• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

1.Evaluasi program jaminan persalinan di puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukukumba

Evaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses atau siklus kebijakan publik, menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan, sehingga sudah sewajarnya ketika kebijakan publik yang sudah dibuat dan dilaksanakan lalu dievaluasi. Dari evaluasi tersebut akan diketahui kegagalan atau keberhasilan suatu kebijakan, sehingga secara normatif akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan dapat dilanjutkan/perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, bahkan harus dihentikan. Evaluasi menilai keterkaitan antara prakteknya (implementasi) dengan teori (kebijakan) dalam bentuk dampak kebijakan, apakah dampak tersebut sesuai dengan yang diinginkan atau tidak. Dari hasil evaluasi ini kita dapat menilai apakah sebuah kebijakan atau program memberikan manfaat atau tidak bagi masyarakat yang dituju. Secara normatif fungsi evaluasi sangat dibutuhkan sebagai salah satu bentuk pertanggung-jawaban publik, bahkan di masa masyarakat yang makin kritis menilai kinerja pemerintah.

Seiring dengan perkembangan ini kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bagaimana menjaga tata pengelolaan hidup sehat terhadap bayi dan ibu hamil, sehingga tidak jarang ada keluhan masyarakat sekitar karena dalam proses pelayanan tersebut tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

Dengan hal ini, pemerintah, khususnya dinas kesehatan dan Rumah Sakit atau puskesmas dibuat untuk mensukseskan Program jaminan persalinan (JAMPERSAL) yang kemudian diimplementasikan kepada warga masyarakat yang menjadi sasaran dari pelaksanaan JAMPERSAL.

Unutk Mengukur efek suatu program atau kebijakan pada kehidupan masyarakat dengan membandingkan kondisi antara sebelum dan sesudah dilaksanakannya program tersebut. Mengukur efek menunjukkan adanya metodologi penelitian. Sedangkan membandingkan efek dengan tujuan harus menggunakan kriteria untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan, menilai kesesuaian dan perubahan program dengan rencana memberikan umpan balik terhadap manajemen dalam rangka perbaikan atau penyempurnaan implementasi, memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan dan memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program dimasa yang akan datang.

Evaluasi kinerja pencapaian tujuan Kebijakan, yaitu mengevaluasi kinerja orang-orang yang bertanggung jawab mengimplementasikan kebijakan tersebut.

Dari sini kita akan memperoleh jawaban dan informasi mengenai kinerja implementasi, efisiensi dan efektifitas, dan lain yang terkait. Evaluasi kebijakan dan dampaknya, yaitu mengevaluasi kebijakan itu sendiri serta kandungan program tersebut. Dari sini kita akan memperoleh informasi mengenai dampak (outcome) kebijakan, manfaat (efek) kebijakan, kesesuaian kebijakan atau program dengan tujuan yang ingin dicapainya (kesesuaian antara tujuan dan sarana). Sasaran program Jaminan Persalinan adalah ibu bersalin, ibu nifas (pasca

39

melahirkan 42 hari), ibu hamil dan Bayi baru lahir (0-28 hari). Yang dapat mendapatkan pelayanan jaminan persalinan yaitu seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan.

Dalam penelitian tentang “evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) dipuskesmas Bontobahari kabupaten Bulukumba” teori yang digunakan adalah teori evaluasi implementasi menurut Dunn. Dunn dalam Nugroho (2012:729) menyebutkan 6 kriteria evaluasi kebijakan, diantaranya : efektifitas, efisiensi, responsivitas, kecukupan, perataan, dan ketepatan. Adapun pembahasan yang dapat peneliti paparkan, yaitu sebagai berikut :

a. Efektivitas

Efektivitas berhubungan dengan apakah suatu program mencapai hasil (akibat) yang diharapkan (maksimal), atau tercapainya tujuan dari dilaksanakan suatu tindakan. Dalam penelitian “evaluasi program jaminan persalinan (jampersal)” di puskesmas Bontobahari. Pencapaian target pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan (NAKES), peningkatan peserta keluarga berencana (KB) dan hambatan dalam pelaksanaan program jaminan persalinan (jampersal) di puskesmas Bontobahari.

Efektivitas berfokus pada program, hasil, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.

