• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Dalam hal ini hasil penelitian yang ditemukan dilapangan dengan dasar teori evaluasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh William Dunn. Ada enam kriteria yang dapat mengevaluasi suatu kebijakan, bisa dikatakan berhasil atau tidak dalam proses implementasi atau pelaksanaannya, yaitu kriteria efektivitas, efesiensi, kecukupan, perataan, responsivitas, dan ketepatan. Adapun temuan yang diperoleh peneliti mengenai evaluasi program jaminan persalinan dipuskesmas Bontobahari kabupaten Bulukumba, adalah:

1. Efektivitas

Kriteria efektivitas berkaitan dengan pencapaian atau hasil yang diharapkan, atau tercapainya tujuan dari dilaksanakannya suatu tindakan.

Serta hambatan-hambatan dalam pelaksanaan program jaminan persalinan di puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukumba. Pada temuan dilapangan, terlihat bahwa masih adanya keluhan dari masyarakat mengenai program jaminan persalinan.

Berbicara masalah efektivitas dari hasil penelitian yang didapat dilapangan dan adanya beberapa informasi dari informan mengatakan bahwa efektivitas yang dicapai belum tercapai dengan baik, ini ditandai

dengan ditemuinya keluhan kepada pengguna jampersal yang mengeluhkan masalah pelayanan yang diberikan serta peran pemerintah yang lebih memperhatiakan fasilitas puskesmas dengan baik sehingga ibu bersalin atau masyarakat yang ingin melakukan pemeriksaan serta persalinan merasa puas dengan fasilitas yang tersedia.

Efektivitas adalah suatu standar terpenuhinya sasaran dan tujuan yang ingin dicapai serta menunjukkan pada tingkat sejauh mana organisasi, program atau kegiatan melaksanakan fungsinya secara opimal.

Dalam proses pelayanan jaminan persalinan (jampersal) intuk mencapai sebuah pelayanan yang baik maka harus diukur dari tingkat keefektivitasan para informan pelaksanaan program tersebut dalam hal ini adalah pihak pemerintah dan pihak medis.

2. Efisiensi

Efesiensi menurut Dunn (2004:430) berhubungan dengan usaha apa saja yang dilakukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas tersebut.

Efesiensi merupakan persamaan dari rasionalitas ekonomi, dan merupakan hubungan antara usaha dan efektivitas.

Kriteria efesiensi berkaitan dengan usaha-usaha yang dilakukan oleh pihak puskesmas Bontobahari untuk mencapai tujuan dari program jaminan persalinan. Efesiensi merupakan suatu keadaan atau kondisi, dimana penyelesaian suatu pekerjaan dilaksanakan dengan baik dan benar dengan penuh kemampuan dan tanggung jawab yang besar terhadap masyarakat umum.

63

Pada temuan dilapangan usaha yang dilakukan oleh pihak puskesmas Bontobahari yaitu, melakukan pendekatan dalam bentuk sosialisasi kepada masyarakat, serta membangun kerjasama dengan kader posyandu, agar bisa mengarahkan ibu hamil, untuk melakukan pemeriksaan serta persalinan di bidan. Sosialisasi yang dilakukan puskesmas bontobahari diadakan satu bulan sekali, dimana pada saat sosialisasi, bidan memberikan informasi mengenai program jaminan persalinan (jampersal)..

Prosedur untuk menjadi peserta jampersal yaitu denganmelengkapi persyaratan, yaitu fotocopy KTP dan kartu keluarga (KK), serta buku pemeriksaan kehamilan. Setelah persyaratan lengkap, maka peserta jampersal langsung bisa mendapatkan pelayanan dari program jampersal di puskesmas bontobahari. Mengenai persyaratan dan prosedur pelayanannya sangat sederhana dan mudah, masyarakat tidak mengalami kesulitan pada saat mendapatkan pelayanan jampersal.

Pada temuan dilapangan, tentang kriteria efesiensi berkaitan dengan biaya, dapat diketahui bahwa program jaminan persalinan belum efisien, karena masih ada peserta jampersal yang harus membayar stelah mendapatkan pelayanan pertolongan persalinan di bidan. Berdasarkan temuan dilapangan, dapat diketahui ada peserta jampersal yang mengakses pelayanan jampersal kemudian mengeluarkan biaya, namun tidak semua tenaga medis mematok harga kepada peserta jampersal, sehingga dapat disimpulkan bahwa jampersal tidak sepenhnya gratis.

