• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepuasan perkawinan Hendrie setelah memiliki anak autis

HASIL ANALISA DATA

C. Responden III

3) Kepuasan perkawinan Hendrie setelah memiliki anak autis

Setelah Ivan didiagnosa menderita autisme, seiring dengan berjalannya waktu, Hendrie dan istrinya mulai lebih terbuka satu sama lain. Menurut Hendrie, istrinya selalu meluangkan waktunya untuk mereview kejadian yang terjadi 1 hari ini untuk mengetahui apa yang harus dibenahi. Untuk mengkomunikasikan hal tersebut, Hendrie dan istrinya memanfaatkan waktu senggang yang mereka miliki untuk berbicara, biasanya mereka melakukannya 2 atau 3 jam sebelum tidur, atau melihat ketika mereka berdua memiliki kesempatan untuk berbicara.

Tentu, ibu sih selalu meluangkan waktu. Bahkan kadang-kadang dia yang ngajak saya untuk … ya istilahnya… mereview kejadian 1 harian ini. Ya hitung-hitung buat kita tau lah… ee… apa e... yang harus dibenahin

(R4, W1,/78./b.163-167/hal.8)

Ya waktu ada kesempatan. Kalau da waktu luang kah. Tapi biasanya kami ya... sempet-sempetin buat ngobrol kalau dah malam. Sebelum tidur lah, lumaya juga sih... da waktu 2 atau 3 jam buat ngobrol

(R4, W1,/80./b.170-175/hal.8)

Hendrie mengatakan bahwa ia mulai bisa berbicara banyak hal dengan istrinya dengan berkomunikasi secara langsung. Ia juga merasa kalau ia menjadi semakin jujur dan terbuka. Selain itu, ia masih tetap meminta saran dan masukan dari istrinya, selain hal yang berhubungan dengan kebutuhan Ivan.

Yang pasti, saya udah mulai bisa cerita banyak hal sama ibu dan kami mesti banyak dan lebih sering bicara terutama tentang kondisi Ivan. Biasanya sih, saya kalau misalnya ada perlu sama ibu langsung ngomong aja, nggak kayak dulu surat – suratan. Saya rasa udah lebih bagus lah komunikasinya.

(R4, W2,/68./b.293-299/hal.8)

Senang lah ya saya, karena kalo saya bisa banyak komunikasi sama ibu, kan saya bisa banyak tau gimana perkembangan Ivan, karena kan yang banyak ngurus Ivan ibu.

(R4, W2,/70./b.303-306/hal.8)

Ya memang begitu ya. Dengan keterbukaan dan kejujuran, saya jadi lebih bisa bantuin ibu lah dengan nggak nambah beban pikirannya ibu dengan tingkah yang nggak-nggak...

(R4, W2,/72./b.309-312/hal.8)

Kalo berkenaan dengan kebutuhannya Ivan, saya biasanya ikut ibu aja, karena ibu lebih tau gimana kondisi Ivan. Kalau masalah lain....eeee... seingat saya masih suka lah minta saran dari ibu

(R4, W2,/74./b.315-318/hal.8)

Kalo masih bisa diatasin sendiri, ya…. kami masih saling nyerahin ke masing-masing aja buat nyelesaikannya. Kalo memang dah nggak bisa diselesaikan sendiri ya baru dibantulah….

(R4, W2,/84./b.357-360/hal.9)

Adanya peran penuh terhadap pengasuhan anak dirasakan Hendrie sangat berat bagi istrinya. Walaupun demikian, Hendrie tetap menunjukkan sikap empati dengan memberikan nasehat dan masukan mengenai pengasuhan anak. Istri Hendrie pun melakukan hal yang sama ketika Hendrie sedang menghadapi masalah.

Biasanya ya... e... eee.... baik mengenai masalah pribadi ibu ataupun masalah pengasuhan anak e... saya memberi nasehat dan masukan-masukan semampu saya aja Rin

(R4, W1,/104./b.260-263/hal.11)

Ya cenderung sama. Saling memberikan masukan-masukan, saran dan pendapat aja

Hendrie mengakui bahwa perannya dalam pengasuhan anak sangat kurang. Hal ini dikarenaka peran dalam pengasuhan anak telah ia serahkan sepenuhnya kepada istrinya. Selain itu, Hendrie merasa kurang bisa memahami anak-anaknya. Dengan kondisi yang demikian, pembagian peran dan tanggung jawab terlihat seperti sebagaimana mestinya yaitu ayah mencari nafkah dan ibulah yang mengurus semua keperluan rumah tangga dan pengasuhan anak. Walaupun ia tidak sepenuhnya melepaskan tanggung jawab dari hal tersebut. Dalam hal penanaman nilai agama, Hendrie juga menyerahkan tanggung jawab itu kepada istrinya. Seperti orangtua lainnya, Hendrie pun mempunyai harapan terhadap anaknya. Ia ingin agar anaknya mandiri dan berhasil. Untuk mewujudkan harapan tersebut Hendrie akan menyediakan fasilitas dan pendidikan yang baik bagi kedua putranya.

Ya seperti yang e... saya bilang tadi, masalah pengasuhan anak, ya saya serahkan… sepenuhnya pada istri saya. Saya ngerasa saya kurang bisa memahami anak-anak, makanya peran saya … ya… agak kuranglah dalam pengasuhan anak

(R4, W1,/96./b.222-227/hal.10)

Dalam hal pengasuhan anak, seperti yang sudah saya katakan sebelumnya... ibu lebih memegang peranan. meskipun gitu... ya.. e... saya nggak lepas-lepas tanggung jawablah, saya lebih ngurusin masalah tanggung jawab mempersiapkan keuangan untuk keperluan rumah tangga dan anak-anak. Kadang-kadang sesekali ya... saya juga bantu ibu lah ngurus anak, misalnya waktu belajar atau mandiin anak

(R4, W1,/98./b.231-239/hal.10)

Saya hanya mengikuti ibu saja, kami memang seiman, jadi tidak terlalu ada masalah. Ibu sih yang eee... menentukan apa yang terbaik dalam hal agama untuk anak-anak kami

(R4, W1,/100./b.242-245/hal.10)

Saya tidak terlalu menaruh harapan yang banyak karena saya hanya dapat memberikan apa yang saya eee... mampu. Yang penting bagi saya, dia harus mandiri dan berhasil nantinya

Cukup sederhana sih,... eee... saya menyediakan fasilitas untuk pendidikan anak-anak lah pastinya

(R4, W1,/112./b.284-286/hal.10)

Waktu untuk melakukan aktivitas rekreasi tetap ada. Menurut Hendrie, waktu rutin yang bisanya digunakan untuk rekreasi adalah hari minggu. Ia dan keluarganya akan pergi jalan-jalan dan makan bersama di hari tersebut. Mengenai tempat dan waktu ia dan istrinya selalu menanyakan pendapat dari Ivan, putranya yang autis. Sedangkan mengenai kegiatan keagamaan, lebih sering dilaksanakan sendiri-sendiri, kecuali bila ada perayaan hari-hari besar.

Ada, hari minggu... biasanya kami jalan-jalan dan kemudian makan bersama (R4, W1,/82./b.178-179/hal.8)

Kami selalu ya menanyakan pendapat anak kami yang autistik, mau kemana dan makan apa. Mau ke pantai atau cuman jalan-jalan, atau mau makan kentucky atau bakso ya terserah dia aja... kami ngikut maunya anak

(R4, W1,/84./b.182-186/hal.8)

Ya gitu memang. Teringat saya ya, ya pentinglah buat ngajak anak-anak jalan-jalan, kan bagus buat perkembangannya. Dia jadi tau dan melihat banyak hal di sekelilingnya (tersenyum).

Kalo masalah pigi hari minggu ya karena itu.... kan Ivan dari Senin sampe Jum’at terapi, dan sabtu biasanya kami di rumah aja, saya kan kerja dari Senin sampe Sabtu di bengkel saya. Jadi hari minggu lah baru ada kesempatan buat ngajak anak-anak jalan-jalan

(R4, W2,/76./b.323-332/hal.8-9)

Lebih sering ya sendiri-sendiri, karena ibu kan e.. mesti jaga anak-anak. Tapi, pada hari-hari tertentu, biasanya kami pergi sekeluarga. Misalnya kalo ada perayaan-perayaan hari-hari besar

(R4, W1,/102./b.249-253/hal.11)

Kebiasaan Hendrie yang setiap sore sepulang kerja bermain catur atau kurangnya bantuan Hendrie dalam mengajar Ivan sering menimbulkan konflik dalam rumah tangganya. Untuk mengatasinya, Hendrie dan istrinya membicarakan jalan keluar yang terbaik.

Ya ada juga sih, tapi memang nggak gimana-gimana ya. Palingan juga ya masalah kebiasaan saya aja yang hobi banget maen catar tiap sore atau kadang-kadang saya nggak bantu dia lah buat ngajar Ivan

Biasanya ibu kalo ada apa-apa, ya misalnya ada yang dia nggak suka, kalo sekarang langsung ngomong aja ya…. Ya kami bicarain lah jalan keluarnya mesti gimana….., hmmm biasanya ya masalahnya bisa kami selesaikan lah (R4, W2,/82/b.348-352/hal.9)

Pengelolaan keuangan dalam rumah tangga masih dilakukan bersama-sama, walaupun kini hadir kondisi Ivan yang autis. Hal ini dikarenakan Hendrie lah yang berperan sebagai kepala rumah tangga. Kendala yang dihadapi adalah tidakmenentunya pendapatan yang diterima oleh Hendrie sedangkan ia dan istrinya membutuhkan biaya yang besar untuk Ivan.

