajar dan untuk

15 Ridwan Sanjaya (ed.), 21 Refeleksi Pembelajaran Daring di Masa Darurat, (Semarang:

Universitas Katolik Soegijapranata, 2019), h. 71-72.

interaksinya tidak harus dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Pendekatan ini dapat menggunakan forum diskusi atau penugasan.

Kelebihan sinkronus salah satunya interaksi yang terjadi secara langsung meningkatkan kedekatan antara pendidik dengan peserta didik, sedangkan salah satu kekurangan dari sinkronus yaitu pendidik dan peserta didik mengalami kesulitan dalam pengaturan jadwal karena harus dapat hadir dalam waktu yang bersamaan.

Selanjutnya salah satu kelebihan dari asinkronus waktu yang lebih fleksibel dan salah satu kekurangannya memungkinkan adanya perbedaan pandangan dalam memahami materi yang disampaikan.16 Terlaksananya pembelajaran daring yang efektif dirumah tidak lepas dari adanya peran kepala sekolah, guru dan orang tua. Berikut ini tata cara pelaksanaan daring menurut tugasnya masing-masing:

1) Kepala Sekolah

a) Kepala sekolah memberikan tugas perintah kepada guru kelas atau mata pelajaran untuk melakukan pembelajaran dirumah dengan menggunakan berbagai media online.

b) Membuat surat edaran untuk orang tua siswa tentang pelaksanaan pembelajaran daring guna meningkatkan kewaspadaan dan pencegahan virus covid 19 disekolah.

c) Melakukan sosialisasi kepada siswa mengenai media pembelajaran daring dan bagaimana penggunaan media pembelajaran daring tersebut.

d) Guru yang ditugaskan melakukan pengendalian dan pengawasan terhadap berlangsungnya pembelajaran daring dirumah.

e) Melaporkan hasil kegiatan belajar.

2) Guru

16 Lintang Ronggowulan, dkk., Problematika Pembelajaran di Era Covid-19, (Klaten:

Lekeisha, 2021), Cet. I, h. 33-34.

a) Guru menyiapkan bahan ajar yang akan diunggah dan disebarkan kepada siswa melalui platform atau aplikasi pembelajaran yang telah dipilih.

b) Guru menentukan media belajar yang sesuai dengan kondisi siswa agar pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan efektif.

c) Guru mengunggah media pembelajaran berbentuk modul, tutorial, video, latihan soal, lembar kerja siswa di media yang telah disepakati bersama.

d) Guru wajib memberikan penjelasan setiap pertanyaan yang disampaikan oleh siswa.

e) Guru melakukan evaluasi dari pembelajaran daring yang telah dilakukan.

3) Siswa

a) Siswa mempelajari materi mata pelajaran yang telah diupload oleh guru melalui media yang telah disepakati.

b) Siswa dapat melakukan diskusi dengan guru mengenai hal-hal yang kurang jelas dari materi yang telah disampaikan melalui media online.

4) Orang Tua

a) Orang tua memastikan anaknya untuk melaksanakan kegiatan belajar di rumah dan membatasi izin untuk berkegiatan di luar rumah;

b) Orang tua melakukan koordinasi dengan wali kelas, guru atau sekolah

c) Orang tua membantu siswa untuk selalu menerapka pola hidup bersih sehat (phbs) di rumah.

Selanjutnya berikut tata cara pelaksanaan pembelajaran daring saat dan setelah pembelajaran daring dilakukan:

1) Saat pembelajaran daring berlangsung

a) Pembelajaran daring dibantu oleh oleh orang tua/wali siswa sesuai dengan jadwal dan penugasan yang telah ditentukan.

b) Guru dapat melakukan kunjungan ke rumah siswa untuk pendampingan belajar. Jika hal ini dilaksanakan guru harus mematuhi protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

c) Berdoa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran dilakukan.

