i
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PKK
BENER KECAMATAN TEGALREJO
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh : Galuh Yuliasih C NIM 12111244023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
v
MOTTO
"Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh."
(Andrew Jackson)
“Belajar membacapermulaan diajarkan dengan perhatian pada
perkataan-perkataan utuh,bermakna dalam konteks pribadi anak-anak dan bahan-bahan yang
diberikanmelalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantaran
pembelajaran”.
vi
PERSEMBAHAN
1. Ibu dan Almarhum Ayah, terimakasih selalu memberikan yang terbaik
untukku.
2. Program studi PG-PAUD FIP UNY yang saya banggakan.
vii
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PKK
BENER KECAMATAN TEGALREJO
Oleh
Galuh Yuliasih Condrosari NIM 12111244023
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan melalui media audio visual anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener, Tegalrejo Yogyakarta. Aspek kemampuan membaca permulaan yang diteliti meliputi 1) huruf (nama huruf-bunyi), 2) penggabungan huruf menjadi suku kata dan 3) menggabungkan suku kata menjadi kata.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Penelitian ini dilakukan dua Siklus yang masing-masing Siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B di TK PKK Bener yang berjumlah 21 anak terdiri dari 13 anak perempuan dan 8 anak laki-laki. Objek penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan untuk kelompok B di TK PKK Bener menggunakan media audio visual. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar pengamatan dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui media audio visual di TK Bener Tegalrejo Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata kemampuan membaca permulaan anak pada tiap aspek. Seperti pada Aspek huruf (nama huruf-bunyi) dari Pratindakan sebesar 48,8% meningkat menjadi 60,71% pada Siklus I dan Siklus II menjadi 79,7%.Pada aspek penggabungan huruf menjadi suku kata dari Pratindakan sebesar 38,09% meningkat menjadi 47,21% pada Siklus I dan Siklus II menjadi 70,23%. Kemudian pada aspek menggabungkan suku kata menjadi kata pada Pratindakan sebesar 35,7% meningkatkan menjadi 54,76% pada Siklus I dan Siklus II menjadi 61,9%.Peningkatan kemampuan membaca permulaan, selain dapat dilihat pada tiap aspek juga dapat dilihat dari rata-rata skor total pada setiap Siklus dimulai dari pada saat Pratindakan sebesar 40,9%, meningkat menjadi 56,4% pada Siklus I, dan mencapai 76,18% pada tindakan Siklus II.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga pada kesempatan ini skripsi yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui
Media Audio Visual Anak Usia 5-6 Tahun Di TK PKK Bener Kecamatan Tegalrejo” dapat terselesaikan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan. Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat
bimbingan, dukungan, kerjasama, dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan
untuk kuliah.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah
memberikan kemudahan dalam proses penyusunan skripsi.
3. Ketua Jurusan PAUD Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan
saran, motivasi, dan nasihat dalam penyusunan skripsi.
4. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Pd selaku dosen pembimbing I dan Ibu Nur Cholimah,
S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar membimbing
penulis dalam menyusun skripsi dan berkenan meluangkan waktu untuk
memberikan saran, arahan, dan motivasi pada penulis dalam menyelesaikan
skripsi.
5. Ibu Sri Endah Winarni M.Pd, selaku Kepala Sekolah TK PKK Bener Tegalrejo,
Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian di TK yang dipimpin serta
ix
6. Almarhum Ayah tercinta dan ibu yang selalu menyayangi, mendukung,
mendoakan, dan menasehati dengan penuh kesabaran.
7. Kakakku Agik Kusno Priadi serta keluarga besar yang telah memberikan
motivasi dan kasih sayang.
8. Teman-temanku PG-PAUD 2012 yang selalu berjuang bersama.
9. Sahabatku tersayang Intan, Yaunuary, Astried, Dyaz Poetri dan teman-teman
PPL 57 Munthuk yang selalu memotivasi, memberikan bantuan, dan kasih
sayang.
10. Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi.
Hanya doa yang dapat penulis panjatkan, semoga segala bantuan yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan
hati, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini banyak
memberi manfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin.
x
A. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ...
1. Pengertian Bahasa ... .. 2. Pengertian Perkembangan ...
3. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini ... 4. Karakteristik Anak Usia 5-6 Tahun ... B. Hakikat Membaca ... 1. Hakikat Perkembangan Membaca ...
xi
BAB III METODE PENELITIAN
xii
1. Perencanaan ... 2. Pelaksanaan ... 3. Observasi ... 4. Refleksi ... E. Metode Pengumpulan Data ... F. Instrumen Pengumpulan Data ... G. Metode Analisis Data ... H. Indikator Keberhasilan ...
89
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
xiii
Kisi-kisi Instrumen Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Media Audio Visual... Rubrik Penilaian Pengetahuan tentang Huruf (Nama Huruf) - Bunyi... Instrumen Penilaian Pengetahuan tentang huruf (nama huruf) - bunyi ... Rubrik Penilaian Menggabungkan Membaca Huruf menjadi Suku Kata ... Instrumen Penilaian Kemampuan Menggabungkan Huruf menjadi Suku Kata ... Rubrik Penilaian Menggabungkan Suku Kata menjadi Kata... Instrumen Penilaian Kemampuan Menggabungkan Suku Kata menjadi Kata ... Instrumen Penilaian ... Hasil Observasi Pratindakan ... Hasil Pertemuan pertama Siklus I ... Hasil Pertemuan kedua Siklus I ... Hasil Pertemuan ketiga Siklus I... Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun melalui Media Audio Visual pada Siklus I ... Peningkatan yang terjadi pada waktu Pratindakan ke Siklus I ... Hasil Pertemuan pertama Siklus II ... Hasil Pertemuan kedua Siklus II ... Hasil Pertemuan ketiga Siklus II ... Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia 5-6 Tahun melalui Media Audio Visual pada Siklus I ke Siklus II .. Peningkatan yang terjadi pada Siklus I ke Siklus II ...
xiv
DAFTAR GAMBAR
hal Gambar 1. Kerangka Pikir ... 85
Gambar 2. Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart ... 88
Gambar 3. Diagram batang peningkatan kemampuan membaca permulaan melalui media audio visual anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener ... 127
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan
Anak Usia Dini yang memiliki peran penting untuk mengembangkan kepribadian
anak dan sebagai dasar bagi pencapaian keberhasilan pendidikan yang lebih
tinggi. Taman Kanak-kanak yang memberikan pelayanan pendidikan bagi anak
4-6 tahun merupakan jalur Pendidikan Anak Usia Dini yang berbentuk jalur
pendidikan formal. Di Taman Kanak-kanak, anak mengembangkan berbagai
aspek perkembangan kemampuan dasar yang meliputi bahasa, kognitif,
fisik-motorik dan seni (Anita Yus, 2005:17).
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menurut UU NO. 20 Tahun 2003
dapat diartikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak dari
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan atau stimulasi pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani serta rohani anak supaya memiliki kesiapan dalam
memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut. Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional NO.58 Tahun 2009, dapat dijelaskan bahwa tujuan dari
pendidikan anak usia dini adalah untuk meletakkan dasar perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan dan daya cipta yang diperlukan anak didik dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan membantu mempersiapkan anak
memasuki dunia sekolah baik secara sosial, intelektual, maupun emosionalnya.
Mengacu pada definisi dan tujuan dari pendidikan anak usia dini yang telah
2
penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan anak usia dini berada
padamasa golden ageatau masa keemasan,masa di mana otak anak mengalami perkembangan paling cepat sepanjang sejarah kehidupannya.
