BAB III METODE PENELITIAN
H. Pengabsahan Data
Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan:
1. Perpanjangan pengamatan
Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara kembali sumber data, baik yang pernah ditemui maupun hal baru yang ditemukan. Hal ini dilakukan guna menguatkan hubungan penelitian dengan narasumber agar terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan saling mempercayai, sehingga dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.
2. Peningkatan ketekunan peneliti
Melakukan pengamatan secara lebih cermat. Sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
3. Triangulasi
Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:
1) Triangulasi sumber, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber
2) Triangulasi teknik, dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi
Menurut Meleong kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu:
1. Kepercayaan (kreadibility) 2. Keteralihan (transferability) 3. Kebergantungan (depandability) 4. Kepastian (konfermability)
Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam keabsahan data antara lain:
1. Kepercayaan (Kreadibility)
Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan referensi.
2. Kebergantungan (Depandibility)
Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara menetapkan bahwa
29
proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit dependability oleh auditor independent oleh dosen pembimbing.
3. Kepastian (Konfermability)
Kriteria ini digunakan untuk menilai hasil penelitian yang dilakukan dengan cara mengecek data dan informasi serta interpretasi hasil penelitian yang ada pada palacakan audit.
30 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Obyek Penelitian
1. Profil Puskesmas Bontobahari
Puskesmas Bontobahari ini beralamat di jalan poros doajang kelurahan Tanahberu kecamatan Bontobahari. Dulunya puskesmas ini berada di jalan lorong SMA kelurahan Tanahlemo kecamatan Bontobahari.
Pada tahun 2015 puskesmas bontobahari dikembangkan dan dijadikan 2 temapat, puseksmas yang berada dijalan lorong SMA kelurahan Tanahlemo menjadi puskesmas dengan rawat inap, dan pelayanan PONED (obstetric neonatal emergency dasar). Dan sebagian besar wilayah kerja berada di jalan poros Doajang kelurahan Tanahlemo kecamatan Bontobahari. Jarak diantara kedua puskesmas tersebut cukup dekat.
Karena masih bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat bahkan berjalan kaki.
2. Visi dan Misi
Visi dan misi di puskesmas secara umum, mempunyai wilayah kerja sama dengan wilayah kecamatan sehingga tujuan puskesmas yang disebutkan bisa dijabarkan dalam suatu Visi” menuju masyarakat sehat, sejahtera, bahagia dan berkualitas.” untuk mewujudkan visi ini, ada misi yang diwujudkan yaitu dengan berpedoman pada lima fungsi utama puskesmas yaitu:
a. Menumbuhkan kesadaran masyarakat hidup sehat.
31
b. Meningkatkan kualitas kinerja menuju masyarakat hidup sehat.
c. Meningkatkan pelayanan yang professional dan terjangkau bagi masyarakat.
d. Membina kerja sama lintas program dan lintas sektor demi terwujudnya masyarakat sehat, sejahtera dan bahagia.
e. Meningkatkan manajemen puskesmas.
Status Pelayanan Kesehatan bisa dilihat dari pelayan kesehatan berdasarkan standar pelayanan minimal kesehatan, diantaranya pelayanan KB-KIA, Imunisasi, Gizi, P2M, Promosi Kesehatan rata-rata pencapaiannya baru berkisar 80-90%. Adapun data tenaga kesehatannya dapat diliat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Bontobahari Kab.
Bulukumba
No Tenaga Kesehatan Jumlah
1. Dokter Umum 2 Orang
2. Bidan 10 Orang
3. Perawat 16 Orang
4. Petugas Kesehatan Masyarakat 6 Orang
5. Dokter 3 Orang
Dokter umum 2 orang, Bidan 10 orang, perawat 16 orang, Petugas Kesehatan masyarakat 6 orang, dokter spesialis anak 1 orang dan dokter spesialis kandungan 1 orang. Sarana UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat) terdiri dari 33 posyandu dan hanya 2 posyandu yang
aktif dengan status purnama dan mandiri, Poskesdesnya baru 4 yang dibangun dan digunakan.
