• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Data yang Dibutuhkan dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam dokumen Oleh: Benediktus Adven Dwi Atmojo NIM: (Halaman 67-0)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

E. Deskripsi Data yang Dibutuhkan dan Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian dapat diperoleh dengan menggunakan berbagai macam teknik pengumpulan data. Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kebutuhan peserta didik, data validasi ahli media dan ahli materi, dan data tanggapan peserta didik pada uji coba skala kecil dan uji coba lapangan yang dikumpulkan menggunakan kuesioner, serta data tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang dikumpulkan menggunakan tes. Selain data tersebut, peneliti mencari data tambahan untuk mendukung analisis kebutuhan peserta didik menggunakan observasi dan wawancara.

Produk Revisi Produk Uji Coba

Pemakaian Produk Akhir

Kuesioner digunakan untuk memperoleh data berupa: 1) analisis kebutuhan peserta didik terhadap media pembelajaran yang dilaksanakan pada tahap kedua (pengumpulan data); 2) penilaian kelayakan media oleh ahli media dan ahli materi untuk memberikan revisi dan saran terhadap pengembangan media hingga menjadi produk yang siap untuk diuji cobakan (dilaksanakan pada tahap keempat, yaitu validasi produk/desain); 3) penilaian kelayakan media oleh peserta didik dalam kelompok kecil (dilaksanakan pada tahap keenam); dan 4) melihat respons peserta didik dari instrumen penilaian kelayakan media (dilaksanakan pada tahap kedelapan, yaitu uji coba lapangan). Data yang diperoleh melalui kuesioner ini menggunakan instrumen penelitian, dimana dapat dilihat secara detail pada Tabel 3.1 – 3.4, dan Lampiran 1.

Observasi dilaksanakan sebelum penelitian, yakni dengan masuk ke kelas daring XII IPS 2, dengan tujuan memperoleh data pendukung pengembangan video animasi menggunakan Powtoon, dilakukan dengan cara mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan, dan mengamati media yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran daring. Bentuk observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi tidak terstruktur, dimana peneliti tidak menggunakan pedoman atau instrumen observasi dalam melaksanakan kegiatan observasi. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara tidak terstruktur dengan guru mata pelajaran ekonomi kelas XII IPS 2. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh data tambahan yang

dibutuhkan dalam pengembangan video animasi menggunakan Powtoon.

Yang terakhir, peneliti membutuhkan data untuk menjawab rumusan masalah ketiga, yakni efektivitas media pembelajaran yang diukur menggunakan metode tes. Terdapat dua jenis tes yang dilakukan, yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Kedua tes ini dilaksanakan pada tahap kedelapan, yaitu tahap uji coba lapangan, dengan tujuan mengetahui bagaimana hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah diterapkan pembelajaran menggunakan media video animasi Powtoon. Dari perbandingan hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest), peneliti menganalisis efektivitas media pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bantul.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ini merupakan pengaplikasian dari tahap kedua, keempat, keenam, dan kedelapan prosedur penelitian dan pengembangan model Borg and Gall yang sudah peneliti jabarkan pada Bab III subbab Prosedur Pengembangan. Berikut teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti, yaitu observasi, wawancara, kuesioner, dan tes:

a. Observasi

Observasi dilakukan peneliti pada saat terjun langsung ke kelas daring ekonomi kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bantul saat

pra-penelitian. Observasi bertujuan untuk mengamati proses belajar mengajar daring guru dengan peserta didik, dengan masuk ke kelas daring guru dengan peserta didik, dan mengamati media yang digunakan guru dalam melaksanakan pembelajaran daring. Bentuk observasi yang digunakan peneliti adalah observasi tidak terstruktur.

Menurut Bungin (2003), “observasi tidak terstruktur dilakukan tanpa adanya pedoman observasi, sehingga peneliti mengamati situasi berdasarkan apa yang terjadi di lapangan tanpa pedoman apapun”.

