• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

A. Karakeristik Anak Usia 5-6 Tahun

Setiap anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif, sosial-emosional, kreativitas, dan bahasa yang berbeda dengan orang dewasa, selain itu anak adalah individu yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Rusdinal dan Elizar (2005:9), anak usia 5-7 tahun memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a) anak masih berada pada tahap berfikir pra operasional sehingga belajar melalui benda atau pengalaman yang konkret, b) anak suka menyebutkan nama benda, mendefinisikan kata-kata dan suka bereksplorasi, c) anak belajar melalui bahasa, sehingga pada usia ini kemampuan bahasa anak berkembang pesat, d) anak membutuhkan struktur kegiatan yang jelas dan spesifik.Richard D. Kellough (Sofia Hartati, 2005: 8-11) juga mengungkapkan bahwa karakteristik anak usia dini meliput: a) anak itubersifat egosentris, b) anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, c) anak pada umumnya kaya dengan fantasi, f) anak memiliki daya kosentrasi yang pendek.

Sedangkan Cucu Eliyawati (2005: 3) mengungkapkan bahwa setiap anak memiliki karakteristik yang menonjol yaitu unik, egosentris, aktif dan energik, memilki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif dan berjiwa petualang, mengekspresikan perilaku secara relatif spontan, kaya dengan fantasi atau

21

khayalan, mudah frustasi, kurang pertimbangan dalam melakukan sesuatu, memiliki daya perhatian yang masih pendek, bergairah untuk belajar dan banyak belajar dari pengalaman, serta semakin menunjukkan minat terhadap semua.Pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa untuk memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang dewasa, karakteristik-karakteristik tersebut diantaranya anak yang bersifat unik baik secara lahirirah maupun tumbuh kembangnya, bersifat aktif, memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang tinggi, suka berteman, dan memiliki daya perhatian yang rendah. Oleh karena itu sebagai pendidik haruslah pandai-pandai memilih dan membuat kegiatan agar dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak baik kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial-emosional, maupun oral agama.

Diantara potensi yang ada tersebut penelitian ini fokus terhadap perkembangan bahasa anak dalam membaca permulan, sehingga perlu bagi guru untuk memperhatikan karakteristik anak yang berkaitan dengan bahasa agar pembelajaran yang ada berjalan efektif yaitu dengan menggunakan metode bermain yang dianggap tepat untuk digunakan dalam memfasilitasi anak, serta penggunaan media yang dapat menarik perhatian anak.Selain memperhatikan karakteristik yang dimiliki anak tersebut, pendidik juga harus memperhatikan prinsip-prinsip perkembangan anak. Bredekamp dan Copple (Sofia Hartati, 2005: 12-17) mengungkapkan beberapa prinsip-prinsip perkembangan anak yaitu:

a)Seluruh aspek perkembangan anak saling terkait satu dengan yang lainnya yang terjadi dalam satu urutan, b) berlangsung dengan rentang yang bervariasi, c) dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya, d) berkembang kearah pengetahuan yang lebih kompleks, e) dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya yang majemuk, f) anak sebagai pembelajar aktif, g) perkembangan dan belajar merupakan hasil

22

interaksi antara kematangan biologis dengan lingkungan sekitar, h) bermain sebagai sarana terpenting, i) perkembangan anak akan mengalami percepatan bila anak memiliki kesempatan untuk mempraktekkannya, j) setiap anak memiliki tipe belajar yang berbeda-beda serta, k) anak akan berkembangbaik apabila dalam diri anak merasa aman, dihargai dan terpenuhi kebutuhan fisik maupun psokologisnya.

Menurut pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa terdapat beberapa prinsip perkembangan yang perlu diperhatikan oleh setiap pendidik agar pembelajaran atau pemberian stimulasi dapat berjalan efektif. Setiap anak memiliki tahapan perkembangan yang berbeda-beda dan perkembangan dengan perkembangan yang lainnya serta terjadi secara berurutan sehingga dalam pemberian stimulasi ini diperlukancara yang tepat tanpa mengesampingkan prinsip perkembangan anak. Pendapat tersebut juga menyatakan bahwa pengetahuan anak berkembang dari nyata (konkret) ke simbolik, oleh karena itu perlu adanya suatu metode yang tepat.