Para bidan juga puskesmas bontobahari juga bnyak mengeluhkan anggaran program jampersal, dimana dana pengganti program jaminan persalinan sering telat dibayar melebihi batas waktu yang ditentukan yaitu tiga bulan. Sehingga hal ini menjadi permasalahan bagi bidan di puskesmas bontobahari.

3. Kecukupan

Kecukupan berkaitan dengan kemampuan program jaminan persalinan dalam menekankan jumlah kematian bayi dan jumlah kematian ibu di puskesmas Bontobahari. Berdasarkan pada temuan dilapangan, program jampersal belum mampu menekankan angka kematian bayi di puskesmas bontobahari, karena pada tahun diadakannya program jampersal, yaitu tahun 2011 , jumlah kematian bayi di puskesmas bontobahari, setiap tahun mengalami peningkatan walaupun di tahun 2021 mengalami penurunan tetapi di tahun 2020 mengalami peningkatan yang cukup banyak.

Tabel 4.4 Jumlah kejadian kematian bayi di wilayah Puskesmas Bontobahari Kabupaten Bulukumba

65

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa, selama diberlakukan jaminan persalinan di tahun 2019-2021 jumlah kematian bayi terus mengalami peningkatan meskipun di tahun 2021 mengalami penurunan jumlah kematian bayi diwilayah puskesmas bontobahari. Meskipun sudah diadakan program jampersal, dimana tujuannya adalah untuk menakankan angka kematian bayi dan ibu.

Penyebab kematian bayi di puskesmas bontobahari paling banyak karena faktor berat badan bayi rendah, dan kelainan bawaan pada bayi.

Faktor yang mempengaruhi yaitu karena pernikahan dini dan tidak menunda kehamilan, dimana kehamilan tersebut tidak direncanakan bahkan disembunyikan sehingga ibu hamil tersebut tidak mau melakukan pemeriksaan kandungan, dan menyebabkan janinnya beresiko pada saat dilahirkan. Padahal suda ada program jampersal, yang mencakup pemeriksaan kehamilan sebnyak 4 kali, suntik bayi baru lahir 3 kali, pelayanan persalinan, suntik KB 1 kali, dan pelayanan nifas 4 kali.

Sehingga diawal kehamilan, sehingga ibu yang sedang hamil dan menjadi peserta jampersal bisa langsung memeriksakan kehamilannya secara gratis, untuk memantau kondisi janin dan ibunya.

Berdasarkan temuan dilapangan, program jampersalinan juga belum bisa menekankan angka kematian ibu di puskesmas bontobahari.

Karena sejak diberlakukannya program jampersal ini, tidak ada perubahan terhadap jumlah kejadian kematian ibu di puskesmas bontobahari. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel

Tabel 4.5 Jumlah kejadian kematian ibu di wilayah Puskesmas Bontobahari

Berdasarkan tabel diatas, dapat di ketahui bahwa jumlah kematian ibu di Bontobahari tidak mengalami perubahan, setelah adanya program jampersal. Program jampersal memang belum bisa menghilangkan jumlah kejadian ibu. Artinya kematian ibu sebelum dan sesudah ada program jampersal ini tetap ada, namun jumlahnya tetap (tidak ada peningkatan atau sebaliknya)

Penyebab kematian ibu di puskesmas Bontobahari disebabkan oleh darah tinggi atau eklamasi. Darah tinggi pada ibu hamil disebabkan oleh beberapa faktor yaitu gangguan aliran darah menuju lacenta bayi yang dapat disebabkan oleh tekanan darah ibu menjadi naik sehingga menimbulkan darah tinggi, karena kurangnya asupan gizi yang baik pada ibu hamil dapat menurunkan kondisi kesehatan ibu hamil dan juga bisa memicu gangguan pada pembulu darah lacenta yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.

67

4. Kesamaan

Kriteria perataan/kesamaan menurut Dunn (2003;430) ini erat hubungannya dengan rasionalitas dan sosial yang menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antar kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Tujuan dari program ini adalah menurunkan AKI dan AKB serta pelayanan yang memadai.

Atas dasar pemerataan dan kesamaan dengan tujuan menurunkan AKI dan AKB dengan tujuan membangun kesehatan keluarga, program jampersal ini digratiskan untuk seluruh masyarakat umum baik miskin atau kaya, baik swasta maupun pegawai negeri sipil tidak dibebankan biaya apapun.