Observasi dilakukan pada tahap kedua prosedur pengembangan (tahap pengumpulan data) dengan tujuan memperoleh data yang kemudian akan digunakan pada analisis kebutuhan dalam pengembangan media pembelajaran video animasi Powtoon.

b. Wawancara

Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi yang belum didapatkan ketika observasi pembelajaran daring, dan untuk memperoleh informasi mengenai kebutuhan peserta didik.

Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur (di luar jam pelajaran), sehingga peneliti hanya memberikan garis besar pertanyaan berkaitan dengan permasalahan yang ada. Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan kebutuhan peserta didik, serta dilakukan di luar jam pelajaran.

c. Tes

Tes merupakan kumpulan pertanyaan yang berfungsi mengukur kompetensi/keterampilan pada individu/kelompok, yang dalam hal ini adalah peserta didik. Tes sering digunakan dalam pembelajaran sebagai alat ukur keberhasilan peserta didik. Peneliti melakukan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) kepada peserta didik dalam menerapkan pembelajaran daring ekonomi materi jurnal penyesuaian. Keberhasilan atau efektivitas penggunaan media Powtoon dilihat dari perbandingan nilai tes awal (pretest) dan nilai tes akhir (posttest) peserta didik (terjadi peningkatan nilai dari tes awal ke tes akhir). Kedua tes ini dilakukan pada tahap kedelapan, yakni tahap uji coba produk di lapangan, dan untuk mengetahui bagaimana hasil belajar peserta didik sebelum dan sesudah dilakukan pembelajaran menggunakan media video animasi Powtoon. Tes ini juga digunakan untuk melihat apakah produk bermedia Powtoon efektif dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

d. Kuesioner

Kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan beberapa pernyataan atau pertanyaan secara tulisan kepada responden. Responden yang dimaksud adalah pihak-pihak yang akan dilibatkan secara langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini. Dalam menentukan

responden, peneliti menentukan pihak-pihak terkait yang relevan dalam rancangan penelitian, seperti guru mata pelajaran ekonomi, yaitu Bapak Suharyanto Setyawan, S.Pd., yang sedang mengajar kelas di XII IPS 2 (sebagai responden dan validator materi), peserta didik kelas XII IPS 2, dan dosen Pendidikan Ekonomi, yaitu Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. sebagai validator media.

Peneliti menentukan beberapa responden yang akan mengisi kuesioner yang sudah dirancang sebelumnya, yakni guru mata pelajaran ekonomi kelas XII IPS 2 (sebanyak satu guru) untuk mengisi kuesioner validasi uji materi, peserta didik kelas XII IPS 2 (sebanyak 33 orang), dan dosen Pendidikan Ekonomi (sebanyak satu dosen) untuk melakukan uji media, termasuk dalam tahap keempat.

Teknik pengumpulan data melalui kuesioner bertujuan untuk memperoleh data mengenai respon peserta didik atas penggunaan media Powtoon, baik pada uji coba skala kecil maupun uji coba lapangan.

Kuesioner digunakan dalam beberapa tahap pengembangan. 1) Kuesioner digunakan untuk memperoleh data kebutuhan peserta didik (tahap kedua prosedur pengembangan). 2) Kuesioner digunakan dalam penilaian kelayakan media oleh ahli materi dan ahli media (tahap keempat prosedur pengembangan). Dari kuesioner ini, akan diperoleh data kualitatif (saran dan komentar dari ahli materi dan media) dan kuantitatif (skor hasil penilaian ahli materi

dan media). 3) Kuesioner digunakan dalam uji coba produk dalam kelompok kecil. Kuesioner digunakan untuk menilai kelayakan media video animasi oleh peserta didik dalam kelompok kecil. 4) Kuesioner digunakan di tahap kedelapan atau tahap uji coba produk di lapangan untuk menilai kelayakan media video animasi yang diisi oleh peserta didik.

Dalam hal ini, peneliti menggunakan kuesioner tertutup. Di dalam kuesioner, akan ada empat alternatif jawaban yang menggunakan skala Likert, yaitu sangat setuju, setuju, kurang setuju, dan tidak setuju. Peneliti memodifikasi skala Likert, dimana peneliti hanya menggunakan empat kriteria saja, dengan menghilangkan

“Netral” karena tidak menggambarkan pilihan jawaban yang mantap dan terkesan berada di tengah-tengah. Pada skala Likert, skor tertinggi setiap butir adalah empat (4) dan terendah adalah satu (1).

