• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di TK Bener, Tegalrejo, Yogyakarta. Lokasinya sangat strategis karena berada di daerah perkotaan dan berdekatan dengan lembaga sekolah lainnya yaitu sehalaman dengan SDN Tegalrejo I, dekat dengan SMUN 2 Yogyakarta dan dekat dengan Perguruan Tinggi tingkat akademi yaitu Akademi Keperawatan Notokusumo dan Akademi Sekretaris Asmi Santa Maria. Bangunan TK Bener masih menumpang pada SDN Tegalrejo I. TK Bener memiliki 3 ruang kelas yaitu satu kelas Kelompok A dan dua kelas Kelompok B, satu ruang UKS, tiga kamar mandi, satu ruang kepala sekolah, dan halaman sekolah menjadi satu dengan halaman sekolah SDN Tegalrejo I.

Sekolah mempunyai enam orang pendidik dan kepala sekolah. Saat ini TK Bener memiliki jumlah murid 76 anak, Kelas A berjumlah 25 anak kelas B1 berjumlah 21 anak dan B2 sejumlah 30 anak. Kelas yang dijadikan subjek penelitian pada penelitian tindakan kelas ini adalah siswa Kelompok B1 yang berjumlah 21 anak. Ruangan Kelompok B1 tidak begitu luas terdiri dari tiga kelompok.

2. Deskripsi Kondisi Awal Sebelum Pelaksanaan PTK

a. Kondisi Awal Anak

Sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, peneliti mengadakan observasi untuk mengetahui kondisi awal sebelum melakukan tindakan. Tindakan ini diperlukan untuk mengetahui kondisi awal sebelum pelaksanaan PTK,

105

sehingga peneliti dapat mengukur sejauh mana tingkat keberhasilan penelitian tindakan kelas ini. Observasi dilaksanakan di kelas B1 dengan jumlah anak pada kelompok B1 yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah 21 anak, 13 anak perempuan dan 8 anak laki-laki.

Berdasarkan hasil observasi peneliti tanggal 22 November 2016 terhadap anak usia 5-6 tahun pada semester satu atau gasal terhadap kemampuan membaca permulaan di TK PKK Bener, Tegalrejo, Yogyakarta yaitu belum masuk dalam kriteria berkembang sangat baik. Saat observasi secara langsung dan bertanya pada wali kelas sebelum diadakan penelitian atau tindakan, didapatkan hasil bahwa sebagian besar anak yaitu 20 dari 21 anak belum memiliki kemampuan dalam membaca permulaan. Beberapa anak masih pasif dan mengalami kesulitan dalam mengenal bentuk dan bunyi huruf serta mengucapkan suku kata dan kata sederhana.

Anak-anak kelompok B1 terlihat bosan dalam mengerjakan tugas yang diberikan pendidik. Anak-anak terlihat bosan ketika diminta guru untuk menebalkan huruf, menulis huruf yang sudah disiapakan guru pada buku huruf atau ketika guru menuliskan huruf melalui media papan tulis dan anak diminta untuk membaca huruf tersebut. Beberapa anak memilih bercanda, menjahili teman dan keluar masuk kelas. Saat pembelajaran membaca, anak susah untuk berkonsentrasi dikarenakan letak kelas yang kurang kondusif karena letaknya berdekatan dengan kelas kelompok bermain.

106

b. Proses Pembelajaran Sebelum Pelaksanan PTK

Proses pembelajaran di TK Bener yaitu menggunakan pembelajaran kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan jumlah meja yaitu terdapat tiga kelompok. Dalam proses pembelajaran, terdapat kegiatan awal, inti, istirahat dan penutup. Sebelum kegiatan pembelajaran anak diajak untuk berbaris, ketika masuk dikelas anak diajak untuk berdoa dipimpin salah satu anak didampingi oleh guru.

Kemudian guru mengajak anak untuk bernyanyi sesuai sub tema pada RKH (Rencana Kegiaan Harian), setelah kegiatan bernyanyi guru melakukan apersepsi, pendidik menjelaskan kurang lebih tiga kegiatan yang harus dilaksanakan masing-masing kelompok. Anak mengerjakan ketiga pembelajaran tersebut tanpa melakukan rolling dikarenakan di TK Bener pendidik belum membiasakan anak untuk melakukan kegiatan rolling sehingga guru yang berperan membagikan tugas atau anak diarahkan mengerjakan tugas selanjutnya yang telah disediakan di meja tugas.

Sebelum diadakan penelitian tindakan kelas, peneliti melakukan pengambilan skor pratindakan terhadap kemampuan membaca permulaan anak kelompok B1 melalui media audio visual. Skor pratindakan akan menjadi pembanding untuk menentukan peningkatan skor pada siklus I dan siklus II. Peningkatan inilah yang menjadi acuan peneliti untuk menentukan media audio visual yang diterapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak atau tidak.