Metode pembelajaran yang akan dilaksanakan juga harus memperhatikan bahwa anak sebagai pembelajar aktif dan bermain memberikan pengaruh penting dalam perkembangan anak karena pengetahuan anak akan lebih berkembang apabila anak diberi kesempatan untuk mempraktekkan keterampilan-keterampilannya, sehingga metode pembelajaran bermain dapat menjadi salah satu pilihan sebab tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip perkembangan anak.Selain karakteristik dan prinsip-prinsip perkembangan anak yang perlu diperhatikan adalah prinsip-prinsip pembelajaran agar pembelajaran yang ada berjalan efektif. Slamet Suyanto (2005: 8) mengungkapkan ada beberapa prinsip pembelajaran untuk anak usia dini yaitu konkret dan dapat dilihat langsung,

23

bersifat pengenalan, seimbang antara kegiatan fisik dan mental, sesuai tingkat perkembangan anak, sesuai kebutuhan individual, mengembangkan kecerdasan, kontekstual dan multi konteks, terpadu, menggunakan esensi bermain serta, multi kultur.

Sehingga pembelajaran anakusia dini memiliki prinsip-prinsip pembelajaran yang berlandaskan pada karakteristik serta prinsip perkembangan anak. Prinsip-prinsip pembelajaran itu perlu diperhatikan agar seluruh aspek perkembangan anak dapat berjalan secara optimal, terutama dalam memahami bahwa anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda dimana setiap perkembangan itu saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sehingga diperlukan pembelajaran kontekstual dan terpadu, sesuai tingkat perkembangan anak, serta menggunakan sarana yang tepat yaitu berupa aktivitas bermain agar anak merasa aman, nyaman, baik secara fisik maupun psikologis dengan pembelajaran yang bersifat luwes atau fleksibel. Satu pemberian stimulus tersebut dapat memasukkan anak dalam kategori program pendidikan anak usia dini, baik formal maupun non formal.

Jalur formal untuk 4-6 tahun berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA) yang terbagi menjadi kelompok A dengan usia 4-5 tahun dan kelompok B dengan usia 5-6 tahun (Mansur, 2005:127). Dalam peneitian ini, kemapuan membaca permulaan yang akan ditingkatkan yaitu pada anak Kelompk B. Anak kelompok B1 TK PKK Bener, Tegalrejo, Yogyakarta berada pada rentang usia 5-6 tahun.

24

B.Hakikat Membaca

a. Hakikat Perkembangan Membaca

Slamet Suyanto (2005: 171) menyatakan bahwa pembelajaran bahasa untuk AUD diarahkan pada kemampuan berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis (simbolis). Untuk memahami bahasa simbolis, anak perlu belajar membaca dan menulis. Pada pembahasan mengenai membaca, Soedarso (1998: 4) menyatakan bahwa membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah.

Dalam membaca, anak harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat bentuk huruf. Anak tidak dapat membaca tanpa menggerakkan mata atau mengunakan pikiran. Pemahaman dan kecepatan membaca menjadi sangat tergantung pada kecakapan dalam menjalankan setiap organ tubuh yang diperlukan, yaitu mata.

Pada waktu anak belajar membaca, anak belajar mengenal kata demi kata, mengingatnya, dan membentuknya dengan kata-kata lain, misalnya membedakan pagi dan siang, ibu dan ubi. Kata tersebut memiliki perbedaan makna meskipun terdiri dari huruf yang sama. Ketika membaca anak harus membaca dengan bersuara, mengucapkan setiap kata secara penuh agar diketahui apakah benar atau salah.

Anak memiliki keterbatasan dalam memaknai arti kata dan susunan kata dalam kalimat. Oleh karena itu, pada waktu membaca anak melakukan kebiasaan menggerakkan bibir untuk melafalkan kata yang dibaca, menggerakkan kepala dari kiri ke kanan, menggunakan jari atau benda untuk dapat membaca perlu

25

keterampilan yang kompleks dari mata, kepala, tangan, dan kemampuan berfikir anak.Senada dengan pendapat tersebut, Farida Rahman (2007: 2) mengatakan bahwa membaca merupakan kegiatan yang rumit dan melibatkan banyak hal, tidak hanya melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berfikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) kedalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.Sebagai proses prolinguistik, membaca melibatkan aktivitas yang meliputi proses kognitif yang dapat menghasilkan kalimat yang mempunyai arti dan benar secara tata bahasa, termasuk juga yang dapat membuat kata ataupun tulisan dapat dipahami.