2) Setelah pembelajaran daring dilaksanakan

a) Masing-masing dari siswa mengisi lembar aktivitas sebagai bahan pemantuan belajar harian.

b) Orang tua menandatangani tiap sesi belajar yang sudah tuntas di lembar pemantauan harian.

c) Hasil penugasan dan lembar pemantauan aktivitas harian dikumpulkan setiap minggu dan mengambil kembali jadwal dan penugasan untuk minggu berikutnya.17

Terlepas dari tata cara dan mengkombinasikan dua pendekatan yaitu sinkronus dan asinkronus, pembelajaran daring juga membutuhkan suatu sistem yang mampu memperdaya gunakan teknologi secara tepat untuk kebutuhan pembelajaran, sistem tersebut disebut dengan Learning Management System (LMS). Sistem ini juga dikenal sebagai Course Management System (CMS) atau Virtual Learning Environment (VLE) yang mana memiliki fungsi memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara mandiri maupun kolaboratif didalamnya tersedia sumber belajar dan evaluasi dari segala kegiatan peserta didik.18

c. Macam-macam Aplikasi Pembelajaran Daring

17 Rio Erwan Pratama dan Sri Mulyani, “Pembelajaran Daring dan Luring pada Masa Pandemi Covid-19”, Jurnal Gagasan Pendidikan Nasional, Vol. 1, No. 2, 2020, h. 55.

18 Raditya Muhammad, dkk., Memanfaatkan Learning Management System Berbasis Moodle untuk Pembelajaran Daring di Sekolah, (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2021), Cet. I, h. 7.

Pada umunya pembelajaran daring memiliki tujuan untuk mempermudah aktivitas belajar siswa dengan menyediakan sumber belajar yang dapat diakses dengan mudah. Sistem pembelajaran daring memiliki sifat yang fleksibel, baik tempat, maupun waktu pelaksanaanya.19 Saat ini banyak berkembang LMS yang dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran daring, seperti: Google Clasroom, Dekekos, Atutor, dan Moodle.20

Beberapa aplikasi yang dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar, diantaranya:

1) Whatsapp 2) Zoom 3) Web Blog 4) Edmodo, 5) dan lainnya.21

Dalam hal ini pemerintah juga ikut andil dengan menyediakan aplikasi yang dapat menunjang proses kegiatan belajar mengajar daring siswa dirumah. Berikut macam-macam aplikasi pembelajaran daring yang terdapat dalam laman resmi Kemendikbud RI yang telah dikutip oleh Oktafia Ika Handarini:

1) Rumah Belajar 2) Meja Kita 3) Icando 4) Indonesiax

5) Google For Education 6) Kelas Pintar

7) Microsoft Office 365

19 Afrilia Fahrina, Karla Amelia, dan Cut Rita Zahara (ed.), Guru dan Pmebelajaran Inovatif di Masa Pandemi Covid-19, (Aceh: Syiah Kuala University Pers, 2020), Cet. I, h. 104.

20 Raditya Muhammad, dkk., op.cit.

21 Oktavia Ika Handarini, “Pembelajaran Daring Sebagai Upaya Study From Home (SFH) Selama Pandemi covid 19”, Jurnal Pendidikan Administrasi Perkantoran (JPAP), Vol. 8, No. 3, 2020, h. 498.

8) Quipper School 9) Ruang Guru 10) Sekolahmu 11) Zenius

12) Cisco Webex22

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Daring

Penerapan kegiatan belajar mengajar secara daring tentunya jauh dari kata sempurna, karena terdapat kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaannya. Diantara kelebihan yang terdapat dalam pembelajaran daring sebagai berikut:

1) Dapat dengan mudah mengakses aktivitas sekolah di mana pun berada

2) Mengurangi biaya anggaran

3) Efektif waktu dalam proses belajar mengajar 4) Fleksibilitas dalam interaksi

5) Tuntutan pengetahuan melek digital

6) Membangun kecapan secara mandiri, kreatif, bertanggung jawab, belajar bukan lagi sebagai beban tetapi sebagai kebutuhan.23

Sedangkan beberapa kekurangan dalam pembelajaran daring juga ditemukan baik dari segi siswa maupun guru. Diantaranya sebagai berikut:

1) Hilangnya pengalaman pembelajaran tatap muka

2) Dalam hal evaluasi terkadang guru mendapatkan kesulitan untuk menentukan model evaluasi yang tepat untuk diterapkan.