107

c. Pelaksanaan Pra Tindakan

Dalam penelitian ini, pengambilan skor pratindakan terhadap kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun dilakukan menggunakan observasi dan dokumentasi. Observasi dilakukan pada kegiatan inti. Hal ini agar peneliti fokus pada kemampuan membaca permulaan yang dimiliki oleh anak kelompok B1. Tabel 9. Hasil Observasi Kemampuan Membaca Permulaan Anak usia 5-6 tahun

Menggunakan Media Audio Visual pada saat Pratindakan.

NO Nama Anak

Pengetahuan tentang huruf (nama

huruf-bunyi)

Kemampuan menggabungkan huruf menjadi suku

kata

Kemampuan menggabungkan suku kata menjadi

kata Skor Total 4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1 1 Rasyid 3 2 Wira 7 3 Bagus 4 4 Cherly 7 5 Chilla 3 6 Jeni 3 7 Eka 4 8 Hanifah 6 9 Ibra 6 10 Isma 7 11 Jesika 4 12 Kenes 7 13 Khaira 3 14 Risti 4 15 Naysheila 8 16 Aga 3 17 Salsa 5 18 Didi 6 19 Yakub 4 20 Zacky 6 21 Kamila 3 JUMLAH TOTAL - 5 10 6 - 1 9 11 - - 9 12 103 PRESETASE - 23,8 47,6 28,6 - 4,8 42,9 52,4 - - 42,9 57,14 40,9

Berdasarkan tabel hasil observasi awal terhadap kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun pada saat pratindakan, hasil observasi awal terhadap kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun didapat bahwa rata-rata anak kelompok B1 masih belum berkembang sangat baik dalam huruf “nama huruf-bunyi”, “menggabungkan huruf menjadi suku kata” dan

108

“menggabungkan suku kata menjadi kata”. Data tersebut dapat dilihat dari presentase anak dalam tabel hasil observasi awal terhadap kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun pada saat pratindakan yaitu 11 (52,4%) dari 21 anak pada aspek “menggabungkan bunyi huruf menjadi suku kata”, anak masuk dalam kriteria belum berkembang dan 12 (57,14%) dari 21 anak pada aspek “menggabungkan suku kata menjadi kata”, anak masuk dalam kriteria belum berkembang. Berdasarkan hasil kemampuan membaca permulaan anak saat Pratindakan yang terdapat pada Tabel. 9, dapat dilihat bahwa dalam aspek “kemampuan tentang huruf (nama huruf-bunyi)” anak didapat belum adanya anak yang memenuhi kriteria berkembang sangat baik, 5 anak atau 23,8% dari jumlah anak memenuhi kriteria berkembang sesuai harapan, dan 10 anak atau 47,6% dari jumlah anak yang memehuhi kriteria mulai berkembang dan 6 anak atau 28,57% dari jumlah anak yang masuk dalam kriteria belum berkembang.

Pada aspek “kemampuan menggabungkan huruf menjadi suku kata” diperoleh data tertinggi 1 orang anak atau 4,8% dari jumlah anak memenuhi kriteria berkembang sesuai harapan, 9 orang anak atau 23,8% dari jumlah anak yang memehuhi kriteria mulai berkembang, 11 orang anak atau 52,4% dari jumlah anak yang memenuhi kriteria belum berkembang, namun dalam aspek ini belum ada anak yang termasuk dalam kriteria berkembang sangat baik. Pada aspek “kemampuan menggabungkan suku kata menjadi kata” diperoleh data tertinggi 9 orang anak atau 47,6% dari jumlah anak memehuhi kriteria mulai berkembang dan 12 orang anak atau 57,4% dari jumlah anak masuk dalam kriteria belum berkembang, namun dalam aspek ini belum ada anak yang termasuk dalam

109

kriteria berkembang sangat baik dan berkembang sesuai harapan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa 5 dari 21 anak mengetahui dan dapat membunyikan 9-18 huruf, 1 dari 21 anak pada aspek “menggabungkan bunyi huruf menjadi suku kata” mampu menyebutkan bunyi huruf dan menggabungkan huruf membentuk suku kata dengan pola konsonan-vokal namun masih terdapat sedikit kesalahan dan 9 atau (47,6%) dari 21 anak pada aspek “menggabungkan suku kata menjadi kata” anak dapat membaca suku kata dengan lancar namun belum bisa menggabungkannya menjadi kata.

Rata-rata kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun pada Pratindakan didapatkan sebesar 40,9%. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kemampuan membaca permulaan anak belum berkembang secara optimal. Keadaan yang demikian menjadi alasan diadakannya perlakuan tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di kelompok B1.

3. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas