HASIL ANALISA DATA
1. Deskripsi identitas diri responden I Tabel 1
Gambaran Umum Responden I
Keterangan Responden I (Rosa)
Nama samaran Rosa
Usia 34 tahun
Agama Islam
Suku Bangsa Aceh
Pendidikan terakhir S1 tehnik informatika
Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil
Lama berumah tangga 9 tahun
Jumlah anak 2 orang
Anak I (8tahun) Anak II (8tahun) Anak ke berapa yang autis.... dari.... 1 dan 2 dari 2 Jenis kelamin anak yang autis Laki-laki
Sebelum menikah Pacaran selama 5 tahun
Usia pasangan 37 tahun
Pendidikan pasangan S1 tehnik sipil Pekerjaan pasangan Konsultan tehnik
a. Latar Belakang Responden IV (Rosa)
Rosa adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ia memiliki 1 orang kakak dan 1 orang adik. Kakak dan adik Rosa telah berkeluarga dan bekerja. Kakak Rosa bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil, sedangkan adik Rosa bekerja sebagai
wiraswasta. Rosa merupakan keturunan suku Aceh Tengah. Kedua orangtua Rosa masih hidup, namun keduanya memutuskan untuk bercerai pada saat Rosa masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Setelah memutuskan untuk berpisah, keduanya kemudian menikah kembali dengan pasangannya masing-masing dan Rosa beserta semua saudaranya di asuh oleh ayah kandung dan ibu tirinya. Saat ini, ibu kandung Rosa telah bercerai kembali dengan suami keduanya sekitar 4 tahun yang lalu.
Rosa menikah dengan seorang pria yang diperkenalkan oleh kakaknya. Pria tersebut bernama Hari (bukan nama sebenarnya). Ketika menikah Rosa berusia 26 tahun sedangkan suaminya berusia 29 tahun. Mereka berpacaran selama 5 tahun dan kemudian langsung memutuskan untuk menikah. Selama masa pacaran, keduanya sempat memutuskan untuk berpisah. Namun, Rosa kemudian memutuskan untuk kembali rujuk dengan suaminya. Dari hasil perkawinan mereka lahirlah dua orang anak laki-laki (kembar). Kedua puteranya diberi nama Riskan dan Riski. Saat ini Riskan dan Riski berusia 8 tahun. Usia perkawinan Rosa saat ini telah berjalan sekitar 9 tahun.
Saat ini, keseharian Rosa adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil di Dinas syari’ah di Banda Aceh. Sebelum bekerja sebagai PNS di Dinas Syari’ah, Rosa pernah bekerja sebagai pengajar di LP3KI selama 2 tahun dan di PT. Sindo Jaya yang merupakan perusahaan pemberangkatan TKI cabang Medan selama 3 bulan.
b. Hasil observasi
Secara fisik Rosa memiliki tinggi badan sekitar 165 cm dan berat badan sekitar 45 kg. Ia memiliki warna kulit sawo matang, menggunakan jilbab, matanya bulat, hidung yang mancung, dan susunan gigi Rosa cukup rapi.
Keseluruhan wawancara dilakukan di rumah Rosa. Wawancara dilakukan di ruang tamu yang kira-kira berukuran 3 x 3 m. Ruangan ini dijadikan tempat wawancara karena ruangan ini nyaman dan disepakati itee menjadi tempat dilaksanakannya wawancara.
Pada wawancara yang pertama, Rosa memakai baju berbahan katun berwarna krem bermotif kotak-kotak dengan celana panjang berwarna hitam dengan bahan
yang sama dan menggunakan jilbab berwarna hitam. Sebelum wawancara dimulai, terlebih dahulu peneliti berbincang-bincang sebentar dengan Rosa untuk mencairkan suasana dengan menanyakan mengenai perkembangan putera kembarnya yang autis. Peneliti dan Rosa juga saling menanyakan kabar dan bertukar cerita. Tak lama, wawancara pertama pun dimulai, tak lupa peneliti meminta izin kepada Rosa untuk menggunakan alat perekam (tape-recorder) selama wawancara berlangsung.
Pada saat wawancara pertama berlangsung peneliti menanyakan mengenai kehidupan perkawinan Rosa di awal-awal perkawinan sampai akhirnya ia memperoleh anak yang didiagnosa autis. Rosa cukup terbuka dengan peneliti, hal ini ditunjukkan dengan jawaban-jawaban yang diutarakan Rosa terucap secara lancar dan bercerita panjang lebar kepada peneliti. Rosa juga mempertahankan kontak mata dengan peneliti, banyak tersenyum dan banyak tertawa. Rosa pun terlihat bersemangat namun tetap santai selama proses wawancara berlangsung. Hal ini ditunjukkan dengan adanya gerakan-gerakan tangan yang diikuti dengan beberapa gerakan pada badan Rosa. Posisi duduk Rosa pun terlihat santai dengan menyandarkan tubuhnya pada dinding di ruang tamu tersebut.
Hal yang mengganggu pada wawancara pertama adalah salah satu anaknya Rosa yang menderita autisme, Riski menghampiri Rosa setelah memanggil Rosa dan Rosa meminta anaknya tersebut untuk mendatanginya. Riski kemudian menanyakan beberapa hal kepada Rosa mengenai tugas yang sedang ia kerjakan. Hal tersebut berlangsung sekitar 10 menit. Hal lain yang cukup mengganggu proses wawancara adalah suara si kembar Riski dan Riskan yang selalu terdengar selama proses wawancara berlangsung. Selain itu, wawancara juga cukup terganggu dengan aktivitas Rosa yang harus memperingatkan kedua anaknya dengan suara yang keras untuk tidak melakukan perilaku-perilaku, seperti menepuk lutut, bermain dengan tembok dan berlompat-lompat.
Ketika peneliti bertanya mengenai perasaan Rosa ketika hadir anak autis di dalam kehidupan rumah tangganya, terlihat tatapan mata Rosa menunjukkan kesedihan, hal ini ditunjukkan dengan Rosa sering melihat ke atas dengan mata yang berkaca-kaca. Selama proses wawancara berlangsung terdapat tidak banyak
gerakan tangan yang digunakan oleh Rosa untuk mempertegas ceritanya mengenai suaminya. Rosa juga banyak menatap ke atas (menerawang) ketika ia menceritakan tentang masa lalunya.
Pada wawancara kedua, peneliti menanyakan lebih lanjut mengenai kehidupan perkawinannya, terutama semenjak kehadiran putra kembarnya yang kemudian didiagnosa menderita autisme. Pada wawancara ini Rosa mengenakan baju berbahan katun dengan warna biru dongker dan putih bermotif kotak-kotak dengan mengenakan celana panjang berwarna hitam berbahan sama dan jilbab berwarna hitam. Rosa terlihat bersemangat menceritakan tentang kehidupan perkawinannya yang sekarang, hal ini ditunjukkan dengan tetap melakukan kontak mata dengan peneliti dan banyak tersenyum, tertawa serta berbicara dengan suara keras dan menaikkan intonasi suara. Gerakan badan Rosa pun terlihat sangat santai, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya aktivitas gerakan badan Rosa yang mengubah gaya duduknya selam wawancara berlangsung. Selama wawancara kedua hal yang mengganggu proses wawancara adalah, salah satu anak Rosa, Riski menghampiri kami sepanjang wawancara dan memperhatikan kaset yang berputar yang berada di dalam tape recorder yang peneliti gunakan.
Meskipun wawancara hanya dilakukan sebanyak 2 kali pertemuan, namun sebelum berlangsungnya wawancara, rapport awal telah dilakukan terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan peneliti dan responden telah sangat mengenal satu sama lain sejak lama. Responden merupakan salah satu orangtua murid dari sebuah tempat terapi bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus dimana peneliti sering menghabiskan waktu di tempat tersebut dengan melakukan interaksi secara verbal dengan beberapa orangtua murid yang sedang menunggu anak-anak mereka hingga selesai menerima terapi.
Tabel 2
Waktu Wawancara Darni Responden Hari/Tanggal wawancara Waktu
wawancara
Tempat wawancara
Rosa Senin/18 Mei 2009 16.30-18.30 WIB Rumah Itee Rosa Jum’at/22 Maret 2009 16.30-18.30 WIB Rumah Itee
c. Data Hasil Wawancara
1). Kepuasan perkawinan Rosa sebelum memiliki anak autis
Menjalin hubungan pacaran tidak menjamin bahwa kita sudah dapat mengenal pasangan kita dengan baik. Hal ini terungkap dari Rosa yang mengatakan bahwa ia dan suaminya sebelum memutuskan untuk menikah, keduanya terlebih dahulu berpacaran selama 5 tahun. Namun, setelah mengikat diri dengan ikatan perkawinan, di awal perkawinan, Rosa menjalani kehidupan perkawinannya dengan perasaan bahwa ia dan suaminya tidak memiliki kecocokan. Hal ini berkenaan dengan ketidaksukaan Rosa melihat sesuatu yang tidak rapi dan jorok.
Memang nggak cocok (tertawa). Semua nampaknya nggak cocok gitu. Waktu pacaran kan nggak Nampak
(R1, W1,/46./b.464-466/hal.16)
Memang sepele ya….. saya malas liat yang nggak rapi dan jorok (R1, W1,/46./b.474-475/hal.16)
Kebiasaan suami Rosa yang tidak ia sukai tidak menghilangkan kebahagiaan yang ia rasakan terhadap perkawinannya. Bagi Rosa, perkawinan yang ia jalani memberikan kebahagiaan dan berjalan baik walaupun ia merasakan kelelahan karena ia dikaruniai anak kembar dan ibu tirinya tidak bisa membantu dalam mengurus anak pertamanya yang kembar tersebut.
Eeee…. Kalau dibilang bahagia….. bahagia. Cuma yang jelas capek ya, karna dapat anak sekali dua kan. Kondisi mamak saya juga gitu, kena stroke…. nggak bisa gendong, nggak bisa bantu kan….. bahagia, bahagia... cuman ngerasa capek aja.
(R1, W1,/46./b.464-466/hal.16)
Baik ya…. Karena baik menurut saya itu …. kalau ribut-ribut kecil itu kan biasa ya….. kalau yang nggak baik itu ya sampe suami mukul istri. Makanya
saya menganggap bahwa perkawinan yang saja jalani ya baik ya….. karena nggak ada sampe gitu…. kekerasan
(R1, W1,/52./b.495-500/hal.17)