Menurut Suyadi dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar Paud
(2010: 06) menyatakan bahwa periode emas berlangsung pada saat anak dalam
kandungan hingga usia dini, yaitu 0-6 tahun. Masa keemasan jangan sampai
terlewatkan, pada masa ini dibutuhkan stimulasi yang tepat pada seluruh aspek
perkembangan yang terdiri dari kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosial
emosional, agama dan moral sehingga anak dapat berkembang secara
maksimal.Salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan untuk anak
usia dini adalah aspek bahasa.
Bahasa merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus
dikembangan pada masa golden age. Bahasa merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari anak usia dini hingga dewasa. Kemampuan berbahasa pada
anak usia 4-6 tahun berdasarkan PERMENDIKNAS NO 58 tahun 2009 tanggal
17 September 2009 ditunjukkan pada nomer 3 yaitu lingkup perkembangan
keaksaraan yang menyatakan tingkat pencapaian perkembangan yang diharapkan
meliputi: mengenal suara-suara atau benda yang ada di sekitarnya, membuat
coretan yang bermakna, meniru huruf, memahami hubungan bunyi dan bentuk
huruf, membaca dan menulis nama sendiri.
Membaca merupakan bagian dari kemampuan berbahasa. Anderson
(Nurbiana Dhieni, dkk 2008:5.5) mengungkapkan bahwa membaca permulaan
3
pengenalan huruf dan kata, menghubungkannya dengan bunyi. Darmiyati Zuchdi
dan Budiasih (1996:51) menyatakan bahwa materi yang diajarkan dalam
membaca permulaan adalah lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana,
huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah
dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14
huruf), kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah
dikenal), misalnya: toko, ubi, boneka, mata,tamu dan lafal dan intonasi kata yang
sudah dikenal dan kata baru (huruf yangdiperkenalkan 10 sampai 20 huruf).Materi
membaca permulaan diatas disesuaikan dengan tahap perkembangan bahasa anak
usia 5-6 tahun.
Berdasarkan hasil observasipeneliti tanggal 22 November 2016 terhadap
anak usia 5-6 tahun pada semester satu atau gasal terhadap kemampuan membaca
permulaan di TK PKK Bener, Tegalrejo, Yogyakarta yaitu belum sesuai dengan
tingkat perkembangan anak. Saat observasi secara langsung dan bertanya pada
wali kelas sebelum diadakan penelitian atau tindakan, didapatkan hasil bahwa
sebagian besar anak yaitu 20 dari 21 anak belum memiliki kemampuan dalam
membaca permulaan. Metode membaca di sajikan langsung dari guru
menggunakan media LKA dan papan tulis menyebabkan kurangnya interaksi
dalam pembelajaran membaca. Hal ini dapat terlihat ketika guru menulis huruf
dan kata di papan tulis dan anak disuruh mengeja satu per satu huruf yang ada di
dalam kata tersebut lalu membacanya. Guru menjadi pusat pembelajaran saat
pembelajaran seperti ini dan anak duduk manis di kursi masing-masing sehingga
4
membaca dengan metode berpusat kepada guru masih terkesan kurang
menyenangkan bagi anak sehingga kurang sesuai dengan prinsip pembelajaran
anak usia dini yaitu belajar yang menyenangkan. Pembelajaran yang belum sesuai
dengan prinsip pembelajaran anak usia dini ditunjukkan dari jumlah keseluruhan
anak yaitu dua puluh satu anak usia 5-6 tahun, ketika guru mencoba
menyampaikan materi membaca yaitu membaca nama sendiri dan membaca kata
dalam LKA, anak yang dapat membaca adalah satu anak dan enam belas anak
tidak lancar membaca, empat anak yang lain lebih memilih keluar masuk kelas,
membantu guru kelompok bermain membersihkan kelas dan membeli makanan di
kantin, ketika mereka ditanya mengapa tidak masuk kelas dan mendengarkan
penjelasan guru, anak tersebut menjawab sudah pernah. Sehingga pada
pembelajaran yang tidak disukai anak, anak memiliki kesibukan sendiri.
Bagi anak yang sudah dapat membaca mereka memiliki antusias terhadap
penjelasan yang disampaikan guru. Sebaliknya, anak yang belum bisa membaca
mereka terlihat pasif dan mengalami kesulitan dalam mengenal bentuk dan bunyi
huruf serta mengucapkan dalam bentuk kata sederhana sehingga hanya mengikuti
kata yang diucapkan oleh teman yang bisa, ketika anak ditanya mengapa mereka
tidak mendengarkan penjelasan yang diberikan guru, anak tersebut menjawab
karena malas sudah pernah diajarkan dan menginginkan pembelajaran membaca
dengan materi lainselain membaca nama teman-temannya ataupun membaca
huruf dan kata pada LKA. Guru mengatakan bahwa pernah menggunakan media
lain namun belum maksimal karena keterbatasan pengetahuan menggunakan
5
Menurut peneliti, yang berdiskusi dengan guru untuk mencari penyebab
anak masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca permulaan
didapatkan beberapa hal yaitu: Metode yang digunakan oleh guru dalam
menyampaikan pembelajaran membaca kurang menarik minat anak, sehingga
terdapat beberapa anak yang memilih bercanda, menjahili teman dan keluar
masuk kelas. Media yang digunakan guru kurang bervariatif. Materi yang
disampaikan dilakukan berulang-ulang kali sehingga terkesan monoton. Saat
pembelajaran membaca, anak susah untuk berkonsentrasi dan tidak kondusif
karena ruang kelas yang letaknya berdekatan dengan kelas kelompok bermain.
Saat peneliti dan guru berdiskusi, jawaban guru mengapa pembelajaran di TK
PKK Bener pada usia 5-6 tahun menggunakan Lembar Kerja Anak (LKA) dalam
mengenalkan membaca, guru menekankan penggunaan LKA dikarenakan media
LKA dianggap sebagai satu-satunya media yang lebih mudah digunakan untuk
melakukan evaluasi pembelajaran dan kurangnya pengetahuan penggunaan media
lain.
Akan tetapi, pada dasarnya terdapat metode pembelajaran yang dapat
digunakan oleh pendidik untuk menarik minat anak dalam membaca permulaan.
Melihat keadaan seperti itu, peneliti ingin mencoba meningkatkan kemampuan
membaca permulaan anak menggunakan media pembelajaran yang edukatif dan
menarik untuk anak yaitu dengan media audio visual. Penggunaan media dapat
membantu guru dalam menyampaikan pembelajaran terhadap anak. Dalam
penelitian ini peneliti memakai media audio visual dikarenakan dengan adanya
6
akan meningkatkan minat belajar anak sehingga materi pembelajaran yang
disampaiakan diserap dengan baik oleh anak-anak. Media audio visual dengan
menggunakan media audio visual ini berisi huruf “(Nama Huruf-Bunyi)”, “Menggabungkan Huruf menjadi Suku Kata” dan “Menggabungkan Suku Kata
menjadi Kata”.
Pada sesi pengenalan ini anakdiajak untuk menyanyikan lagu huruf.
Peneliti memiliki beberapa media audio visual lagu huruf agar anak tidak mudah
bosan, guru memutarkan audio visual melalui laptop. Setiap kegiatan anak
diminta untuk menirukan seperti yang ada di audio visual dari kegiatan pertama
pengenalan huruf, penggabungan menjadi suku kata dan kata. Guru memutarkan
kembali media audio visual, anak diminta melakukan kegiatan tanpa bantuan
suara dari media maupun guru. Media yang dipakai tidak menyesuaikan tema
yang sudah ada namun pembelajaran sesuai dengan tema dilakukan setelah
kegiatan mengenalkan kemampuan membaca permualaan.
Gambar memiliki kekuatan besar dalam merespon otak anak. Anak akan
mudah memahami kata-kata yang dipelajarinya dengan melihat gambar. Dengan
menggunakan slide bersuara sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat menyebabkan semakin banyak tingkat pencapaian perkembangan
anak yang terlibat (visual, audio).