3. Sasaran Program Jaminan Persalinan.
Program pelaksanaan Jaminan Persalinan (jampersal) mulai tahun 2011 Kementrian Kesehatan Republik Indonesia meluncurkan program kesehatan bagi masyarakat yaitu jaminan persalinan (jampersal) adalah jaminan pembiayaan yang digunakan sebagai pertolongan persalinan, pemeriksaan kehamilan, pelayanan bayi baru lahir, pelayanan nifas. Secara umum tujuan Jampersal menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yaitu Menjamin akses pelayanan persalinan yang dilakukan oleh bidan atau dokter dalam rangka menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. untuk tujuan secara khusus adalah:
a. Meningkatkan cakupan pertolongan persallinan, pemeriksaan kehamilan, serta pelayanan nifas oleh tenaga kesehatan (NAKES).
b. Meningkatkan cakupan pelayanan bayi baru lahir oleh tenaga kesehatan (NAKES).
c. Meningkatkan cakupan ibu bersalin, nifas, penanganan komplikasi bagi ibu hamil serta bayi baru lahir.
d. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang efektif, efesien transparan, dan akuntabel.
Untuk mempercepat tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015 Jumlah persalinan di Indonesia setiap tahunnya sekitar 3,32% dari total 3,020 juta per tahun 2020 oleh karena itu program
33
tersebut menjadi sangat penting bagi masyarakat. Program tersebut bertujuan untuk menurunkan Angka kematian ibu (AKI) diperlukan upaya. khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi yang menjadi Sasaran Program yaitu: (a) ibu bersalin, (b) Ibu nifas (sampai 42 hari pasca melahirkan), (c) ibu hamil, (d), Bayi baru lahir (sampai dengan usia 28 hari). Penjelasanya sebagai berikut:
1) Pelayanan ini sudah mulai berjalan dan rumah sakit yang melayani jampersal bisa melakukan klaim ke Kementerian Kesehatan mulai Juni 2011. Peserta program jampersal dapat memanfaatkan pelayanan di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan Rumah sakit (RS) di kelas III yang memiliki PKS (perjanjian kerja sama) dengan Tim Pengelola Jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) dan Badan operasional kesehatan (BOK) Kabupaten/Kota.
Pengelolaan kepesertaan Jaminan persalinan (jampersal) adalah perluasan kepesertaan dari program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) yang mengikuti manajemen jamkesmas dan tata kelola kepesertaan, namun dalam hal penetapan pesertanya. Sementara pelayanannya diselenggarakan dengan prinsip Portabilitas, Pelayanan ini terstruktur berjenjang berdasarkan rujukan. Untuk pelayanan persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan pemerintah (Puskesmas dan Jaringannya) didanai berdasarkan usulan rencana kerja (Plan Of Action/POA) Puskesmas. Untuk pelayanan persalinan tingkat pertama di fasilitas kesehatan swasta dibayarkan dengan mekanisme klaim.
Klaim persalinan berdasarkan atas tempat (lokasi wilayah) pelayanan persalinan ibu hamil dilakukan. Dana bagi pelayanan Jamkesmas termasuk Jampersal merupakan satu kesatuan (secara terintegrasi) disalurkan langsung dari KPPN (kantor pelayanan perbendaharaan Negara) ke Rekening Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai penanggung jawab Pengelolaan jaminan persainan (jampersal) wilayahnya dan Rekening RS untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan (swasta dan pemerintah). Ada pun program pelayanan yang disediakan oleh pemerintah untuk masyarakat adalah.
2) Pelayanan pemeriksan ibu hamil, merupakan Pelayanan antenatal pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dikerjakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang telah ditetapkan. Mufdlilah (2009) mengatakan antenatal care merupakan suatu program yang terencana seperti edukasi,
observasi dan penanganan medis terhadap ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses persalinan dan kehamilan yang aman dan memuaskan.
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh pelayanan kesehatan tenaga professional (dokter umum, dokter spesialis, bidan perawat, kebidanan) untuk ibu selama masa kehamilannya, sesuai dengan standard minimal pelayanan antenatal. asuhan antenatal (antenatal care) merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan terhadap perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim (Yulaikhah, 2009). Manuaba (2003) menjelaskan antenatal care atau
35
pengawasan antenatal merupakan upaya observasi berencana dan teratur kepada ibu hamil melalui pendidikan, pemeriksaan, pengawasan secara dini terhadap penyakit dan komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan.
