• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi Kasus

Dalam dokumen Implementasi Teori Teori Hak Asasi Manus (Halaman 55-58)

BAB II LANDASAN TEORI

3.2 Deskripsi Kasus

Polemik terkait pembangunan Pabrik PT. Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng belakangan ini menarik perhatian masyarakat berkat aksi memasung kaki yang dilakukan oleh sejumlah petani asal Pegunungan Kendeng yang menolak pembangunan Pabrik PT. Semen Indonesia di Pegunungan Kendeng karena pembangunan pabrik tersebut berpotensi merusak sumber air di Pegunungan Kendeng yang merupakan salah satu aspek fundamental dalam pekerjaan mereka sebagai petani. Masalah ini berawal pada tahun 2010 saat PT Semen Indonesia (dulu PT. Semen Gresik) memulai upayanya membangun pabrik semen di Pegunungan Kendeng dengan memperoleh Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dengan diterbitkannya Keputusan Bupati Rembang nomor 545/68/2010 tentang Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi Karst kepada PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Proses perizinan ini kemudian berlanjut dengan diterbitkannya Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi, Izin Lokasi, dan Izin Lingkungan pada tahun 2012.82

Sejak masyarakat yang tinggal di sekitar Pegunungan Kendeng pertama kali mendengar mengenai proyek pembangunan pabrik semen ini pada tahun 2012, muncul berbagai macam penolakan masyarakat terhadap proyek ini. Hal ini dipicu oleh mayoritas masyarakat Pegunungan Kendeng yang mengaku tidak dilibatkan dalam pembuatan Analisis mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) serta tidak mendapatkan sosialisasi apapun dari pihak PT. Semen Indonesia padahal pembangunan pabrik semen tersebut akan sangat mempengaruhi hajat hidup mereka sebagai masyarakat sekitar, terutama yang berprofesi sebagai petani.83

Pada dasarnya masyarakat Kendeng hanya ingin menjalani profesi yang sesuai dengan keahliannya, yakni bertani. Bertani bagi masyarakat Kendeng merupakan profesi yang sudah turun-temurun sehingga profesi tersebut sudah menyatu dengan jiwa mereka,

81 Press Release Solidaritas Makassar untuk Rembang, Makassar, 1 April 2015, loc. cit.

82 Kajian Kendeng Lestari: Menakar Keabsahan Izin dan Imbas Pembangunan Pabrik Semen di Kabupaten Rembang, BEM FH UI, 2017.

53

sehingga akan menimbulkan dampak negatif apabila memaksa warga untuk beralih profesi dari petani ke profesi lainnya. Bagi warga Kendeng, bertani adalah pekerjaan yang mulia karena dengan bertani, warga Kendeng bisa ikut serta dalam menjaga keseimbangan alam. Bertani itu tidak bisa jauh dengan perairan, sehingga mau tidak mau warga Kendeng harus pandai menjaga keseimbangan alam, supaya alam juga bisa memberikan cadangan berupa air, sehingga bisa digunakan untuk mengairi sawah mereka.

Data pemanfaatan air di sekitar calon lokasi tambang PT. Semen Indonesia adalah sebagai berikut:

Sumber: Ringkasan Eksekutif Ekosistem Karst dan Perlindungan HAM, Komnas HAM. Dari data tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, pembangunan Pabrik Semen di Kendeng akan mematikan sumber mata air yang selama ini menjadi tumpuan perairan bagi petani. Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) dan Semarang Caver Association (SCA) telah melakukan penelitian dengan langsung terjun ke lapangan langsung, hal ini dilakukan supaya data yang diperoleh itu valid, tidak seperti data-data yang tertuang di dalam Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang banyak manipulasi.