Selain sesi pengenalan huruf hingga menggabungkannya menjadi suku
kata dan kata, untuk melatih ingatan anak terdapat sesi pengayaan yang berisi
7
kegiatan akhir. Guru menyebutkan beberapa huruf, anak diminta untuk melingkari
huruf yang disebutkan guru. Anak mencari huruf yang disebutkan guru dengan
membaca satu-satu huruf yangtertera di lembar observasi.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti perlu melakukan penelitian tentang “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan
Melalui Media Audio Visual Anak Usia 5-6 Tahun Di TK PKK Bener Kecamatan Tegalrejo”. Penelitian ini diharapkan dapat melakukan perbaikan dan dapat
meningkatkan kemampuan bahasa anak, yaitu dengan menggunakan media Audio
Visual, metode tersebut diharapkan baik kegiatan maupun pembelajaran dilalui
dengan cara bermakna, menyenangkan, serta terjadi interaksi antara guru dan
murid yang penting bagi pencapaian perkembangan anak. Penggunaan media
Audio Visual di harapkan dapat meningkatkan kemampuan membaca anak
sehingga dapat tercapai dengan baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
identifikasi masalah antara lain:
1. Anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener belum terlihat memiliki kemampuan
membaca permulaan dimana hal ini belum sesuai dengan standar
perkebangan bahasa anak usia 5-6 tahun.
2. Perlunya metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
membaca permulaan anak
3. Perlunya media pembelajaran yang menyenangkan dan dapat meningkatkan
8
4. Perlunya optimalisasi media pembelajaran membaca permulaan selain LKA
dan papan tulis.
C.
Batasan MasalahBerdasarkan identifikasi masalah, maka batasan masalah yang diangkat
adalah perlunya media pembelajaran yang menyenangkan dan dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anakserta metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di
TK PKK Bener.Dengan hal ini maka peneliti akan mencoba meningkatkan
kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener
Tegalrejo Yogyakarta menggunakan media audio visual.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang dipaparkan, maka rumusan masalah yang diteliti adalah “Bagaimana meningkatkan kemampuan membaca permulaan
melalui media audio visual anak usia 5-6 tahun di TK PKK BENER Tegalrejo
Yogyakarta?” dan “Bagaimana hasil proses peningkatan membaca permulaan?”
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan melalui media audio visual anak usia 5-6 tahun di TK PKK
BENER Tegalrejo Yogyakarta
F. Manfaat Penelitian
Manfaat Praktis
9
1) Anak pada usia 5-6 tahun di TK PKK Bener Tegalrejo mendapat pengalaman
langsung untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
2) Pembelajaran yang menggunakan media audio visual membuat anak tidak
akan jenuh atau bosan. Sehingga meningkatkan kemampuan membaca
permulaan anak usia 5-6 tahun di TK PKK Bener Tegalrejo Yogyakarta.
b. Bagi pendidik
Bagi guru (pendidik) dapat menambah pengetahuan, menambah keterampilan
dan kreativitas guru dalam menggunakan alat pembelajaran atau media
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak
usia 5-6 tahun
c. Bagi Sekolah
Penelitian ini memberikan kontribusi sebagai faktor pendukung dalam
mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan yang telah ditetapkan, memberikan
sumbangan variasi pembelajaran dalam meningkatkan profesionalisme guru, dan
meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah. Memberikan kesempatan
kepada guru untuk mengikuti atau mengadakan pelatihan mengenai pemuatan
10 BAB II KAJIAN TEORI A.Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
a. Pengertian Bahasa
Hurlock (1978:176) menyatakan bahwa bahasa mencakup segala sarana
komunikasi dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan
makna kepada orang lain. Bahasa merupakan segala bentuk komunikasi dimana
pikiran dan perasaan manusia disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti
kepada orang lain (Rita Eka Izzati, 2008: 58-59). Secara lebih rinci, J.W. Santrock (2002:188) menyatakan bahwa “bahasa meliputi suatu sistem simbol yang kita
gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain.
Sistem ini ditandai oleh penciptaan yang tidak pernah berhenti dan adanya
sistem atau aturan. Sistem atau aturan itu meliputi fonologi, morfologi, sintaksis,
semantik, dan pragmatik. Brewer dalam Slamet Suyanto (2005:73), bahasa
merupakan sistem komunikasi yang digunakan manusia, yang diproduksi secara oral atau simbol yang dapat diperluas dalam bentuk tulisan.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Surdjono (2005:6) mengungkapkan
bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat
ucap manusia, berupa gerakan-gerakan, isyarat, tanda atau simbol yang
mempunyai maksud tertentu dan merupakan gambaran kelahiran jiwa (pikiran,
perasaan, dan kemauan). Bahasa dapat diartikan sebagai suatu sistem simbol dan
urutan kata-kata, yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain,
11
merupakan salah satu kemampuan individu yang sangat penting dalam kehidupannya”.
Kosa kata anak usia TK sudah bekembang dalam pengalaman berintegrasi
dengan lingkungan. Bahasa dapat mengkomunikasikan maksud, tujuan, pikiran
maupun perasaannya anak terhadap orang lain. Berdasarkan pengertian di atas,
dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan kemampuan seseorang dalam
mengenal suatu simbol dan urutan kata-kata yang harus dimiliki oleh setiap
individu yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan baik secara
lisan maupun tertulis agar dapat dimengerti oleh orang lain sehingga terjadi proses
komunikasi.Aspek perkembangan bahasa anak menurut Carol a & Barbara A.W.
(2008: 353-355) meliputi mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis yang
dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :
1. Mendengarkan, merupakan kemampuan awal anak yang sangat penting dalam
kehidupannya sebelum berbicara, membaca dan menulis. Kemampuan
mendengarkan bagi anak digunakan untuk memahami lingkungan disekitar.
Mengajarkan anak untuk mendengarkan akan memperbesar peluang untuk
belajar bahasa dan ide baru.
2. Berbicara, merupakan salah satu cara untuk belajar bahasa. Anak harus
berbicara dengan cara-cara yang dapat dimengerti dan didengar oleh orang lain
jika ingin menyampaikan ide maupun perasaan.
3. Membaca, merupakan kemampuan mendasar yang harus dimiliki anak untuk
memasuki sekolah dasar. Pembelajaran di TK hanya mengajarkan tentang
12
4. Menulis, merupakan cara yang semakin rumit bagi anak untuk menyampaikan
ide, meminta sesuatu, mendokumentasikan kegiatan yang dilakukan, serta
memberi kesenangan. Anak mulai menulis dengan membuat coretan, membuat
gambar, dan akan berkembang seiring dengan berkembangnya pengetahuan
anak tentang tulisan.
Dalam penelitian ini akan membahas salah satu dari empat pengembangan
aspek bahasa tersebut yaitu kemampuan membaca. Membaca merupakan
kemampuan yang menjadi modal bagi anak untuk memasuki pendidikan dasar.
Berbagai pengetahuan dan wawasan yang lebih luas akan diperoleh dengan
membaca. Selain itu, membaca merupakan salah satu bentuk komunikasi untuk
dapat memahami simbol-simbol dari lingkungan sekitar. Oleh karena itu
diperlukan peningkatan terhadap kemampuan pemulaan pada anak.
b. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah suatu perubahan yang berlangsung seumur hidup
dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi seperti biologis,
kognitif, dan sosio emosional menurut Santrock dalam Nurbiana 2005:3).
Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau perubahan yang secara
dinamis dimulai dari pembuahan atau konsepsi dan terus dilanjutkan pembuahan
atau konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia yang terjadi
akibat dari kematangan dan pengalaman (Hurlock,1991; Rice, 2002). Sedangkan
menurut Hurlock (1991), dalam perkembangan ada dua proses yang bertentangan
13
yaitu pertumbuhan yang disebut evolusi dan kemunduran yang disebut dengan
involusi.