Efektivitas adalah suatu standar terpenuhinya sasaran dan tujuan yang ingin dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program atau kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal. Dalam proses pelayanan jaminan persalinan (jampersal) untuk mencapai sebuah pelayanan

yang baik maka harus diukur dari tingkat keefektivitasan para informan pelaksana dalam hal ini adalah pemerintah dan dari pihak medis.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas informan menyatakan sebagai berikut:

“Peran pemerintah dalam hal melaksanakan pelayanan, ini sangat berpengaruh. Bagaimana cara pihak pemerintah agar bisa menjelaskan dengan baik kepada masyarakat agar menggunakan jasa medis ketika ingin melahirkan dan melakukan konsultasi setiap 2 minggu sekali di puskesmas ini. Karena sangat penting melakukan konsultasi kepada pihak puskesmas terutama kepada pihak medis yang terkait dengan kandungan. Karena pemikiran masyarakat dan pola pikir ini yang harus diubah di masyarakat karena masih banyak yangkurang konnsultasi mengenai kehamilan. Dan ini yang bisa menjadi bahaya bagi ibu dan bayi. (Wawancara dengan informan ZA,15 september 2021)”.

Besdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah dan pihak medis mengalami berbagai kesulitan dalam menjalankan program jaminan persalinan (jampersal) ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang tidak memenuhi aturan.

Berbeda dengan wawancara salah seorang Ibu yang mengunakan JAMPERSAL menyatakan:

“Pelayanan yang diberikan oleh pihak medis ketika saya memeriksakan kandungan sampai pada proses melahir itu berjalan cukup baik, tapi perlu dari pihak pemerintah agar melakukan pemeriksaan dengan baik terhadap fasilitas apa saja yang ada dipuskesmas agar Para Ibu merasa nyaman dan aman dalam kelahiran anak. (Wawancara dengan informan IY 16 september 2021) “.

Berbeda dengan informan masyarakat yang menyatakan:

“Peyanan medis yang diberikan kepada kami yah cukup baik, semua ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan bidannya juga cukup baik dalam menjelaskan berbagai hal mengenai kehamilan. (wawancara dengan informan KA, 16 september 2021).

41

Berdasarkan hasil informan dari salah satu staf yang ada di puskesmas menyatakan:

“Fasilitas yang ada di puskesmas ini selebihnya merupakan peran pemerintah dalam memberikan perlengkapan seperti pembangunan infrastuktur serta sarana dan prasarana lainnya yang berkaitan dengan perlengkapan medis. Karena kami hanya memberikan pelayanan medis yang ada atau digunakan seperti biasa, bagaimana mungkin pasien merasa aman dan nyaman jika sarana dan prasarananya tidak memadai.

(Wawancara dengan informan AS. 16 september 2021).

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala UPTD mengatakan:

“Berbicara mengenai efektifitas berarti kita berbicara masalah pelayanan dan sarana prasarana yang ada dipuskesmas dan rumah sakit. kami yang ada di dinas kesehatan juga melakukan kunjungan ke puskesmas dan rumah sakit mengenai jaminan persalinan (jampersal) serta memimpin dalam melakukan kinerjanya”. (Wawancara dengan informan RA. 17 september 2021)”.

Cakupan pelayanan jampersal meliputi pertolongan persalinan, pemeriksaan, pemeriksaan kehamilan ante natal care, post natal care (PNC), oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan kepada pemerintah (puskesmas dan jaringanya), fasilitas kesehatan (faskes) swasta yang tersedia fasilitas persalinan (Rumah bersakin/klinik, bidan praktik, dokter praktik) dan yang telah menanda-tangani perjanjian kerjasama (PKS), dengan tim pengelola jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) kabupaten/kota. Selain itu pemeriksaan kehamilan yang beresiko tinggi akan terjadi secara berjengjang di puskesmas dan rumah sakit berdasarkan rujukan, dalam kebijakan.

Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala UPTD dapat diketahui sebagai berikut:

“Menurut saya perencanaan antara masyarakat dan pemerintah kurang dan kita harap dalam hal ini pemerintah harus mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk melakukan sosialisasi, mengenai pihak medis itu berbeda, kami bertanggung jawab menjalankan pelayanan dengan baik.

Bagaimana pelayanan bisa berjalan dengan baik jika pemerintah kurang aktif. Dalam hal ini untuk memperhatikan keperluan pelayanan medis seperti sarana dan prasana, membantu menyediakan obat-obatan dan lainnya yang berkaitan dengan hal medis. (Hasil wawancara dengan informan ZA 17 September)”.