Setelah melakukan penelitian, JMPPK menemukan 49 goa yang tersebar di sekitar wilayah Cekungan Air Tanah (CAT) Watuputih dan 4 diantaranya merupakan goa yang memiliki sungai bawah tanah aktif. Terdapat 109 mata air yang tersebar di wilayah CAT Watuputih sebagai mata air parenial yang mengalir disepanjang musim kemarau dan penghujan. Sumber mata air yang ada dalam data, memberikan sumbangan yang besar terhadap keberlangsungan para petani kendeng dalam menjalankan profesinya itu. Untuk itu, keberadaan Pabrik Semen sudah bisa dipastikan akan mematikan sumber mata air yang selama ini digunakan oleh para petani untuk mengairi sawah dan juga digunakan untuk

Desa Pemanfaatan Air

Desa Tegaldowo 29 sumur pertanian dan 277 sumur bor

Desa Ngelo 198 sumur bor

Desa Ngablak 131 sumur bor

Desa Nglencong 27 sumur bor

Desa Dukoe 118 sumur bor

Desa Kranjangan 158 sumur bor

Desa Timbrangan 65 sumur bor, 52 sumur galian, 13

54

keperluan sehari-hari mereka.84 Apabila mereka tidak bisa bertani maka jumlah pengangguran di Indonesia akan bertambah. Padahal negara belum sepenuhnya bisa membuat atau memberikan lapangan kerja bagi rakyatnya. Di saat negara belum mampu memberikan lapangan pekerjaan kepada rakyatnya, negara justru merugikan masyarakatnya dengan merampas mata pencahariannya.85

Jika kita mengacu pada Nawacita Jokowi-JK, sangat jelas janji keberpihakan Rezim yang akan mereka pimpin saat ini kepada penegakan kedaulatan pangan dan Reforma Agraria. “….Penghentian konversi lahan produktif untuk usaha lain, seperti industri, perumahan dan pertambangan”. Namun kenyataannya, alih-alih menghentikan konversi lahan dan menegakkan kedaulatan pangan, perampasan lahan, dan sumber-sumber penghidupan petani makin kentara. Dalam kasus PT. Semen Indonesia yang berencana akan menjadikan kawasan Pegunungan Kendeng Utara menjadi wilayah industri semen, tampak jelas bagaimana Negara malah absen dan terkesan melindungi para investor untuk merampas sumber-sumber penghidupan kaum tani. Jelas pengerukan dan pembongkaran Kawasan Pegunungan Kendeng Utara akan mematikan sumber air bagi wilayah Pati, Rembang, Blora, dan sekitarnya. Karakteristik pegunungan Karst, khususnya Cekungan Air Tanah Watu Putih, yang mampu menyerap dan menyimpan persediaan air tentu menjadi tumpuan hidup, tidak hanya bagi pertanian tetapi juga masyarakat secara luas.86 Bagaimana bisa Pemerintahan saat ini mampu menegakkan Kedaulatan Pangan dan Reforma Agraria jika masih membiarkan praktek perampasan lahan pertanian oleh pertambangan.

Dapat dikatakan bahwa, kelanjutan pembangunan serta pengoperasian pabrik semen PT. Semen Indonesia di Kabupaten Rembang adalah bentuk ketidakpedulian pemerintah terhadap nasib masyarakat yang terkena dampak buruk pembangunan serta merupakan tindakan yang merendahkan wibawa peradilan Indonesia dan oleh karena itu, merendahkan hukum itu sendiri. Disamping itu, tidak transparansinya dan ketidakadilan yang terjadi di lapangan saat ini telah mengakibatkan terjadinya perampasan hak rakyat atas informasi terkait rencana pembangunan pabrik semen. Hal ini, muncul dalam proses penyusunan AMDAL dengan dugaan adanya kebohongan publik dengan menggeneralisasi bahwa seluruh masyarakat setuju dengan pembangunan pabrik semen, dan tidak adanya partisipasi

84 Amicus Curiae..., op. cit., hlm. 18.

85Ibid., hlm. 3.

86 Kertas Posisi Hari Anti Tambang 2015, Negara Absen Ketika Kejahatan Tambang Merajalela, Presiden Harus Berpihak Pada Keselamatan Rakyat, hlm. 2.

55

masyarakat yang menolak rencana pembangunan ini. Bahkan ditemui adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) di Kecamatan Gunem Kabupaten Rembang oleh Komisi Perlindungan Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) oleh karenanya, harus segera ditindak tegas atas tindakan Aparat POLRI dan TNI yang tidak bersifat netral.87

Dalam dokumen Implementasi Teori Teori Hak Asasi Manus (Halaman 55-58)

Dokumen terkait