• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

Sistem perekonomian dan tatanan kehidupan yang dikedepankan pada masa orde baru ternyata tidak bisa memberikan jawaban akan harapan terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Berangkat dari keprihatinan akan nasib masyarakat desa yang justru merupakan jumlah mayoritas penduduk di Indonesia, khususnya di daerah Boyolali. Juga, apabila melihat perputaran uang yang sebagian besar ada di kota serta sulitnya pengusaha mikro dan kecil di pedesaan dalam mengakses permodalan dari perbankan. Perbankan dalam hal ini dinilai lemah dalam komitmennya menciptakan lingkungan usaha yang lebih adil dan lebih menyejahterakan masyarakat. Sementara itu, terkait dengan bunga perbankan juga telah menjadi kajian tersendiri di kalangan umat Islam. Hal-hal tersebut juga sangat dirasakan oleh masyarakat Desa Tumang. Terutama beberapa orang yang dalam menjalankan ekonominya berkutat dengan rentenir atau istilah masyarakat setempat adalah “bank plecit”.

Dalam rangka menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi warga setempat, maka pada bulan Februari 1997 bertempat di rumah dinas Bapak Suryanto SH. di Kebayoran Baru Jakarta, telah berkumpul beberapa orang Desa Tumang Yang bekerja di Jakarta, yaitu : Bpk. Mukhlas, SH; Sdr. Adib Zuhairi, S.Sos; Sdr. Aris Munandar, SE; Sdr. Yunan AS., SH; dan Sdr. Mulyadi, SE, yang berniat untuk berdiskusi membicarakan perihal ide untuk membuat BMT di Desa Tumang. Dalam pertemuan tersebut sepakat merekomendasikan Sdr. Adib Zuhairi membuat proposal. Selanjutnya di rumah Bpk. Mukhlas, SH. di Tambun - Bekasi, Sdr. Adib Zuhairi diminta untuk mensosialisasikan ke masyarakat Desa Tumang dan mencari 3 (tiga) orang calon pengelola (harus S-1 sebagai syarat pendirian BMT) yang rencananya akan diberikan pelatihan ataupun magang di Jakarta.

Pada saat mencari calon, persoalan pertama timbul, yakni : ada orang yang bersedia, tetapi kurang mempunyai kemampuan – dan ada yang mempunyai

commit to user

kemampuan, tetapi tidak bersedia. Akhirnya selama kurang lebih 1 (satu) tahun tidak ada perkembangannya.

Pada pertengahan Juni 1998, saat pulang ke Desa Tumang Sdr. Adib Zuhairi beserta teman-teman saat bertemu di Jakarta maupun yang dari kota lain membicarakan kembali tentang rencana pendirian BMT yang digagas tahun lalu itu, salah satunya dengan Bpk. M Munir Asrori yang memberikan dorongan sepenuhnya dan segera dimulai.

Sdr. Adib kemudian bertemu dengan Sdr. Rifa‟i Shaleh H. (orang ini

adalah kakak dari teman sekolah Bpk. Muklhas dan telah lama bergerak dalam pengelolaan BMT di Klaten) saat ke kota Klaten untuk mencari informasi perihal

pendirian BMT. Sdr. Rifa‟I ini sangat mendorong agar Sdr. Adib tidak kembali ke

Jakarta dan bersama tokoh masyarakat Tumang mendirikan BMT. Selanjutnya pada hari Sabtu Pon, tanggal 1 Agustus 1998 diadakan pertemuan lanjutan di rumah Bpk. Ali Sya‟ni dengan beberapa warga masyarakat yang dianggap sukses

secara ekonomi untuk bergabung menjadi anggota pendiri. Dalam pertemuan tersebut setuju untuk :

Membentuk BMT di Desa Tumang - Kel. Cepogo - Kec. Cepogo - Kab.Boyolali, bahkan langsung menyepakati untuk memberikan nama BMT TUMANG.

Mengadakan iuran per-orang Rp. 500.000,- sebagai simpanan pokok, dan dapat diangsur

Menunjuk peserta pertemuan yang dianggap mempunyai kompetensi dibidang masing-masing, yaitu : Bpk. MS. Zuhri sebagai Ketua; Ibu Dwi Rochmawathy sebagai Sekretaris; Bpk. Busroni sebagai Bendahara; dan Bpk. Soewandi, Bpk. Sunarno, Bpk. Supri Haryanto sebagai Anggota. Serta Sdr. Adib Zuhairi sebagai Pengelola.

Setelah dilakukan pemilihan calon pengelola pada tanggal 1 oktober 1998, Baitul Maal wat Tamwill (BMT) Tumang mulai beroperasi. Pada awalnya BMT Tumang hanya beroperasi di Desa Tumang saja dengan modal awal sebesar Rp.7.050.000,00.

commit to user

Di awal pendiriannya, BMT Tumang melakukan sosialisasi dengan bersilaturahmi ke sejumlah tokoh masyarakat. Dengan silaturahmi yang dilakukan terus menerus termasuk menjelaskan visi misi BMT, maka perlahan namun pasti BMT Tumang mendapatkan kepercayaan masyarakat. Untuk membantu perkembangan BMT Tumang, pengurus menitipkan kotak tabungan ke sejumlah tokoh masyarakat. Peran serta warga tersebut membantu pendirian BMT dengan dana yang diberikan secara sukarela. Uang yang berasal dari kotak tabungan pun turut membantu modal awal pendirian BMT. Dari kotak tabungan yang telah berjumlah lebih dari 500 kotak itu, akhirnya terkumpul dana sebesar Rp 200 juta per bulan. Setiap satu minggu dana yang terkumpul dari kotak tabungan dikumpulkan oleh pihak BMT. Penyaluran pembiayaan BMT Tumang difokuskan di sektor perdagangan, khususnya pedagang pasar. Setidaknya 60 persen dari pembiayaan disalurkan ke pedagang di tiga pasar besar di Boyolali, yaitu pasar Sunggingan, pasar Ampel, dan pasar Cepogo.

Penyaluran pembiayaan yang diberikan kepada pedagang pasar antara Rp 3 juta hingga Rp 5 juta dengan pengembalian selama maksimal satu tahun. Di masing-masing pasar tersebut setidaknya terdapat 200 peserta pembiayaan dari BMT Tumang. Selain menyalurkan pembiayaan ke pedagang pasar, BMT Tumang juga menyalurkan pembiayaan kepada para perajin di Tumang, seperti perajin tembaga dengan pembiayaan sekitar Rp 10 juta sampai Rp 50 juta. Dimana rata-rata perajin meminjam untuk menutupi biaya operasional. Hasil kerajinan Tumang pun sudah menjangkau pasar ekspor seperti Malaysia, Singapura, Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. Modal awal pendirian BMT pada 1998 yang hanya Rp.7,05 juta, pada 2009 telah mencapai Rp 12 milyar.

BMT Tumang yang pada awal pendiriannya berkantor di desa Tumang dengan alamat Jl. Melati 12 Tumang, mulai beroperasi tepatnya pada tanggal 1 Oktober 1988 dan diresmikan oleh Kakandep Kop. Kab. Boyolali yaitu Ir. Mulyatno pada tanggal 30 September 1998 dan mulai memiliki badan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU) pada tanggal 10 April 1999. BMT Tumang memiliki badan hukum KSU pada saat itu karena bidang usaha BMT Tumang

commit to user

tidak hanya berkaitan dengan simpan pinjam uang, tetapi juga sebagai satu-satunya penyedia kebutuhan celluler yaitu pulsa, gas LPG, wartel (warung telepon), bahan-bahan untuk jahit-menjahit seperti benang, kain, bahkan menyediakan mesin jahit dan juga menyediakan bahan baku kerajinan seperti tembaga, kuningan dan alumunium dikarenakan desa Tumang merupakan sentra kerajinan yang berbahan baku logam-logam tersebut.

Dalam perkembangannya usaha-usaha tersebut mulai ditinggalkan karena toko-toko di desa Tumang sendiri sudah mulai ada yang menyediakan barang-barang tersebut. Sehingga pihak BMT memberikan kesempatan bagi toko-toko tersebut agar dapat mengembangkan usahanya. Dan pada akhirnya BMT Tumang hanya berkecimpung pada penyedia modal usaha yang berupa uang dan melayani simpanan yang dilakukan oleh warga sekitar.

Seiring dengan berkembangnya usaha yang dilakukan oleh BMT Tumang, maka para pengurus memutuskan untuk mendirikan kantor cabang di Cepogo, yang beralamatkan di depan pasar cepogo. Setelah mulai berkembang dan dirasa oleh pengurus dan manajemen perlu adanya peningkatan jumlah nasabah, akhirnya kantor cabang Boyolali dan Ampel pun didirikan. Pengurus merasa kantor yang berada di Tumang sudah tidak sesuai lagi untuk dijadikan kantor pusat BMT Tumang karena lokasinya yang berada di desa dan kondisi koperasi yang sudah berkembang besar dan memiliki anggota yang sangat heterogen dan berasal dari berbagai kalangan dan tinggal tersebar di kota Boyolali maka dipilihlah Cepogo menjadi kantor pusat BMT Tumang yang baru dengan mendirikan kantor baru di Jl. Boyolali – Magelang Km. 10 utara pasar Cepogo, Boyolali. Kantor pusat ini sendiri diresmikan oleh Menteri Koperasi dan UKM Suryadharma Ali pada 20 Januari 2009 lalu, yang dihadiri pula oleh Bupati Boyolali Sri Moeljanto, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jateng A Sulhadi serta pejabat muspida setempat. Pada akhir tahun 2010 KSU BMT Tumang berganti badan hukum menjadi Koprasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) karena BMT Tumang sekarang hanya berkecimpung pada hal pelayanan keuangan dengan

commit to user

Visi dan misi KJKS BMT Tumang adalah sebagai berikut :

a. Visi : Menjadi lembaga keuangan syariah yang mandiri untuk kesejahteraan masyarakat.

b. Misi

1) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syariah sebagai media dakwah dalam penguatan ekonomi masyarakat dengan mengacu Fatwa Dewan Syariah Nasional.

2) Meningkatkan Rasio Kesehatan, Kualitas Asset, Kecukupan Modal dan Efisien.

3) Menumbuhkan Budaya Kerja dengan prinsip Jujur, Amanah, Adil dan Profesional.

4) Mewujudkan Lembaga Keuangan Syariah yang dapat menjadi tumpuan masyarakat dalam bidang simpanan dan pembiayaan, dengan mengutamakan aspek manfaat jangka panjang.

5) Berperan aktif sebagai Amil dalam pengelolaan Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf (ZISWAH).

2. Pendiri dan Struktur Organisasi

KJKS BMT Tumang didirikan oleh sebagian besar warga dari desa Tumang dari berbagai kalangan sosial, ekonomi dan pekerjaan, baik yang berdomisili di Desa Tumang maupun luar Kota Boyolali karena pekerjaan. Berikut adalah para pendiri BMT Tumang. (Lampiran 11)

Sama seperti pada koperasi-koperasi pada umumnya, pada BMT Tumang kekuasaan tertinggi juga terdapat pada rapat anggota yang membawahi pengawas, pengurus dan pengelola. Stuktur organisasi BMT Tumang adalah sebagai berikut. (lampiran 11)

3. Karyawan dan Pembinaannya

Karyawan di BMT Tumang ini dalam stuktur keorganisasian disebut dengan pengelola dengan jumlah 34. Berikut adalah data pengelola secara terinci. (lampiran 11)

commit to user

Pembinaan untuk para karyawan atau pengelola dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dari para pengelola sesuai dengan bidang kerja atau bagian masing-masing. Pembinaan yang dilakukan oleh pihak manajemen atau pengelola pusat untuk para karyawan diantaranya dengan aktif melakukan supervisi ke setiap bagian baik di kantor pusat maupun kantor cabang. Sehingga dengan adanya supervisi atau pengawasan yang rutin dilakukan menjadikan pihak pengelola pusat dapat mengambil keputusan terbaik apabila terjadi permasalahan di kantor-kantor yang ada. Selain itu pembinaan juga dilakukan dengan mengikutsertakan atau mewakilkan karyawan untuk mengikuti pertemuan-pertemuan di luar kantor seperti ESQ, diklat dan pelatihan-pelatihan peningkatan kinerja yang dilakukan oleh berbagai lembaga di berbagai kota di Jawa Tengah.

4. Potensi yang Dimiliki

Meskipun sangat lokal, BMT Tumang didukung oleh tokoh-tokoh masyarakat Tumang yang cukup representativ mewakili semua kalangan yang ada. Ada tokoh agama, tokoh pendidikan dan dakwah, tokoh masyarakat, para aghniya’ (pengusaha Tumang), akademi maupun professional di lembaga-lembaga lain yang telah menetap di luar Tumang. Hampir seluruh komponen penting tersebut mendukung dan mendorong tumbuh dan berkembangnya BMT Tumang. Pendiri BMT Tumang merupakan stakeholders yang mempunyai latar belakang beragam, namun mempunyai satu tekad yaitu peduli dan rela berkorban demi kemajuan BMT Tumang.

BMT Tumang cukup ideal, keanggotaan jelas milik orang banyak, peran pengurus dan pengawas sangat dinamis, mekanisme internal sudah tertata berdasarkan aturan organisasi yang ada, potensi pendukung cukup beragam yang masing-masing mempunyai kapasitas yang memadahi yang bisa menjawab tuntutan dan kebutuhan lembaga. Pengelola yang mempunyai kemampuan bekerja secara professional, pengurus dan pengawas memiliki loyalitas dan dedikasi tinggi mengabdikan diri demi kemajuan dan berkembangnya BMT Tumang. Orientasi dan kepentingan yang mewakili orang banyak dapat mendorong eksistensi

commit to user

lembaga ini, dimana didalamnya merupakan orang-orang baik yang mempunyai keinginan mulia demi kesejahteraan masyarakat yang diridhoi Allah SWT.

BMT Tumang mepunyai materi yang cukup untuk tumbuh berkembang menuju impian yang diharapkan. Pengawas manajemen dan pengawas syariah yang mempunyai background disiplin ilmu yang beragam dan pengalaman kerja di berbagai lembaga professional sangat menunjang dalam penciptaan lembaga yang professional pula. Pengurus mempunyai komitmen, loyalitas dan semangat yang tinggi juga mendorong dalam mengawal kinerja pengelola untuk bekerja lebih bersungguh-sungguh dan lebih baik.

Semangat untuk maju dari semua komponen (pengawas, pengurus dan pengelola), loyalitas dan komitmen terjaga, budaya organisasi dengan peningkatan kualitas spiritual menjadi vitamin dalam meningkatkan daya tahan dan daya saing. Peran stakeholders khususnya pengawas manajemen, pengawas syriah dan pengurus menjadi kekuatan yang siap mengawal untuk menegakkan perjalanan BMT menuju cita dan harapan. Apalagi didukung keanggotaan yang merata, mewakili semua komponen masyarakat, hal ini juga dapat mendorong optimism bahwa BMT Tumang akan mampu menjadi BMT terbaik dan terbesar di negeri ini.

Dokumen terkait