• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan berfikir guna melatih kemampuan, memahami evaluasi jaminan persalinan (Jampersal) tersebut.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadikan masukan atau saran bagi pihak Puskesmas maupun masyarakat sehingga program jaminan persalinan (Jampersal) dapat berjalan dengan baik.

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Putri Permatasari (2011) dengan judul “Evaluasi Program Jaminan Persalinan (Jampersal) di Puskesmas Mandala, kecamatan Cibadak, kabupaten Lebak”. Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompoten dan berwenang difasilitas kesehatan belum mencapai jumlah yang maksimal. Dan program Jampersal belum mampu menekan jumlah kematian bayi dan jumlah kematian ibu diwilayah Puskesmas Mandala.

Penelitian oleh Suhaerni (2012) dengan judul “Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas DTP Bungbulang Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut provinsi Jawa Barat”. Dalam penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa pemanfaatan program jaminanan persalinan di Kecamatan Bungbuulang masih rendah keikutsertaannya. Dan karekteristikyang memanfaatkan program jaminan persalinan adalah ibu yang sudah lama menikah dan memiliki transportasi sulit ke tempat fasilitas pelayanan kesehatan jaminan persalinan (Jampersal).

Penelitian dari Arie Rahmadi (2013), yang berjudul “Gambaran pelaksanaan program jampersal di RSUD Penembahan Senopati Bantul.”

Dalam penelitian ini penulis menggambarkan keseluruhan bagaimana pelaksanaan program jampersal yang ada di RSUD Penembahan Senopati Bantul.

9

Perbedaan dari ketiga penelitian di atas dengan penelitian yang peneliti laksanakan adalah yang pertama Putri Permatasari meneliti tentang kurangnya tenaga medis yang berkompoten yang ada di Puskemas sedangkan peneliti meneliti tentang kurangnya respon tenaga medis terhadap masyarakat atau ibu hamil yang ingin melakukan persalinan di puskesmas. Yang kedua Suhaerni meneliti tentang Pemanfaatan Program Jaminan Persalinan (Jampersal) Berdasarkan Karakteristik Ibu di Puskesmas sedangkan peneliti meneliti tentang evaluasi program Jaminan Persalinan (Jampersal). Yang ketiga Arie Rahmadi meneliti tentang Gambaran pelaksanaan program Jamersal sedangkan peneliti meneliti tentang evaluasi program Jaminan Persalinan (Jampersal).

B. Konsep dan Teori

a. Teori Kebijakan publik

Kata kebijakan atau policy menurut Poerdaminta (1984:138) dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan dengan beberapa makna, diantaranya adalah pimpinan dan cara bertindak mengenai pemerintahan, kebijaksanaan, kepandaian dan kemahiran. Berdasarkan definisi yang terdapat dalam kamus umum Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai berikut: “Kebijakan adalah serangkaian konsep dan asas yang mempunyai garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak (organisasi, pemerintah, dan sebagainya): pernyataan cita-cita, prinsip, tujuan atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran

Adapun pengertian kebijakan publik menurut Carl Friedrich (2007:17) ia memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangkai mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.

Dari definisi kebijakan publik menurut para ahli, yang telah dijelaskan diatas. Dapat dipahami bahwa terdapat kesamaan pengertian diantara keduanya. Kesamaan tersebut diantara, kedua definisi diatas mengartikan kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Adapun perbedaannya, yaitu terletak pada pengertian kebijakan public menurut Carl Friedrich yang mengemukakan bahwa didalam kebijakan terdapat hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan.

Smith dan Larimer (2009:3) didalam bukunya yang berjudul: the public policy theory primer: mengemukakan tentang berbagai pendapat tentang kebijakan. Policy is whatever goveremnts choose to do or no to do (kebijakan itu menurut Dye adalah apa yang dilakukan atau yg tidak dilakukan oleh pemerintah) (Dye, 1987:1). Dilakukan atau tidak dilakukannya sebuah kebijakan merupakan bentuk dari kebijakan publik.

Adapun yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

11

untuk kepentingan publik atau masyarakat adalah bagian dari kebijakan publik.

Sementara Eyestone (1971:18) mengemukakan bahwa kebijakan adalah the relationship of governmental unit to its environment (hubungan pemerintah dengan unit-unit dalam lingkungan pemerintah. Hubungan antar unit-unit dalam lembaga pemerintahan adalah sebagai bentuk dari kebijakan yang bersumber secara top-down. Baik secara kelembagaan ataupun personal. Kebijakan itu berbentuk korelasi antar unsur dan lembaga.

b. Konsep Evaluasi kebijakan publik

Evaluasi kebijakan public menurut Nugroho (2009) adalah bertujuan untuk membentuk hal-hal yang strategis untuk meningkatkan kebijakan, evaluator mampu mengambil jarak dari pembuat kebijakan pelaksanaan kebijakan dan target kebijakan, prosedur dapatbertanggung jawab secara metodologi dan dilaksanakan tidak dalam permusuhan atau kebencian, mencakup rumusan inflementasi, lingkungan dan kinerja kebijakan.

Menurut Soebarsono (2005:119), evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi kebijakan public merupakan salah satu dari tahapan proses kebijakan yang kritis dan penting, karena proses ini akan melibatkan bukan hanya evaluator dari kalangan akademisi maupun praktisi, namun melibatkan komponen

masyarakat lainnya, sehingga tercipta kondisi dimana tidak ada jarak antara kebijakan public dengan masyarakat.

Evaluasi kebijakan public menurut Muhaddjir (2008, h.112), merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkn hasil, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan public yang ditentukan.

Menurut Pius A dan M Dahlan evaluasi secara etimologi dalam kamus popular adalah penafsiran, penilaian, perkiraan keadaan dan penentu nilai. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata evaluasi diartikan dengan penilaian.

Menurut Edi Suharto, evaluasi adalah pengidentifikasin keberhasilan atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu evaluasi terus-menerus dan evaluasi akhir.

Evaluasi biasanya ditunjuk untuk menilai sejauh mana keefektivan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya.

Sejauh mana tujuan dicapai serta untuk melihat sejauh mana kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Secara umum, evaluasi kebijakan dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak pelaksanaan kebijakan tersebut.

13

Evaluasi kebijakan public merupakan suatu aktivitas yang umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masin-masing komponen.

Evaluasi kebijakan publik menurut Weiss (2003:173) adalah suatu kata yang elastis yang dapat meluas meliputi penilaian kebenaran dan keberhasilan mengenai banyak hal.

Adapun pengertian evaluasi kebijakan menurut Lester dan stewart (2008:185) yaitu evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.

Dunn (2008:185) mengungkapkan, secara sederhana evaluasi kebijakan berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan.

Berdasarkan beberapa pandangan diatas, terdapat kesamaan definisi, yaitu evaluasi kebijakan publik merupakan suatu kegiataan yang dilakukan untuk mengetahui kegagalan atau keberhasilan suatu kebijakan, serta untuk mengetahui dampak yang dihasilkan dari kebijakan tersebut.

Sementara itu pengertian lain mengenai evaluasi kebijakan didefinisikan oleh Dye Parson W (2008:351) bahwa: evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan yang obyektif, sistematis dan empiris terhadap efek

dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.

c. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, fourstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan. (Adi, 2001)

a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.

b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.

c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.

d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri.

e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.

f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.

g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik.

h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.

15

i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.

j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional, dan komunitas lokal.

d. Jenis Evaluasi

Menurut edi Suharto, secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan kualitas, indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat yang menunjukkan suatu keadaan. (Edi Suharto, 2010).

e. Fungsi Kebijakan Publik

Menurut Nugroho dalam bukunya yang berjudul “public policy”

(2012:723) bahwa evaluasi merupakan penilain pencapaian kinerja dari implementasi. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan “selesai dilaksanakan” dengan dua pengertian “selesai”, yaitu (1) pengertian waktu (mencapai atau melewati “tenggat waktu”) (2) pengertian kerja pekerjaan tuntas. Ada tiga fungsi dari evaluasi kebijakan, pertama evaluasi kebijakan harus memberi informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja kebijakan. Kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan meliputi: (1) seberapa jauh kebutuhan nilai, dan kesempatan telah dicapai

melalui tindakan kebijakan atau program. Dalam hal ini evaluasi kebijakan mengungkap seberapa jauh tujuan tertentu telah dicapai. (2) apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies sudah benar-benar evektif, responsive, akuntabel, dan adil. Dalam bagian ini evaluasi kebijakan harus juga memperhatikan persoalan hak asasi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan. (3) bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri.

Kedua, evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Pemilihan nilai dalam mencapai tujuan dan target, sejatinya, tidak didasari oleh kepentingan nilai dari golongan, partai, dan kelompok tertentu.

Ketiga, evaluasi kebijakan berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.

Berdasarkan definisi evaluasi kebijakan menurut Nugroho (2012:723), yang telah dipaparkan diatas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan evaluasi kebijakan public merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui hasil atau pencapaian dari sebuah kebijakan yang telah diimplementasikan.

f. Pengertian Kesehatan

Kesehatan menurut WHO (World Healt Organization) tahun 1986 merupakan sumberdaya kehidupan sehari-hari dan bukanlah tujuan hidup.

17

Konsep kesehatan disini ditekankan pada sumber daya sosial, pribadi, dan kemampuan fisik.

Sedangkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia No.23 tahun 1992 tentang kesehatan memberikan pendapat mengenai definisi kesehatan, yakni kesehatan merupakan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial sehingga memberikan kemungkinan orang untuk bisa hidup secara produktif dan ekonomis.

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat dipahami, bahwa definisi kesehatan bukan hanya kesejahteraan dalam arti fisik saja, melainkan kesejahteraan yang mencakup beberapa hal, seperti aspek sosial dan aspek ekonomi, sehingga seseorang bisa hidup secara produktif.

g. Jaminan Persalinan

Jaminan persalinan (JAMPERSAL) adalah perluasan kepesertaan dari jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja manfaat yang diterima oleh penerima manfaat jaminan persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan (sumber :www.depkes.go.id). Hal ini diatur dalam peraturan menteri kesehatan (perMenKes) No. 631/MenKes/Per/III/2011 tentang petunjuk teknis jaminan persalinan.

1. Tujuan

1) Tujuan umum

Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nivas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang kompoten dan berwenang difasilitas kesehatan.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan kompoten

b) Meningkatnya cakupan pelayanan:

i. Bayi baru lahir

ii. Keluarga berencana pasca persalinan

iii. Penanganan komplikasi, ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, Kb pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompoten

iv. Terslenggaranya pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, akuntabel, dan transparansi.

2. Manfaat Jampersal

Manfaat yang diterima jaminan persalinan sebagaimana diuraikan dibawah ini, sedangkan pada peserta jamkesmas dijamin berbagai kelainan dan penyakit. Manfaat pelayanan jaminan persalinan meliputi:

1) Pemeriksaan kehamilan yang dibiayai oleh program ini mengacu pada pedoman KIA

2) Penatalaksanaan persalinan 3) Pelayanan Nifas

19

C. Kerangka Pikir

Penelitian tentang evaluasi program jaminan persalinan di Puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukumba menggunakan model kriteria evaluasi Dunn. Adapun dalam melakukan penelitiannya dengan mengacu pada enam kriteria evaluasi Dunn (2012:729), yang berpengaruh pada keberhasilan atau kegagalan suatu program atau kebijakan, diantaranya: Efektifitas, Efesiensi, Kecukupan, Perataan, Responsivitas, Ketepatan.

Untuk menggambarkan evaluasi dari program jaminan persalinan peneliti harus mencari data dan informasi yang mendukung tentang penelitian tentang evaluasi program Jampersal ini. Selain itu peneliti juga akan melakukan observasi dan wawancara dengan informan maupun pihak-pihak terkait. Dalam penelitian mengenai evaluasi program jaminan persalinan (Jampersal) diPuskesmas Bontobahari Kabupaten Bulukumba.