Salkind dalam M.Ramli (2005:43) menyatakan bahwa perkembangan ialah
suatu rangkaian perubahan progresif yang terjadi dalam suatu pola yang dapat
diprediksi sebagai hasil interaksi antara faktor biologis dan lingkungan. Senada
dengan pendapat Salkind, Woolfolk dalam M.Ramli (2005:43) menyatakan
bahwa, perkembangan ialah suatu perubahan adaptif secara teratur yang
berlangsung sejak terjadinya konsepsi sampai meninggal dunia. M.Ramli
(2005:44) menyatakan bahwa perkembangan disebut sebagai suatu proses karena
di dalamnya terjadi suatu perubahan, baik perubahan terjadi dari fisik maupun
psikologis.
Demikian pula, perkembangan yang terjadi secara berurutan karena dalam
proses perubahan ada hubungan yang sangat erat antara perubahan yang satu
dengan perubahan lainnya, yaitu perubahan yang terjadi sebelumnya dengan
perubahan berikutnya. M. Ramli (2005:67) menyatakan bahwa perkembangan
adalah suatu proses perubahan yang berkesinambungan secara progresif dari masa
kelahiran sampai usia 8 tahun. Dalam masa usia dini, anak mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dari segi fisik, kognitif, bahasa
dan sosial-emosional serta aspek-aspek kepribadian lainnya.
Berdasarkan pengetian di atas, dapat disimpulkan bahwa perkembangan adalah
suatu perubahan secara dinamis yang terjadi seumur hidup yang dipengaruhi oleh
14 a. Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini
1) Perkembangan Bahasa
Slamet Suyanto (2005: 73) menyatakan bahwa perkembangan bahasa anak
mengikuti suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun banyak
variasinya di antara anak yang satu dengan anak yang lain, dengan tujuan
mengembangkan kemampuan anak untuk berkomunikasi. Kebanyakan anak
memulai perkembangan bahasanya dari menangis dan mengekspresikan
responnya terhadap bermacam-macam stimulasi. Selanjutnya anak pada umumnya
akan belajar nama-nama benda sebelum kata-kata yang lain (Brewer dalam
Slamet Suyanto, 2005: 73)
Perkembangan bahasa tersebut belum sempurna sampai akhir masa bayi,
dan akan terus berkembang sepanjang kehidupan seseorang. Perkembangan
bahasa berlangsung sepanjang mental manusia akif dan sepanjang tersedianya
lingkungan untuk belajar. Melalui tersedianya lingkungan belajar, anak dapat
memperoleh kosa kata baru. Anak usia 3-4 tahun mulai belajar menyusun kalimat
tanya dan kalimat negatif. Pada anak usia 5 tahun, anak telah menghimpun kosa
kata sebanyak 8000 kosa kata, disamping anak dapat membuat pertanyaan,
kalimat negatif, kalimat tunggal, kalimat majemuk, serta penyusunan lainnya.
Sampai pada akhirnya, selama masa sekolah anak dihadapkan pada tugas
utama untuk belajar sistem linguistik lain yaitu bahasa tulisan atau cetak. Senada
dengan pendapat tersebut, Rosmala Dewi (2005:15) mengemukakan bahwa
15
linguistik. Fase prelinguistik adalah perkembangan bahasa anak usia 0-1 tahun
yaitu dimulai sejak tangisan pertama sampai anak selesai dengan fase mengoceh.
Suara yang mirip dengan erangan untuk menyatakan kesenangan atau
kepuasan dan menjerit untuk menunjukan keinginan. Pada periode ini anak mulai
peka terhadap bahasa, anak mulai mengetahui bahwa bunyi tertentu memiliki arti
tertentu. Masa ini merupakan saat menyenangkan dan tampak begitu komunikatif.
Fase linguistik dimulai sejak anak berusia 1 tahun sampai 5 tahun yaitu mulai
mengucap kata-kata pertama sampai anak dapat berbicara dengan lancar. Periode
ini dibagi pada tiga fase besar, yaitu:
1. Fase Holofrase (satu kata)
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata menyatakan pikiran yang kompleks,
baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat
duduk, dapat juga diartikan “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti
dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam
konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik gerak serta bahasa
tubuh lainnya. Padaumumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata
benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2. Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak
sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat
tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang
16
kata, munculah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya.
Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egoisentris, dari dan
untuk dirinya sendiri. Pada periode ini mulailah anak mengadakan komunikasi
dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan
anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan
kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
3. Fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia 2,5-5tahun.
Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam
berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan
tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya,
terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja misalnya (tidak
hanya....tetapi juga...). Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang dengan “saya” untuk menyebutkan dirinya, mampu mempergunakan kata dalam
bentuk jamak, awalan, akhiran, dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan
lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah,
memberitahu, dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum satu pembicaraan “gaya” dewasa.
Berdasarkan uraian mengenai perkembangan bahasa Anak Usia Dini
(AUD) tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa anak mengikuti
suatu urutan yang dapat diramalkan secara umum sekalipun banyak variasinya
diantara anak yang satu dengan yang lain. Kebanyakan anak memulai
17
penggunaan kalimat satu kata, penggunaan kalimat dua atau tiga kata, sampai
kosa kata anak yang terus bertambah setiap tahunnya. Sampai pada akhirnya
selama masa pra sekolah, anak dihadapkan pada tugas utama untuk belajar sistem
linguistik.
2) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bahasa
Pengenalan bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh keterampilan
bahasa yang baik. Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu:
intelegensi, status sosial, jenis kelamin, hubungan keluarga, dankedwibahasaan
(pemakaian dua bahasa). Secara rinci dapat diidentifikasi sejumlah faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
a. Intelegensi (proses memperoleh pengetahuan)
Tinggi rendahnya kemampuan kognisi individu akan mempengaruhi cepat
lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini relevan dengan pembahasan
sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan antara pikiran dengan bahasa
seseorang.
b. Status sosial
Anak yang secara sosial budaya berasal dari kalangan atas dan menengah
lebih cepat perkembangan bahasanya daripada anak yang berasal dari kalangan
bawah. Anak dari kalangan menengah ke atas dapat mencapai peringkat tertinggi
dalam prestasi kebahasaan secara fundamental, hal ini berpulang pada motif
18
c. Jumlah anak atau jumlah keluarga.
Suatu keluarga yang memiliki banyak anggota keluarga, perkembangan
bahasa anak lebih cepat, karena terjadi komunikasi yang bervariasi dibandingkan
dengan yang hanya memiliki anak tunggal dan tidak ada anggota lain selain
keluarga inti.
d. Jenis kelamin
Anak perempuan melebihi anak laki-laki dalam aspek bahasa. Anak
perempuan lebih dahulu mampu berbicara daripada anak laki-laki dan kamus
kosakatanya lebih banyak daripada anak laki-laki. Namun perbedaan jenis
kelamin ini akan berkurang secara tajam selaras dengan berguliranya fase
perkembangan dan bertambahnya usia.
e. Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa)
Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang menggunakan bahasa lebih
dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat perkembangan bahasanya daripada yang
hanya menggunakan satu bahasa saja karena anak terbiasa menggunakan bahasa
secara bervariasi, misalnya, di dalam rumah dia menggunakan bahasa Jawa dan
di luar rumah dia menggunakan bahasa Indonesia.
3) Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia Dini
Fungsi bahasa bagi anak usia dini adalah untuk mengembangkan
kemampuan intelektual dan kemampuan dasar anak. DEPDIKNAS menjelaskan
fungsi pengembangan kemampuan berbahasa bagi anak usia dini antara lain:
a. Sebagai alat untuk berkomunikasi dengan lingkungan
19
c. Sebagai alat untuk mengembangkan ekspresi anak
d. Sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain
4) Aspek-Aspek Perkembangan Bahasa Anak Usia Taman Kanak-Kanak
Anak usia taman kanak-kanak berada dalam fase perkembangan bahasa
secara ekspresif. Hal ini berarti bahwa anak telah dapat mengungkapkan
keinginannya, penolakannya, maupun pendapatnya dengan menggunakan bahasa
lisan. Bahasa lisan sudah dapat di gunakan anak sebagai alat berkomunikasi.
Aspek-aspek yang berkaitan dengan perkembangan bahasa anak tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Kosa kata
Seiring dengan perkembangan anak dan pengalamannya berinteraksi
dengan lingkungannya, kosa kata anak berkembang dengan pesat.
b. Sintaksis (tata bahasa)
Walaupun anak belum mempelajari tata bahasa, akan tetapi melalui
contoh-contoh berbahasa yang di dengar dan dilihat anak di lingkungannya, anak
telah dapat menggunakan bahasa lisan dengan susunan kalimat yang baik, misalnya: “Rita memberi makan kucing” bukan“kucing Rita makan memberi”.
c. Semantik
Semantik maksudnya penggunaan kata sesuai dengan tujuannya. Anak di
taman kanak-kanak sudah dapat mengekspresikan keinginan, penolakan dan
20
d. Fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan kata)
Anak di taman kanak-kanak sudah memilki kemampuan untuk
merangkaikan bunyi yang di dengarnya menjadi satu kata yang mengandung arti,
misalnya: i.b.u menjadi ibu.
A.Karakeristik Anak Usia 5-6 Tahun
Setiap anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek
fisik, kognitif, sosial-emosional, kreativitas, dan bahasa yang berbeda dengan
orang dewasa, selain itu anak adalah individu yang memiliki karakteristik yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Rusdinal dan Elizar
(2005:9), anak usia 5-7 tahun memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) anak masih
berada pada tahap berfikir pra operasional sehingga belajar melalui benda atau
pengalaman yang konkret, b) anak suka menyebutkan nama benda,
mendefinisikan kata-kata dan suka bereksplorasi, c) anak belajar melalui bahasa,
sehingga pada usia ini kemampuan bahasa anak berkembang pesat, d) anak
membutuhkan struktur kegiatan yang jelas dan spesifik.Richard D. Kellough
(Sofia Hartati, 2005: 8-11) juga mengungkapkan bahwa karakteristik anak usia
dini meliput: a) anak itubersifat egosentris, b) anak memiliki rasa ingin tahu yang
besar, c) anak pada umumnya kaya dengan fantasi, f) anak memiliki daya
kosentrasi yang pendek.
Sedangkan Cucu Eliyawati (2005: 3) mengungkapkan bahwa setiap anak
memiliki karakteristik yang menonjol yaitu unik, egosentris, aktif dan energik,
memilki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang,
21
khayalan, mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu,
memiliki daya perhatian yang masih pendek, bergairah untuk belajar dan banyak
belajar dari pengalaman, serta semakin menunjukkan minat terhadap
semua.Pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa untuk memiliki karakteristik yang
berbeda dengan orang dewasa, karakteristik-karakteristik tersebut diantaranya
anak yang bersifat unik baik secara lahirirah maupun tumbuh kembangnya,
bersifat aktif, memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang tinggi, suka berteman,
dan memiliki daya perhatian yang rendah. Oleh karena itu sebagai pendidik
haruslah pandai-pandai memilih dan membuat kegiatan agar dapat
mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak baik kognitif, bahasa, fisik
motorik, sosial-emosional, maupun oral agama.
Diantara potensi yang ada tersebut penelitian ini fokus terhadap
perkembangan bahasa anak dalam membaca permulan, sehingga perlu bagi guru
untuk memperhatikan karakteristik anak yang berkaitan dengan bahasa agar
pembelajaran yang ada berjalan efektif yaitu dengan menggunakan metode
bermain yang dianggap tepat untuk digunakan dalam memfasilitasi anak, serta
penggunaan media yang dapat menarik perhatian anak.Selain memperhatikan
karakteristik yang dimiliki anak tersebut, pendidik juga harus memperhatikan
prinsip-prinsip perkembangan anak. Bredekamp dan Copple (Sofia Hartati, 2005:
12-17) mengungkapkan beberapa prinsip-prinsip perkembangan anak yaitu:
22
interaksi antara kematangan biologis dengan lingkungan sekitar, h) bermain sebagai sarana terpenting, i) perkembangan anak akan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkannya, j) setiap anak memiliki tipe belajar yang berbeda-beda serta, k) anak akan berkembangbaik apabila dalam diri anak merasa aman, dihargai dan terpenuhi kebutuhan fisik maupun psokologisnya.
Menurut pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa terdapat beberapa
prinsip perkembangan yang perlu diperhatikan oleh setiap pendidik agar
pembelajaran atau pemberian stimulasi dapat berjalan efektif. Setiap anak
memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda dan perkembangan dengan
perkembangan yang lainnya serta terjadi secara berurutan sehingga dalam
pemberian stimulasi ini diperlukancara yang tepat tanpa mengesampingkan
prinsip perkembangan anak. Pendapat tersebut juga menyatakan bahwa
pengetahuan anak berkembang dari nyata (konkret) ke simbolik, oleh karena itu
perlu adanya suatu metode yang tepat.
Metode pembelajaran yang akan dilaksanakan juga harus memperhatikan
bahwa anak sebagai pembelajar aktif dan bermain memberikan pengaruh penting
dalam perkembangan anak karena pengetahuan anak akan lebih berkembang
apabila anak diberi kesempatan untuk mempraktekkan
keterampilan-keterampilannya, sehingga metode pembelajaran bermain dapat menjadi salah
satu pilihan sebab tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip perkembangan
anak.Selain karakteristik dan prinsip-prinsip perkembangan anak yang perlu
diperhatikan adalah prinsip-prinsip pembelajaran agar pembelajaran yang ada
berjalan efektif. Slamet Suyanto (2005: 8) mengungkapkan ada beberapa prinsip
23
bersifat pengenalan, seimbang antara kegiatan fisik dan mental, sesuai tingkat
perkembangan anak, sesuai kebutuhan individual, mengembangkan kecerdasan,
kontekstual dan multi konteks, terpadu, menggunakan esensi bermain serta, multi
kultur.
Sehingga pembelajaran anakusia dini memiliki prinsip-prinsip
pembelajaran yang berlandaskan pada karakteristik serta prinsip perkembangan
anak. Prinsip-prinsip pembelajaran itu perlu diperhatikan agar seluruh aspek
perkembangan anak dapat berjalan secara optimal, terutama dalam memahami
bahwa anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda dimana setiap
perkembangan itu saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga
diperlukan pembelajaran kontekstual dan terpadu, sesuai tingkat perkembangan
anak, serta menggunakan sarana yang tepat yaitu berupa aktivitas bermain agar
anak merasa aman, nyaman, baik secara fisik maupun psikologis dengan
pembelajaran yang bersifat luwes atau fleksibel. Satu pemberian stimulus tersebut
dapat memasukkan anak dalam kategori program pendidikan anak usia dini, baik
formal maupun non formal.
