• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Konsep dan Teori

a. Teori Kebijakan publik

Kata kebijakan atau policy menurut Poerdaminta (1984:138) dalam kamus umum bahasa Indonesia diartikan dengan beberapa makna, diantaranya adalah pimpinan dan cara bertindak mengenai pemerintahan, kebijaksanaan, kepandaian dan kemahiran. Berdasarkan definisi yang terdapat dalam kamus umum Bahasa Indonesia kebijakan diartikan sebagai berikut: “Kebijakan adalah serangkaian konsep dan asas yang mempunyai garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak (organisasi, pemerintah, dan sebagainya): pernyataan cita-cita, prinsip, tujuan atau maksud sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran

Adapun pengertian kebijakan publik menurut Carl Friedrich (2007:17) ia memandang kebijakan sebagai suatu arah tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu yang memberikan hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangkai mencapai suatu tujuan atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu.

Dari definisi kebijakan publik menurut para ahli, yang telah dijelaskan diatas. Dapat dipahami bahwa terdapat kesamaan pengertian diantara keduanya. Kesamaan tersebut diantara, kedua definisi diatas mengartikan kebijakan sebagai tindakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran dan tujuan. Adapun perbedaannya, yaitu terletak pada pengertian kebijakan public menurut Carl Friedrich yang mengemukakan bahwa didalam kebijakan terdapat hambatan-hambatan dan peluang-peluang terhadap kebijakan.

Smith dan Larimer (2009:3) didalam bukunya yang berjudul: the public policy theory primer: mengemukakan tentang berbagai pendapat tentang kebijakan. Policy is whatever goveremnts choose to do or no to do (kebijakan itu menurut Dye adalah apa yang dilakukan atau yg tidak dilakukan oleh pemerintah) (Dye, 1987:1). Dilakukan atau tidak dilakukannya sebuah kebijakan merupakan bentuk dari kebijakan publik.

Adapun yang dilakukan dan tidak dilakukan oleh pemerintah dalam rangka

11

untuk kepentingan publik atau masyarakat adalah bagian dari kebijakan publik.

Sementara Eyestone (1971:18) mengemukakan bahwa kebijakan adalah the relationship of governmental unit to its environment (hubungan pemerintah dengan unit-unit dalam lingkungan pemerintah. Hubungan antar unit-unit dalam lembaga pemerintahan adalah sebagai bentuk dari kebijakan yang bersumber secara top-down. Baik secara kelembagaan ataupun personal. Kebijakan itu berbentuk korelasi antar unsur dan lembaga.

b. Konsep Evaluasi kebijakan publik

Evaluasi kebijakan public menurut Nugroho (2009) adalah bertujuan untuk membentuk hal-hal yang strategis untuk meningkatkan kebijakan, evaluator mampu mengambil jarak dari pembuat kebijakan pelaksanaan kebijakan dan target kebijakan, prosedur dapatbertanggung jawab secara metodologi dan dilaksanakan tidak dalam permusuhan atau kebencian, mencakup rumusan inflementasi, lingkungan dan kinerja kebijakan.

Menurut Soebarsono (2005:119), evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu kebijakan. Evaluasi kebijakan public merupakan salah satu dari tahapan proses kebijakan yang kritis dan penting, karena proses ini akan melibatkan bukan hanya evaluator dari kalangan akademisi maupun praktisi, namun melibatkan komponen

masyarakat lainnya, sehingga tercipta kondisi dimana tidak ada jarak antara kebijakan public dengan masyarakat.

Evaluasi kebijakan public menurut Muhaddjir (2008, h.112), merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan publik dapat membuahkn hasil, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan atau target kebijakan public yang ditentukan.

Menurut Pius A dan M Dahlan evaluasi secara etimologi dalam kamus popular adalah penafsiran, penilaian, perkiraan keadaan dan penentu nilai. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata evaluasi diartikan dengan penilaian.

Menurut Edi Suharto, evaluasi adalah pengidentifikasin keberhasilan atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Secara umum dikenal dua tipe evaluasi, yaitu evaluasi terus-menerus dan evaluasi akhir.