Pada penemuan dilapangan dari beberapa informasi yang diperoleh bahwa tidak ada perbedaan yang diberikan pihak puskesmas bontobahari, selama masyarakat tidak terdaftar dalam faskes lainnya. Menurut informasi syarat dalam mengikuti program jampersal yaitu ibu hamil memberikan foto copy KTP ataupun kartu identitas lainnya. Maksudnya tidak ada golongan khusus bagi penerima program tersebut. Baik golongan masyarakat keatas maupun masyarakat golongan bawah jika mengikuti persyaratan yang diberikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis dan pemerintah cukup baik dikalangan masyarakat. Pelayanan tanpa adanya deskriminasi tentu menjadi harapan bagi semua orang.

5. Responsivitas

Kriteria responsivitas berkaitan juga dengan interaksi yang terbangun dengan adanya program jaminan persalinan, berdasarkan temuan di lapangandengan adanya program jaminan persalinan banyak warga yang memberi informasi baik dari mulut ke mulut bahkan dari tetangganya atau rang-orang terdekatnya, mengenai program jampersal, mereka menginformasikepada teman terdekatnya ataupun tetangga bahwa dengan ikut dalam program jampersal ini bisa melakukan pemeriksaan kehamilan gratis, pemberian susu, serta pemberian vitamin. Selanjutnya, staff puskesmas juga memberikan respon yang baik, seperti para staff memberikan informasi kepada para ibu hamil agar menggunakan program jampersal.

Terdapat juga interaksi bidan dengan staff puskesmas bontobahari, interaksi tersebut seperti staff membantu pendataan ibu hamil yang melakukan pemeriksaan dan yang melakukan persalinan. Hal ini sangat membantu tugas bidan puskesmas bontobahari.

6. Ketepatan

Ketepatan berhubungan dengan rasionalitas karena pertanyaan mengenai ketepatan kebijakan tidak berhubungan dengan suatu kriteria individu tetapi dua atau lebih. Dalam pelayanan public ini, indicator yang ingin dicapai yaitu kepuasan masyarakat di dalam mendapatkan pelayanan yang baik oleh pemerintah yang terkait.

69

Kemampuan kerja yang dimiliki setiap individu yang berbeda, mencakup aspek keterampilan. Pengetahuan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan. Di dalam menjalankan suatu kebijakan hal yang paling mendasar adalah sasaran atau ketepatan untuk program tersebut.

Berdasarkan hasill observasi dan wawancara penulis mendapatkan informasi bahwa keseriusan pemerintah dalam menjalankan program jampersal oleh semua masyarakat baik ekonomi kebawah maupun ekonomi menengah. Ini ditandai dengan program jaminan persalinan yang terpisah dengan BPJS.

Faktor Penghambat jaminan persalinan (jampersal)

Program jaminan persalinan ini bisa dipahami sebagai kepentingan masyarakat dalam kebijakan serta perlu adanya partisipasi dari masyarakat dalam proses membuat kebijakan publik. Salah satunya seperti problem approach yang diperkenalkan Edwards, yang memberikan usulan pendekatan masalah yang dimana mengemukakan 2 pertanyaan pokok, seperti: (1) faktor apayang menghambat keberhasilan program jampersal? Dan (2) faktor apayang mendukung keberhasilan program jampersal berdasarkan faktor penghambat dan pendukung program jaminan persalinan tersebut maka ada beberapa faktor yang menjadi syarat utama kebehasilan dari proses program jaminan tersebut yaitu:

e. Penyediaan sarana dan Prasarana

Saran kesehatan adalah salah satu faktor yang paling penting dalam mendukung berjalannya proses sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan penyedia pelayanan kesehatan pada masyarakat yang dituntut bertanggungjawab terhadap keakurasian, keandalan, dan keamanan sarana dan prasarana yang digunakan, dalam perkembangannya maka pengelolaan mutu fasilitas sarana dan prasarana ini menjadi sangat penting.

Anggaran yang dialokasikan kepada pemerintah di bidang kesehatan sebesar. Terdiri dari DAK fisik sebesar RP.17.604.786.382.- (tujuh belas triliun enam ratus empat miliar tujuh ratus delapan puluh enam juta tiga ratus delapan puluh dua ribu rupiah) dan DAK non fisik sebesar RP.7.618.200.000.000.- (tujuh miliar enam ratus delapan belas miliar dua ratus juta rupiah) tidak mungkin jika proram ini tidak berjalan sesuai dengan tujuan dari jamperal seperti penekanan AKI dan AKB.

Fasilitas pendukung pelayanan yang ada di puskesmas Bontobahari belum memadai, contohnya fasilitas parkir pasien, ruang tunggu yang nyaman bagi masyarakat dan pasien, pencahayaan ruangan yang cukup, dan masih banyak lagi.

Kondisi tersebut perlu dibenahi karena masalah sarana dan prasarana yang ada dipuskesmas Bontobahari yang belum standar atau layak. Harapannya agar puskesmas Bontobahari bisa menjadi puskesmas yang menjadi standar sarana dan prasarana yang bagus dan layak sehinggah bisa memberikan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan kemudahan bagi pengguna. Puskesmas mulai

71

merencanakan pembenahan untuk persiapan akreditas puskesmas di persyaratkan pemerintah.

Sarana pelayanan kesehatan pemerintah yang di puskesmas Bontobahari terdiri dari 2 yaitu puskesmas rawat inap, IGD dan sebagian besar wilayah kerja ada dijalan poros doajang. Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat ini ialah umur harapan hidup (UHH), dan sebagai IPM (Indikator Pembangunan Manusia) mewakili bidang kesehatan. Agar memberikan kenyamanan untuk pasien pengguna jampersal maka pemerintah perlu melengkapi semua sarana dan prasarana demi memenuhi program jampersal tersebut, seperti gedung pelayanan rawat darurat (IGD), rawat jalan dan rawat inap, lebih di benahi lagi.

Berdasarkan hasil wawancara bersama dengan bapak kepala puskesmas Bontobahari sebagai informan mengatakan:

“Puskesmas Bontobahari merupakan puskesmas yang melayani satu kecamatan yaitu kecamatan yang ada di Bontobahari dari sekian banyaknya dan juga luasnya jangkauan kerja puskesmas kami biasanya kualahan melakukan layanan dan ada biasanya beberapa pasien yang mengajukan komplen dan keluhan tersebut di akibatkan karena alat kesehatan yang ada di puskesmas ini masih kurang dan ada juga alat yang sudah rusak”.

Tidak jauh berbeda dengan apa yang di katakan informan masyarakat yang mengungkapkan keluhannya saat melahirkan di puskesmas yaitu: “Ketika saya melakukan persalinan di puskesmas, selama dalam proses perawatan saya merasa kurang nyaman”.

b. Komunikasi yang kurang

Selama ini banyak sekali kebijakan pemerintah yang sering di keluhkan oleh masyarakat karena di anggap tidak untuk kepentingan rakyat. Terutama kepada masyarakat miskin tetapi di antaranya banyaknya kebijakan pemerintah.

Penulis menemukan jika jampersal yang diluncurkan pemerintah pada tahun 2011 ini melalui menteri kesehatan, merupakan kebijakan yang sangat membantu masyarakat terutama masyarakat yang kurang mampu.

Jampersal merupakan salah satu contoh dari best practice redikat kebijakan pemerintah yang dianggap baik dan bermanfaat terutama jika dikaitkan dengan kebijakan publik. Tetapi sering terjadinya diskomunikasi antara masyarakat dan pemerintah yang tidak memahami bagaimana prosedur dan proses yang benar dan baik dari program jaminan persalinan. Banyak masyarakat yang mengeluhkan program ini terutama dalam proses pelayanan, karena komunikasi pemerintah yang kurang dipahami oleh pengguna program jaminan persalinan. Karena masyarakat juga perlu mendapatkan arahan dari pemerintah setempat seperti lurah, camat dan desa untuk mensosialisasikan prosedur program jampersal.

Karena masih banyak masyarakat yang belum mengetahui prosedur pelayanan masa nifas seperti apa.

Berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu informan ibu muda uang mengatakan

“Jika berkaitan dengan masalah pelayanan nifas, saya baru mengetahui tentang apa itu masa nifas dan bagaimana cara pelayanan masa nifas, selama ini yang saya

73

ketahui setelah melalui proses melahirkan dan kembali kerumah tidak ada lagi pemeriksaan yang dilakukan oleh diberikan oleh ibu.

Tidak jauh berbeda dari apa yang dikatakan suami dari ibu yang juga melahirkan anak ketiganya yang mengatakan:

“Selama istri saya melahirkan anak ketiga saya belum pernah membawa istri saya memeriksa ke bidan apa lagi ke puskesmas, karena saya tidak tau tentang pelayanan masa nifas, bidan yang menangani proses kelahiran istri saya tidak pernah melakukan kontrol atau pemeriksaan kepada istrinya dan selama istri saya melahirkan anak ketiga kami, istri saya belum pernah mengalami keluhan masalah kesehatan setelah melahirkan”.

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa kebijakan dari pemerintah yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan menurunkan AKB dan AKI. Jika diamati, tingginya angka kematian bayi dan ibu yang ada di indonesia seharusnya memicu pemerintah daerah maupun pusat khususnya menteri kesehatan untuk membuat berbagai kebijakan atau terobosan guna meningkatkan derajat kesehatan program jampersal ini membutuhkan dukungan dan kordinasi dari berbagai pihak, yang lebih penting yaitu membangun komunikasi yang baik antar pemerintah daerah, camat, kota bahkan sampai kepada pemerintah desa untuk mensosialisasikan program jaminan persalinan tersebut.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa program jampersal dan tujuan jampersal tidak tercapai, menurut informan pemerintah tidak pernah

melakukan sosialisasi mengenai program jampersal dan menjelaskan secara jelas apa saja yang ada dalam proses pelayanan jampersal. Ini dibuktikan dari pernyataan informan ketika ditanyakan tentang pelayanan masa nifas, mereka tidak mengetahui apa itu pelayanan nifas, berdasarkan angka kematian bayi di puskesmas Bontobahari sebanyak 13 angka kematian bayi 2 angka kematian ibu.

ini menunjukkan ketidak pahaman masyarakat tentang program jaminan persalinan yang bisa jadi masalah besar dalam peningkatan kesehatan keluarga.

75 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Penelitan tentang evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di puskesmas bontobahari kabupaten bulukumba, berdasrkan teori evaluasi kebijakan menurut Willian Dunn, bisa disimpulkan belum mencapai tujuan umum program jampersal yang telah ditetapkan, diantaranya:

1. Evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di puskesmas Bontobahari kabupaten Bulukumba dalam penelitian ini menggunakan teori Evaluasi dunn (2012:729) dengan enam indikator yaitu Efektivitas pada indikator ini efektivitas program jampersal belum tercapai dengan baik, ini ditandai adanya keluhan kepada pengguna jampersal yang mengeluhkan masalah pelayanan yang ada, Efisiensi berdasarkan hasil penelitian pada indikator ini tingkat efisiensi pemerintah dalam program jampersal tidak main-main, akan tetapi perlu adanya kerja keras agar orang-orang yang terkait dalam proses pelaksanaan kebijakan berjalan dengan baik, Kecukupan, pada indikator ini program jampersal belum sepenuhnya maksimal ditandai dengan masih bnyak jumlah kematian bayi di puskesmas meskipun kematian ibu jumlahnya tidak banyak tetapi jumlahnya tetap sama tidak ada kekurangan, Kesamaan pada indikator ini kesamaan/pemerataan pelayanan program jampersal ini berjalan dengan baik tanpa adanya deskriminasi atau membedakan dalam melakukan proses pelayanan kesehatan jampersal tersebut, Responsivitas

pada indikator ini masyarakat memberikan tanggapan yang baik terhadap program jampersal, serta ikut berperan dalam menyampaikan informasi mengenai program jampersal tersebut, Ketepata pada indikator ini kemampuan kerja yang dimiliki setiap individu berbeda, mencakup aspek keterampilan sehingga ketepatan setiap orang yang terlibat dalam program jampersal berbeda cara kerja yang dihasilkan.

2. Faktor penghambat jaminan persalinan (jampersal) yang pertama adalah penyediaan sarana dan prasarana di mana fasilitas pendukung pelayanan yang ada di puskesmas Bontobahari belum memadai, contohnya fasilitas parkir pasien, ruang tunggu yang nyaman bagi masyarakat dan pasien, pencahayaan ruangan yang cukup, dan masih banyak lagi. Kondisi tersebut perlu dibenahi karena masalah sarana dan prasarana yang ada dipuskesmas Bontobahari yang belum standar atau layak. Kedua yaitu komunikasi yang kurang terjalin antar pihak yang terlibat di mana pemerintah kurang dalam sosialisasi mengenai program jampersal dan menjelaskan secara jelas apa saja yang ada dalam proses pelayanan jampersal. Ini dibuktikan dari pernyataan informan ketika ditanyakan tentang pelayanan masa nifas, mereka tidak mengetahui apa itu pelayanan nifas, berdasarkan angka kematian bayi di puskesmas Bontobahari sebanyak 13 angka kematian bayi 2 angka kematian ibu.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul evaluasi program jaminan persalinan (jampersal) di puskesmas bontobahari kabupaten bulukumba,