Konversi nilainya adalah sebagai berikut:

1) Tidak Setuju (TS) : Skor 1 2) Kurang Setuju (KS) : Skor 2 3) Setuju (S) : Skor 3 4) Sangat Setuju (SS) : Skor 4 F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh data dan jawaban berdasarkan rumusan masalah yang sudah dijabarkan peneliti pada bab satu. Jika pada sub bab sebelumnya dijabarkan teknik pengumpulan

data, atau merupakan cara yang dilakukan untuk dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan, maka instrumen penelitian ini merupakan alat yang digunakan dalam pengumpulan data saat penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini memakai beberapa instrumen yang dibagi berdasarkan sumber perolehan data, yang terdiri atas instrumen analisis kebutuhan peserta didik, instrumen validasi ahli, dan instrumen validasi uji coba lapangan.

1. Instrumen Analisis Kebutuhan Peserta Didik

Sesuai namanya, instrumen ini ditujukan untuk peserta didik dalam rangka menganalisis kebutuhan belajar peserta didik. Kegiatan ini dilakukan dalam tahap kedua prosedur pengembangan, yakni tahap pengumpulan data. Dalam menganalisis kebutuhan peserta didik, peneliti menggunakan instrumen jenis non-tes yakni kuesioner. Peneliti menyusun kuesioner untuk menganalisis kebutuhan peserta didik guna memperoleh informasi yang faktual, dengan penyusunan didasarkan pada indikator yang ada. Adapun kisi-kisi yang digunakan dalam analisis kebutuhan peserta didik (dimodifikasi dari Massana, 2020) dengan modifikasi:

Tabel 3. 1 Kisi-kisi Pertanyaan Analisis Kebutuhan Peserta Didik

Aspek Indikator Nomor

Butir Ketertarikan terhadap

belajar

Minat belajar ekonomi 1, 2

Minat mempelajari dasar akuntansi 3, 4 Media yang digunakan

guru

Media yang sering digunakan guru 5, 6 Evaluasi Kebutuhan bahan ajar yang

diharapkan

Powtoon pada mata pelajaran jurnal penyesuaian

Sumber dimodifikasi dari Massana (2020)

2. Instrumen Validasi Ahli Media dan Ahli Materi

Instrumen yang digunakan untuk validasi ahli merupakan kuesioner. Validasi materi dan validasi media dilakukan pada tahap keempat prosedur pengembangan, yakni tahap validasi desain atau produk oleh ahli materi dan ahli media. Instrumen validasi media diisi oleh ahli media, yakni Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., yang merupakan dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Sedangkan instrumen validasi materi akan diisi oleh ahli materi, yakni Bapak Suharyanto S., S.Pd., yang juga merupakan guru mata pelajaran ekonomi kelas XII IPS 2. Pilihan jawaban pada kuesioner menggunakan skala Likert bernilai 1-4, dimana ketentuan nilai disebutkan pada point

teknik pengumpulan data bagian kuesioner. Berikut kisi-kisi validasi ahli media dan ahli materi:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Validasi Ahli Media

No. Indikator Nomor

Butir

1. Media pembelajaran Powtoon 1

2. Unsur tampilan pada media pembelajaran Powtoon

2, 3, 4, 5 3. Bahasa yang digunakan dalam media video

Powtoon

6 4. Kesesuaian animasi dalam video animasi Powtoon 7

5. Materi yang disajikan 8

6. Kemudahan penggunaan media 9

7. Volume suara yang dihasilkan 10

Sumber dimodifikasi dari Massana (2020)

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Validasi Ahli Materi

Kriteria Indikator No.

Butir I. Aspek

Kelayakan Materi dan Penyajian Media

1. Kesesuaian materi dengan SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran 2. Keakuratan materi yang ditampilkan 3. Materi yang disajikan mutakhir dan terbarukan

4. Mendorong rasa ingin belajar peserta didik

5. Kemudahan yang ditawarkan media

1, 2

2. Menggunakan bahasa yang sederhana 3. Penggunaan bahasa yang efektif 4. Sesuai PUEBI Sumber dimodifikasi dari Massana (2020)

3. Instrumen Validasi Uji Lapangan

Dalam instrumen validasi uji lapangan, peneliti menggunakan kuesioner sebagai pedoman penilaian kelayakan dan kualitas produk yang telah dikembangkan. Pelaksanaan instrumen ini dilakukan pada tahap keenam dan kedelapan dalam tahap prosedur pengembangan, yakni uji coba kelompok kecil dan uji coba produk lapangan. Dalam pengujiannya, instrumen ini diberikan/ditujukan kepada peserta didik kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bantul supaya produk yang dikembangkan dinilai oleh mereka. Kuesioner diberikan setelah peserta didik selesai menonton/melihat media yang dipresentasikan/

ditayangkan oleh peneliti. Uji coba lapangan merupakan tahap akhir dalam instrumen validasi ini. Adapun kisi-kisi dari validasi lapangan sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Validasi Lapangan

No. Indikator No. Butir

Soal 1. Ketertarikan peserta didik pada pembelajaran ekonomi

materi jurnal penyesuaian 1, 2

2. Ketertarikan peserta didik terhadap penggunaan media

pembelajaran Powtoon 3, 4

3. Media pembelajaran Powtoon sebagai pendorong rasa

keingintahuan peserta didik 5, 6

4. Kejelasan tampilan tulisan dan ukuran font dalam media

pembelajaran Powtoon 7, 8

5. Kejelasan bahasa dalam media pembelajaran Powtoon 9 6. Kejelasan isi materi yang terdapat dalam media

pembelajaran Powtoon 10, 11

7. Animasi yang terdapat dalam media pembelajaran

Powtoon 12

8. Kesan dan perasaan peserta didik terhadap penggunaan

media pembelajaran Powtoon 13, 14

9. Pengetahuan yang didapatkan setelah belajar

menggunakan media pembelajaran Powtoon 15

Sumber dimodifikasi dari Massana (2020)

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian setelah seluruh data yang bersumber dari responden maupun sumber data lain terkumpul. Kegiatan pengolahan atau analisis data, atau juga disebut teknik analisis data, menggunakan data yang diperoleh dari beberapa tahap prosedur pengembangan, diantaranya tahap kedua (tahap pengumpulan data dari observasi, wawancara, dan kuesioner analisis kebutuhan peserta didik), tahap keempat (validasi desain/produk oleh ahli materi dan ahli media, bersumber dari kuesioner validasi ahli materi dan ahli media), tahap keenam (uji coba produk berskala kecil, bersumber dari kuesioner uji lapangan), dan tahap kedelapan (uji coba produk di lapangan, bersumber dari kuesioner validasi uji coba lapangan, serta hasil tes awal dan tes akhir).

Data diperoleh dari data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata-kata/tulisan/deskripsi, dan bukan berbentuk angka (Siyoto dan Sodik, 2015). Data kualitatif dapat diperoleh melalui wawancara dan hasil observasi. Sedangkan data kuantitatif menurut Siyoto dan Sodik (2015) merupakan data yang penyajiannya berbentuk angka atau bilangan. Data kuantitatif dapat diperoleh dari kuesioner validasi ahli materi, ahli media, uji coba produk berskala kecil, uji coba lapangan, serta hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

Teknik pengukuran dalam pengumpulan data menggunakan skala Likert. Data tersebut diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh ahli media, ahli materi, dan peserta didik. Data tersebut lalu dianalisis dengan

tujuan menguji efektivitas penggunaan produk. Berikut langkah-langkah dalam menganalisis data:

1. Langkah pertama, peneliti membuat ketentuan pemberian skor. Adapun kriteria tersebut adalah:

Tabel 3.5 Jawaban Pertanyaan dari Kuesioner

Jawaban Keterangan Skor

TS Tidak Setuju 1

KS Kurang Setuju 2

S Setuju 3

SS Sangat Setuju 4

Peneliti memodifikasi skala Likert, dimana peneliti hanya menggunakan empat kriteria saja, dengan menghilangkan “Netral”

karena tidak menggambarkan pilihan jawaban yang mantap dan terkesan berada di tengah-tengah.

