• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN MARKETING KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BAITUL MAAL WAT TAMWILL TUMANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN MARKETING KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BAITUL MAAL WAT TAMWILL TUMANG"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN MARKETING KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BAITUL MAAL WAT

TAMWILL TUMANG

SKRIPSI

Oleh :

DYAN RHOVITA SARI K7406070

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN MARKETING KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BAITUL MAAL WAT

TAMWILL TUMANG

Oleh :

DYAN RHOVITA SARI K7406070

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

skripsi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan universitas sebelas maret surakarta.

Persetujuan pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. Trisno Martono NIP 1951 03 31 1976 03.1.003

Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Selasa

Tanggal : 24 Mei 2011

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Sudarno, S.Pd.,M.Pd. ……….

Sekretaris : Dra. Sri Wahyuni,MM. ………

Anggota I : Prof. Dr. Trisno Martono,MM. ……….

Anggota II : Rery Setyowibowo,SE.,MM. ………

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah,M.Pd.

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Dyan Rhovita Sari. K7406070. PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN MARKETING KOPERASI JASA KEUANGAN SYARI’AH BAITUL MAAL WAT TAMWILL TUMANG. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2011

Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) Mengetahui dan mengkaji adanya

pengaruh budaya organisasi dan motivasi kerja secara simultan terhadap kinerja

karyawan bagian marketing KJKS BMT Tumang. (2) Mengetahui dan mengkaji

adanya pengaruh budaya organisasi dan motivasi kerja secara parsial terhadap

kinerja karyawan bagian marketing KJKS BMT Tumang.

Sejalan dengan tujuan penelitian tersebut maka penelitian ini

menggunakan metode deskriptif dan bentuk penelitian kuantitatif. Populasi

seluruh karyawan bagian marketing KJKS BMT TUMANG berjumlah 19 orang.

Penelitian ini berbentuk penelitian populasi dengan semua populasi dijadikan

sampel. Try out dilakukan terhadap karyawan bagian marketing langsung yang

berjumlah 19 orang dengan 69 item soal valid 66 dan reliabel. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah teknik kuesioner dan dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis linear ganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) ada pengaruh

yang signifikan antara budaya organisasi dan motivasi kerja secara bersama-sama

terhadap kinerja karyawan bagian marketing KJKS BMT TUMANG. Hal ini

ditunjukkan oleh Fhitung yang lebih besar dari Ftabel atau 27,533 > 3,634. (2) ada

pengaruh yang signifikan antara budaya organisasi dan motivasi kerja secara

sendiri-sendiri terhadap kinerja karyawan bagian marketing KJKS BMT

TUMANG. Hal ini ditunjukkan oleh thitung yang lebih besar dari ttabel atau 3,038 >

1,740 untuk variabel budaya organisasi dan 3,660 > 1,740 untuk variabel motivasi

(6)

commit to user

vii MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai dari suatu urusan, kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan lain dan

hanya kepada Allah kamu berharap.

(QS. Al Insyirah : 6-8)

Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu, dan sesungguhnya yang demikian

itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.

(QS. Al Baqarah : 45)

Allah tak pernah menelantarkan hamba-Nya. Jika hamba mendekat maka Allah

pun dekat, dan semua kesulitan akan dapat terselesaikan dengan bantuan Allah,

Maha segala Maha.

(7)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Seiring sembah sujud kepada-Nya, karya ini

penulis persembahkan kepada :

 Bapak ibu tercinta, yang senantiasa

memberikan dukungan, doa dan

pengorbanan yang tiada tara.

Aa’ yang tak lelah memberi support

dengan caranya sendiri.

 Saudara-saudaraku, semoga Allah selalu

menjaga tali silaturahmi kita.

 Teman-teman PTN 2006.

(8)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas karunia,

rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“pengaruh budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja karyawan bagian marketing koperasi jasa keuangan syari’ah Baitul Maal wat Tamwill Tumang”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi tugas dan melengkapi sebagian

persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga Jurusan

Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mengalami hambatan dan

kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penyusunan skripsi

ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis dapat

mengucapkan rasa terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah berkenan

memberikan izin penyusunan skripsi ini;

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah menyetujui

permohonan penyusunan skripsi ini;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan izin

kepada penulis untuk menyusun skripsi;

4. Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Tata Niaga yang telah

memberikan pengarahan dan izin atas penyusunan skripsi;

5. Prof. Dr. Trisno Martono, selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan, dan saran sehingga skripsi ini dapat diselesaikan;

6. Fery Setyo Wibowo SE.,MM, selaku pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan, pengarahan dan saran sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan;

7. Adib Zuhairi,S.Sos, M.Si, selaku manajer utama KJKS BMT TUMANG yang

(9)

commit to user

x

8. Joko Sriyanto, selaku manajer umum KJKS BMT TUMANG yang telah

memberikan kesempatan untuk terlaksananya penelitian ini.

9. Seluruh karyawan bagian marketing KJKS BMT TUMANG yang telah

meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

10. Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dan ikut berpartisipasi dalam penelitian maupun penyusunan

skripsi ini.

Harapan penulis, semoga Allah SWT selalu memberikan pertolongan dan

anugerah yang terbaik atas jasa yang telah diberikan. Saran dan kritik yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi penulis, pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan

untuk masa sekarang maupun untuk masa yang akan datang.

Surakarta, Mei 2011

(10)

commit to user

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN ABSTRAK ... iv

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Tinjauan tentang koperasi di Indonesia ... 7

a. Pengertian koperasi ... 7

b. Penggolongan koperasi ... 7

c. Fungsi dan peran koperasi ... 8

2. Tinjauan tentang Baitul Maal Wattamwil (BMT) ... 9

a. Pengertian BMT ... 9

(11)

commit to user

xii

c. Perbedaan BMT dengan Koperasi ... 12

d. Hak dan Kewajiban Anggota ... 13

e. Tata Cara Penetapan Bagi Hasil ... 14

f. Kelebihan dan Kekurangan BMT ... 14

3. Tinjauan tentang budaya organisasi ... 17

a. Pengertian budaya organisasi ... 17

b. Tipe budaya organisasi ... 17

c. Karakteristik budaya organisasi ... 19

d. Fungsi budaya organisasi ... 20

4. Tinjauan tentang motivasi kerja... 21

a. Pengertian motivasi ... 21

b. Motivasi kerja ... 21

c. Proses motivasi ... 21

d. Teori motivasi ... 23

e. Perubahan-perubahan dalam kekuatan motivasi ... 27

5. Tinjauan tentang kinerja ... 28

a. Pengertian kinerja ... 28

b. Penilaian kinerja karyawan ... 29

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 29

C. Kerangka Pemikiran ... 31

D. Hipotesis ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... .. 32

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

1. Tempat Penelitian ... 32

2. Waktu penelitian ... 32

B. Populasi dan Sampel ... 32

(12)

commit to user

xiii

1. Jenis dan Sumber Data ... . 33

a. Jenis Data ... 33

b. Sumber Data ... 33

2. Metode Pengumpulan Data ... . 34

a. Angket dan Kuesioner ... 34

b. Observasi ... 37

c. Dokumentasi ... 37

D. Rancangan Penelitian ... 38

1. Variabel Dependen ... 38

2. Variabel Independen ... 38

E. Teknik Analisis Data ... 39

1. Uji Prasyarat... 39

a. Uji Normalitas ... 39

b. Uji Multikoleniaritas ... 40

c. Uji Autokorelasi ... 40

d. Uji Heteroskedastisitas ... 40

2. Uji Hipotesis ... 41

a. Uji Regresi Linear Berganda ... 41

b. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 42

c. Uji F (Keberartian Regresi Ganda) ... 42

d. Uji t ... 43

F. Hasil Try Out Angket ... 43

1. Uji Validitas Angket ... 43

2. Uji reliabilitas angket ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 49

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 49

(13)

commit to user

xiv

2. Pendiri dan Stuktur Organisasi ... 53

3. Karyawan dan Pembinaannya ... 53

4. Potensi yang Dimiliki ... 54

B. Deskripsi Data ... 55

1. Deskripsi Data Variabel Budaya Organisasi ... 56

2. Deskripsi Data Variabel Motivasi Kerja ... 58

3. Deskripsi Data Variabel Kinerja Karyawan ... 59

C. Pengujian Prasyarat Analisis ... 61

1. Uji Normalitas ... 61

2. Uji Multikolinearitas ... 62

3. Uji Autokorelasi ... 62

4. Uji Heteroskedastisitas ... 62

D. Pengujian Hipotesis ... 63

1. Pengujian Hasil Analisis Data ... 63

2. Penafsiran Pengujian Hipotesis ... 64

3. Kesimpulan Pengujian Hipotesis ... 65

E. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 65

F. Permasalahan yang Dihadapi dan Cara Penyelesaiannya ... 67

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 69

A. Simpulan ... 69

1. Teori ... 69

2. Hasil Penelitian ... 69

3. Penyelesaian Masalah ... 70

B. Implikasi ... 70

C. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(14)

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Target dan Realisasi KJKS BMT Tumang Bulan Desember 2009 . 3

Tabel 3.1 : Tabulasi Uji Validitas Angket budaya organisasi ... 44

Table 3.2 : Tabulasi Uji Validitas Angket Motivasi Kerja ... 45

Table 3.3 : Tabulasi Uji Validitas Angket Kinerja Karyawan ... 46

Table 3.4 : Hasil Uji Reliabilitas Angket Budaya Organisasi ... 47

Table 3.5 : Hasil Uji Reliabilitas Angket Motivasi Kerja ... 47

Table 3.6 : Hasil Uji Reliabilitas Angket Kinerja Karyawan ... 47

Tabel 4.1. Deskripsi data variabel budaya organisasi (X1) ………. 56

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi data variabel budaya organisasi (X1) ……… 57

Tabel 4.3. Deskripsi data variabel motivasi kerja (X2) ……….. 58

Tabel 4.4. Distribusi frekuensi data variabel motivasi kerja (X2) …………. 58

Tabel 4.5. Deskripsi data variabel kinerja karyawan (Y) ……….. 60

Tabel 4.6. Distribusi frekuensi data variabel kinerja karyawan (Y) ……….. 60

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Proses Motivasi 23

(15)

commit to user

xvi

Gambar 2.3 : Kerangka Berfikir 31

Gambar 4.1 : Grafik Data Variabel Budaya Organisasi (X1) 57

Gambar 4.2 : Grafik Data Variabel Motivasi Kerja (X2) 59

Gambar 4.3 : Grafik Data Variabel Kinerja Karyawan (Y) 61

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadual Penyusunan Skripsi ... 76

(16)

commit to user

xvii

Lampiran 3. Matrik spesifikasi angket ... 78

Lampiran 4. Angket try out ... 79

Lampiran 5. Angket penelitian ... 86

Lampiran 6. Tabel hasil try out ... 93

Lampiran 7. Tabel hasil angket variabel budaya organisasi ... 96

Lampiran 8. Tabel hasil angket variabel motivasi kerja ... 97

Lampiran 9. Tabel hasil angket variabel kinerja karyawan ... 98

Lampiran 10. Hasil out put penelitian melalui SPSS ... 99

Lampiran 11. Profil KSU BMT TUMANG 2009 ... 101

Lampiran 12. Target dan realisasi BMT TUMANG tahun 2009 ... 110

Lampiran 13. Surat ijin penelitian di BMT TUMANG ... 114

Lampiran 14. Surat permohonan izin penyusunan skripsikepada dekan ... 115

Lampiran 15. Surat izin penelitian kepada rektor ... 116

Lampiran 16. Surat permohonan izin penelitian kepada manajer utama BMT TUMANG... 117

(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi seperti sekarang ini, tidak dapat dipungkiri kehidupan

perekonomian masyarakat berkembang ke arah yang lebih maju dan pesat. Seiring

dengan berkembangnya kehidupan perekonomian tersebut, maka masyarakat

membutuhkan lembaga atau badan usaha yang mampu memberikan fasilitas atau

layanan yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian tersebut. Utamanya adalah

lembaga keuangan.

Lembaga keuangan disini dimaksudkan sebagai wadah bagi masyarakat

mengelola dana. Baik itu pinjaman modal maupun menyimpan hasil dari kegiatan

atau usaha masyarakat dalam mencapai kesejahteraannya.

Di era sekarang ini, kita jumpai banyak lembaga keuangan baik lembaga

keuangan yang berupa bank maupun lembaga keuangan non bank. Untuk lembaga

keuangan bank sendiri terdiri dari bank konvensional dan syari’ah. Sedangkan

untuk lembaga keuangan non bank terdiri dari lembaga pembiayaan

pembangunan, lembaga perantara penerbit dan perdagangan surat-surat berharga,

asuransi, pegadaian dan koperasi simpan pinjam.

Koperasi secara umum adalah suatu lembaga atau badan usaha yang

mempunyai tujuan untuk mensejahterakan anggotanya. Sedangkan koperasi

simpan pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan non bank yang banyak

diminati oleh masyarakat dalam upaya mendukung kegiatan perekonomiannya.

“Koperasi kredit atau koperasi simpan-pinjam adalah koperasi yang bergerak dalam mengumpulkan simpanan dari para anggotanya, untuk kemudian

dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan bantuan modal”

(Revrisond, 2002). Masyarakat cenderung memilih koperasi simpan pinjam

karena notabene koperasi lebih mudah sistem birokrasi atau pengurusannya

dibandingkan dengan lembaga keuangan baik bank maupun non bank yang lain.

Karena minat masyarakat terhadap keberadaan koperasi simpan pinjam semakin

(18)

commit to user

koperasi simpan pinjam yang berdiri baik yang menggunakan sistem

konvensional maupun sistem syari’ah yang sering disebut dengan Koperasi Jasa

Keuangan Syariah (KJKS). KJKS-KJKS yang ada di Indonesia umumnya

menggunakan nama Baitul Maal wat Tamwill (BMT).

BMT terdiri dari dua kata yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Baitul

maal adalah lembaga yang bergerak pada bidang zakat, infak dan sodaqoh dan

tidak berorientasi pada profit. Sedangkan baitul tamwil adalah lembaga yang

bergerak pada usaha pengumpulan modal dan berorientasi pada profit.

Salah satu bentuk atau wujud dari BMT yang ada saat ini adalah

Koperasi Serba Usaha (KSU) BMT Tumang. KSU BMT Tumang ini mulai

beroperasi sejak 1 Oktober 1998, dan memiliki badan hukum sejak tanggal 10

April 1999. Namun dalam perkembangannya, KSU BMT Tumang pada tahun ini

akan berubah menjadi KJKS yang saat ini sedang dalam proses.

BMT Tumang seperti halnya koperasi-koperasi lain baik yang

menggunakan sistem syariah maupun konvensional, tentunya memerlukan tenaga

karyawan yang benar-benar ahli dan berkompeten. Namun dalam pelaksanaannya,

menurut keterangan yang diperoleh dari manajer umum pada waktu wawancara

awal, terdapat berbagai permasalahan baik di segi manajemen, komunikasi dan

pelaksanaan program kerja. Permasalahan tersebut diantaranya, belum adanya

pembagian kerja yang jelas misalnya manajer utama yang seharusnya menangani

permasalahan-permasalahan internal saja, tapi ternyata tetap harus menangani

permasalahan eksternal seperti perluasan wilayah, selain itu kesejahteraan anggota

dan karyawan yang kurang terlalu diperhatikan, bagian personalia yang kurang

memiliki peran dalam usaha penyaringan dan pendayagunaan karyawan.

Masalah-masalah tersebut akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan kinerja karyawan,

terutama karyawan bagian marketing.

Dari observasi awal yang peneliti lakukan, dapat dilihat bahwa hasil

kerja dari karyawan bagian marketing kurang. Ini dapat dilihat dari data target dan

realisasi Outsanding (pembiayaan) dan Funding (simpanan) pada tiap-tiap cabang

dari KJKS BMT Tumang Tahun 2009. Yaitu terdapatnya selisih antara target

(19)

commit to user

marketing sangat terasa. Bahkan selisih ini terjadi hampir di setiap bulannya. Hal

ini dapat dilihat pada tabel berikut .

Tabel 1.1 : Target dan Realisasi KJKS BMT Tumang Bulan Desember 2009

Kantor Kantor Kantor Kantor

KETERANGAN Cabang Cabang Cabang Cabang

Tumang Cepogo Boyolali Ampel

TARGET OUTSTANDING

3,100,702,091

3,544,546,273 4,816,567,725

1,646,285,796

REALISASI OUTSTANDING

2,658,485,781

3,159,091,300 4,530,321,783

1,759,061,436

(Pengendapan)

TARGET PENDAPATAN 68,124,036 79,408,073 115,083,058 47,674,600

REALISASI 65,805,648 76,751,350 117,616,125 47,911,099

3,222,314,793 4,378,697,931

2,441,370,990 4,496,367,071

1,254,016,520

(Pengendapan)

Sumber : Database BMT Tumang Tahun 2009

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada bulan Desember 2009,

target untuk Outsanding KJKS BMT Tumang kantor cabang Tumang adalah

Rp.3.100.702.091,- sedangkan realisasinya adalah Rp.2.658.485.781,-. Pada

bagian Funding target yang ditetapkan adalah Rp.2.818.820.083,- namun hanya

terealisasi sebesar Rp.1.911.986.779,-. Untuk kantor pusat Cepogo target yang

ditetapkan untuk bagian Outsanding yaitu sebesar Rp.3.544.546.273,- dan

realisasinya adalah Rp.3.159.091.300,-. Untuk bagian Funding, target yang

ditetapkan adalah sebesar Rp.3.222.314.793,- dan terealisasi sebesar

Rp.2.441.370.990,-. Pada kantor cabang Boyolali, target untuk bagian Outsanding

ditetapkan sebesar Rp.4.816.567.725,- namun realisasinya hanya sebesar

Rp.4.530.321.783,-. Pada bagian Funding ditetapkan target sebesar

Rp.4.378.697.931,- dan realisainya sebesar Rp.4.496.367.071,- ini artinya di bulan

Desember 2009 untuk kantor Cabang Boyolali pada bagian Funding telah dapat

memenuhi target. Sedangkan untuk Kantor Cabang Ampel target Outsanding

ditetapkan sebesar Rp. 1.646.285.796,- dan dapat terealisasi sebesar

(20)

commit to user

Rp.1.496.623.451,- dan terealisasi sebesar Rp.1.254.016.520,-. Pada Kantor

Cabang Ampel ini pemenuhan target terdapat pada bagian Outsanding.

Dari gambaran kondisi diatas, dapat dilihat bahwasanya terdapat

permasalahan pada karyawan bagian marketing BMT Tumang tersebut. Hal apa

yang membuat kinerja karyawan marketing tidak dapat sesuai dengan yang

diharapkan oleh manajer.

KJKS BMT Tumang sebagai salah satu lembaga keuangan yang eksis,

untuk mendukung segala kegiatannya tentunya BMT Tumang memerlukan

karyawan yang benar-benar kompeten di bidang masing-masing. Sehingga

penugasan-penugasan yang diberikan kepada karyawan tidak sekedar

penyelesaian pekerjaan semata, tetapi juga harus mampu memberikan kesempatan

untuk berkembang terhadap seluruh karyawan yang ada secara merata.

Setiap lembaga keuangan pada umumnya dan KJKS BMT Tumang pada

khususnya pasti memiliki kaidah-kaidah dasar dalam mendirikan dan

melaksanakan pekerjaannya. Dan kaidah ini pembentukannya telah disepakati

oleh semua pendiri dan dipatuhi oleh semua anggota dan karyawan yang bekerja

di KJKS BMT Tumang. Namun terkadang ada saja pihak yang tidak memahami

dan memetuhi kaidah tersebut dikarenakan hal-hal tertentu. Misalnya saja

karyawan yang tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik seperti yang

dialami oleh karyawan KJKS BMT Tumang ini yang telah dijelaskan di atas. Bisa

saja hal tersebut terjadi karena mereka tidak merasa nyaman dan memiliki

lembaga tempat mereka bekerja.

Dalam menciptakan suasana kerja yang menyenangkan dan nyaman,

perusahaan atau lebaga harus mengatur atau membuat suatu bentuk lembaga yang

benar-benar sesuai dengan latar belakang pendirian dan tujuan awal. Baik dari

bentuk organisasi tersebut, peran serta dari pihak menajemen dan kesinambungan

atara bidang-bidang yang ada di dalam lembaga tersebut. Dengan begitu

karyawan akan dapat merasa nyaman dan memiliki hubungan erat dengan

perusahaan. Sehingga karyawan akan selalu berusaha bekerja dengan baik sesuai

(21)

commit to user

Dukungan lembaga terhadap karyawan mempunyai peran yang sangat

penting. Yang meliputi dukungan-dukungan kesempatan fasilitas, serta

fleksibilitas pengembangan seluruh karyawan. Sebagian orang ada yang

berpendapat bahwa bekerja harus dengan hati nurani, karena makna bekerja bukan

hanya untuk kepuasan materi saja, tetapi yang lebih peting adalah untuk

menumbuhkan potensi spiritual dan personal serta pengembangan aktualisasi diri.

Dengan melihat latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

mengadakan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh Budaya Organisasi dan

Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan Bagian Marketing Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul Maal wat Tamwill Tumang”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat diambil suatu rumusan

masalah yaitu :

1. Apakah ada pengaruh secara simultan yang signifikan antara budaya

organisasi dan motivasi terhadap kinerja karyawan bagian marketing KJKS

BMT Tumang?

2. Apakah ada pengaruh secara parsial yang signifikan antara budaya organisasi

dan motivasi terhadap kinerja karyawan bagian marketing KJKS BMT

Tumang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditemukan, maka

diadakannya penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut

yaitu :

1. Untuk mengetahui dan mengkaji adanya pengaruh budaya organisasi dan

motivasi secara simultan terhadap kinerja karyawan bagian marketing KJKS

BMT Tumang.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji adanya pengaruh budaya organisasi dan

motivasi secara parsial terhadap kinerja karyawan bagian marketing KJKS

(22)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik manfaat

teoritis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat teoritis a. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pengetahuan

penulis di bidang manajemen sumber daya manusia.

b. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menembah konsep-konsep dan teori-teori

yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

2. Manfaat praktis Bagi Lembaga

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

kepala bagian personalia KJKS BMT Tumang.

b. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagiperusahaan

dalam usaha peningkatan motivasi dan kepuasan kerja seluruh karyawan.

c. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga dalam

(23)

commit to user

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Koperasi di Indonesia a. Pengertian Koperasi

Menurut Hudiyanto (2003), kata koperasi berasal dari bahasa latin

cooperate. ”Co” artinya bersama dan ”operation” artinya bekerja, sehingga

cooperation berarti bekerja atau berusaha bersama-sama. Menurutnya definisi

umum koperasi adalah perkumpulan yang memberi kebebasan keluar masuk

sebagai anggota yang bertujuan untuk dapat meningkatkan kebutuhan materi

anggotanya dengan menjalankan usaha secara bersama. Sedangkan Revrisond

Baswir (2002) menyatakan, koperasi disini adalah suatu bentuk perusahaan yang

didirikan oleh orang-orang tertentu, untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

tertentu, berdasarkan ketentuan dan tujuan tertentu pula.

b. Penggolongan Koperasi

Menurut Revrisond (2002), koperasi dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Berdasarkan bidang usaha

Bidang usaha koperasi mencerminkan jenis jasa yang ditawarkan koperasi

kepada para pelanggannya. Berdasarkan bidang usaha ini koperasi dapat

digolongkan menjadi beberapa kelompok sebagai berikut :

a) Koperasi konsumsi, adalah koperasi yang berusaha dalam bidang

penyediaan barang-barang konsumsi yang dibutuhkan oleh para

anggotanya.

b) Koperasi produksi, adalah koperasi yang kegiatan utamanya melakukan

pemprosesan bahan baku menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.

Tujuan utama koperasi produksi adalah untuk menyatukan kemampuan

dan modal para anggotanya, guna menghasilkan barang-barang tertentu

melalui suatu perusahaan yang mereka kelola dan miliki sendiri.

c) Koperasi pemasaran, adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk

(24)

commit to user

mereka hasilkan. Tujuan utama koperasi pemasaran adalah untuk

menyederhanakan rantai tataniaga, dan mengurangi sampai sekecil

mungkin keterlibatan pedagang perantara dalam memasarkan

produk-produk yang mereka hasilkan.

d) Koperasi kredit atau koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang

bergerak dalam bidang pemupukan simpanan dari para anggotanya, untuk

kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yang memerlukan

bantuan modal. Selain bertujuan untuk mendidik anggotanya agar bersikap

hemat serta gemar menabung, koperasi kredit biasanya juga bertujuan

untuk membebaskan para anggotanya dari jeratan para rentenir.

2) Berdasarkan jenis komoditi

Berdasarkan jenis komoditinya, koperasi dikelompokkan berdasarkan jenis

barang dan jasa yang menjadi objek usahanya. Berdasarkan jenis komoditi ini,

koperasi dapat digolongkan kedalam beberapa kelompok sebagai berikut :

a) Koperasi pertambangan, adalah koperasi yang melakukan usaha dengan

menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam secara langsung tanpa

atau dengan sedikit mengubah bentuk dan sifat sumber-sumber alam

tersebut.

b) Koperasi pertanian dan peternakan, adalah koperasi yang melakukan usaha

sehubungan dengan komoditi pertanian dan peternakan tertentu.

c) Koperasi industri dan kerajinan, adalah jenis koperasi yang melakukan

usahanya dalam bidang usaha industi atau kerajinan tertentu. Kegiatan

koperasi ini

d) Koperasi jasa-jasa, adalah koperasi yang mengkhususkan usahanya dalam

memproduksi dan memasarkan kegiatan jasa tertentu. Tujuan koperasi ini

adalah untuk menyatukan potensi ekonomi yang dimiliki oleh

masing-masing anggotanya.

c. Fungsidan Peran Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian,

(25)

commit to user

1) Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan

kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2) Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan

manusia dan masyarakat;

3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan

perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya;

4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional

yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan

demokrasi ekonomi.

2. Tinjauan tentang Baitul Maal Wattamwil (BMT) a. Pengertian BMT

BMT sebagaimana kita pahami adalah suatu bentuk lembaga keuangan

yang berbadan hukum koperasi dan menggunakan sistem syari’ah. Menurut Ahmad Sumiyanto (2008), BMT merupakan lembaga keuangan mikro yang

berlandaskan syari’ah. Selain itu, BMT juga dapat dikatakan sebagai suatu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang keuangan dan

secara operasional, BMT dapat didefinisikan sebagai lembaga keuangan syari’ah yang memadukan fungsi pengelolaan zakat, infak dan Sodaqoh (ZIS) dan

penyadaran umat akan nilai-nilai Islam dengan fungsi bisnis (ekonomi).

Ahmad (2008) menyatakan, perbedaan BMT dengan Bank Umum Syari’ah (BUS) atau juga Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) adalah dalam bidang pendampingan dan dukungan. Berkaitan dengan dukungan, BUS dan

BPRS terikat dengan peraturan pemerintah di bawah Departemen Keuangan atau

juga peraturan Bank Indonesia (BI). Sedangkan BMT dengan badan hukum

koperasi, secara otomatis dibawah pembinaan Departemen Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah. Dengan demikian, peraturan yang mengikat BMT juga dari

departemen ini. Sampai saat ini, selain peraturan tentang koperasi dengan segala

(26)

commit to user

Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah.

Dengan hadirnya Kepmen KUKM No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004

menurut Ahmad (2008), maka yang menjadi tujuan KJKS dalam wadah BMT

harus diarahkan pada :

1) Meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di kalangan usaha

mikro, kecil, menengah dan koperasi melalui sistem syari’ah;

2) Pemberian dorongan bagi kehidupan ekonomi syari’ah dalam kegiatan usaha

mikro, kecil dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada

umumnya; dan

3) Peningkatan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam kegiatan Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah.

Ahmad (2008) menyatakan, Dalam Kepmen KUKM No.

91/Kep/M.KUKM/IX/2004 dijelaskan, koperasi BMT disebut sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS). Dengan demikian BMT yang beroperasi dengan sah di Indonesia adalah BMT yang berbadan hukum koperasi yang izinnya

dikeluarkan oleh Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. Adapun

pengertian KJKS dalam Kepmen KUKM No. 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 adalah

koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi dan

simpanan sesuai pola bagi hasil (syari’ah).

b. BMT Koperasi

Dilihat dari kesesuaian prinsip koperasi dalam Islam dan hukum

kebolehan koperasi dalam Islam, maka koperasi adalah sebuah lembaga yang

dapat diterapkan untuk BMT. Menurut Norvadewi (2009), Kebolehan ini juga

didasarkan pada relevansi konsep antara koperasi dan BMT yang dapat dilihat

dari :

1) Latar belakang dan sejarah kelahiran kedua lembaga ini adalah sama-sama

dalam rangka memperjuangkan kepentingan rakyat golongan bawah sebagai

reaksi terhadap sistem ekonomi yang berlaku pada waktu itu. Koperasi lahir

(27)

commit to user

mengakibatkan penderitaan pada rakyat dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan mereka. Begitu juga BMT yang lahir karena keberadaan Bank

Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank Perkreditan Rakyat Syari’ah (BPRS) yang belum dapat menjangkau masyarakat golongan ekonomi bawah. Hal ini

disebabkan karena berbagai kendala, diantaranya peraturan

perundang-undangan, perizinan yang rumit dan lama serta mobilisasi dana yang sulit.

BMT lahir sebagai alternatif untuk mengatasi keadaan ini.

2) Dengan mengacu pada pengertian yang dikandung keduanya dapat

disimpulkan bahwa kedua lembaga ini sama-sama mengandung dua unsur.

Unsur tersebut adalah unsur ekonomi dan unsur sosial yang saling berkaitan.

Ini merupakan bukti bahwa kedua lembaga ini tidak hanya bergerak di bidang

bisnis namun aspek sosialnya juga tidak dilupakan.

3) Relevansi ini juga dilihat melalui prinsip-prinsip dasar yang dikandung oleh

kedua konsep ini. Dalam prinsip-prinsip dasar keduanya ditemukan bahwa

nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak bertentangan. Pada intinya

kedua lembaga ini berusaha untuk mensejahterakan anggota pada khususnya

dan masyarakat pada umumnya melalui pengelolaan yang sarat dengan

nilai-nilai etik dan moral yang tinggi. Yang ini juga akan membedakan kedua

lembaga ini dengan bentuk-bentuk usaha ekonomi lainnya.

4) Adanya kesamaan tujuan pada kedua lembaga tersebut. Tujuan yang

terkandung adalah sama-sama berusaha untuk mensejahterakan anggota pada

khususnya dan masyarakat pada umumnya terutama bagi golongan

masyarakat kecil dalam rangka mengentaskan kemiskinan bagi perbaikan

ekonomi rakyat.

5) Berdasarkan pada fungsi dan peranan dari koperasi dan BMT terlihat bahwa

keduanya mempunyai dua fungsi. Fungsi tersebut adalah fungsi sosial dan

fungsi ekonomi yang saling berkaitan. Sedangkan peranan kedua lembaga

tersebut adalah sebagai motor penggerak perekonomian dengan

mengembangkan dan membangun potensi serta kemampuan masyarakat

lapisan bawah untuk mencapai perekonomian yang lebih baik. Bahkan

(28)

commit to user

6) Jika mengacu pada konsep mekanisme kerja antara koperasi dan BMT, akan

ditemukan bahwa kedua lembaga ini diusahakan untuk bergerak pada tiga

sektor, yaitu sektor jasa keuangan melalui simpan pinjam, sektor sosial dan

sektor riil.

Selain itu dalam alat kelengkapan organisasi koperasi dan BMT

ditemukan adanya Dewan Pengawas. Dewan pengawas itu bertugas untuk

mengendalikan dan mengawasi kedua lembaga itu. Tujuan pengendalian dan

pengawasan ini adalah agar dalam kegiatannya sesuai dengan tujuan yang

diharapkan serta dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyimpangan dan

penyelewengan oleh pengurus di dalam pengelolaannya.

c. Perbedaan BMT dengan Koperasi

Perbedaan antara koperasi konvensional dan koperasi syariah (BMT)

dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti yang diperoleh dari Dwi Listiani

Ningrum (2009) adalah sebagai berikut :

1) Pembiayaan

Koperasi konvensional memberikan bunga pada setiap naabah sebagai

keuntungan koperasi. Sedangkan pada koperasi syariah, bagi hasil adalah cara

yang diambil untuk melayani para nasabahnya.

2) Aspek pengawasan

Aspek pengawasan yang diterapkan pada koperasi konvensional adalah

pengawasan kinerja, ini berarti koperasi hanya diawasi kinerja para pengurus

dalam mengelola koperasi. Berbeda dengan koperasi syariah, selain diawasi

pada pengawasan kinerjanya, tetapi juga pengawasan syariah. Prinsip-prinsip

syariah sangat dijunjung tinggi, maka dari itu kejujuran para intern koperasi

sangat diperhatikan pada pengawasan ini, bukan hanya pengurus, tetapi aliran

dana serta pembagian hasil tidak luput dari pengawasan.

3) Penyaluran produk

Koperasi konvensinal memberlakukan sistem kredit barang atau uang pada

penyaluran produknya, maksudnya adalah koperasi konvensional tidak tahu

(29)

commit to user

usaha mengalami rugi atau tidak, nasabah harus tetap mengembalikan uang

sebesar yang dipinjam ditambah bunga yang telah ditetapkan pada RAT.

Aktivitas ini berbeda di koperasi syariah, koperasi ini tidak mengkreditkan

barang-barangnya, melainkan menjualnya secara tunai maka transaksi jual beli

atau yang dikenal dengan murabahah terjadi pada koperasi syariah,

uang/barang yang dipinjamkan kepada para nasabahpun tidak dikenakan

bunga, melainkan bagi hasil, artinya jika nasabah mengalami kerugian,

koperasipun mendapatkan pengurangan pengembalian uang, dan sebaliknya.

Ini merupakan salah satu bagi hasil yang diterapkan pada koperasi syariah

4) Fungsi sebagai lembaga zakat

Koperasi konvesional tidak menjadikan usahanya sebagai penerima dan

penyalur zakat, sedangkan koperasi syariah, zakat dianjurkan bagi para

nasabahnya, karena kopersai ini juga berfungsi sebagai institusi Ziswaf .

d. Hak dan Kewajiban Anggota BMT

Anggota BMT memiliki peran ganda, sebagai pemilik sekaligus

pengguna pelayanan koperasi dalam hal ini yang berbentuk BMT. Sebagai

pemilik, anggota berpartisipasi dalam memodali, mengambil keputusan,

mengawasi, dan menanggung resiko. Sebagai pengguna, anggota berpartisipasi

dalam memanfaatkan pelayanan koperasi.

Selain itu, anggota juga memiliki beberapa hak dan kewajiban.

Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan dan bila dilanggar, maka akan

dikenakan sanksi. Sedangkan hak adalah sesuatu yang seharusnya diperoleh. Bila

hak ini tidak terpenuhi, maka yang bersangkutan dapat menuntut. Tetapi bila hak

tersebut tidak digunakan, maka tidak ada sanksi untuk itu. Hak dan kewajiban

anggota BMT yang diperoleh dari Akbar Ariansyah (2010) adalah :

1) Setiap anggota berhak :

a) Memperoleh pelayanan dari koperasi;

b) Menghadiri dan berbicara dalam Rapat Anggota;

c) Memiliki hak suara yang sama;

(30)

commit to user

e) Mengajukan pendapat, saran dan usul untuk kebaikan dan kemajuan

Koperasi;

f) Memperoleh bagian Sisa Hasil Usaha.

2) Setiap anggota mempunyai kewajiban :

a) Membayar simpanan wajib sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam

Anggaran Rumah Tangga atau diputuskan Rapat Anggota.

b) Berpartisipasi dalam kegiatan usaha Koperasi.

c) Mentaati ketentuan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,

Keputusan Rapat Anggota dan ketentuan lainnya yang berlaku dalam

Koperasi.

d) Memelihara serta menjaga nama baik dan kebersamaan dalam Koperasi.

e. Sistem Penetapan Bagi Hasil

Sistem penetapan bagi hasil dalam BMT adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 : Perbandingan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil

Hal Sistem Bunga Sistem Bagi Hasil Penentuan

besarnya hasil

Sebelumya Sesudah berusaha, sesudah ada untungnya

Ditanggung nasabah saja Ditanggung kedua belah pihak

Dihitung dari mana

Dari dana yang

dipinjamkan, fixed, tetap

Dari untung yang bakal diperoleh belum tentu besarnya

Keberhasilan proyek / usaha yang jadi perhatian bersama : Nasabah dan BMT

Tahukah kita besar jumlahnya

Pasti : (%) kali jumlah pinjaman yang telah pasti diketahui

Proporsi : (%) kali jumlah untung yang belum diketahui

Status hukum Berlawanan dengan Q.S Lukman : 34

Melaksanakan Q.S Lukman : 34

Sumber : Amin Aziz (2008 : 28)

f. Kelebihan dan Kekurangan BMT

Ismul Azhari (2010), menjelaskan bahwa :

(31)

commit to user

a) BMT Islam memiliki dasar hukum operasional yakni Al Qur’an dan Al

Hadist. Sehingga dalam operasionalnya sesuai dengan prinsip-prinsip

dasar seperti diperintahkan oleh Allah SWT, juga nilai dasar seperti yang

dicontohkan Rasulullah SAW.

b) BMT Islam mendasarkan semua produk dan operasinya pada

prinsip-prinsip efisiensi, keadilan, dan kebersamaan.

c) Adanya kesamaan ikatan emosional keagamaan yang kuat antara

pemegang saham, pengelola, dan nasabah, sehingga dapat dikembangkan

kebersamaan dalam menghadapi resiko usaha dan membagi keuntungan

secara jujur dan adil.

d) Adanya keterikatan secara religi, maka semua pihak yang terlibat dalam

BMT Islam akan berusaha sebaik-baiknya sebagai pengamalan ajaran

agamanya sehingga berapa pun hasil yang diperoleh diyakini membawa

berkah.

e) Adanya fasilitas pembiayaan (Al Mudharabah dan Al Musyarakah) yang

tidak membebani nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar biaya

secara tetap, hal ini memberikan kelonggaran physichologis yang

diperlukan nasabah untuk dapat berusaha secara tenang dan

bersungguh-sungguh.

f) Adanya fasilitas pembiayaan (Al Murabahah dan Al Ba’i Bitsaman Ajil)

yang lebih mengutamakan kelayakan usaha dari pada jaminan (kolateral)

sehingga siapa pun baik pengusaha ataupun bukan mempunyai jaminan

kesempatan yang luas untuk berusaha.

g) Tersedia pembiayaan (Qardu Hasan) yang tidak membebani nasabah

dengan biaya apapun, kecuali biaya yang dipergunakan sendiri:seperti bea

materai, biaya notaris, dan sebagainya. Dana fasilitas ini diperoleh dari

pengumpulan zakat, infak dan sadaqah, para amil zakat yang masih

mengendap.

h) Dengan diterapkannya sistem bagi hasil sebagai pengganti bunga, maka

tidak ada diskriminasi terhadap nasabah yang didasarkan atas kemampuan

(32)

commit to user

i) Dengan adanya sistem bagi hasil, maka untuk kesehatan BMT yang bisa

diketahui dari naik turunnya jumlah bagi hasil yang diterima.

j) Dengan diterapkannya sistem bagi hasil, maka persaingan antar BMT

Islam berlaku wajar yang diperuntukkan oleh keberhasilan dalam

membina nasabah dengan profesionalisme dan pelayanan yang baik.

2) Kelemahan BMT adalah :

a) Dalam operasional BMT Islam, pihak-pihak yang terlibat didasarkan pada

ikatan emosional keagamaan yang sama, sehingga antara pihak-pihak

khususnya pengelola BMT dan BMT harus saling percaya, bahwa mereka

sama-sama beritikad baik dan jujur dalam bekerjasama. BMT dengan

sistem ini terlalu berprasangka baik kepada semua nasabah dan berasumsi

bahwa semua orang yang terlibat adalah jujur. Dengan demikian, BMT

Islam rawan terhadap mereka yang beritikad tidak baik sehingga

diperlukan usaha tambahan untuk mengawasi nasabah yang menerima

pembiayaan dari BMT Islam karena tidak dikenal bunga, denda

keterlambatan dan sebagainya.

b) Sistem bagi hasil yang adil memerlukan tingkat profesionalisme yang

tinggi bagi pengelola BMT untuk membuat penghitungan yang cermat dan

terus-menerus.

c) Motivasi masyarakat muslim untuk terlibat dalam aktivitas BMT Islam

adalah emosi keagamaan, ini berarti tingkat efektifitas keterlibatan

masyarakat muslim dalam BMT Islam tergantung pada pola pikir dan

sikap masyarakat itus sendiri.

d) Semakin banyak umat Islam memanfaatkan fasilitas yang disediakn BMT

Islam, sementara belum tersedia proyek-proyek yang bisa di biayai sebagai

akibat kurangnya tenaga-tenaga profesional yang siap pakai, maka BMT

Islam akan menghadapi ”kelebihan likuiditas”.

e) Salah satu misi BMT Islam yakni mengentaskan kemiskinan yang

(33)

commit to user

3. Tinjauan tentang Budaya Organisasi a. Pengertian Budaya Organisasi

Budaya organisasi merupakan nilai dasar yang digunakan oleh suatu

lembaga atau organisasi dalam menjalankan usahanya. Budaya organisasi disini

berkaitan dengan hal-hal yang mendasari identitas organisasi.

Menurut Kreitner dan Angelo (2005 : 79) ”Budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan

menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungan yang beraneka ragam.” Sedangkan menurut Tosi, Rizo, Carroll dalam Ashar (2001 : 263) “Budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam

organisasi atau yang ada pada bagian-bagian tertentu organisasi.”

Kast dan James (2002 : 952) menyatakan, “Budaya organisasi adalah perangkat nilai, kepercayaan, dan pemahaman yang penting yang sama-sama dimiliki oleh para anggotanya.” Menurut Ivancevich, Robert dan Michael (2007 : 44), “Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara persepsi itu menciptakan suatu pola keyakinan, nilai dan ekspektasi.”

Robbins (2002 : 279) berpendapat bahwa, “Terdapat kesepakatan luas bahwa budaya organisai merujuk kepada sistem pengertian bersama yang

dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi

tersebut dari organisasi lainnya.”

b. Tipe Budaya Organisasi

Budaya organisasi tidak hanya terbatas pada landasan atau pola pikir

karyawan dan pimpinan dalam organisasi tersebut. Namun berkaitan pula dengan

kaidah-kaidah dasar dan latar belakang pendirian organisasi yang bersangkutan.

Latar belakang pendirian satu organisasi dengan organisasi yang lain tidak selalu

sama. Latar belakang yang berbeda tersebut menyebabkan adanya berbagai tipe

budaya organisasi. Tipe-tipe budaya organisasi yang ada ini memiliki perbedaan

(34)

commit to user

Beberapa ahli yang mengidentifikasi tipe-tipe budaya organisasi tersebut

diantaranya :

1) Wallach

Wallach dalam Falikhatun (2003), membagi budaya organisasi menjadi tiga

tipe. Tipe budaya organisasi yang disebutkan oleh Wallach diantaranya :

a) Budaya birokratis, yang ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang

terstruktur, teratur, tertib, berurutan, dan memiliki regulasi yang jelas.

Dalam budaya birokratis biasanya menerapkan pengawasan yang sangat

ketat dalam bentuk penetapan aturan baku/standar. Ada garis batas

tanggung jawab dan otoritas yang sangat jelas dan tegas untuk semua

anggota organisasi. Adapun wewenang dan tanggung jawab diturunkan

berdasarkan level hierarki.

b) Budaya inovatif, yang ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang

penuh tantangan, menyediakan tugas-tugas beresiko, dan memerlukan

kreatifitas untuk menyelesaikannya. Semua anggota diberikan tekanan dan

stimuli untuk berkarya sekreatif mungkin. Jalur komunikasi terbuka lebar,

dan tidak banyak aturan tentang pelaksanaan tugas. Pengendalian dalam

budaya ini dilakukan melalui supervisi dan konsultasi.

c) Budaya suportif, dimana budaya ini menempatkan manusia sebagai titik

sentral dalam organisasi. Budaya ini ditandai dengan adanya lingkungan

kerja yang bersahabat, peduli sesama, saling percaya dan adil. Dengan

demikian budaya suportif ini merupakan lingkungan yang penuh

kehangatan dan ramah tamah, serta saling memberikan kebebasan

individual, sehingga Wallach menyebut budaya ini sebagai ”fuzzy place to work”.

2) Harrison

Harrison dalam Eny (2003 : 128), menemukan empat tipe budaya organisasi

yang mana melihat budaya itu dalam kaitannya dengan desain organisasi,

yaitu :

a) Budaya Kekuasaan (Power Culture). Dimana sebagian kecil eksekutif

(35)

commit to user

Ada kepercayaan dalam sikap mental yang kuat dan tegas untuk

memajukan perhatian organisasi.

b) Budaya Peran (Role Culture). Dalam budaya organisasi tipe ini terdapat

kaitan dengan prosedur-prosedur birokratis, seperti peraturan-peraturan

pemerintah dan peran spesifik yang jelas, karena diyakini bahwa hal ini

akan menstabilkan sistem.

c) Budaya Pendukung (Support Culture). Dimana dalam budaya ini terdapat

kelompok atau komunitas yang mendukung orang yang mengusahakan

integrasi dan seperangkat nilai bersama.

d) Budaya Prestasi (Achievement Culture). Dalam tipe budaya organisasi ini

terdapat suasana yang mendorong eksepsi diri dan usaha keras untuk

adanya independensi, dan tekanannya ada pada keberhasilan dan prestasi.

3) Milles dan Snow

Milles dan Snow dalam Eny (2003), meninjau budaya organisasi dari sisi

potensi ideologi dan kepemimpinan manajerial. dari hasil penelitian mereka,

terdapat tiga tipe budaya organisasi yaitu :

a) Orgaisasi yang Defensif. Sasaran utamanya adalah menjaga dan

memelihara posisi stabil dalam pasar bagi produk atau jasanya. Ada

tekanan pada sistem formal dimana perencanaan dan pengendalian

disentralkan dan ada perjanjian untuk efisiensi dan pengurangan biaya.

b) Organisasi yang Prospektif. Sasaran utamanya adalah mengembangkan

produk baru dan mengeksploitasi kesempatan pasar. Pada akhirnya ada

tekanan pada fleksibilitas, system ad hoc dan kreativitas.

c) Organisasi yang Analitis. Ditekankan pada penelitian dan pengembangan

serta pertumbuhan yang terus-menerus daripada yang bersifat dramatis.

c. Karakteristik Budaya Organisasi

Menurut Robbins dalam Linawati (2003), ada sepuluh karakteristik

(36)

commit to user

1) Member identity, yaitu identitas anggota dalam organisasi secara keseluruhan,

dibandingkan dengan identitas dalam kelompok kerja atau bidang profesi

masing-masing.

2) Group emphasis, yaitu seberapa besar aktivitas kerja bersama lebih ditekankan

daripada kerja individual.

3) People focus, yaitu seberapa jauh keputusan manajemen yang diambil untuk

mempertimbangkan keputusan tersebut terhadap anggota organisasi.

4) Unit integration, yaitu seberapa jauh unit-unit di dalam organisasi

dikondisikan untuk beroperasi secara bersama-sama (terkoordinasi).

5) Control, yaitu berapa banyak aturan, peraturan dan pengawasan langsung

yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan.

6) Risk tolerance, yaitu besarnya dorongan terhadap karyawan untuk lebih

agresif, inovatif dan berani mengambil resiko.

7) Reward criteria, yaitu berapa besar imbalan yang dialokasikan sesuai dengan

kinerja karyawan, dibandingkan alokasi berdasarkan senioritas, faforitism,

atau faktor bukan kinerja lainnya.

8) Conflict tolerance, yaitu berapa besar karyawan didorong untuk bersikap

terbuka terhadap konflik dan kritik.

9) Means-ends orientation, yaitu berapa besar manajemen lebih menekankan

pada penyebab atau hasil dibandingkan pada tehnik dan proses yang

digunakan untuk mengembangkan hasil.

10) Open-system focus, yaitu berapa besar pengawasan organisasi dan respon yang

diberikan untuk merubah lingkungan eksternal.

d. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2002), budaya organisasi memiliki fungsi-fungsi

tertentu, diantaranya :

1) Budaya menciptakan perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi yang

lain.

2) Budaya berfungsi untuk menyampaikan rasa identitas kepada anggota-anggota

(37)

commit to user

3) Budaya mempermudah penerusan komitmen hingga mencapai batasan yang

lebih luas, melebihi batasan ketertarikan individu.

4) Budaya mendorong stabilitas sistem sosial.

5) Budaya bertugas sebagai pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian yang

memberikan panduan dan bentuk perilaku serta sikap karyawan.

4. Tinjauan tentang Motivasi Kerja a. Pengertian Motivasi

“Motivasi, (dari kata latin motives) itu artinya : sebab, alasan, dasar, pikiran dasar, dorongan bagi seorang untuk berbuat; atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia,” (Kartini, 2002 : 147). Husein (2008 : 36) berpendapat, “Motivasi didefinisikan sebagai suatu kekuatan dorongan untuk melakukan suatu tindakan.” Menurut Ashar (2001 : 323), “… Motivasi kerja adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang

untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya tujuan tertentu.”

Kreitner dan Angelo (2005) menyatakan, motivasi melibatkan suatu

proses psikologis untuk mencapai puncak keinginan dan maksud seorang individu

untuk berperilaku dengan cara tertentu. Hasil dari motivasi secara umum dinilai

dengan perilaku yang ditunjukkan, jumlah usaha yang dikeluarkan, atau strategi

pilihan yang digunakan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan atau tugas.

Menurut Gibson, Ivancevich dan Donnelly (1985 : 94) menyatakan bahwa, ” Motivasi adalah suatu konsep yang kita gunakan jika kita menguraikan kekuatan-kekuatan yang bekerja terhadap atau di dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan perilaku”.

b. Motivasi Kerja

Menurut Isa Jatinegara (2010), “Motivasi kerja adalah suatu dorongan jiwa yang membuat seseorang tergerak untuk melakukan tindakan yang produktif,

baik yang berorientasi kerja menghasilkan uang maupun yang tidak”.

Karyawan memegang peranan utama dalam menjalankan roda

(38)

commit to user

motivasi kerja yang membuat karyawan dapat menjalankan tugas-tugasnya

dengan baik. Faktor motivasi memiliki hubungan langsung dengan kinerja

individual karyawan. Sedangkan faktor kemamampuan individual dan lingkungan

kerja memiliki hubungan yang tidak langsung dengan kinerja. Kedua faktor

tersebut keberadaannya akan mempengaruhi motivasi kerja karyawan. Karena

kedudukan dan hubunganya itu, maka sangatlah strategis jika pengembangan

kinerja individual karyawan dimulai dari peningkatan motivasi kerja, (Cokro

Aminoto, 2007).

c. Proses Motivasi

Motivasi, dalam pencapaianya memerlukan suatu proses sehingga

seseorang dapat memiliki motivasi tertentu. Menurut Gibson et al. (1985), proses

motivasi seperti dimaksudkan oleh beberapa ahli diarahkan untuk mencapai

tujuan. Tujuan atau hasil yang dicari karyawan dipandang sebagai kekuatan yang

menarik orang. Tercapainya tujuan yang diinginkan dapat mengurangi kebutuhan

yang belum terpenuhi. Kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan orang

mencari jalan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan

kekurangan-kekurangan tersebut. Oleh sebab itu, seseorang memilih satu tindakan dan

kemudian terjadilah perilaku yang mengarah pada pencapaian tujuan. Setelah

perilaku terjadi, maka dilakukan evaluasi oleh pihak manajer. Evaluasi prestasi

terebut akan mengahasilkan beberapa macam imbalan atau hukuman. Hasil

tersebut dinilai oleh pihak yang bersangkutan dan kebutuhan yang belum

terpenuhi ditinjau kembali. Pada akhirnya, kegiatan ini akan berulang kembali dan

(39)

commit to user I. kekurangan

kebutuhan

VI. kekurangan kebutuhan untuk diukur ulang oleh karyawan

II. pencarian cara untuk memenuhi kebutuhan

V. penghargaan atau hukuman

IV. kinerja (evaluasi dari tujuan

yangdicapai)

III. perilaku yang diarahkan pada tujuan karyawan

Sumber : Ivancevich, Robert dan Michael (2007 : 146) Gambar 2.1 : Proses Motivasi

d. Teori Motivasi

Banyak teori yang menjelaskan tentang motivasi. Secara garis besar

menurut Ivancevich et al. ( 2007) membagi teori motivasi menjadi :

1) Hierarki kebutuhan Maslow

Inti dari teori Maslow adalah, kebutuhan manusia tersusun atas suatu

hierarki. Hierarki ini tersusun atas kebutuhan-kebutuhan dari tingkat paling

dasar hingga kedudukan tertinggi. Berikut adalah diagram dari hierarki

(40)

commit to user

Sumber : Ivancevich et al. (2007 : 149)

Gambar 2.2 : Diagram Hierarki Kebutuhan Maslow

Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha memuaskan

kebutuhan yang mendasar (kebutuhan fisiologis) sebelum mengarahkan

perilaku pada kebutuhan yang lebih tinggi.

Dalam kaitanya dengan kepuasan kerja dapat dirinci urut-urutan

hierarki kebutuhan Maslow sebagai berikut :

a) Fisiologis : menerima gaji yang cukup untuk hidup, memiliki makanan

dan minuman yang cukup, dan bekerja di lingkungan yang nyaman.

b) Keselamatan dan keamanan : menerima kenaikan gaji secara teratur,

memiliki asuransi medis dan cacat, dan bekerja di lingkungan yang bebas

dari bahaya.

c) Kebersamaan, sosial dan cinta : diterima oleh teman pribadi dan

profesional, bekerja dalam kelompok yang sebanding, dan memiliki

supervisi yang mendukung.

d) Harga diri : memenangkan penghargaan atas kinerja, menerima promosi

tingkat tinggi, dan menghasilkan reputasi yang luar biasa antar rekan kerja.

e) Aktualisasi diri : memulai sebuah bisnis baru yang berhasil,

mengembangkan dan membimbing orang lain, dan menggunakan

ketrampilan bisnis untuk memulai amal yang membantu anak terlantar. fisiologis

Keselamatan dan keamanan Kebersamaan, sosial dan

cinta Harga diri

(41)

commit to user

2) Teori (ERG) Alderfer

Menurut Ivancevich et al. (2007), Alderfer sepakat dengan Maslow

bahwa kebutuhan individu diatur dalam suatu hierarki. Akan tetapi hierarki

yang diajukan hanya melibatkan tiga rangkaian kebutuhan :

a) Eksistensi (existence). Kebutuhan yang dipuaskan oleh faktor-faktor

seperti makanan, udara, imbalan dan kondisi kerja.

b) Hubungan (relatedness). Kebutuhan yang dipuaskan oleh hubungan sosial

dan interpersonal yang berarti.

c) Pertumbuhan (growth). Kebutuhan yang terpuaskan jika individu membuat

kontribusi yang produktif dan kreatif.

Teori ERG mengimplikasikan bahwa individu termotivasi untuk

terlibat dalam perilaku memuaskan salah satu dari tiga rangkaian kebutuhan.

3) Teori dua faktor Herzberg

Menurut Ivancevich et al. (2007), Herzberg mengembangkan teori isi

yang dikenal dengan teori motivasi dua faktor. Kedua faktor tersebut disebut

dissatisfier-satisfier, atau faktor ekstrinsik-intrinsik,.

Untuk faktor dissatisfier atau faktor ekstrinsik diantaranya :

a) Gaji.

b) Keamanan pekerjaan.

c) Kondisi kerja.

d) Status.

e) Prosedur perusahaan.

f) Kualitas pengawasan teknis.

g) Kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan, dan

dengan bawahan.

Sedangkan untuk faktor satisfier atau faktor intrinsik dapat dirinci sebagai

berikut :

a) Pencapaian.

b) Pengakuan.

(42)

commit to user

d) Kemajuan.

e) Pekerjaan itu sendiri.

f) Kemungkinan untuk tumbuh.

4) Teori kebutuhan yang dipelajari dari McClelland

Menurut Ivancevich et al. (2007), McClelland telah mengajukan

teori motivasi yang secara dekat berhubungan dengan konsep pembelajaran.

Ada tiga kebutuhan yang dipelajari dalam teori ini yaitu, kebutuhan akan

pencapaian (need for achiefment), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation)

dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power).

McClelland menyatakan bahwa ketika muncul suatu kebutuhan yang

kuat dalam diri seseorang, kebutuhan tersebut memotivasinya untuk

menggunakan perilaku yang dapat mendatangkan kepuasannya. Sebagai

contoh, memiliki kebutuhan akan pencapaian yang tinggi mendorong seorang

individu untuk menetapkan tujuan yang menantang, untuk bekerja keras demi

mencapai tujuan tersebut, dan menggunakan ketrampilan dan kemampuan

yang diperlukan untuk mencapainya.

Berdasarkan hasil penelitian, McClelland mengembangkan

serangkaian faktor deskriptif yang menggambarkan seseorang dengan

kebutuhan yang tinggi akan pencapaian. Hal tersebut adalah :

a) Suka menerima tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah.

b) Cenderung menetapkan tujuan pencapaian yang moderat dan cenderung

mengambil risiko yang telah diperhitungkan.

c) Menginginkan umpan balik atas kinerja.

Kebutuhan akan afiliasi merefleksikan keinginan untuk berinteraksi

secara sosial dengan orang. Seseorang dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi

menempatkan kualitas dari hubungan pribadi sebagai hal yang paling penting,

dan oleh karena itu hubungan sosial lebih didahulukan daripada penyelesaian

tugas.

Seseorang dengan kebutuhan kekuasaan yang tinggi, dilain pihak,

mengkonsentrasikan diri dengan mempengaruhi orang lain dan memenangkan

(43)

commit to user

pada dominasi dan kepatuhan. Atau kekuasaan dapat berorientasi positif

karena merefleksikan perilaku persuasif dan inspirasional.

Berdasarkan macam-macam teori diatas, dalam penelitian ini penulis

mengambil teori dari Maslow karena dipandang sebagai pelopor teori motivasi.

Maslow mendasarkan konsep hierarki kebutuhan pada dua prinsip yaitu

kebutuhan-kebutuhan manusia dapat disusun dalam suatu kebutuhan yang telah

terpuaskan berhenti menjadi motivator utama dari perilaku. Menurut Maslow

dalam Ivanccevich et al. (2007), manusia akan didorong untuk memenuhi

kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang

bersangkutan mengikuti suatu hierarki. Beberapa pokok pemikiran Maslow dalam

pemahaman hierarki kebutuhan :

1) Kebutuhan yang sudah terpuaskan berhenti memberikan motivasi.

2) Kebutuhan yang tidak terpuaskan dapat menyebabkan rasa frustasi, konflik

dan stres.

3) Orang memiliki kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang dan sebagai

akibatnya, akan terus berusaha bergerak keatas dalam hierarki untuk

memenuhi kepuasan.

e. Perubahan-perubahan dalam Kekuatan Motivasi

Menurut Miftah (2009), suatu motivasi cenderung mengurangi

kekuatannya manakala :

1) Tercapainya suatu kepuasan akan kebutuhan.

Ketika suatu kebutuhan terpuaskan, kebutuhan tersebut tidak lagi akan

memotivasi perilaku.

2) Terhalangnya pencapaian kepuasan

Terhalangnya pemuasan kebutuhan seseorang cenderung terikat pada perilaku

mengatasi (coping behavior), yakni suatu usaha untuk memilih suatu

keputusan dengan cara coba dan mencoba (trial and error) yang sekiranya

bisa menghilangkan halangan. Pada umumnya halangan-halangan (blockages)

yang merintangi pemuasan suatu kebutuhan membuat seseorang mencari jalan

(44)

commit to user

3) Perbedaan kognisi

Perbedaan kognisi ini diungkapkan oleh Leon Festinger. Perbedaan kognisi

meliputi ketidakserasian, ketidakharmonisan, ketidakselarasan, dan adanya

kontradiksi antara dua hal. Perbedaan kognisi ini mengarah pada jenis

hubungan yang berbeda dan bisa timbul pada diri seseorang. Jika seseorang

mengetahui dua hal, satu tentang dirinya, kedua mengetahui tentang

lingkungan yang ditempati, yang keduanya terasa tidak serasi, maka disini

tercipta situasi perbedaan kognisi.

4) Frustasi

Terhalangnya suatu usaha pencapaian tujuan dapat menyebabkan terjadinya

frustasi. Gejala frustasi ini lebih tepat sebagai suatu kondisi yang melekat pada

diri seseorang dibandingkan dengan usaha mencari sebabnya dari lingkungan.

Frustasi ini bisa bertambah jika seseorang terikat pada suatu perilaku yang

agresif. Tindakan yang agresif dapat menyebabkan perilaku yang merusak.

Dengan timbulnya frustasi yang menyebabkan terjadinya tindakan yang

agresif ini, kekuatan kebutuhan dapat berubah, dan cenderung untuk lebih

menurun.

5) Kekuatan motivasi bertambah

Perilaku akan berubah jika kebutuhan-kebutuhan yang menarik, bertambah

kekuatannya. Kekuatan dari beberapa kebutuhan akan nampak dalam pola

lingkaran.

5. Tinjauan tentang Kinerja a. Pengertian Kinerja

Karyawan dalam suatu organisasi tentunya memiliki tanggung jawab

yaitu bekerja menurut tugas dan posisi masing-masing. Dalam memenuhi

tanggung jawab pekerjaannya, karyawan ini selalu berusaha untuk menunjukkan

dan melakukan yang terbaik. Perilaku ini disebut dengan kinerja. Menurut Suyadi

(1999), kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

Gambar

Gambar 4.3 : Grafik Data Variabel Kinerja Karyawan (Y)                           61
Tabel 1.1 : Target dan Realisasi KJKS BMT Tumang Bulan Desember 2009
Tabel 2.1 : Perbandingan Sistem Bunga dan Sistem Bagi Hasil
Gambar 2.1 : Proses Motivasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

102 Atas Pembiayaan Murabahah Pada BMT ( Baitul Maal Wa Tamwil) (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Nur Indah Abadi, KJKS BMT Bina Tanjung dan

102 Atas Pembiayaan Murabahah Pada BMT ( Baitul Maal Wa Tamwil) (Studi Kasus di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Nur Indah Abadi, KJKS BMT Bina Tanjung dan

Berdasarkan analisis yang dilakukan, maka diketahui bahwa gaya kepemimpinan demokratis secara parsial perpengaruh signifikan terhadap partisipasi anggota Koperasi

Strategi Dakwah dalam Pengembangan Ekonomi Ummat Dalam memberdayakan ekonomi umat strategi yang diterapkan oleh Baitul Maal wat Tamwil adalah dengan memberikan beberapa produk BMT