3) Pelayanan ibu bersalin, merupakan asuhan kebidanan bagi persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang aman dan bersih selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya mencegah komplikasi.
Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa adanya komplikasi baik pada janin maupun pada ibu (Saifuddin, 2000). Tujuan asuhan persalinan adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi terhadap ibu dan bayinya, melalui berbagai macam upaya terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan serta kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal).
Setiap intervensi yang akan diaplikasikan kedalam asuhan persalinan normal harus mempunyai bukti ilmiah dan alasan yang kuat tentang manfaat intervensi bagi keberhasilan dan kemajuan proses persalinan.
Keterampilan yang diajarkan kedalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan pada standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan bagi setiap penolong persalinan dimana pun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi bisa
terjadi di rumah sakit, puskesmas ataupun di ruma. Penolong persalinan mungkin saja seorang dokter umum, bidan, perawat atau spesialis obstetri. Jenis asuhan yang akan diberikan bisa disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.
4) Pelayanan nifas merupakan standar pelayanan yang diberikan setelah persalinan. Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas kepada ibu yang telah melakukan persalinan melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu ke pertama dan minggu ke kelima setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi baru lahir melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan serta rujukan komplikasi yang mungkin akan terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum.
Melalui Surat Resmi Edaran Mentri Kesehatan No.
Tu/menkes/E/391/11/2011. Jaminan persalinan hingga kini masih menyimpan masalah terutama dalam implementasinya dilapangan karena tujuan jampersal sanggat mulia yakni untuk memepercepat pencapaian millennium development goals (MDGs) tahun 2015 khususnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi.
Kejadian kematian di setiap kelurahan/desa disebabkan 3 keterlambatan. Pertama, terlambat mengambil keputusan. Kedua, terlambat ke tempat rujukan. Ketiga, terlambat dalam memperoleh pelayanan. Faktor tersebut terjadi karena awalnya korban mengalami darah
37
tinggi (hipertensi), di mana dalam kehamilan disebut dengan eklamasi.
Awalnya korban mengalami kejang-kejang dan mulas dari pagi. Namun, karena faktor terlambat dalam mengambil keputusan akhirnya korban tersebut lambat dalam proses penanganan.
B. Hasil Penelitian
1.Evaluasi program jaminan persalinan di puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukukumba
Evaluasi kebijakan dalam perspektif alur proses atau siklus kebijakan publik, menempati posisi terakhir setelah implementasi kebijakan, sehingga sudah sewajarnya ketika kebijakan publik yang sudah dibuat dan dilaksanakan lalu dievaluasi. Dari evaluasi tersebut akan diketahui kegagalan atau keberhasilan suatu kebijakan, sehingga secara normatif akan diperoleh rekomendasi apakah kebijakan dapat dilanjutkan/perlu perbaikan sebelum dilanjutkan, bahkan harus dihentikan. Evaluasi menilai keterkaitan antara prakteknya (implementasi) dengan teori (kebijakan) dalam bentuk dampak kebijakan, apakah dampak tersebut sesuai dengan yang diinginkan atau tidak. Dari hasil evaluasi ini kita dapat menilai apakah sebuah kebijakan atau program memberikan manfaat atau tidak bagi masyarakat yang dituju. Secara normatif fungsi evaluasi sangat dibutuhkan sebagai salah satu bentuk pertanggung-jawaban publik, bahkan di masa masyarakat yang makin kritis menilai kinerja pemerintah.
Seiring dengan perkembangan ini kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bagaimana menjaga tata pengelolaan hidup sehat terhadap bayi dan ibu hamil, sehingga tidak jarang ada keluhan masyarakat sekitar karena dalam proses pelayanan tersebut tidak sesuai dengan harapan masyarakat.
Dengan hal ini, pemerintah, khususnya dinas kesehatan dan Rumah Sakit atau puskesmas dibuat untuk mensukseskan Program jaminan persalinan (JAMPERSAL) yang kemudian diimplementasikan kepada warga masyarakat yang menjadi sasaran dari pelaksanaan JAMPERSAL.