Setiap ibu yang ingin melakukan persalinan mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar pemerintah daerah kabupaten/kota, wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada semua ibu bersalin diwilayah kerjanya dalam kurun waktu 1 tahun. Pelayanan bersalin yang sesuai merupakan persalinan yang dilakukan oleh dokte dan bidan atau dokter spesialis kebidanan yang juga bekerja difasilitas pelayanan kesehatan swasta maupun pemerintah yang memiliki surat tanda register (STR) baik persalinan normal maupun persalinan dengan komplikasi.

Berdasrkan hasil wawancara dari salah seorang ibu pengguna Jaminan Persalinan mengatakan:

“Pertolongan yang saya dapatkan dari bidan kepada saya cukup baik, mereka semua bekerja dengan sangat baik, membantu saya dalam melakukan proses persalinan. Pelayanan yang saya dapatkan juga bagus, mereka memberi saya motivasi untuk menghilangkan rasa panik yang saya alami akibat rasa takut dan kesakitan. (Hasil wawancara informan, AR 18september)”.

Dari hasil penjelasan informan yang ditemui ada beragam jawaban yang didapatkan peneliti. Hal ini menyatakan pemerintah dan pelayanan kesehatannya harus lebih ditingkatkan lagi agar tercapai seluruh indikator yang akan diraih seperti kepentingan publik dan kepuasan masyarakat. Dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan setalah adanya kebijakan maka harus adanya pengawasan terutama dari pemerintah maupun para penyedia jasa medis dalam hal ini yaitu dokter, bidan, dan perawat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan di puskesmas bontobahari.

43

“Kami akan melakukan pelayanan dengan sangat baik kepada bayi dan ibu karena ini adalah tangun jawab kami sebagai bidan dan untuk melakukan pengawasan dalam memperhatikan kesehatan bayi dan ibu dan selama ini kami selalu melakukan pelayanan dengan baik kepada ibu yang ingin melakukan persalinan dipuskesmas ini. (Wawancara dengan informan MW, 18 september 2021)”.

Selain memperhatikan efejtifitas untuk mencapai tujuan, pemerintah juga harus memperhatikan beberapa dampak yang tidak diinginkan, dampak yang hanya sebagian saja dari yang diharapkan. Contohnya pelyanan medis dan pemerintah harus lebih memperhatikan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Sehingga tercapainya tingkat kepuasan terhadap masyarakat. Program jaminan persalinan (jampersal) merupakan program untuk rakyat untuk kepentingan rakyat dan kesehatan rakyat.

Berbicara tentang masalah efektifitas dari program jaminan persalinan (jampersal) dari hasil penelitian yang didapat dilapangan dan informasi yang didapat dari informan, efektifitas yang dicapai belum tecapai dengan baik, ini ditandai adanya ditemui keluhan kepada pengguna jampersal yang mengeluhkan masalah pelayanan yang ada, maka dari sini peneliti sebagai penulis menarik kesimpulan bahwa program jampersal tersebut belum bisa mencapai hasil yang diharapkan dan belum bisa mencapai pada tujuan jaminan persalinan (jampersal)yang sesungguhnya.

b. Efesiensi

Efesiensi menurut Dunn (2003:430) berhubungan dengan usaha apa saja yang dilakukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tersebut. Efesiensi

merupakan persamaan dari rasionalitas ekonomi, dan merupakan hubungan antara usaha dan efektifitas.

Efesiensi merupakan suatu keadaan atau kondisi, dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan baik dan benar dengan penuh kemampuan dan tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat umum.

Efesiensi dalam penelitian “evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di puskesmas Bontobahari sebagai penyelenggara program jampersal.” Adapun dari segi sosialisasi program jampersal yang seharusnya dilakukan oleh pihak puskesmas Bontobahari hingga ke masyarakat dapat dilihat melalui gambar

Gambar 4.1 Alur Sosialisasi Program Jaminan Persalinan di puskesmas Bontobahari

Pada gambar 4.1 terlihat alur sosialisasi program jampersal, yang awalnya program jampersal tersebut bersumber dari kementrian kesehatan dan kemudian disampaikan ke Dinas Kesehatan kabupaten bulukumba, dari Dinas Kesehatan kabupaten bulukumba tersebut disampaikan lagi ke unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kecamatan bontobahari dan dari UPT dinas disampaikan langsung kepuskesmas kemudian.