Gambar 2.1 Bagan Kerangka pikir

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian memuat objek utama penelitian yang dijelaskan secara spesifik terkait fokus dan lokus.Fokus penelitian diuraikan secara naratif sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yaitu:

21

5. Responsivitas 6. Ketepatan

E. Deskripsi Fokus

a. Efektifitas (effectiveness) berkenaan dengan apakah sesuatu alternatif mencapai hasil (akibat) diharapkan atau mencapai tujuan dari diadakan kebijakan tersebut.

b. Efesiensi (efficiency),berkenaan dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk meningkatkan tingkat. Efektifitas yang merupakan sinonim dengan rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektifitas dan usaha yang terakhir umumnya diukur dari nilai moneternya.

c. Kecukupan (adequacy) berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan yang membutuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.

d. Kesamaan (equity) erat berhubungan dengan rasionalitas legal dan sosial dan menunjukkan pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kebijakan yang beriorientasi pada pemerataan adalah kebijakan yang akibatnya (misalnya, unit pelayanan atau manfaat moneter) atau usaha (misalnya biaya moneter) secara adil didistribusikan. Kriteria kesamaan erat kaitanya dengan konsepsi yang saling bersaing, yaitu keadilan atau kewajaran untuk didistribusikan resources dalam masyarakat.

e. Responsivitas (responsiveness) berkenaan dengan seberapa jauh sesuatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok-kelompok masyarakat tertentu. Aspek efektifitas, efesiensi, kecukupan, kesamaan, masih gagal jika belum menangapi kebutuhan aktual dari kelompok yang semestinya diuntungkan dari adanya suatu kebijakan.

f. Ketepatan (appropriateness) adalah kriteria ketepatan secara dekat yang berhubungan dengan rasionalitas subtantif, karena pertanyaan tentang ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan suatu kriteria individu tetapi dua atau lebih kriteria secara bersama-sama ketepatan merujuk pada nilai atau harga diri tujauan-tujuan program dan kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan.

g. Penyedian sarana dan prasarana adalah faktor yang sangat membutuhkan perhatian pemerintah untuk suksesnya Program Jampersal ini tanpa kelengkapan alat kesehatan maka medis akan menjadi faktor yang menghambat suksesnya Program Jaminan Persalinan.

h. Komunikasi yang baik antara pemerintah, pihak medis dan masyarakat akan sangat membantu berjalannya dengan baik program Jampersal tersebut dengan adanya sosialisasi dan perhatian yang baik kepada masyarakat.

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan lokasi

Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai juni 2022. Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukuba yang terletak di jalan poros Doajang TanahBeru. Penelitian ini dilakukan bermaksud untuk mendapatkan data dan informasi tentang evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di Puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukumba

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis dan tipe penelitian ini adalah Kualitatif dengan memanfaatkan tipe penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan memahami permasalahan yang sedang terjadi atau dialami objek penelitian.

Menggunakan tipe deskripsi yaitu berupa kalimat, bahasa, dalam suatu kondisi alamiah dengan menggunakan macam metode ilmiah seperti interview, observasi, serta pengamatan dokumen. Tujuan penelitian deskriptif kualitatif ini yaitu untuk memahami permasalahan yang terkait dengan Evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di Puskesmas Bonyobahari kabupatern Bulukumba.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ada 2 (dua), yaitu:

1. Data Primer

Data primer, data yang diperoleh secara langsung dari informan yang bersangkutan dengan cara wawancara dengan beberapa informan serta

melakukan observasi untuk mendapatkan jawaban yang berkaitan dengan Evaluasi program jaminan persalinan (Jampersal)

2. Data sekunder

Data sekunder, data yang diperoleh dari literature dan dokumen serta data yang diambil dari internet dan buku berupa jurnal, artikel dan skripsi sebelumnya. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan (uber silalahi, 2010:291). Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari data kepustakaan.

D. Informan Penelitian

Informan adalah orang yang benar-benar mengetahui atau pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan penelitian. Informan terdiri dari kepala puskesmas, staf, bidan dan juga pasien yang menggunkan jampersal.

Adapun rincian informan dalam penelitian ini dapat diliat pada tabel berikut.

Tabel 3. 1 Informan Penelitian

No Nama Informan Inisial Jabatan

1 Muh. Zainuddin, S.Kep,. Ns MZ Kepala Puskesmas

25

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan teknik wawancara, studi dokumentasi, dan observasi.

1. Wawancara

Penggunaan metode ini ditujukan untuk menggali informasi lebih mendalam terkait masalah evaluasi program jaminan persalinan (Jampersal) di Puskesmas Bontobahari. Dimana peneliti dan informan berhadapan langsung untuk mendapatkan informasi secara lisan.

2. Studi Dokumentasi

Dilakukan guna mendapatkan data sekunder dengan cara melakukan kajian terhadap data-data pribadi dan dokumen resmi baik secara visual maupun tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian berupa lembaran-lembaran dokumen yang sudah ada serta dokumentasi langsung yang telah dilakukan oleh peneliti.

3. Observasi

Melakukan pengamatan langsung dilokasi penelitian secara berulang terhadap suatu objek pengamatan pada tempat yang sama ataupun berbeda.

Observasi difokuskan pada pengamatan langsung dilapangan dan bertemu langsung dengan pihak instansi maupun masyarakat terkait dengan program jaminan persalinan (Jampersal) tersebut.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992:20) yaitu:

1. Reduksi data, pada tahap ini peneliti terfokus pada pemilihan, hal-hal yang penting, tema dari catatan lapangan. Dalam hal ini dipilih data yang relevaan sesuai dengan fokus penelitian..

2. Penyajian data, dalam kegiatan ini peneliti menyusun kembali data berdasarkan masing-masing topik, kemudian diuraikan dalam benyuk singkat, bagan dan hubungan antar kategori.

3. Penarikan kesimpulan, penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari data.

G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Dari rumusan diatas dapatlah kita menarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan pengumpulan data diatas, maka peneliti akan mengolah dan mengalisis data tersebut dengan menggunakan analisis deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.

27

Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu teknik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

H. Pengabsahan Data

Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan:

1. Perpanjangan pengamatan

Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara kembali sumber data, baik yang pernah ditemui maupun hal baru yang ditemukan. Hal ini dilakukan guna menguatkan hubungan penelitian dengan narasumber agar terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan saling mempercayai, sehingga dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.

2. Peningkatan ketekunan peneliti

Melakukan pengamatan secara lebih cermat. Sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.

3. Triangulasi

Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu:

1) Triangulasi sumber, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber

2) Triangulasi teknik, dapat dilakukan dengan melakukan cek data dari berbagai macam teknik pengumpulan data. Misalnya dengan teknik wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi

Menurut Meleong kriteria keabsahan data ada empat macam yaitu:

1. Kepercayaan (kreadibility) 2. Keteralihan (transferability) 3. Kebergantungan (depandability) 4. Kepastian (konfermability)

Dalam penelitian kualitatif ini memakai 3 macam keabsahan data antara lain:

1. Kepercayaan (Kreadibility)

Kreadibilitas data dimaksudkan untuk membuktikan data yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan sebenarnya. Ada beberapa teknik untuk mencapai kreadibilitas ialah teknik triangulasi, sumber, pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan, diskusi teman sejawat, dan pengecekan kecakupan referensi.

2. Kebergantungan (Depandibility)

Kriteria ini digunakan untuk menjaga kehati-hatian akan terjadinya kemungkinan kesalahan dalam mengumpulkan dan menginterpretasikan data sehingga data dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Kesalahan sering dilakukan oleh manusia itu sendiri terutama peneliti karena keterbatasan pengalaman, waktu, pengetahuan. Cara menetapkan bahwa

29

proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit

proses penelitian dapat dipertanggungjawabkan melalui audit

Dokumen terkait