Unutk Mengukur efek suatu program atau kebijakan pada kehidupan masyarakat dengan membandingkan kondisi antara sebelum dan sesudah dilaksanakannya program tersebut. Mengukur efek menunjukkan adanya metodologi penelitian. Sedangkan membandingkan efek dengan tujuan harus menggunakan kriteria untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan, menilai kesesuaian dan perubahan program dengan rencana memberikan umpan balik terhadap manajemen dalam rangka perbaikan atau penyempurnaan implementasi, memperoleh informasi tentang kinerja implementasi kebijakan dan memberikan rekomendasi pada pembuat kebijakan untuk pembuatan keputusan lebih lanjut mengenai program dimasa yang akan datang.
Evaluasi kinerja pencapaian tujuan Kebijakan, yaitu mengevaluasi kinerja orang-orang yang bertanggung jawab mengimplementasikan kebijakan tersebut.
Dari sini kita akan memperoleh jawaban dan informasi mengenai kinerja implementasi, efisiensi dan efektifitas, dan lain yang terkait. Evaluasi kebijakan dan dampaknya, yaitu mengevaluasi kebijakan itu sendiri serta kandungan program tersebut. Dari sini kita akan memperoleh informasi mengenai dampak (outcome) kebijakan, manfaat (efek) kebijakan, kesesuaian kebijakan atau program dengan tujuan yang ingin dicapainya (kesesuaian antara tujuan dan sarana). Sasaran program Jaminan Persalinan adalah ibu bersalin, ibu nifas (pasca
39
melahirkan 42 hari), ibu hamil dan Bayi baru lahir (0-28 hari). Yang dapat mendapatkan pelayanan jaminan persalinan yaitu seluruh ibu hamil yang belum mempunyai jaminan kesehatan.
Dalam penelitian tentang “evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) dipuskesmas Bontobahari kabupaten Bulukumba” teori yang digunakan adalah teori evaluasi implementasi menurut Dunn. Dunn dalam Nugroho (2012:729) menyebutkan 6 kriteria evaluasi kebijakan, diantaranya : efektifitas, efisiensi, responsivitas, kecukupan, perataan, dan ketepatan. Adapun pembahasan yang dapat peneliti paparkan, yaitu sebagai berikut :
a. Efektivitas
Efektivitas berhubungan dengan apakah suatu program mencapai hasil (akibat) yang diharapkan (maksimal), atau tercapainya tujuan dari dilaksanakan suatu tindakan. Dalam penelitian “evaluasi program jaminan persalinan (jampersal)” di puskesmas Bontobahari. Pencapaian target pertolongan persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan (NAKES), peningkatan peserta keluarga berencana (KB) dan hambatan dalam pelaksanaan program jaminan persalinan (jampersal) di puskesmas Bontobahari.
Efektivitas berfokus pada program, hasil, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan.
Efektivitas adalah suatu standar terpenuhinya sasaran dan tujuan yang ingin dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program atau kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal. Dalam proses pelayanan jaminan persalinan (jampersal) untuk mencapai sebuah pelayanan
yang baik maka harus diukur dari tingkat keefektivitasan para informan pelaksana dalam hal ini adalah pemerintah dan dari pihak medis.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala puskesmas informan menyatakan sebagai berikut:
“Peran pemerintah dalam hal melaksanakan pelayanan, ini sangat berpengaruh. Bagaimana cara pihak pemerintah agar bisa menjelaskan dengan baik kepada masyarakat agar menggunakan jasa medis ketika ingin melahirkan dan melakukan konsultasi setiap 2 minggu sekali di puskesmas ini. Karena sangat penting melakukan konsultasi kepada pihak puskesmas terutama kepada pihak medis yang terkait dengan kandungan. Karena pemikiran masyarakat dan pola pikir ini yang harus diubah di masyarakat karena masih banyak yangkurang konnsultasi mengenai kehamilan. Dan ini yang bisa menjadi bahaya bagi ibu dan bayi. (Wawancara dengan informan ZA,15 september 2021)”.