Hal ini dikarenakan guru tidak dapat mengawasi secara langsung proses evaluasi siswa.24

22 Ibid.

23 Sri Gusti dkk., op.cit., h. 145.

24 Khaerul Anwar, dkk., op.cit.

Selain kekurangan-kekurangan tersebut, pembelajaran daring juga memiliki beberapa kelemahan-kelemahan dari berbagai aspek sebagai berikut.

a. Kesehatan

Pembelajaran daring yang dilakukan dengan menggunakan laprop/gadget akan memberi dampak buruk bagi kesehatan kita.

Radiasi radar yang terdapat pada layar gadget/laptop dapat mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia.

Penyakit yang ditimbulkan berupa rasa sakit yang berlebih pada leher, bahu, dan tulang belakang, sidrom CVS, serangan jantung, mati rasa, serta kanker.

b. Bagi sekolah/satuan pendidikan

Pembelajaran daring tentunya membutuhkan persiapan yang cukup matang. Dalam hal ini sekolah harus melakukan pengorbanan agar terlaksananya pembelajaran daring dengan baik. Namun tidak semua sekolah memiliki fasilitas dan keadaan yang bagus, bagi sekolah yang berada di pelosok tentunya hal ini akan mempersulit untuk diterapkannya proses kegiatan belajar mengajar secara daring. Banyak kendala yang akan mereka hadapi seperti sinyal internet, tidak memiliki hp, dan kurang layaknya fasilitas lain dalam mendukung pembelajaran daring.

c. Bagi guru/Tenaga Pendidik

Beberapa faktor penghambat guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring yaitu masih banyaknya guru yang belum menguasai teknologi, kurangnya fasilitas/media pendukung yang dimiliki oleh guru, kesulitan dalam memberi penilaian, keterbatasan ruang dan waktu dalam proses mengajar, harus membuat proses perencanaan baru dalam pengajaran, bagi guru yang sudah memiliki anak akan mengalami kerepotan karena

harus memilih kedua-duanya antara mengajar siswa dan mengajar anaknya.

d. Bagi siswa

Dari semua subjek sasaran pendidikan, yang paling berdampak selama proses diberlakukannya pembelajaran daring ini adalah siswa. Siswa harus melakukan penyesuaian akademik, membatasi interaksi sosial dan mengalami perasaan negatif.

Beberapa faktor penghambat pembelajaran daring bagi siswa yaitu:

1) Tidak semua siswa mampu menggunakan IT 2) Kurang stabilnya jaringan internet

3) Tidak mempunyai gadget/laptop 4) Keterbatasan ekonomi

5) Kurangnya interaksi langsung dengan guru

6) Siswa terbebani dengan banyaknya tugas yang diberikan 7) Peserta didik merasa terisolasi

8) Kurangnya komunikasi aktif 9) Mudah bosan dan jenuh e. Bagi orang tua

Tanggung jawab dan pengawasan pembelajaran daring dirumah tentunya dilakukan oleh orang tua. Namun orang tua yang memiliki kesibukan dalam bekerja akan menimbulkan ketakutan dan kekhawatiran sendiri. Pasalnya selama ini orang tua memberatkan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Beberapa problem yang dihadapi orang tua dengan diberlakukannya pembelajaran daring dirumah diantaranya:

1) Tidak semua orang tua mampu membagi waktu mereka antara bekerja dan mendampingi anak dirumah.

2) Orang tua harus mengeluarkan uang cukup banyak untuk pemasangan internet/membeli kuota internet.

3) Kekhawatiran bagi ibu yang bekerja dan tidak bisa mendampingi anak dirumah.

4) Orang tua gampang jengkel dan marah ketika mengajarkan anak

5) Memerlukan waktu yang cukup lama bagi orang tua beradaptasi dengan kebiasaan baru.

6) Orang tua dituntut untuk dapat menguasai teknologi dan melek pengetahuan.25

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti a. Pengertian Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Menurut Syamsul Nizar yang dikutip oleh Mahfud dkk, di dalam Islam kata pendidikan dikenal dengan sebutan Ta’lim, Al-Tarbiyah dan Al-Ta’dib. Kata Al-Ta’lim adalah masdar dari kata dlama, yang memiliki arti pengajaran dan keterampilan.26 Kata Al-tadib adalah masdar dari kata addaba, yang diartikan pada proses mendidik yang lebih ditujukan kepada pembinaan dan penyempurnaan akhlak peserta didik, orientasi kata Al quran.