Masih ya. Masih di saya lah yang pegang uang. Kan saya kepala rumah tangga. Palingan kalau ibu butuh, ya.... dia tinggal minta aja sama saya

(R4, W2,/90./b.374-376/hal.9-10)

Mungkin, karena pendapatan saya nggak tetap sedangkan kebutuhan Ivan kan besar, jadi agak suka bingung gitu mau gimana ngaturnya...

(R4, W2,/92./b.378-380/hal.10)

Hendrie mengatakan bahwa sekarang ia lebih sering mengungkapkan kasih sayang, karena ia telah lebih mengetahui bagaimana cara menunjukkan kasih sayang kepada perempuan. Mengenai hubungan intim, saat-saat sekarang sudah jarang dilakukan karena kesibukan mengurus Ivan.

Kalo setelah Ivan hadir, memang kami jarang ya…. Karena dah sibuk dengan ngurus dia, jadi ya….. nggak sesering dulu waktu belum punya anak

(R4, W2,/86./b.364-367/hal.9)

Saya rasa, sekarang ini makin sering ya. Kan saya sekarang dah tau mesti gimana ngadapin perempuan, cara nunjukin ke dia kalau kita sayang sama dia... (tersenyum)

(R4, W2,/88./b.369-372/hal.9)

Kondisi yang dihadapi oleh Hendrie dan istrinya adalah mereka memiliki anak dengan gangguan autisme. Menurut Hendrie, tidak ada komentar negatif yang disampaikan oleh keluarganya, begitu pula dengan teman-teman Hendrie. Dukungan diberikan oleh keluarga Hendrie dalam bentuk memberikan semangat

dan meminta untuk lebih sabar. Dukungan juga diberikan oleh teman-teman Hendrie dengan memberikan saran-saran, nasehat-nasehat dan info-info ringan.

Ya biasa aja sih, nggak ada komentar-komentar yang negatif... dan itu yang penting buat saya

(R4, W1,/118./b.305-306/hal.12)

Ya... diantara mereka, teman-teman saya itu ee... biasa aja juga (R4, W1,/122./b.314-315/hal.13)

Ya... cukup mendukung lah...eee... keluarga saya maupun keluarga ibu memberikan semangat buat kami... ya supaya lebih sabar lah dengan anak (R4, W1,/120./b.309-312/hal.13)

Biasanya sih mereka ada juga yang memberi saran-saran. Kadang-kadang eee... cuman nasehat-nasehat ringan dan info-info yang mereka ketahui

(R4, W1,/124./b.318-321/hal.13)

Kondisi Ivan yang autis, tidak membuat Hendrie melupakan harapannya terhadap putranya ini. Hendrie berharap agar Ivan dapat mandiri di kemudian hari. Untuk mewujudkan harapan itu, Hendrie terus berusaha semampu ia dan istrinya dan selalu berdoa.

Ivan... saya sih, maunya Ivan itu, harapan saya, anak saya Ivan bisa mandiri di kemudian hari

(R4, W1,/126./b.324-325/hal.13)

Terus berusaha semampu kami dan selalu berdoa (R4, W1,/128./b.328-329/hal.13)

Kondisi Ivan yang autis, ternyata juga menimbulkan perubahan sifat dan karakter pada istrinya. Hendrie merasa kalau istrinya menjadi sering marah dan menyalahkan hal-hal yang membuat Ivan menjadi autis. Namun sekarang, Hendrie merasa kalau istrinya telah mampu menerima kenyataan bahwa memiliki anak autis bukanlah hal yang terburuk.

Kadang-kadang ibu sering marah, ya ... saya ngerti juga kenapa. Tapi yang buat saya sedikit gimana, ibu sring marah sama diri sendiri. Ibu juga sering menyalahkan hal-hal yang menurutnya e... menjadi penyebab Ivan jadi autis. Menurut saya, itu yang saya kurang setujui

Menurut saya, ibu sebenarnya lebih tegar dan sudah mampu menerima kenyataan bahwa memiliki anak autis bukan hal yang buruk... bahkan bukan hal yang terburuk... ibu sih dah mulai menyadari bahwa ada anak-anak lain yang jauh lebih menderita

(R4, W1,/132./b.343-348/hal.13)

Terukir harapan Hendrie untuk istrinya agar istrinya tetap tegar dan tabah dalam membesarkan anak-anak, terutama Ivan.

Ya... semoga ibu tetap tegar dan tabah dalam membesarkan anak-anak kami, terutama Ivan

(R4, W1,/134./b.351-352/hal.13)

Berbagai masalah yang dihadapi Hendrie selama kehadiran Ivan dalam rumah tangganya membuat Hendrie merasa tetap bahagia dengan kehidupan perkawinannya. Hendrie merasa hadirnya Ivan membuat ia dan istrinya menjadi semakin dekat karena bagi Hendrie Ivan membutuhkan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

Saya tetap bahagia, karena Ivan yang gini ya membuat saya dan istri tambah dekat ya. Kami jadi mesti sering berbagi lah, karena kan anak gini butuh kasih sayang kedua orangtuanya

(R4, W1,/136./b.355-358/hal.10)