2. Menghitung persentase dari analisis kebutuhan, dimana rumusnya adalah:

𝑋 =∑ 𝑋

𝑛 𝑋 100%

Keterangan:

X = Persentase jawaban

∑X = Jumlah jawaban n = jumlah responden

Perhitungan dari rumus di atas dilakukan untuk setiap butir pertanyaan dari kuesioner. Setelah data melalui tahap perhitungan, maka dapat segera dilakukan analisis kebutuhan.

3. Menghitung persentase kelayakan media setiap aspek dengan rumus:

𝑋𝑖 = ∑ 𝑠

𝑆𝑚𝑎𝑥𝑥100%

Keterangan:

Xi = Nilai kelayakan angket tiap aspek

∑s = Jumlah Skor Smax = Skor maksimal

Hasil dari persentase tersebut akan menjadi alat ukur kelayakan dari aspek yang dibuat oleh peneliti. Hasil skor persentase yang diperoleh dari penelitian diinterpretasikan dalam kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.6 Rentang Persentase

No. Rentang Persentase Kategori Kelayakan

1. 81% - 100% Sangat Layak (SL)

2. 61% - 80% Layak (L)

3. 41% - 60% Cukup Layak (CL)

4. 21% - 40% Kurang Layak (KL)

5. <21% Sangat Kurang Layak (SKL)

(Sumber: Widoyoko, 2012:242) Hasil perhitungan setiap aspek yang menjadi persentase nantinya dapat menentukan berada dalam kategori mana kelayakan dari media pembelajaran video animasi Powtoon.

4. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji hasil tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest), atau sebelum menggunakan dan setelah menggunakan media pembelajaran video animasi Powtoon. Peneliti melakukan uji normalitas (sebagai uji prasyarat) untuk dapat mengetahui sebuah data berdistribusi normal atau tidak. “Agar dapat

mendeteksi distribusi dari suatu data dinyatakan normal atau tidaknya, maka akan dilakukan uji normalitas menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov” (Ghozali, 2002:36). Berikut kriteria dari data berdistribusi normal maupun tidak normal:

a. Jika angka signifikansi uji Kolmogorov Smirnov Sig > 0,05 maka data dinyatakan berdistribusi normal.

b. Sedangkan jika angka signifikansi uji Kolmogorov Smirnov menunjukkan Sig < 0,05 maka data dinyatakan tidak berdistribusi normal.

5. Uji Paired Sample T-Test

Uji ini merupakan bagian dari statistik parametrik. Syarat utama agar bisa menggunakan uji ini adalah data penelitian harus berdistribusi normal. Uji paired sample t-test digunakan untuk membandingkan mean dari suatu sampel yang berpasangan. Sampel berpasangan merupakan kelompok sampel dengan subjek yang sama, namun mengalami dua perlakuan atau pengukuran yang berbeda. Rumus dari uji ini sebagai berikut:

𝑡 = 𝑋1− 𝑋2

√𝑠12 𝑛1 +𝑠22

𝑛2 − 2𝑟 ( 𝑠1

√𝑛1) ( 𝑠2

√𝑛2) Keterangan:

𝑋1= Rata-rata sampel 1 𝑋2= Rata-rata sampel 2

S1= Simpangan baku sampel 1 S2= Simpangan baku sampel 2 𝑆12= Varian Sampel 1

𝑦 = Korelasi antar dua sampel

Untuk dapat melakukan perhitungan ini, peneliti menggunakan SPSS agar mendapatkan data yang akurat. Kriteria Uji Paired Sample T-Test adalah sebagai berikut:

a. Jika thitung > ttabel maka terdapat pengaruh hasil pretest terhadap posttest yang signifikan

b. Jika thitung < ttabel maka tidak terdapat pengaruh hasil pretest terhadap posttest yang signifikan.