Evaluasi biasanya ditunjuk untuk menilai sejauh mana keefektivan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya.

Sejauh mana tujuan dicapai serta untuk melihat sejauh mana kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Secara umum, evaluasi kebijakan dapat diartikan sebagai kegiatan yang menyangkut estimasi atau penilaian kebijakan yang mencakup substansi, implementasi dan dampak pelaksanaan kebijakan tersebut.

13

Evaluasi kebijakan public merupakan suatu aktivitas yang umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masin-masing komponen.

Evaluasi kebijakan publik menurut Weiss (2003:173) adalah suatu kata yang elastis yang dapat meluas meliputi penilaian kebenaran dan keberhasilan mengenai banyak hal.

Adapun pengertian evaluasi kebijakan menurut Lester dan stewart (2008:185) yaitu evaluasi ditujukan untuk melihat sebagian kegagalan suatu kebijakan dan untuk mengetahui apakah kebijakan yang telah dirumuskan dan dilaksanakan dapat menghasilkan dampak yang diinginkan.

Dunn (2008:185) mengungkapkan, secara sederhana evaluasi kebijakan berkenaan dengan produksi informasi mengenai nilai atau manfaat hasil kebijakan.

Berdasarkan beberapa pandangan diatas, terdapat kesamaan definisi, yaitu evaluasi kebijakan publik merupakan suatu kegiataan yang dilakukan untuk mengetahui kegagalan atau keberhasilan suatu kebijakan, serta untuk mengetahui dampak yang dihasilkan dari kebijakan tersebut.

Sementara itu pengertian lain mengenai evaluasi kebijakan didefinisikan oleh Dye Parson W (2008:351) bahwa: evaluasi kebijakan adalah pemeriksaan yang obyektif, sistematis dan empiris terhadap efek

dari kebijakan dan program publik terhadap targetnya dari segi tujuan yang ingin dicapai.

c. Tujuan dan Pentingnya Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu yang penting dilakukan, dalam hal ini, fourstein menyatakan sepuluh alasan mengapa suatu evaluasi perlu dilakukan. (Adi, 2001)

a. Pencapaian. Guna melihat apa yang sudah dicapai.

b. Mengukur kemajuan. Melihat kemajuan dikaitkan dengan objektif program.

c. Meningkatkan pemantauan. Agar tercapai manajemen yang lebih baik.

d. Mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan. Agar dapat memperkuat program itu sendiri.

e. Melihat apakah usaha sudah dilakukan secara efektif. Guna melihat perbedaan apa yang terjadi setelah diterapkan suatu program.

f. Biaya dan manfaat. Melihat apakah biaya yang dikeluarkan cukup masuk akal.

g. Mengumpulkan informasi. Guna merencanakan dan mengolah kegiatan program secara lebih baik.

h. Berbagi pengalaman. Guna melindungi pihak lain terjebak dalam kesalahan yang sama, atau untuk mengajak seseorang untuk ikut melaksanakan metode yang serupa bila metode yang dijalankan telah berhasil dengan baik.

15

i. Meningkatkan keefektifan. Agar dapat memberikan dampak yang lebih luas.

j. Memungkinkan perencanaan yang lebih baik. Karena memberikan kesempatan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, komunitas fungsional, dan komunitas lokal.

d. Jenis Evaluasi

Menurut edi Suharto, secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur untuk menunjukkan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut suatu fenomena sosial, ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatan kualitas, indikator dapat berbentuk ukuran, angka, atribut atau pendapat yang menunjukkan suatu keadaan. (Edi Suharto, 2010).

e. Fungsi Kebijakan Publik

Menurut Nugroho dalam bukunya yang berjudul “public policy”