Selanjutnya kata Al-Ta’dib terfokus kepada upaya pembentukan pribadi muslim yang berakhlak mulia.27

Pendidikan Agama Islam merupakan suatu upaya sadar yang dilakukan secara terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk dapat mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur’an dan Hadist dengan melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk dapat menghormati

25 Meda Yuliani, dkk., op.cit., h. 27-31.

26 Mahfud dkk, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multietnik, (Yogyakarta:

CV. Budi Utama, 2015), Cet. I, h. 7.

27 Ibid.

agama lain agar terciptanya kerukunan antar umat beragama sehingga terwujudnya kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Tayar Yusuf sebagaimana yang dikutip oleh Dahwadin dan Farhan Sifa Nugraha pendidikan agama Islam diartikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh generasi tua untuk mengalihkan pengalaman pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan pada generasi muda agar kelak dapat menjadi generasi muslim yang bertakwa kepada Allah Swt, memiliki budi pekerti yang luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.28

Budi pekerti adalah dua kata yang saling berkaitan. Budi adalah penyemangat, pembangkit, ataupun hasrat yang ada dalam batin atau jiwa manusia yang memiliki sifat yang abstrak. Sedangkan pekerti merupakan tindakan nyata yang muncul dari budi tersebut. Budi pekerti juga merupakan akumulasi dari cipta, rasa, dan krsa manusia yang diterapkan ke dalam sikap, kata-kata, dan tingkah laku sehati-hari. jadi dapat disimpulkan bahwa budi pekerti adalah perpaduan dari hasil pemikiran dan rasa yang diwujudkan dalam suatu tingkah laku. Tingkah laku ini lah yang kemudian memunculkan perbuatan-perbuatan dengan perasaan seketika dan mudah tanpa perlu adanya pertimbangan lain.29

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam dan budi pekerti adalah suatu metode yang dilakukan secara sadar oleh pendidik dalam membentuk karakter dan menumbuhkan budi pekerti peserta didik yang sesuai dengan ajaran Islam berlandaskan pada Al quran dan As-sunnah.

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

28 Dahwadin dan Farhan Sifa Nugraha, Motivasi dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Wonosobo: CV. Mangku Bumi Media, 2019), Cet. I, h. 7.

29 Retno Widiyastuti, Kebaikan Akhlak dan Budi Pekerti, (Semarang: ALPRIN, 2010), h. 5.

Menurut beberapa ahli tujuan pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

1) Menurut Al-Abrasyi yang dikutip oleh Mahfud dkk, tujuan pendidikan Islam yaitu untuk mengadakan pembentukan akhlak yang mulia bagi kaum muslim dari dulu sampai sekarang, persiapan untuk kehidupan di dunia dan akhirat, persiapan untuk mencari rizki dan memelihara segi manfaat, menumbuhkan rasa keinginantahuan dan memungkinkan peserta didik untuk mengkaji ilmu itu sendiri dan menyiapkan peserta didik dari segi profesioanal untuk dapat menguasai bidang tertentu agar dapat mencari rezeki dalam hidup disamping memelihara segi kerohanian.

2) Menurut Abdurahman An-Nahlawi yang dikutip oleh Mahfud dkk, tujuan pendidikan Islam ada empat yaitu:

a) Pendidikan akal dan persiapan pikiran, Allah memerintahkan untuk menyerah dan merenungkan kejadian langit dan bumi agar beriman.

b) Menumbuhkan potensi dan bakat asal anak.

c) Memberi perhatian pada kekuatan dan potensi generasi muda dan mendidik mereka sebaik laki-laki maupun perempuan.

d) Berusaha untuk mengembangkan segala bentuk potensi dan bakat manusia.30

3) Menurut Fadlil Al-Jamaly yang dikutip oleh Mahfud dkk,

3) Menurut Fadlil Al-Jamaly yang dikutip oleh Mahfud dkk,

Dokumen terkait