• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

E. Deskripsi Fokus

a. Efektifitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah sesuatu alternatif mencapai hasil (akibat) diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakan kebijakan tersebut.

b. Efesiensi (efficiency),berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk meningkatkan tingkat. Efektifitas yang merupakan sinonim dengan rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektifitas dan usaha yang terakhir umumnya diukur dari nilai moneternya.

c. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang membutuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.

d. Kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjukkan pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang beriorientasi pada pemerataan adalah kebijakan yang akibatnya (misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha (misalnya biaya moneter) secara adil didistribusikan. Kriteria kesamaan erat kaitanya dengan konsepsi yang saling bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran untuk didistribusikan resources dalam masyarakat.

e. Responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh sesuatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Aspek efektifitas, efesiensi, kecukupan, kesamaan, masih gagal jika belum menangapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

f. Ketepatan (appropriateness) adalah kriteria ketepatan secara dekat yang berhubungan dengan rasionalitas subtantif, karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan suatu kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama ketepatan merujuk pada nilai atau harga diri tujauan-tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan.

g. Penyedian sarana dan prasarana adalah faktor yang sangat membutuhkan perhatian pemerintah untuk suksesnya Program Jampersal ini tanpa kelengkapan alat kesehatan maka medis akan menjadi faktor yang menghambat suksesnya Program Jaminan Persalinan.

h. Komunikasi yang baik antara pemerintah, pihak medis dan masyarakat akan sangat membantu berjalannya dengan baik program Jampersal tersebut dengan adanya sosialisasi dan perhatian yang baik kepada masyarakat.

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai juni 2022. Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukuba yang terletak di jalan poros Doajang TanahBeru. Penelitian ini dilakukan bermaksud untuk mendapatkan data dan informasi tentang evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di Puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukumba

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian ini adalah Kualitatif dengan memanfaatkan tipe penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan memahami permasalahan yang sedang terjadi atau dialami objek penelitian.

Menggunakan tipe deskripsi yaitu berupa kalimat, bahasa, dalam suatu kondisi alamiah dengan menggunakan macam metode ilmiah seperti interview, observasi, serta pengamatan dokumen. Tujuan penelitian deskriptif kualitatif ini yaitu untuk memahami permasalahan yang terkait dengan Evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di Puskesmas Bonyobahari kabupatern Bulukumba.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ada 2 (dua), yaitu:

1. Data Primer

Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari informan yang bersangkutan dengan cara wawancara dengan beberapa informan serta

melakukan observasi untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan dengan Evaluasi program jaminan persalinan (Jampersal)

2. Data sekunder

Data sekunder, data yang diperoleh dari literature dan dokumen serta data yang diambil dari internet dan buku berupa jurnal, artikel dan skripsi sebelumnya. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan (uber silalahi, 2010:291). Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari data kepustakaan.

D. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang benar-benar mengetahui atau pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan terdiri dari kepala puskesmas, staf, bidan dan juga pasien yang menggunkan jampersal.

Adapun rincian informan dalam penelitian ini dapat diliat pada tabel berikut.

Tabel 3. 1 Informan Penelitian

No Nama Informan Inisial Jabatan

1 Muh. Zainuddin, S.Kep,. Ns MZ Kepala Puskesmas

25

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan teknik wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.

1. Wawancara

Penggunaan metode ini ditujukan untuk menggali informasi lebih mendalam terkait masalah evaluasi program jaminan persalinan (Jampersal) di Puskesmas Bontobahari. Dimana peneliti dan informan berhadapan langsung untuk mendapatkan informasi secara lisan.

2. Studi Dokumentasi

Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian terhadap data-data pribadi dan dokumen resmi baik secara visual maupun tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa lembaran-lembaran dokumen yang sudah ada serta dokumentasi langsung yang telah dilakukan oleh peneliti.

3. Observasi

Melakukan pengamatan langsung dilokasi penelitian secara berulang terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda.