Besdasarkan hasil wawancara diatas maka dapat disimpulkan bahwa pemerintah dan pihak medis mengalami berbagai kesulitan dalam menjalankan program jaminan persalinan (jampersal) ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang tidak memenuhi aturan.
Berbeda dengan wawancara salah seorang Ibu yang mengunakan JAMPERSAL menyatakan:
“Pelayanan yang diberikan oleh pihak medis ketika saya memeriksakan kandungan sampai pada proses melahir itu berjalan cukup baik, tapi perlu dari pihak pemerintah agar melakukan pemeriksaan dengan baik terhadap fasilitas apa saja yang ada dipuskesmas agar Para Ibu merasa nyaman dan aman dalam kelahiran anak. (Wawancara dengan informan IY 16 september 2021) “.
Berbeda dengan informan masyarakat yang menyatakan:
“Peyanan medis yang diberikan kepada kami yah cukup baik, semua ramah dan sopan dalam memberikan pelayanan bidannya juga cukup baik dalam menjelaskan berbagai hal mengenai kehamilan. (wawancara dengan informan KA, 16 september 2021).
41
Berdasarkan hasil informan dari salah satu staf yang ada di puskesmas menyatakan:
“Fasilitas yang ada di puskesmas ini selebihnya merupakan peran pemerintah dalam memberikan perlengkapan seperti pembangunan infrastuktur serta sarana dan prasarana lainnya yang berkaitan dengan perlengkapan medis. Karena kami hanya memberikan pelayanan medis yang ada atau digunakan seperti biasa, bagaimana mungkin pasien merasa aman dan nyaman jika sarana dan prasarananya tidak memadai.
(Wawancara dengan informan AS. 16 september 2021).
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala UPTD mengatakan:
“Berbicara mengenai efektifitas berarti kita berbicara masalah pelayanan dan sarana prasarana yang ada dipuskesmas dan rumah sakit. kami yang ada di dinas kesehatan juga melakukan kunjungan ke puskesmas dan rumah sakit mengenai jaminan persalinan (jampersal) serta memimpin dalam melakukan kinerjanya”. (Wawancara dengan informan RA. 17 september 2021)”.
Cakupan pelayanan jampersal meliputi pertolongan persalinan, pemeriksaan, pemeriksaan kehamilan ante natal care, post natal care (PNC), oleh tenaga kesehatan difasilitas kesehatan kepada pemerintah (puskesmas dan jaringanya), fasilitas kesehatan (faskes) swasta yang tersedia fasilitas persalinan (Rumah bersakin/klinik, bidan praktik, dokter praktik) dan yang telah menanda-tangani perjanjian kerjasama (PKS), dengan tim pengelola jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) kabupaten/kota. Selain itu pemeriksaan kehamilan yang beresiko tinggi akan terjadi secara berjengjang di puskesmas dan rumah sakit berdasarkan rujukan, dalam kebijakan.
Berdasarkan hasil wawancara dari Kepala UPTD dapat diketahui sebagai berikut:
“Menurut saya perencanaan antara masyarakat dan pemerintah kurang dan kita harap dalam hal ini pemerintah harus mengadakan pertemuan dengan masyarakat untuk melakukan sosialisasi, mengenai pihak medis itu berbeda, kami bertanggung jawab menjalankan pelayanan dengan baik.
Bagaimana pelayanan bisa berjalan dengan baik jika pemerintah kurang aktif. Dalam hal ini untuk memperhatikan keperluan pelayanan medis seperti sarana dan prasana, membantu menyediakan obat-obatan dan lainnya yang berkaitan dengan hal medis. (Hasil wawancara dengan informan ZA 17 September)”.
Setiap ibu yang ingin melakukan persalinan mendapatkan pelayanan sesuai dengan standar pemerintah daerah kabupaten/kota, wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada semua ibu bersalin diwilayah kerjanya dalam kurun waktu 1 tahun. Pelayanan bersalin yang sesuai merupakan persalinan yang dilakukan oleh dokte dan bidan atau dokter spesialis kebidanan yang juga bekerja difasilitas pelayanan kesehatan swasta maupun pemerintah yang memiliki surat tanda register (STR) baik persalinan normal maupun persalinan dengan komplikasi.