6. Uji Wilcoxon

Jika diperoleh data penelitian tidak berdistribusi normal, maka dapat dilakukan uji Wilcoxon. Uji ini merupakan bagian dari statistik non parametrik dimana data dalam penelitian tidak berdistribusi dengan normal. Adapun rumus dari uji Wilcoxon adalah:

𝑍 = 𝑇 − [ 1

4𝑁(𝑁 + 1)]

√ 1

24𝑁(𝑁 + 1)(2𝑁 + 1) Keterangan:

N = banyak data yang berubah setelah diberi perlakuan yang berbeda T = jumlah ranking dari selisih yang negatif (apabila banyaknya selisih

yang positif lebih banyak dari banyaknya selisih negatif), atau

jumlah ranking dari selisih yang negatif (apabila banyaknya selisih yang negatif lebih banyak dari banyaknya selisih yang positif).

Demi memudahkan perhitungan, peneliti melakukan perhitungan menggunakan bantuan program SPSS. Kriterianya sebagai berikut:

a. Jika nilai Asymp.Sig < 0,05 maka tidak terdapat pengaruh hasil pretest terhadap posttest yang signifikan.

b. Jika nilai Asymp.Sig > 0,05 maka terdapat pengaruh hasil pretest terhadap posttest yang signifikan.

7. Analisis Hasil Wawancara dengan Guru

Wawancara dilakukan guna memperoleh informasi pendukung dalam kegiatan pengembangan produk. Wawancara dengan guru ekonomi kelas XII SMA Negeri 3 Bantul menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Tujuan dari adanya wawancara ini adalah untuk mendukung hasil kuesioner yang telah diisi peserta didik sebelumnya.

8. Analisis Validasi Produk Oleh Ahli Media dan Ahli Materi, dan Uji Coba Terhadap Peserta Didik Kelas XII IPS 2 SMA Negeri 3 Bantul

Data yang diperoleh dalam tahap validasi diklasifikasi menjadi data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif bersumber dari kritik, saran dari dosen ahli dan guru mata pelajaran dengan maksud untuk memperbaiki produk media pembelajaran Powtoon. Sedangkan data kuantitatif bersumber dari responden yang mengisi kuesioner, dan dianalisis secara statistik deskriptif.

69 BAB IV

GAMBARAN UMUM A. Sejarah SMA Negeri 3 Bantul

SMA Negeri 3 Bantul merupakan salah satu sekolah menengah atas negeri yang berlokasi Gaten, Trirenggo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. SMA Negeri 3 Bantul merupakan sekolah alih fungsi dari SPG Negeri Bantul. SPG Negeri Bantul awalnya didirikan pada tanggal 5 Agustus 1959, dengan SK pendirian Nomor 39/SK/B.III. Setelah 32 tahun berjalan dan kebutuhan pemerintah akan SPG sudah cukup, maka melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Nomor 0519/D/1991, tertanggal 5 September 1991 SPG Negeri Bantul dialihfungsikan menjadi SMA Negeri 3 Bantul. Pada kurikulum 1999, terdapat perubahan nama dari SMA menjadi SMU (Sekolah Menengah Umum). Kemudian, pada 2004 sekolah menggunakan sistem kurikulum berbasis kompetensi (KBK) dan nama SMU Negeri 3 Bantul diubah kembali menjadi SMA Negeri 3 Bantul. Saat ini, SMA Negeri 3 Bantul menggunakan kurikulum 2013 revisi.

Pada tanggal 31 Juli 2007, SMA Negeri 3 Bantul mendapatkan amanah dari Pemerintah sebagai “Rintisan Sekolah Standar Nasional”.

Setelah tiga tahun berjalan (berdasarkan hasil monitoring serta evaluasi), SMA Negeri 3 Bantul mendapatkan predikat “Sekolah Siap Standar Nasional”. Kemudian, pada tanggal 24 Juli 2010, SMA Negeri 3 Bantul

menjadi salah satu dari 16 SMA di Indonesia yang ditunjuk sebagai “Pilot Project Sekolah Rintisan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa”.

B. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah 1. Visi

Dalam rangka memenuhi harapan masyarakat dan meningkatkan daya saing lulusan, SMA Negeri 3 Bantul memiliki visi sekolah, yakni

“terbentuknya sekolah yang bermutu, berbudaya, berkarakter, dan cinta lingkungan”.

2. Misi

Dalam mewujudkan visi sekolah, SMA Negeri 3 Bantul menjalankan misi:

a. Menyelenggarakan pendidikan berbasis pelayanan prima dan pembelajaran berkualitas.

b. Menciptakan sekolah aman dan ramah anak, budaya baca, melestarikan seni dan budaya lokal/nasional.

c. Meningkatkan jiwa nasionalisme, kearifan lokal, dan akhlak mulia.

d. Membentuk warga sekolah yang peduli lingkungan agar tercipta sekolah hijau, bersih, sehat, rapi, dan indah (Hijau Berseri) menuju sekolah Adiwiyata Nasional.

3. Tujuan Sekolah

Dalam mencapai visi dan misi, diperlukan perumusan tujuan strategis organisasi yang lebih terarah dan operasional. Adapun kegiatan

yang dirumuskan dalam mewujudkan visi dan misi SMA Negeri 3 Bantul sebagai berikut:

a. Bermutu:

1) terselenggaranya pendidikan berbasis pelayanan prima, transparan, dan akuntabel;

2) terselenggaranya pembelajaran yang kreatif, aktif, menyenangkan, dan inovatif;

3) terselenggaranya pembimbingan yang kompetitif;

4) mencetak lulusan yang unggul dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik;

5) mengantarkan lulusan menuju universitas yang sesuai dengan bakat dan minat.

b. Berbudaya:

1) terciptanya sekolah aman dan ramah anak;

2) terciptanya budaya membaca dengan didukung perpustakaan yang lengkap dan berkualitas;

3) terlestarikannya seni dan budaya lokal dan nasional.

c. Berkarakter:

1) terciptanya jiwa nasionalisme yang kuat dan bermartabat berdasarkan Pancasila;

2) terciptanya sikap kearifan lokal, nasional, dan berkepribadian Indonesia;

3) terciptanya sikap kejujuran, kedisiplinan, sopan santun, toleransi, dan kasih sayang.

d. Cinta Lingkungan:

1) terciptanya tata kelola sekolah berbasis lingkungan hidup (SEKAM);

2) terlaksananya pembelajaran berbasis SEKAM (Sampah, Energi, Keanekaragaman Hayati, Air, Makanan) pada semua mata pelajaran;

3) terbentuknya warga sekolah yang peduli lingkungan dan terciptanya sekolah yang hijau, bersih, sehat, rapi, dan indah (Hijau Berseri);

4) terciptanya sekolah yang nyaman dengan budidaya dan pemanfaatan tanaman terapis di lingkungan sekolah.

C. Kekhasan SMA Negeri 3 Bantul 1. Ciri Kurikulum

a. Bernuansakan pengembangan karakter/budi pekerti yang didasari oleh keimanan dan ketaqwaan.

b. Pembentukan kepribadian yang disiplin dan berakhlak mulia melalui pembiasaan dalam segala aspek kehidupan di sekolah dan masyarakat.

c. Pengembangan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan bermakna untuk penguasaan IPTEK.

d. Pengembangan pembelajaran blended learning.

e. Menumbuhkan kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan hidup dengan mengoptimalkan sumberdaya, fasilitas, dan kemampuan sekolah dengan meminimalisasi kekurangan sekolah yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

e. Menumbuhkan kepedulian warga sekolah terhadap lingkungan hidup dengan mengoptimalkan sumberdaya, fasilitas, dan kemampuan sekolah dengan meminimalisasi kekurangan sekolah yang berkaitan dengan lingkungan hidup.

Dalam dokumen Oleh: Benediktus Adven Dwi Atmojo NIM: (Halaman 67-0)