(2012:723) bahwa evaluasi merupakan penilain pencapaian kinerja dari implementasi. Evaluasi dilaksanakan setelah kegiatan “selesai dilaksanakan” dengan dua pengertian “selesai”, yaitu (1) pengertian waktu (mencapai atau melewati “tenggat waktu”) (2) pengertian kerja pekerjaan tuntas. Ada tiga fungsi dari evaluasi kebijakan, pertama evaluasi kebijakan harus memberi informasi yang valid dan dipercaya mengenai kinerja kebijakan. Kinerja kebijakan yang dinilai dalam evaluasi kebijakan meliputi: (1) seberapa jauh kebutuhan nilai, dan kesempatan telah dicapai

melalui tindakan kebijakan atau program. Dalam hal ini evaluasi kebijakan mengungkap seberapa jauh tujuan tertentu telah dicapai. (2) apakah tindakan yang ditempuh oleh implementing agencies sudah benar-benar evektif, responsive, akuntabel, dan adil. Dalam bagian ini evaluasi kebijakan harus juga memperhatikan persoalan hak asasi manusia ketika kebijakan itu dilaksanakan. (3) bagaimana efek dan dampak dari kebijakan itu sendiri.

Kedua, evaluasi kebijakan berfungsi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Pemilihan nilai dalam mencapai tujuan dan target, sejatinya, tidak didasari oleh kepentingan nilai dari golongan, partai, dan kelompok tertentu.

Ketiga, evaluasi kebijakan berfungsi juga untuk memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan lainnya, termasuk bagi perumusan masalah maupun pada rekomendasi kebijakan.

Berdasarkan definisi evaluasi kebijakan menurut Nugroho (2012:723), yang telah dipaparkan diatas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa yang dimaksud dengan evaluasi kebijakan public merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengetahui hasil atau pencapaian dari sebuah kebijakan yang telah diimplementasikan.

f. Pengertian Kesehatan

Kesehatan menurut WHO (World Healt Organization) tahun 1986 merupakan sumberdaya kehidupan sehari-hari dan bukanlah tujuan hidup.

17

Konsep kesehatan disini ditekankan pada sumber daya sosial, pribadi, dan kemampuan fisik.

Sedangkan Undang-Undang Negara Republik Indonesia No.23 tahun 1992 tentang kesehatan memberikan pendapat mengenai definisi kesehatan, yakni kesehatan merupakan keadaan yang sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial sehingga memberikan kemungkinan orang untuk bisa hidup secara produktif dan ekonomis.

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat dipahami, bahwa definisi kesehatan bukan hanya kesejahteraan dalam arti fisik saja, melainkan kesejahteraan yang mencakup beberapa hal, seperti aspek sosial dan aspek ekonomi, sehingga seseorang bisa hidup secara produktif.

g. Jaminan Persalinan

Jaminan persalinan (JAMPERSAL) adalah perluasan kepesertaan dari jamkesmas dan tidak hanya mencakup masyarakat miskin saja manfaat yang diterima oleh penerima manfaat jaminan persalinan terbatas pada pelayanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan (sumber :www.depkes.go.id). Hal ini diatur dalam peraturan menteri kesehatan (perMenKes) No. 631/MenKes/Per/III/2011 tentang petunjuk teknis jaminan persalinan.

1. Tujuan

1) Tujuan umum

Meningkatnya akses terhadap pelayanan kehamilan, persalinan, nivas, bayi baru lahir dan KB pasca persalinan yang dilakukan oleh

tenaga kesehatan yang kompoten dan berwenang difasilitas kesehatan.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatkan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, dan pelayanan nifas ibu oleh tenaga kesehatan kompoten

b) Meningkatnya cakupan pelayanan:

i. Bayi baru lahir

ii. Keluarga berencana pasca persalinan

iii. Penanganan komplikasi, ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir, Kb pasca persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompoten

iv. Terslenggaranya pengelolaan keuangan yang efektif, efisien, akuntabel, dan transparansi.

2. Manfaat Jampersal

Manfaat yang diterima jaminan persalinan sebagaimana diuraikan dibawah ini, sedangkan pada peserta jamkesmas dijamin berbagai kelainan dan penyakit. Manfaat pelayanan jaminan persalinan meliputi:

1) Pemeriksaan kehamilan yang dibiayai oleh program ini mengacu pada pedoman KIA

2) Penatalaksanaan persalinan 3) Pelayanan Nifas

19

Dokumen terkait