Berdasrkan hasil wawancara dari salah seorang ibu pengguna Jaminan Persalinan mengatakan:
“Pertolongan yang saya dapatkan dari bidan kepada saya cukup baik, mereka semua bekerja dengan sangat baik, membantu saya dalam melakukan proses persalinan. Pelayanan yang saya dapatkan juga bagus, mereka memberi saya motivasi untuk menghilangkan rasa panik yang saya alami akibat rasa takut dan kesakitan. (Hasil wawancara informan, AR 18september)”.
Dari hasil penjelasan informan yang ditemui ada beragam jawaban yang didapatkan peneliti. Hal ini menyatakan pemerintah dan pelayanan kesehatannya harus lebih ditingkatkan lagi agar tercapai seluruh indikator yang akan diraih seperti kepentingan publik dan kepuasan masyarakat. Dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan setalah adanya kebijakan maka harus adanya pengawasan terutama dari pemerintah maupun para penyedia jasa medis dalam hal ini yaitu dokter, bidan, dan perawat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan di puskesmas bontobahari.
43
“Kami akan melakukan pelayanan dengan sangat baik kepada bayi dan ibu karena ini adalah tangun jawab kami sebagai bidan dan untuk melakukan pengawasan dalam memperhatikan kesehatan bayi dan ibu dan selama ini kami selalu melakukan pelayanan dengan baik kepada ibu yang ingin melakukan persalinan dipuskesmas ini. (Wawancara dengan informan MW, 18 september 2021)”.
Selain memperhatikan efejtifitas untuk mencapai tujuan, pemerintah juga harus memperhatikan beberapa dampak yang tidak diinginkan, dampak yang hanya sebagian saja dari yang diharapkan. Contohnya pelyanan medis dan pemerintah harus lebih memperhatikan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Sehingga tercapainya tingkat kepuasan terhadap masyarakat. Program jaminan persalinan (jampersal) merupakan program untuk rakyat untuk kepentingan rakyat dan kesehatan rakyat.
Berbicara tentang masalah efektifitas dari program jaminan persalinan (jampersal) dari hasil penelitian yang didapat dilapangan dan informasi yang didapat dari informan, efektifitas yang dicapai belum tecapai dengan baik, ini ditandai adanya ditemui keluhan kepada pengguna jampersal yang mengeluhkan masalah pelayanan yang ada, maka dari sini peneliti sebagai penulis menarik kesimpulan bahwa program jampersal tersebut belum bisa mencapai hasil yang diharapkan dan belum bisa mencapai pada tujuan jaminan persalinan (jampersal)yang sesungguhnya.
b. Efesiensi
Efesiensi menurut Dunn (2003:430) berhubungan dengan usaha apa saja yang dilakukan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tersebut. Efesiensi
merupakan persamaan dari rasionalitas ekonomi, dan merupakan hubungan antara usaha dan efektifitas.
Efesiensi merupakan suatu keadaan atau kondisi, dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan baik dan benar dengan penuh kemampuan dan tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat umum.
Efesiensi dalam penelitian “evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di puskesmas Bontobahari sebagai penyelenggara program jampersal.” Adapun dari segi sosialisasi program jampersal yang seharusnya dilakukan oleh pihak puskesmas Bontobahari hingga ke masyarakat dapat dilihat melalui gambar
Gambar 4.1 Alur Sosialisasi Program Jaminan Persalinan di puskesmas Bontobahari
Pada gambar 4.1 terlihat alur sosialisasi program jampersal, yang awalnya program jampersal tersebut bersumber dari kementrian kesehatan dan kemudian disampaikan ke Dinas Kesehatan kabupaten bulukumba, dari Dinas Kesehatan kabupaten bulukumba tersebut disampaikan lagi ke unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan kecamatan bontobahari dan dari UPT dinas disampaikan langsung kepuskesmas kemudian.
45
Berdasarkan wawancara dari kepala puskesmas yaitu:
“upaya yang kami lakukan ini, tentu saja dengan melakukan pendekatan
“upaya yang kami lakukan ini, tentu saja dengan melakukan pendekatan