Sebagai proses metakognitif, membaca melibatkan kemampuan untuk mengontrol aspek kognitif. Metakognitif mengendalikan aspek kognitif yang berupa ingatan, pemahaman akan kata ataupun kalimat yang anak baca.Proses yang dijalani anak dalam kegiatan membaca selanjutnya yaitu anak mulai mengenal huruf dan kemudian menyadari bahwa huruf-huruf tersebut membentuk kata-kata tetaplah sama dari hari ke hari.

Pada saat yang sama, kemampuan mendengar anak mulai berkembang. Anak-anak mulai mengetahui bahwa bunyi tertentu berkaitan dengan dengan huruf tertentu. Selanjutnya bunyi tersebut disusun menjadi kata-kata oleh anak. Kemampuan membaca terus berkembang ketika anak mendapatkan bimbingan dari orang yang lebih dewasa.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat

26

ditarik kesimpulan bahwa membaca merupakan proses yang kompleks yang melibatkan berbagai aktivitas, yaitu aktivitas visual, berikir, prolinguistik, dan metakognitif.

Proses membaca sampai akhirnya menjadi keahlian membaca berkembang secara bertahap. Pertama, seorang anak akan menunjukkan kesukaan pada buku. Pada saat yang bersamaan koordinasi mata-tangan anak juga mulai berkembang. Setelah itu, kemampuan anak untuk mengikuti kata dan huruf agar mulai berkembang. Proses yang dijalani anak adalah anak mengenal huruf dan kemudian menyadari bahwa huruf tersebut membentuk kata. Selanjutnya, kemampuan membaca anak akan terus berkembang ketika anak mendapatkan bimbingan dari orang yang lebih dewasa yang berada pada lingkungan anak.

b. Tahap Perkembangan Membaca

Pembelajaran membaca perlu mempertimbangkan aspek perkembangan bahasa tulis setiap anak, yakni pada tingkatan mana anak sudah memunculkan bahasa tulis. Cochrane, et al (dalam slamet Suyanto, 2005: 168-169) menyatakan bahwa tahapan perkembangan membaca yaitu: 1) tahap magis (magical stage); 2) tahap konsep diri (self concept stage); 3) tahap membaca peralihan (bridging reading stage); 4) tahap membaca lanjut (take off reader stage); 5) membaca mandiri (independent reader stage).Pada tahap magis (magical stage), anak belajar memahami fungsi dari bacaan.

Anak mulai menyukai bacaan, menganggap bacaan itu penting, anak senang melihat atau membolak-balikkan buku, sering anak menyimpan bacaan yang anak sukai dan membawanya ke mana anak menginginkan. Anak usia 2

27

tahun bissanya sudah memperlihatkan tahap ini.Selanjutnya pada tahap konsep diri (self concept stage), anak memandang dirinya sudah dapat membaca (padahal belum). Anak sering berpura-pura membaca buku.

Anak sering menerangkan isi atau gambar dalam buku yang anak sukai kepada anak lain seakan anak sudah dapat membaca. Anak usia 3 tahun biasanya sudah mencapai tahap ini. Pada tahap membaca peralihan (bridging reading stage), anak mulai mengenal huruf atau kata yang sering anak jumpai, misalnya dari buku cerita yang sering dibacakan oleh orangtuanya.

Anak dapat menceritakan kembali alur cerita dalam buku sebagaimana yang telah dibacakan orangtuanya. Anak juga mulai tertarik tentang jenis-jenis huruf dan alfabet. Anak usia 4 tahun biasanya sudah mencapai tahap ini.Pada tahap membaca lanjut (take off reader stage), anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Anak mulai tertarik dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada di lingkungannya (environmental print), misalnya, anak mulai mengeja dan membaca huruf-huruf yang anak jumpai di kotak kardus, bungkus makanan, dan tulisan lainnya yang menarik. Anak usia 5 tahun biasanya sudah menunjukkan kemampuan ini.

Selanjutnya pada tahap membaca mandiri (independent reader stage), anak mulai dapat membaca mandiri. Anak mulai membaca buku sendirian. Anak juga mencoba memahami makna dari apa yang anak baca. Anak mencoba menghubungkan apa yang anak baca dengan pengalamannya. Anak usia 6-7 tahun biasanya mencapai tahap mandiri.Sementara itu, ada enam kategori tahap-tahap perkembangan membaca menurut Rachel Goodchild (2006; 20-21) yaitu:

28

1. Bayi (0-15 bulan), kelompok usia ini menyukai buku yang dipenuhi dengan gambar-gambar yang jelas dan besar. Selain itu, kelompok usia ini juga menikmati buku yang berwarna-warni.

2. Balita (13 bulan-3 tahun), anak-anak usia ini senang mempunyai buku yang dapat anak disentuh dan dirasakan. Anak senang jika mampu membolak-balikan halaman dan “membaca” buku sendiri pada saat tenang

3. Pra sekolah (2,5 tahun-5 tahun), pada tahap ini imajinasi anak mulai berkembang dan maju. Anak mulai mampu mengurutkan cerita-cerita sederhana dengan benar, dan dapat memahami konsep seperti sebelum dan sesudah. Anak juga mempelajari aneka pelajaran penting tentang susunan buku, misalnya membaca dari kiri ke kanan. Anak mulai mengenali huruf-huruf yang paling akrab dengannya, terutama dalam nama mereka sendiri. 4. Pembaca pemula (4-6 tahun), anak-anak menjadi bersemangat untuk mulai

mengartikan kata-kata dan kalimat-kalimat yang anak lihat. Anak-anak pada tahap ini mulai mengenal jenis kata yang lebih banyak. Anak mulai berusaha menuliskan kata-kata dan sering meminta orang dewasa menunjukkan bagaimana cara menuliskan kata. Kemudian anak mulai mengenal bunyi yang berkaitan dengan kata yang ditulisnya dan dilihatnya serta menyuarakan kata tersebut secara perlahan.

5. Menjadi mandiri (5,5-6,5), pada tahap ini kecepatan membaca anak mulai meningkat. Anak mulai mencoba mengartikan kata-kata baru yang anak temukan. Pada tingkat ini, anak-anak mulai dapat menikmati membaca tanpa

29

bersuara, terutama jika cerita yang anak baca sudah diketahuinya. Anak juga akan membaca buku-buku yang sudah anak kenal berulang kali.

6. Kefasihan awal (6-8 tahun keatas), anak-anak pada tahap ini belum mempunyai keahlian dan perbendaharaan kata yang cukup untuk disebut pembaca yang benar-benar fasih, namun ada tahap ini, pola membaca yang anak anut akan memastikan perkembangan membaca yang berhasil. Anak-anak pada tahap ini membaca banyak jenis buku dengan percaya diri.

7. Selanjutnya, menurut Siti Aisyah (2007: 6.11) perkembangan membaca pada anak terbagi mulai dari : 1) lahir-6 bulan, 2) usia 6-12 bulan, 3) 12-18 bulan, 4) 18-36 bulan, 5) usia 3-4 tahun (usia kelompok bermain), 6) usia 4-6 tahun (usia TK).

Dari lahir hingga usia 6 bulan, bayi mungkin mulai mengenali sebuah lagu atau irama jika ia sering mengulang-ulangnya. Pada saat berumur 4 bulan, bayi akan menunjukkan ketertarikan pada buku dan mulai mengeksplorasi buku-buku tersebut dengan mengunyah dan melemparkannya. Selanjutnya saat usia 6-12 bulan, bayi masih kurang tertarik pada cerita.

Pada saat bayi berumur 8-9 bulan merupakan waktu yang tepat untuk memperkenalkan nama benda-benda kepada bayi. Usia 12-18 bulan, bayi merasa senang membaca bersama orang dewasa. Bayi akan membalikkan halaman dan menamai gambar-gambar dari benda yang dikenalnya. Bayi mungkin menikmati buku yang berisi cerita sederhana. Bayi menyukai buku yang dapat disentuh dan dicium (dibaui) sambil mendengarkan cerita.

30

Usia 18-36 bulan, anak belajar tentang membaca melalui pengalaman sehari-hari dengan buku. Melalui membaca dengan orang dewasa, anak belajar bahwa buku berisi banyak gambar dan kata-kata yang menarik dan cerita membawanya berimajinasi menjelajahi dunia. Anak sering menunjukkan kemauannya dengan jelas dan akan meminta dibacakan buku berulang-ulang.

Membaca ulang berguna bagi anak, karena dengan membacakan ulang buku kesukaan anak sebenarnya akan membantu anak menghubungkan apa yang anak dengar dengan kata-kata dan huruf-huruf di halaman buku.Usia 3-4 tahun (Usia Kelompok Bermain), anak mulai mengenali kata-kata yang sudah biasa anak lihat. Anak mungkin mempelajari kata-kata yang dapat anak lihat, seperti tanda STOP, sebelum anak mempelajari huruf-hurufnya.

Anak mungkin juga belajar lambang dan simbol, sehingga pada saat anak melewati restoran yang dikenalnya, anak mungkin akan menunjuk huruf yang diketahuinya, seperti “M” untuk Mc Donald. Selain itu, anak mungkin akan berpura-pura membaca. Anak yang sering dibacakan buku cerita akan pura-pura membaca buku untuk dirinya sendiri atau pada mainannya.

Selanjutnya anak-anak mulai menyadari bahwa dunia dipenuhi dengan huruf-huruf. Anak mungkin mulai mengenali huruf-huruf yang sering dilihatnya, khususnya huruf-huruf pada namanya, selanjutnya huruf dari nama keluarganya, dan nama teman-temannya. Usia 4-6 tahun (Usia TK ), sebagian besar anak TK dapat belajar bahwa bunyi berhubungan dengan sebagian besar huruf-huruf dalam abjad.

31

Sebagian besar anak usia TK sudah dapat membaca beberapa kata dan buku sederhana. Anak-anak di TK mengenali beberapa kata dengan melihat dan mengenali kata-kata tersebut secara keseluruhan. Kata-kata yang didapat dari penglihatan biasanya meliputi namanya sendiri, teman-teman kelasnya, dan kata-kata yang dapat dilihat disekelilingnya. Pada akhirnya, beberapa anak usia TK dapat “membaca” buku-buku yang tidak asing baginya dapat belajar membaca dari kiri ke kanan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas mengenai tahap-tahap membaca, dapat ditarik kesimpulan bahwa setiap anak melalui tahap demi tahap dalam perkembangan membacanya. Dalam pembahasan ini, anak usia TK (usia 4-6 tahun) berada pada tahap membaca lanjut (take off reader stage). Pada tahap ini, anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Anak mulai tertarik dengan berbagai huruf atau bacaan yang ada di lingkungannya (environmental print).

Selain itu, anak usia TK mulai bersemangat untuk mengartikan kata-kata dan kalimat-kalimat yang anak lihat.Anak-anak pada usia TK mulai mengenal jenis kata yang lebih banyak dan anak-anak di TK mengenali beberapa kata dengan melihat dan mengenali kata-kata tersebut secara keseluruhan. Kata-kata yang didapat dari penglihatan biasanya meliputi namanya sendiri, teman-teman kelasnya, dan kata-kata yang sering digunakan didalam tulisannya. Pada akhirnya, beberapa anak usia TK dapat “membaca” buku-buku yang tidak asing baginya dengan mengenali beberapa kata dan melihat gambar. Anak usia TK juga mulai belajar membaca dari kiri ke kanan.

32 c. Kemampuan Membaca

Bahasa merupakan alat komunikasi yang bersifat universal, artinya hampir tak ada seorang manusia di dunia yang tak mampu berkomunikasi melalui bahasa. Semua manusia dapat dipastikan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain (Koentjaraningrat, 1997). Berkomunikasi sebagai kebutuhan dasar bagi setiap manusia, karena setiap manusia adalah makhluk sosial yang hidup berdampingan dengan sesamanya.

Manusia selalu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan tercapainya proses penyesuaian diri dengan lingkungan sosial secara memuaskan para ahli filsafat, antropologi, sosiologi, bahasa, psikologi dan sebagainya, mengakui bahwa bahasa sebagai alat yang sangat efektif untuk menyampaikan pesan informasi kepada orang lain (Koentjaningrat, 1997; Siregar, 1990). Burns, dkk. (Farida Ramli 2007:12) mengungkapkan bahwa membaca merupakan proses yang melibatkan sejumlah kegiatan fisik dan mental. Proses membaca terdiri dari sembilan aspek, yaitu sensori, perceptual, urutan pengalaman, pikiran, pembelajaran, asosiasi, sikap, dan gagasan.

Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang diperoleh melalui pengungkapan simbol - simbol grafis melalui indra penglihatannya. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian tulisan yang tersusun secara linier. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai

33

kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan pemahaman kosa - kata dalam membaca.

Pengalaman konkret dan pengalaman tidak langsung akan meningkatkan perkembangan konseptual anak. Aspek afektif merupakan proses membaca yang berkenaan dengan kegiatan memusatkan perhatian. Dalam belajar membaca anak usia dini terdiri dari beberapa komponen. Menurut Budihasti yang dikutip oleh Reni Akbar Hawadi (2001:37) menyebutkan beberapa komponen membaca, yaitu sebagai berikut:

a. Pengenalan kata-kata

Disini penekanannya pada pengenalan persamaan antara apa yang diucapkan dan apa yang ditulis sebagai simbol.

b. Pengertian

Selain mengenali simbol dan dapat mengucapkan, dalam membaca yang terpenting adalah mengerti apa yang dibaca.

c. Reaksi

Diharapkan ada reaksi terhadap hal yang dibaca. d. Penggabungan

Asimilasi ide-ide yang dihadapkan dari mereka dengan pengalaman membaca dimasa lalu.

d. Tahap Perkembangan Membaca

Kemampuan membaca pada anak berlangsung pada beberapa tahap. Menurut Cachrane Efal (Nurbiana Dhieni (2008: 5.12) perkembangan kemampuan dasar membaca anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap,

34

yakni : (a) tahap fantasi, (b) tahap pembentukan konsep diri, (c) tahap membaca gemar, (d) pengenalan bacaan, (e) tahap membaca lancar. Perkembangan kemampuan membaca anak dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahap. Menurut Tadkiroatun Musfiroh (2009: 8 -9) berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara barat, perkembangan membaca anak-anak dapat dikatagorikan ke dalam lima tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Magic

Pada tahap ini belajar tentang guna buku, mulai berpikir bahwa buku adalah sesuatu yang penting. Anak melihat-lihat buku, membawa-bawa buku, dan sering memiliki buku favorit.

2. Tahap Konsep Diri

Anak melihat diri sendiri sebagai pembaca, mulai terlihat dalam kegiatan “pura-pura membaca”, mengambil makna dari gambar, membahasakan buku walaupun tidak cocok dengan teks yang ada di dalamnya.

3. Tahap Membaca Antara

Anak-anak memiliki kesadaran terhadap bahan cetak (print). Mereka mungkin memilih kata yang sudah dikenal, mencatat kata-kata yang berkaitan dengan dirinya, dapat membaca ulang cerita yang telah ditulis, dapat membaca puisi. Anak-anak mungkin mempercayai setiap label sebagai kata dan dapat menjadi frustasi ketika mencoba mencocokkan bunyi dan tulisan. Pada tahap ini, anak mulai mengenali alfabet.

35 4. Tahap Lepas Landas

Pada tahap ini anak-anak mulai menggunakan tiga sistem tanda atau ciri yakni gratofonik, semantik, dan sintaksis. Mereka mulai bergairah membaca, mulai mengenal huruf dari konteks, memperhatikan lingkungan huruf cetak dan membaca apa pun disekitarnya, seperti tulisan pada kemasan, tanda-tanda. Risiko bahasa dari tiap tahap ini adalah jika anak diberikan terlalu banyak perhatian pada setiap huruf.

5. Tahap Independen

Anak dapat membaca buku yang tidak dikenal secara mandiri, mengkonstruksikan makna dari huruf dan dari pengalaman sebelumnya dan isyarat penulis. Anak-anak dapat membuat perkiraan tentang materi bacaan. Materi berhubungan langsung dengan pengalaman yang paling mudah untuk dibaca, tetapi anak-anak dapat memahami struktur dan genre yang dikenal, serta materi ekpositoris yang umum. Pada tahap ini terdapat beberapa pendapat ahli