Jalur formal untuk 4-6 tahun berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) atau
Raudhatul Atfal (RA) yang terbagi menjadi kelompok A dengan usia 4-5 tahun
dan kelompok B dengan usia 5-6 tahun (Mansur, 2005:127). Dalam peneitian ini,
kemapuan membaca permulaan yang akan ditingkatkan yaitu pada anak Kelompk
B. Anak kelompok B1 TK PKK Bener, Tegalrejo, Yogyakarta berada pada
24 B.Hakikat Membaca
a. Hakikat Perkembangan Membaca
Slamet Suyanto (2005: 171) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa
untuk AUD diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun
tertulis (simbolis). Untuk memahami bahasa simbolis, anak perlu belajar
membaca dan menulis. Pada pembahasan mengenai membaca, Soedarso (1998: 4)
menyatakan bahwa membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan
mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah.
Dalam membaca, anak harus menggunakan pengertian dan khayalan,
mengamati, dan mengingat-ingat bentuk huruf. Anak tidak dapat membaca tanpa
menggerakkan mata atau mengunakan pikiran. Pemahaman dan kecepatan
membaca menjadi sangat tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap
organ tubuh yang diperlukan, yaitu mata.
Pada waktu anak belajar membaca, anak belajar mengenal kata demi kata,
mengingatnya, dan membentuknya dengan kata-kata lain, misalnya membedakan
pagi dan siang, ibu dan ubi. Kata tersebut memiliki perbedaan makna meskipun
terdiri dari huruf yang sama. Ketika membaca anak harus membaca dengan
bersuara, mengucapkan setiap kata secara penuh agar diketahui apakah benar atau
salah.
Anak memiliki keterbatasan dalam memaknai arti kata dan susunan kata
dalam kalimat. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan
menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca, menggerakkan kepala
25
keterampilan yang kompleks dari mata, kepala, tangan, dan kemampuan berfikir
anak.Senada dengan pendapat tersebut, Farida Rahman (2007: 2) mengatakan
bahwa membaca merupakan kegiatan yang rumit dan melibatkan banyak hal,
tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir,
psikolinguistik, dan metakognitif.
Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol
tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca
mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca
kritis, dan pemahaman kreatif.Sebagai proses prolinguistik, membaca melibatkan
aktivitas yang meliputi proses kognitif yang dapat menghasilkan kalimat yang
mempunyai arti dan benar secara tata bahasa, termasuk juga yang dapat membuat
kata ataupun tulisan dapat dipahami.
Sebagai proses metakognitif, membaca melibatkan kemampuan untuk
mengontrol aspek kognitif. Metakognitif mengendalikan aspek kognitif yang
berupa ingatan, pemahaman akan kata ataupun kalimat yang anak baca.Proses
yang dijalani anak dalam kegiatan membaca selanjutnya yaitu anak mulai
mengenal huruf dan kemudian menyadari bahwa huruf-huruf tersebut membentuk
kata-kata tetaplah sama dari hari ke hari.
Pada saat yang sama, kemampuan mendengar anak mulai berkembang.
Anak-anak mulai mengetahui bahwa bunyi tertentu berkaitan dengan dengan
huruf tertentu. Selanjutnya bunyi tersebut disusun menjadi kata-kata oleh anak.
Kemampuan membaca terus berkembang ketika anak mendapatkan bimbingan
26
ditarik kesimpulan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks yang
melibatkan berbagai aktivitas, yaitu aktivitas visual, berikir, prolinguistik, dan
metakognitif.
Proses membaca sampai akhirnya menjadi keahlian membaca berkembang
secara bertahap. Pertama, seorang anak akan menunjukkan kesukaan pada buku.
Pada saat yang bersamaan koordinasi mata-tangan anak juga mulai berkembang.
Setelah itu, kemampuan anak untuk mengikuti kata dan huruf agar mulai
berkembang. Proses yang dijalani anak adalah anak mengenal huruf dan
kemudian menyadari bahwa huruf tersebut membentuk kata. Selanjutnya,
kemampuan membaca anak akan terus berkembang ketika anak mendapatkan
bimbingan dari orang yang lebih dewasa yang berada pada lingkungan anak.
b. Tahap Perkembangan Membaca
Pembelajaran membaca perlu mempertimbangkan aspek perkembangan
bahasa tulis setiap anak, yakni pada tingkatan mana anak sudah memunculkan
bahasa tulis. Cochrane, et al (dalam slamet Suyanto, 2005: 168-169) menyatakan
bahwa tahapan perkembangan membaca yaitu: 1) tahap magis (magical stage); 2) tahap konsep diri (self concept stage); 3) tahap membaca peralihan (bridging reading stage); 4) tahap membaca lanjut (take off reader stage); 5) membaca mandiri (independent reader stage).Pada tahap magis (magical stage), anak belajar memahami fungsi dari bacaan.
Anak mulai menyukai bacaan, menganggap bacaan itu penting, anak
senang melihat atau membolak-balikkan buku, sering anak menyimpan bacaan
27
tahun bissanya sudah memperlihatkan tahap ini.Selanjutnya pada tahap konsep
diri (self concept stage), anak memandang dirinya sudah dapat membaca (padahal belum). Anak sering berpura-pura membaca buku.
Anak sering menerangkan isi atau gambar dalam buku yang anak sukai
kepada anak lain seakan anak sudah dapat membaca. Anak usia 3 tahun biasanya
sudah mencapai tahap ini. Pada tahap membaca peralihan (bridging reading stage), anak mulai mengenal huruf atau kata yang sering anak jumpai, misalnya dari buku cerita yang sering dibacakan oleh orangtuanya.
Anak dapat menceritakan kembali alur cerita dalam buku sebagaimana
yang telah dibacakan orangtuanya. Anak juga mulai tertarik tentang jenis-jenis
huruf dan alfabet. Anak usia 4 tahun biasanya sudah mencapai tahap ini.Pada
tahap membaca lanjut (take off reader stage), anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Anak mulai tertarik dengan berbagai huruf atau
bacaan yang ada di lingkungannya (environmental print), misalnya, anak mulai mengeja dan membaca huruf-huruf yang anak jumpai di kotak kardus, bungkus
makanan, dan tulisan lainnya yang menarik. Anak usia 5 tahun biasanya sudah
menunjukkan kemampuan ini.
Selanjutnya pada tahap membaca mandiri (independent reader stage), anak mulai dapat membaca mandiri. Anak mulai membaca buku sendirian. Anak
juga mencoba memahami makna dari apa yang anak baca. Anak mencoba
menghubungkan apa yang anak baca dengan pengalamannya. Anak usia 6-7 tahun
biasanya mencapai tahap mandiri.Sementara itu, ada enam kategori tahap-tahap
28
1. Bayi (0-15 bulan), kelompok usia ini menyukai buku yang dipenuhi dengan
gambar-gambar yang jelas dan besar. Selain itu, kelompok usia ini juga
menikmati buku yang berwarna-warni.
2. Balita (13 bulan-3 tahun), anak-anak usia ini senang mempunyai buku yang
dapat anak disentuh dan dirasakan. Anak senang jika mampu membolak-balikan halaman dan “membaca” buku sendiri pada saat tenang
3. Pra sekolah (2,5 tahun-5 tahun), pada tahap ini imajinasi anak mulai
berkembang dan maju. Anak mulai mampu mengurutkan cerita-cerita
sederhana dengan benar, dan dapat memahami konsep seperti sebelum dan
sesudah. Anak juga mempelajari aneka pelajaran penting tentang susunan
buku, misalnya membaca dari kiri ke kanan. Anak mulai mengenali
huruf-huruf yang paling akrab dengannya, terutama dalam nama mereka sendiri.
4. Pembaca pemula (4-6 tahun), anak-anak menjadi bersemangat untuk mulai
mengartikan kata-kata dan kalimat-kalimat yang anak lihat. Anak-anak pada
tahap ini mulai mengenal jenis kata yang lebih banyak. Anak mulai berusaha
menuliskan kata-kata dan sering meminta orang dewasa menunjukkan
bagaimana cara menuliskan kata. Kemudian anak mulai mengenal bunyi yang
berkaitan dengan kata yang ditulisnya dan dilihatnya serta menyuarakan kata
tersebut secara perlahan.
5. Menjadi mandiri (5,5-6,5), pada tahap ini kecepatan membaca anak mulai
meningkat. Anak mulai mencoba mengartikan kata-kata baru yang anak
29
bersuara, terutama jika cerita yang anak baca sudah diketahuinya. Anak juga
akan membaca buku-buku yang sudah anak kenal berulang kali.
6. Kefasihan awal (6-8 tahun keatas), anak-anak pada tahap ini belum mempunyai
keahlian dan perbendaharaan kata yang cukup untuk disebut pembaca yang
benar-benar fasih, namun ada tahap ini, pola membaca yang anak anut akan
memastikan perkembangan membaca yang berhasil. Anak-anak pada tahap ini
membaca banyak jenis buku dengan percaya diri.
7. Selanjutnya, menurut Siti Aisyah (2007: 6.11) perkembangan membaca pada
anak terbagi mulai dari : 1) lahir-6 bulan, 2) usia 6-12 bulan, 3) 12-18 bulan, 4)
18-36 bulan, 5) usia 3-4 tahun (usia kelompok bermain), 6) usia 4-6 tahun (usia
TK).
Dari lahir hingga usia 6 bulan, bayi mungkin mulai mengenali sebuah lagu
atau irama jika ia sering mengulang-ulangnya. Pada saat berumur 4 bulan, bayi
akan menunjukkan ketertarikan pada buku dan mulai mengeksplorasi buku-buku
tersebut dengan mengunyah dan melemparkannya. Selanjutnya saat usia 6-12
bulan, bayi masih kurang tertarik pada cerita.
Pada saat bayi berumur 8-9 bulan merupakan waktu yang tepat untuk
memperkenalkan nama benda-benda kepada bayi. Usia 12-18 bulan, bayi merasa
senang membaca bersama orang dewasa. Bayi akan membalikkan halaman dan
menamai gambar-gambar dari benda yang dikenalnya. Bayi mungkin menikmati
buku yang berisi cerita sederhana. Bayi menyukai buku yang dapat disentuh dan
30
Usia 18-36 bulan, anak belajar tentang membaca melalui pengalaman
sehari-hari dengan buku. Melalui membaca dengan orang dewasa, anak belajar
bahwa buku berisi banyak gambar dan kata-kata yang menarik dan cerita
membawanya berimajinasi menjelajahi dunia. Anak sering menunjukkan
kemauannya dengan jelas dan akan meminta dibacakan buku berulang-ulang.
Membaca ulang berguna bagi anak, karena dengan membacakan ulang
buku kesukaan anak sebenarnya akan membantu anak menghubungkan apa yang
anak dengar dengan kata-kata dan huruf-huruf di halaman buku.Usia 3-4 tahun
(Usia Kelompok Bermain), anak mulai mengenali kata-kata yang sudah biasa
anak lihat. Anak mungkin mempelajari kata-kata yang dapat anak lihat, seperti
tanda STOP, sebelum anak mempelajari huruf-hurufnya.
Anak mungkin juga belajar lambang dan simbol, sehingga pada saat anak
melewati restoran yang dikenalnya, anak mungkin akan menunjuk huruf yang diketahuinya, seperti “M” untuk Mc Donald. Selain itu, anak mungkin akan
berpura-pura membaca. Anak yang sering dibacakan buku cerita akan pura-pura
membaca buku untuk dirinya sendiri atau pada mainannya.
Selanjutnya anak-anak mulai menyadari bahwa dunia dipenuhi dengan
huruf-huruf. Anak mungkin mulai mengenali huruf-huruf yang sering dilihatnya,
khususnya huruf-huruf pada namanya, selanjutnya huruf dari nama keluarganya,
dan nama teman-temannya. Usia 4-6 tahun (Usia TK ), sebagian besar anak TK
dapat belajar bahwa bunyi berhubungan dengan sebagian besar huruf-huruf dalam
31
Sebagian besar anak usia TK sudah dapat membaca beberapa kata dan
buku sederhana. Anak-anak di TK mengenali beberapa kata dengan melihat dan
mengenali kata-kata tersebut secara keseluruhan. Kata-kata yang didapat dari
penglihatan biasanya meliputi namanya sendiri, teman-teman kelasnya, dan
kata-kata yang dapat dilihat disekelilingnya. Pada akhirnya, beberapa anak usia TK dapat “membaca” buku-buku yang tidak asing baginya dapat belajar membaca
dari kiri ke kanan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai tahap-tahap membaca,
dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak melalui tahap demi tahap dalam
perkembangan membacanya. Dalam pembahasan ini, anak usia TK (usia 4-6
tahun) berada pada tahap membaca lanjut (take off reader stage). Pada tahap ini, anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Anak mulai tertarik
dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada di lingkungannya (environmental
print).
Selain itu, anak usia TK mulai bersemangat untuk mengartikan kata-kata
dan kalimat-kalimat yang anak lihat.Anak-anak pada usia TK mulai mengenal
jenis kata yang lebih banyak dan anak-anak di TK mengenali beberapa kata
dengan melihat dan mengenali kata-kata tersebut secara keseluruhan. Kata-kata
yang didapat dari penglihatan biasanya meliputi namanya sendiri, teman-teman
kelasnya, dan kata-kata yang sering digunakan didalam tulisannya. Pada akhirnya, beberapa anak usia TK dapat “membaca” buku-buku yang tidak asing baginya
dengan mengenali beberapa kata dan melihat gambar. Anak usia TK juga mulai
32
c. Kemampuan Membaca
Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, artinya hampir
tak ada seorang manusia di dunia yang tak mampu berkomunikasi melalui bahasa.
Semua manusia dapat dipastikan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi
dengan orang lain (Koentjaraningrat, 1997). Berkomunikasi sebagai kebutuhan
dasar bagi setiap manusia, karena setiap manusia adalah makhluk sosial yang
hidup berdampingan dengan sesamanya.
Manusia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Komunikasi
melalui bahasa memungkinkan tercapainya proses penyesuaian diri dengan
lingkungan sosial secara memuaskan para ahli filsafat, antropologi, sosiologi,
bahasa, psikologi dan sebagainya, mengakui bahwa bahasa sebagai alat yang
sangat efektif untuk menyampaikan pesan informasi kepada orang lain
(Koentjaningrat, 1997; Siregar, 1990). Burns, dkk. (Farida Ramli 2007:12)
mengungkapkan bahwa membaca merupakan proses yang melibatkan sejumlah
kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri dari sembilan aspek, yaitu
sensori, perceptual, urutan pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan
gagasan.
Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui
pengungkapan simbol - simbol grafis melalui indra penglihatannya. Aspek urutan
dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang
tersusun secara linier. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses
33
kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosa - kata
dalam membaca.
Pengalaman konkret dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan
perkembangan konseptual anak. Aspek afektif merupakan proses membaca yang
berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian. Dalam belajar membaca anak
usia dini terdiri dari beberapa komponen. Menurut Budihasti yang dikutip oleh
Reni Akbar Hawadi (2001:37) menyebutkan beberapa komponen membaca, yaitu
sebagai berikut:
a. Pengenalan kata-kata
Disini penekanannya pada pengenalan persamaan antara apa yang
diucapkan dan apa yang ditulis sebagai simbol.
b. Pengertian
Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang
terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.
c. Reaksi
Diharapkan ada reaksi terhadap hal yang dibaca.
d. Penggabungan
Asimilasi ide-ide yang dihadapkan dari mereka dengan pengalaman
membaca dimasa lalu.
d. Tahap Perkembangan Membaca
Kemampuan membaca pada anak berlangsung pada beberapa tahap.