45

Berdasarkan wawancara dari kepala puskesmas yaitu:

“upaya yang kami lakukan ini, tentu saja dengan melakukan pendekatan terlebih dahulu oleh masyarakat, dengan cara melakukan penyuluhan oleh bidan-bidan yang ada disetiap puskesmas, kemudian pendekatan kepada orang-orangyang terlibat dalam terlaksanannya posyandu agar mengarahkan ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan dan persalinan di puskesmas Bontobahari atau bidan yang ada dipuskesmas masing”

setiap kecamatan.. (wawancara dengan informan RA, 20 sepetember 2021)”.

Tidak jauh berbeda dengan informan Kepala UPT yang mengatakan:

“di tahun 2021 ini pemerintah dan dinas yang terkait akan melakukan inovasi dalam program jaminan persalinan tersebut diharapkan bisa mengubah pola pikir dari masyarakat agar ikut serta dalam program pemerintah ini apalagi dalam jampersal. Semua ini merupakan kepentingan umun dan kepentingan rakyat. Semua biaya ini ditanggung oleh pemerintah akan tetapi ini anya berlaku untuk pengguna jampersal, jika ada yang terdaftar sebagai peserta BPJS maka seluruh proses persalinannya akan ditanggung oleh BPJS bukan dalam tanggungan jampersal. (wawancara dengan informan SA, 20 september 2021)”.

Dari penjelasan diatas menunjukkan jika tingkat efesiensi pemerintah dalam mengelolas program jampersal tersebut tidak main-main. Akan tetapi perlu adanya kerja keras agar orang-orang yang terkait dalam proses pelaksanaan kebijakan berjalan dengan baik. Terutama dari pihak tenaga medis, perlulebih mempersiapkan SDM yang baik sebagai penanggung jawab dari pelaksanaan kegiatan yang berkaitan langsung kepada masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara bersama seorang bidan:

“usaha yang kita.lakukan yaitu melalui pendekatan kepada tokoh masyarakat , RW, RT, serta kader posyandu, agar ikut berpartisipasi dalam pengadaan sosialisasi setiap tempat yang ada di bontobahari.

(wawancara dengan informan SNH, 1 Oktober 2021)”.

Berdasarkan pernyataan informan yang ada diatas, bahwa usaha yang dilakukan oleh pihak puskesmas, untuk mencapai hasil yang di inginkan dari program jampersal yaitu dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat dan mengarahkan kader posyandu untuk mengarahkan setiap ibu hamil agar rutin melakukan pemeriksaan kehamilan dan persalinan di bidan atau di puskesmas.

Berdasarkan hasil wawancara tentang usaha yang dilakukan pihak puskesmas Bontobahari dalam menyelenggarakan program jampersal yaitu :

“upaya yang kita lakukan adalah dengan cara mensosialisasikan program jampersal dimana para bidan melakukan pertemuan dengan kader disetiap desa, setiap satu bulan sekali pada saat melakukan pertemuan, bidan dan pengelola KIA menjelaskan tentang program jampersal kepada kader posyandu, dan kemudian kader posyandu menyampaikan hasil sosialisasi kepada masyarakat. (H, 1 Oktober 2021)”.

Pada pernyataan diatas, dapat dilihat bahwa usaha yang dilakukan oleh pihak puskesmas bontobahari adalah melakukan pendekatan dalam kegiatan sosialisasi dengan masyarakat, dan sosialisasi tersebut hanya berlangsung pada saat kegiatan posyandu saja, dalam waktu sebulan sekali.

Berdasarkan hasil wawancara bersama informan Bidan pelaksana mengatakan untuk menjadi peseta jaminan persalinan, disampaikah bahwa :

“prosedurnya sangat mudah, hanya melengkapi persyaratan, yaitu fotocopy KTP, kartu keluarga (KK), serta buku pemeriksaan kehamilan.

Menurut saya prosedur jampersal lebih mudah jika dibandingkan denhan JKN (jaminan kesehatan nasional) jika jaminan persalinan dengan persyaratan yang begitu mudah bisa langsung mendapatkan pelayanan dan tidak lagi memikirkan biaya, berbeda lagi dengan BPJS dan JKN dimana ada biaya setiap bulannya yang harus dibayar, prosedur untuk menjadi perseta BPJS tersebut juga lebih rumit dari pada jaminan persalinan (jampersal). ( RAN, 2 Oktober 2021)”.

Pernyataan diatas menerangkan bahwa prosedur dalam menjadi perseta jampersal tidak sulit, cukup dilengkapi persyaratannya diantaranya fotocopy KTP,

47

kartu keluarga (KK), serta buku pemeriksaan kehamilan. Prosedurnya juga lebih mudah, jika dibandingkan dengan prosedur pelayanan BPJS.