Observasi difokuskan pada pengamatan langsung dilapangan dan bertemu langsung dengan pihak instansi maupun masyarakat terkait dengan program jaminan persalinan (Jampersal) tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992:20) yaitu:

1. Reduksi data, pada tahap ini peneliti terfokus pada pemilihan, hal-hal yang penting, tema dari catatan lapangan. Dalam hal ini dipilih data yang relevaan sesuai dengan fokus penelitian..

2. Penyajian data, dalam kegiatan ini peneliti menyusun kembali data berdasarkan masing-masing topik, kemudian diuraikan dalam benyuk singkat, bagan dan hubungan antar kategori.

3. Penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari data.

G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Dari rumusan diatas dapatlah kita menarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan pengumpulan data diatas, maka peneliti akan mengolah dan mengalisis data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.

27

Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

H. Pengabsahan Data

Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan:

1. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara kembali sumber data, baik yang pernah ditemui maupun hal baru yang ditemukan. Hal ini dilakukan guna menguatkan hubungan penelitian dengan narasumber agar terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan saling mempercayai, sehingga dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.

2. Peningkatan ketekunan peneliti

Melakukan pengamatan secara lebih cermat. Sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi

Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1) Triangulasi sumber, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber

2) Triangulasi teknik, dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi

Menurut Meleong kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu:

1. Kepercayaan (kreadibility) 2. Keteralihan (transferability) 3. Kebergantungan (depandability) 4. Kepastian (konfermability)

Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam keabsahan data antara lain:

1. Kepercayaan (Kreadibility)

Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan referensi.

2. Kebergantungan (Depandibility)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara menetapkan bahwa

29

proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dependability oleh auditor independent oleh dosen pembimbing.

3. Kepastian (Konfermability)

Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang ada pada palacakan audit.

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Profil Puskesmas Bontobahari

Puskesmas Bontobahari ini beralamat di jalan poros doajang kelurahan Tanahberu kecamatan Bontobahari. Dulunya puskesmas ini berada di jalan lorong SMA kelurahan Tanahlemo kecamatan Bontobahari.

Pada tahun 2015 puskesmas bontobahari dikembangkan dan dijadikan 2 temapat, puseksmas yang berada dijalan lorong SMA kelurahan Tanahlemo menjadi puskesmas dengan rawat inap, dan pelayanan PONED (obstetric neonatal emergency dasar). Dan sebagian besar wilayah kerja berada di jalan poros Doajang kelurahan Tanahlemo kecamatan Bontobahari. Jarak diantara kedua puskesmas tersebut cukup dekat.

Karena masih bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat bahkan berjalan kaki.

2. Visi dan Misi

Visi dan misi di puskesmas secara umum, mempunyai wilayah kerja sama dengan wilayah kecamatan sehingga tujuan puskesmas yang disebutkan bisa dijabarkan dalam suatu Visi” menuju masyarakat sehat, sejahtera, bahagia dan berkualitas.” untuk mewujudkan visi ini, ada misi yang diwujudkan yaitu dengan berpedoman pada lima fungsi utama puskesmas yaitu:

a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat hidup sehat.

31

b. Meningkatkan kualitas kinerja menuju masyarakat hidup sehat.

c. Meningkatkan pelayanan yang professional dan terjangkau bagi masyarakat.

d. Membina kerja sama lintas program dan lintas sektor demi terwujudnya masyarakat sehat, sejahtera dan bahagia.

e. Meningkatkan manajemen puskesmas.

Status Pelayanan Kesehatan bisa dilihat dari pelayan kesehatan berdasarkan standar pelayanan minimal kesehatan, diantaranya pelayanan KB-KIA, Imunisasi, Gizi, P2M, Promosi Kesehatan rata-rata pencapaiannya baru berkisar 80-90%. Adapun data tenaga kesehatannya dapat diliat pada tabel berikut.

Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bontobahari Kab.

Bulukumba

No Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Dokter Umum 2 Orang

2. Bidan 10 Orang

3. Perawat 16 Orang

4. Petugas Kesehatan Masyarakat 6 Orang

5. Dokter 3 Orang

Dokter umum 2 orang, Bidan 10 orang, perawat 16 orang, Petugas Kesehatan masyarakat 6 orang, dokter spesialis anak 1 orang dan dokter spesialis kandungan 1 orang. Sarana UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat) terdiri dari 33 posyandu dan hanya 2 posyandu yang

aktif dengan status purnama dan mandiri, Poskesdesnya baru 4 yang dibangun dan digunakan.

3. Sasaran Program Jaminan Persalinan.

Program pelaksanaan Jaminan Persalinan (jampersal) mulai tahun 2011 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia meluncurkan program kesehatan bagi masyarakat yaitu jaminan persalinan (jampersal) adalah jaminan pembiayaan yang digunakan sebagai pertolongan persalinan, pemeriksaan kehamilan, pelayanan bayi baru lahir, pelayanan nifas. Secara umum tujuan Jampersal menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yaitu Menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh bidan atau dokter dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. untuk tujuan secara khusus adalah:

a. Meningkatkan cakupan pertolongan persallinan, pemeriksaan kehamilan, serta pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (NAKES).

b. Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan (NAKES).

c. Meningkatkan cakupan ibu bersalin, nifas, penanganan komplikasi bagi ibu hamil serta bayi baru lahir.

d. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efektif, efesien transparan, dan akuntabel.

Untuk mempercepat tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 Jumlah persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 3,32% dari total 3,020 juta per tahun 2020 oleh karena itu program

33

tersebut menjadi sangat penting bagi masyarakat. Program tersebut bertujuan untuk menurunkan Angka kematian ibu (AKI) diperlukan upaya. khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang menjadi Sasaran Program yaitu: (a) ibu bersalin, (b) Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan), (c) ibu hamil, (d), Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). Penjelasanya sebagai berikut:

1) Pelayanan ini sudah mulai berjalan dan rumah sakit yang melayani jampersal bisa melakukan klaim ke Kementerian Kesehatan mulai Juni 2011. Peserta program jampersal dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan Rumah sakit (RS) di kelas III yang memiliki PKS (perjanjian kerja sama) dengan Tim Pengelola Jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) dan Badan operasional kesehatan (BOK) Kabupaten/Kota.

Pengelolaan kepesertaan Jaminan persalinan (jampersal) adalah perluasan kepesertaan dari program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) yang mengikuti manajemen jamkesmas dan tata kelola kepesertaan, namun dalam hal penetapan pesertanya. Sementara pelayanannya diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan ini terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pelayanan persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan rencana kerja (Plan Of Action/POA) Puskesmas. Untuk pelayanan persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta dibayarkan dengan mekanisme klaim.

Klaim persalinan berdasarkan atas tempat (lokasi wilayah) pelayanan persalinan ibu hamil dilakukan. Dana bagi pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu kesatuan (secara terintegrasi) disalurkan langsung dari KPPN (kantor pelayanan perbendaharaan Negara) ke Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab Pengelolaan jaminan persainan (jampersal) wilayahnya dan Rekening RS untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (swasta dan pemerintah). Ada pun program pelayanan yang disediakan oleh pemerintah untuk masyarakat adalah.

2) Pelayanan pemeriksan ibu hamil, merupakan Pelayanan antenatal pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dikerjakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan. Mufdlilah (2009) mengatakan antenatal care merupakan suatu program yang terencana seperti edukasi,

observasi dan penanganan medis terhadap ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses persalinan dan kehamilan yang aman dan memuaskan.

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh pelayanan kesehatan tenaga professional (dokter umum, dokter spesialis, bidan perawat, kebidanan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal. asuhan antenatal (antenatal care) merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan terhadap perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim (Yulaikhah, 2009). Manuaba (2003) menjelaskan antenatal care atau

35

pengawasan antenatal merupakan upaya observasi berencana dan teratur kepada ibu hamil melalui pendidikan, pemeriksaan, pengawasan secara dini terhadap penyakit dan komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.