77

maka peneliti bisa memberikan saran untuk perbaikan kebijakan selanjutnya menjadi lebih baik lagi. Adapun saran yaitu:

1. Evaluasi program jaminan persalinan (Jampersal)

a. Perlu dilakukan pendekatan kepada masyarakat tentang pentingnya keselamatan anak dan ibu . serta penting memilih pertolongan persalinan yang berkompoten dan yang berwewenang di fasilitas kesehatan

a. Perlunya dilakukan sosialisasi secara merata kepada semua masyarakat, sehingga masyarakat khususnya ibu hamil segera memeriksakan kehamilannya sejak awal kehamilan hingga menjelamg proses persalinan, dan bisa mengikuti KB pasca persalinan.

b. Komunikasi pemerintah dengan masyarakat perlu di tingkatkan lagi, dalam hal ini setiap program jampersal harus di sosialisasikan dengan baik agar masyarakat memahami dan mengetahui tentang proses program jampersal tersebut. Untuk mencapai tujuan dari program jampersal peran pemerintah sangat besar pengaruhnya dalam program tersebut dan sebagai pengendali program jaminan persalinan peran pihak medis hanya di tingkat keberhasilannya saja. Maka bisa disimpulkan bahwa program jampersal tersebut dapat tercapai jika pemerintah siap dengan jampersal tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Said Zaenal. 2004. Praktik Kebijakan public edisi revisi V. Yogyakarta:

Rineka Cipta.

Agustino, L. 2006. Politik & Kebijakan Publik. Bandung: AIPI Pulshit KP2W Lemlit Unpad.

Ali, faried dan baharuddin. 2014. Ilmu Administrasi, dalam pendekatan hakikat Inti. Bandung: PT Refika Aditama.

Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik Edisi Kedua.

Yokyakarta: Gajah Mada University Press

Edi, S. (2015) Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat Kajian Stategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.

Bandung, PT. Refika Aditama.

Kebijakan operasional sebagaimana tercantum dalam SK Menkes No.515/Menkes/SK/III/2011 tentang penerimaan dana penyelenggaraan jamkesmas atau Jampersal. www.depkes.go.id.diakses pada hari Rabu Tanggal 17 Juni 2020

Meleong, J. Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nugroho, R. 2012. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.

Jakarta: Gramedia

Parson, W. 2008. Public Policy, Pengantar Teori dan Praktis Analisis Kebijakan.

Jakarta: Prenada Media Group

Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 2562/MENKES/PER/XII/2011 tentang petunjuk teknisi jaminan persalinan (Jampersal)

Peraturan menteri kesehatan (perMenKes) No. 631/MenKes/Per/III/2011 tentang petunjuk teknis jaminan persalinan.

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 210/Menkes/Per/I/2011 tentang Petunjuk Tehnis Bantuan Operasional Kesehatan tahun 2011. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 631/Menkes/Per/III/2011 tentang Petunjuk Tehnis Jaminan Persalinan tahun 2011.

Pius, P. (1994) Kamus Ilmiah Popular. Surabaya:Arloka

79

Poerwardaminta, 1984, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta Purwanto Agus Erwan & Sulistyastuti Ratih Dyah. 2015. Implementasi Kebijakan

Publik. Yogyakarta: Gava Media

Sitorus, Santi Anggrini, Kismartini, Hidayat Zainal. 2012. jurnal evaluasi program Jampersal (jaminan persalinan) di Puskesmas ngesrep kota semarang Soebarsono, AG. 2005. Analisis Kebijakan Publik, konsep, teori dan aplikasi.

Yokyakarta: Pustaka Pelajar

Soekarno SD. 2003. Public Policy. Surabaya: Airlangga University press

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian, Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode penelitian administrasi. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung:Alfabeta

Undang-undang Negara Republik Indonesia No.23 tahun 1992 tentang kesehatan

Undang-undang Negara Republik Indonesia No.23 tahun 1992 tentang kesehatan

Dokumen terkait