Adapun efesiensi dari segi biaya, pada temuan dilapangan biaya yang dikeluarkan setiap peserta jaminan persalinan berbeda-beda , tergantung dari bidan yang menanganinya. Ada bidan yang tidak mau menerima biaya, artinya pelayanan jaminan persalinan tersebut murni gratis, tetapi ada juga eberapa bidan yang memberikan biaya dari peserta jampersal.

Berdasarkan hasil wawancara bersama informan kepala puskesmas mengatakan:

“program jaminan persalinan ini gratis, dan bagi tenaga medis dan bidan yang menangani serta memberikan pelayanan jaminan persalinan, akan mendapatkan dana pengganti dari pusat, yang diberikan langsung kepada masing-masing tenaga medis yang menangani peserta jampersal.( MZ, 2 Oktober 2021)”.

Berbeda dengan pernyataan yang diberikan oleh salah satu staff puskesmas bontobahari yang mengatakan:

“jampersal ini gratis, jadi tidak ada biaya apaun yang dikeluarakan dalam mendapatkan pelayanan jaminan persalinan. Dana dari pusat tersebut diberikan kepada tenaga medis yang telaj melakukan perjanjian dengan pusat. Biasanya dilakukan perjanjian terlebih dahulu. Bahwa saya siap memberikan pelayanan jaminan persalinan oleh masyarakat. Setelah dilaksanakan, akan ada pemeriksaan dari phak pusat., dan setelah disepakati maka dana tersebut turun. Meskipun dana jaminan pesalinan tersebut sering telat dibayar oleh pusat., yang seharusnya dibayar tiap tiga bulan, tetapi biasanya memakan waktu lebih dari tiga bulan( H, 2 Oktober 2021)”.

Bedasarkan pernyataan kedua informan diatas, dapat dikatakan bahwa program jaminan persalinan tersebut gratis. Karena, bagi masing-masing tenaga medis yang telah melakukan perjanjian dengan pihak pusat untuk menangani para peserta jaminan persalinan, akan mendaptkan dana pengganti dari pihak pusat

setiap tiga bulan sekali, meskipuan dari temuan dilapangan, dana dari pihak pusat masing sering telat bayar.

Pada keseluruhan pernyataan dari beberapa informan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa program jampersal belum sepenuhnya efesien, karena masih ada beberapa masyarakat yang dikeenakan biaya stalah mendapat pelayanan persalinanan tergantung dari tenaga medis yang menanganinya.

c. Kecukupan

Kecukupan berkaitan dengan seberapa jauh tingkat efektifitas yang bisa memuaskan nilai, kebutuhan atau kesempatan yang menimbulkan masalah.

Kriteria kecukupan disini menegaskan pada kuatnya hubungan antara hasil yang diharapkan dan alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.

Peningkatan cakupan pelayanan guna menjamin kesehatan bayi dan ibu hingga pasca perlainan sudah terlaksana dengan baik. Dan para pengguna jampersal merasa senang dengan pelayanan telah diberikan oleh puskesmas dan dinas yang terkait. Namun AKB dan AKI belum bisa dihindari. Walaupun angka kematian masih saja terjadi, ini bukan sepenuhnya kesalahan pihak puskesmas, kematian juga diluar kehendak manusia atau bidan dan juga diluar dari sistem kebijakan pemerintah. Akan tetapi diusahakan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan merugikan maka dibuatlah rumusan kebijakan sampai dengan implementasi kebijakan. Dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu program maka dilakukan pengukuran dengan menggunakan konsep evaluasi kebijakan.

Dalam penelitian tentang “ evaluasi program jaminan persalinan di puskesmas bontobahari”, kecukupan berkaitan dengan , sejauh mana kebijakan

49

dalam mencapai target menurunkan jumlah kematian bayi dan ibu diwilayah puskesmas bontobahari

Berdasarkan hasil wawancara bersama informan Bidan pelaksana mengatakan:

“menurut saya program jaminan persalinan ini bagus, karena ada banyak pelayanan yang bisa diberikan oleh masyarakat sehingga sedikit membantu masyarakat. Jika mengenai persoalan jumlah kematian bayi dan jumlah kematian ibu, jika dilihat dari rekap data mulai tahun 2019 sampai tahun 2021, disini jumlah kematian bayi menunjukkan adanya penuruan meskipun di tahun 2020 ada penambahan namun hal ini tentu bukan kemauan kami. Karena kami sudah berusaha mungkin dan tentu urusan kematian sudah ada yang menentukan. Sehingga tidak bisa dicegah.