Menurut Cachrane Efal (Nurbiana Dhieni (2008: 5.12) perkembangan
34
yakni : (a) tahap fantasi, (b) tahap pembentukan konsep diri, (c) tahap membaca
gemar, (d) pengenalan bacaan, (e) tahap membaca lancar. Perkembangan
kemampuan membaca anak dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahap.
Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 8 -9) berdasarkan penelitian yang
dilakukan di negara barat, perkembangan membaca anak-anak dapat
dikatagorikan ke dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap Magic
Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku
adalah sesuatu yang penting. Anak melihat-lihat buku, membawa-bawa buku, dan
sering memiliki buku favorit.
2. Tahap Konsep Diri
Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan “pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku
walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.
3. Tahap Membaca Antara
Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak (print). Mereka
mungkin memilih kata yang sudah dikenal, mencatat kata-kata yang berkaitan
dengan dirinya, dapat membaca ulang cerita yang telah ditulis, dapat membaca
puisi. Anak-anak mungkin mempercayai setiap label sebagai kata dan dapat
menjadi frustasi ketika mencoba mencocokkan bunyi dan tulisan. Pada tahap ini,
35
4. Tahap Lepas Landas
Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda atau ciri
yakni gratofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah membaca,
mulai mengenal huruf dari konteks, memperhatikan lingkungan huruf cetak dan
membaca apa pun disekitarnya, seperti tulisan pada kemasan, tanda-tanda. Risiko
bahasa dari tiap tahap ini adalah jika anak diberikan terlalu banyak perhatian pada
setiap huruf.
5. Tahap Independen
Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secara mandiri,
mengkonstruksikan makna dari huruf dan dari pengalaman sebelumnya dan
isyarat penulis. Anak-anak dapat membuat perkiraan tentang materi bacaan.
Materi berhubungan langsung dengan pengalaman yang paling mudah untuk
dibaca, tetapi anak-anak dapat memahami struktur dan genre yang dikenal, serta
materi ekpositoris yang umum. Pada tahap ini terdapat beberapa pendapat ahli
mengenai kemamuan membaca dan bagaiamana perkembangan membaca anak
usia dini.
Menururt pendapat dari Sabarti Akhadiah, dkk (1993:11) yang
mengungkapkan bahwa pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada
pengembangan kemampuan dasar membaca. Siswa dituntut untuk dapat
menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk
tulisan ke dalam bentuk lisan. Kemampuan membaca anak berlangsung pada
36
Steinberg (Ahmad Susanto 2011:90) bahwa, kemampuan membaca anak usia dini
dibagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu sebagai berikut:
a) Tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan
Pada tahap ini, anak mulai belajar menggunakan buku dan menyadari bahwa buku
ini penting, melihat-lihat buku dan membalik-balik buku kadang-kadang anak
membawa buku kemana-mana tempat kesenangannya.
b) Tahap membaca gambar
Anak usia TK sudah bisa memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai
melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi
makna gambar, membaca buku dengan menggunakan bahasa buku walaupun
tidak cocok dengan tulisannya. Anak TK sudah menyadari bahwa sebuah buku
memiliki karakteristik khusus, seperti judul, halaman, huruf, kata dan kalimat
belum paham semuanya.
c) Tahap pengenalan bacaan
Pada tahap ini anak TK telah dapat menggunakan tiga sistem bahasa,
seperti fonem (bunyi huruf), semantik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau
kalimat) secara bersama-sama. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan mulai
mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya. Anak mulai mengenal
tanda-tanda yang ada pada benda-bendadi lingkungannya.
d) Tahap membaca lancar
Pada tahap ini, anak sudah dapat membaca secara lancar berbagai jenis
buku yang berbeda dan bahan-bahan yang langsung berhubungan dengan
37
Berdasarkan penjelasan diatas tentang tahap membaca dari dapat
disimpulkan bahwa ada beberapa tahap membaca yang dapat distimulus agar anak
dapat membaca yaitu tahap magic, tahap konsep diri, tahap pembaca antara, tahap
lepas landas, tahap independen. Burhan Nurgiyantoro (2010:391) yang
menyatakan bahwa kemampuan membaca anak adalah sebagai berikut:
kelancaran pengungkapan, ketepatan struktur kalimat, dan kebermaknaan
penuturan. Dalam penelitian ini peneliti mengacu pendapat Burhan Nurgiyantoro
yang digunakan sebagai pedoman pembuatan rubrik penilaian kemampuan
membaca permulaan anak.
Dalam mengajarkan membaca harus memperhatikan aspek - aspek perkembangan anak. Menurut Ahmad Rofi’uddin (1998:50) pengajaran membaca
diarahkan pada aspek - aspek:
1. Pengembangan aspek sosial anak, yaitu : kemampuan bekerja sama, percaya
diri, pengendalan diri, kestabilan emosi, dan rasa tanggung jawab.
2. Pengembangan fisik, yaitu pengaturan gerak motorik, koordinasi gerak mata
dan tangan.
3. Perkembangan kognitif, yaitu membedakan bunyi, huruf, menghubungkan kata
dan makna.
Rubin (Ahmad Rofi’uddin 1998:57 - 61) mengemukakan bahwa
pengajaran membaca yang paling baik adalah pengajaran yang didasarkan pada
kebutuhan anak dan mempertimbangkan apa yang telah dikuasai anak. Kegiatan
38
1. Peningkatan Ucapan
Pada kegiatan ini difokuskan pada peningkatan kemampuan anak
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa. Anak yang mengalami kesulitan dalam
mengucapkan bunyi - bunyi tertentu anak menghadapi kesulitan dalam membaca.
Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan anak bunyi tersebut perlu dilatih secara
terpisah.
2. Kesadaran Fonemik ( Bunyi)
Pada kegiatan ini difokuskan untuk menyadarkan anak bahwa kata
dibentuk oleh fonem atau bunyi yang membedakan makna.
3. Hubungan antara Bunyi – huruf
Syarat utama untuk dapat membaca adalah mengetahui tentang hubungan
Bunyi-bunyi. Anak yang mengalami kesulitan dalam hal hubungan bunyi-huruf
maka pengajaranya secara terpisah.
4. Membedakan Bunyi - bunyi
Membedakan bunyi-bunyi merupakan kemampuan yang penting dalam
pemerolehan bahasa, khususnya membaca.
5. Kemampuan Mengingat
Kemampuan mengingat yang dimaksud lebih mengarah pada
kemampuan untuk menilai apakah dua bunyi atau lebih itu sama atau berbeda.
6. Membedakan huruf
Membedakan huruf adalah kemampuan membedakan huruf-huruf
(lambang bunyi). Jika anak masih kesulitan membedakan huruf, maka anak belum
39
7. Orientasi dari Kiri ke Kanan
Anak perlu disadarkan bahwa kegiatan membaca dalam bahasa indonesia
menggunakan sistem dari kiri kekanan. Kesadaran ini perlu ditanamkan pada anak “kidal”
8. Keterampilan Pemahaman
Anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan kognitifnya juga
mengalami kesulitan dalam membaca, sebab membaca pada dasarnya merupakan
kegiatan berpikir. Perlu disadari bahwa kegiatan pemahaman tidak harus
menunggu sampai lancar membaca.
9. Penguasaan Kosa Kata
Pengenalan kata merupakan proses yang melibatkan kemampuan
mengidentifikasi simbol tulisan, mengucapkan dan menghubungkan dengan
makna Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996:51) menyatakan bahwa materi yang
diajarkan dalam membaca permulaan adalah:
a. Lafal dan intonasi kata dan kalimat sederhana.
b. Huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang
sudah dikenal siswa (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan
14 huruf),
c. Kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal),
misalnya: toko, ubi, boneka, mata, tamu.
d. Lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf yang