3) Pelayanan ibu bersalin, merupakan asuhan kebidanan bagi persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang aman dan bersih selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya mencegah komplikasi.

Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa adanya komplikasi baik pada janin maupun pada ibu (Saifuddin, 2000). Tujuan asuhan persalinan adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi terhadap ibu dan bayinya, melalui berbagai macam upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan serta kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).

Setiap intervensi yang akan diaplikasikan kedalam asuhan persalinan normal harus mempunyai bukti ilmiah dan alasan yang kuat tentang manfaat intervensi bagi keberhasilan dan kemajuan proses persalinan.

Keterampilan yang diajarkan kedalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan pada standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan bagi setiap penolong persalinan dimana pun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi bisa

terjadi di rumah sakit, puskesmas ataupun di ruma. Penolong persalinan mungkin saja seorang dokter umum, bidan, perawat atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan bisa disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.

4) Pelayanan nifas merupakan standar pelayanan yang diberikan setelah persalinan. Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas kepada ibu yang telah melakukan persalinan melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke pertama dan minggu ke kelima setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi baru lahir melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan serta rujukan komplikasi yang mungkin akan terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum.

Melalui Surat Resmi Edaran Mentri Kesehatan No.

Tu/menkes/E/391/11/2011. Jaminan persalinan hingga kini masih menyimpan masalah terutama dalam implementasinya dilapangan karena tujuan jampersal sanggat mulia yakni untuk memepercepat pencapaian millennium development goals (MDGs) tahun 2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

Kejadian kematian di setiap kelurahan/desa disebabkan 3 keterlambatan. Pertama, terlambat mengambil keputusan. Kedua, terlambat ke tempat rujukan. Ketiga, terlambat dalam memperoleh pelayanan. Faktor tersebut terjadi karena awalnya korban mengalami darah

37

tinggi (hipertensi), di mana dalam kehamilan disebut dengan eklamasi.

Awalnya korban mengalami kejang-kejang dan mulas dari pagi. Namun, karena faktor terlambat dalam mengambil keputusan akhirnya korban tersebut lambat dalam proses penanganan.

B. Hasil Penelitian

1.Evaluasi program jaminan persalinan di puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukukumba

Evaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses atau siklus kebijakan publik, menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan, sehingga sudah sewajarnya ketika kebijakan publik yang sudah dibuat dan dilaksanakan lalu dievaluasi. Dari evaluasi tersebut akan diketahui kegagalan atau keberhasilan suatu kebijakan, sehingga secara normatif akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan dapat dilanjutkan/perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, bahkan harus dihentikan. Evaluasi menilai keterkaitan antara prakteknya (implementasi) dengan teori (kebijakan) dalam bentuk dampak kebijakan, apakah dampak tersebut sesuai dengan yang diinginkan atau tidak. Dari hasil evaluasi ini kita dapat menilai apakah sebuah kebijakan atau program memberikan manfaat atau tidak bagi masyarakat yang dituju. Secara normatif fungsi evaluasi sangat dibutuhkan sebagai salah satu bentuk pertanggung-jawaban publik, bahkan di masa masyarakat yang makin kritis menilai kinerja pemerintah.

Seiring dengan perkembangan ini kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bagaimana menjaga tata pengelolaan hidup sehat terhadap bayi dan ibu hamil, sehingga tidak jarang ada keluhan masyarakat sekitar karena dalam proses pelayanan tersebut tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

Dengan hal ini, pemerintah, khususnya dinas kesehatan dan Rumah Sakit atau puskesmas dibuat untuk mensukseskan Program jaminan persalinan (JAMPERSAL) yang kemudian diimplementasikan kepada warga masyarakat yang menjadi sasaran dari pelaksanaan JAMPERSAL.

Unutk Mengukur efek suatu program atau kebijakan pada kehidupan masyarakat dengan membandingkan kondisi antara sebelum dan sesudah dilaksanakannya program tersebut. Mengukur efek menunjukkan adanya metodologi penelitian. Sedangkan membandingkan efek dengan tujuan harus menggunakan kriteria untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan, menilai kesesuaian dan perubahan program dengan rencana memberikan umpan balik terhadap manajemen dalam rangka perbaikan atau penyempurnaan implementasi, memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan dan memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program dimasa yang akan datang.

Evaluasi kinerja pencapaian tujuan Kebijakan, yaitu mengevaluasi kinerja orang-orang yang bertanggung jawab mengimplementasikan kebijakan tersebut.

Dari sini kita akan memperoleh jawaban dan informasi mengenai kinerja implementasi, efisiensi dan efektifitas, dan lain yang terkait. Evaluasi kebijakan dan dampaknya, yaitu mengevaluasi kebijakan itu sendiri serta kandungan program tersebut. Dari sini kita akan memperoleh informasi mengenai dampak (outcome) kebijakan, manfaat (efek) kebijakan, kesesuaian kebijakan atau program dengan tujuan yang ingin dicapainya (kesesuaian antara tujuan dan sarana). Sasaran program Jaminan Persalinan adalah ibu bersalin, ibu nifas (pasca

39

melahirkan 42 hari), ibu hamil dan Bayi baru lahir (0-28 hari). Yang dapat mendapatkan pelayanan jaminan persalinan yaitu seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan.

Dalam penelitian tentang “evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) dipuskesmas Bontobahari kabupaten Bulukumba” teori yang digunakan adalah teori evaluasi implementasi menurut Dunn. Dunn dalam Nugroho (2012:729) menyebutkan 6 kriteria evaluasi kebijakan, diantaranya : efektifitas, efisiensi, responsivitas, kecukupan, perataan, dan ketepatan. Adapun pembahasan yang dapat peneliti paparkan, yaitu sebagai berikut :

a. Efektivitas

Efektivitas berhubungan dengan apakah suatu program mencapai hasil (akibat) yang diharapkan (maksimal), atau tercapainya tujuan dari dilaksanakan suatu tindakan. Dalam penelitian “evaluasi program jaminan persalinan (jampersal)” di puskesmas Bontobahari. Pencapaian target pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan (NAKES), peningkatan peserta keluarga berencana (KB) dan hambatan dalam pelaksanaan program jaminan persalinan (jampersal) di puskesmas Bontobahari.

Efektivitas berfokus pada program, hasil, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.

Efektivitas adalah suatu standar terpenuhinya sasaran dan tujuan yang ingin dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program atau kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal. Dalam proses pelayanan jaminan persalinan (jampersal) untuk mencapai sebuah pelayanan

yang baik maka harus diukur dari tingkat keefektivitasan para informan pelaksana dalam hal ini adalah pemerintah dan dari pihak medis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas informan menyatakan sebagai berikut:

“Peran pemerintah dalam hal melaksanakan pelayanan, ini sangat berpengaruh. Bagaimana cara pihak pemerintah agar bisa menjelaskan dengan baik kepada masyarakat agar menggunakan jasa medis ketika ingin melahirkan dan melakukan konsultasi setiap 2 minggu sekali di puskesmas ini. Karena sangat penting melakukan konsultasi kepada pihak puskesmas terutama kepada pihak medis yang terkait dengan kandungan. Karena pemikiran masyarakat dan pola pikir ini yang harus diubah di masyarakat karena masih banyak yangkurang konnsultasi mengenai kehamilan. Dan ini yang bisa menjadi bahaya bagi ibu dan bayi. (Wawancara dengan informan ZA,15 september 2021)”.

Besdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah dan pihak medis mengalami berbagai kesulitan dalam menjalankan program jaminan persalinan (jampersal) ini menunjukkan masih banyak

Besdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah dan pihak medis mengalami berbagai kesulitan dalam menjalankan program jaminan persalinan (jampersal) ini menunjukkan masih banyak

Dokumen terkait