Sedangkan untuk jumlah kematian ibu jika dilihat dari rekap data kejadian kematian ibu tetap ada tetapi jumlahnya sedikit.( RH, 2 Oktober 2021)”.

Berbeda dengan informan Kepala puskesmas bontobahari menrangkan bahwa :

“sejak dilaksanakannya program jampersal tersebut, dimana tujuannya yaitu untuk menekan angka kematian bayi dan angka kematian ibu, untuk wilayah puskesmas bontobahari, jika melihat dari data yang ada, dapat diketahui bahwa, jumlah kematian ibu jumlahnya tidak banyak, sedangkan jumlah kematian bayi masih ckup tinggi di tahun 2020.

(wawancara dengan informan KA, 4 Oktober 2021)”.

Berdasarkan hasil wawancara bersama bidan yang ada di puskesmas Bontobahari :

“untuk jumlah kematian bayi di puskesmas bontobahari, memang jumlahnya cukup tinggi. Tetapi jumlah kematian ibu di puskesmas bontobahari jarang sekali terjadi, memang ada kematian , tetai jumlahnya tidak banyak. Dan lebih bagusnya jika kejadian kematian ibu bersalin dapat dihilangkan.. (wawancara dengan informan RAN, 4 Oktober 2021)”.

Dari hasil wawancara dengan informan diatas membuktikan bahwa jumlah kematian bayi di puskesmas bontobahari masih cukup tinggi, meskipun sudah diadakan program jaminan persalinan., sedangkan jumlah kematian ibu sejak diberlakukannya program jaminan persalinan, terjadi senyak 2 kali kematian ibu,

yaitu di tahun 2019 dan tahun 2021 . sehingga bisa disimpulkan dari temuan dilapangan bahwa dan dari data yang ada bahwa program jampersal belum bisa mengatasi tingginya jumlah kematian bayi dan ibu di puskesmas bontobahari.

Adapun penyebab kematian bayi dan kematian ibu di puskesmas Bontobahari dari informan seorang bidan mengatakan:

“ untuk penyebab dari kematian bayi , jika dilihat dari laporan kesehatan anak paling banyak adalah bayi berat lahir rendah dan kelainan bawaan.

Faktor yang mempengaruhi hal tersebut karena kehamilan yang tidak direncanakan, tidak menunda kehamilan, pernikahan dini sehingga si ibu tidak mau memeriksa kandungan dan menyebabkan janin yang di kandungnya mengalami kekurangan gizi. Sedangkan untuk kematian ibu diwilayah puskesmas bontobahari disebabkan karena tiga terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan, kedua, terlambat ke tempat rujukan, ketiga, terlambat dalam memperoleh pelayanan. (SNH, 4 Oktober 2021)”.

Pernyataan yang sama dinyatakan oleh bidan puskesmas bontobahari bahwa:

“ di puskesmas bontobahari tersebut kebanyakan kematian bayi disebabkan karena bayi berat lahir rendah dan ada juga karena kelainan bawaan pada bayi. Hal tersebut bisa terjadi, karena ibu hamil malas untuk memeriksa kandungannya, usia ibu hamil sangat muda, banyak juga yang menikah muda. Sedangkan untuk kematian ibu terjadi karena hipertensi.

(RAN, 4 Oktober 2021)”.

Dari hasil wawancara dengan informan diatas membuktikan bahwa pengelolaan kesehatan anak dan kesehatan ibu di puskesmas bontobahari diatas, beserta bidan puskesmas bontobahari dapat diketahui bahwa penyebab kematian ibu melahirkan disebabkan oleh darah tinggi (hipertensi) atau dalam kehamilan sering disebut dengan eklamasi. Sedangkan penyebab kematian bayi dipuskesmas bontobahari yaitu paling banyak disebabkan karena asfiksia, berat badan lahir rendah dan penyakit bawaan bayi.

51

Tabel 4.2 AKB dan AKI menurut data Puskesmas Bontobahari No Tahun Lahir Hidup Kematian

Kriteria perataan/kesamaan menurut Dunn (2003:430) ini erat hubungannya dengan rasionalitas dan sosial yang menunjuk pada distribusi

Kriteria perataan/kesamaan menurut Dunn (2003:430) ini erat hubungannya dengan rasionalitas dan sosial yang menunjuk pada distribusi

Dokumen terkait