• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

3. Tinjauan tentang budaya organisasi

Budaya organisasi merupakan nilai dasar yang digunakan oleh suatu lembaga atau organisasi dalam menjalankan usahanya. Budaya organisasi disini berkaitan dengan hal-hal yang mendasari identitas organisasi.

Menurut Kreitner dan Angelo (2005 : 79) ”Budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungan yang beraneka ragam.” Sedangkan menurut Tosi, Rizo, Carroll dalam Ashar (2001 : 263) “Budaya organisasi adalah cara-cara berpikir, berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam organisasi atau yang ada pada bagian-bagian tertentu organisasi.”

Kast dan James (2002 : 952) menyatakan, “Budaya organisasi adalah perangkat nilai, kepercayaan, dan pemahaman yang penting yang sama-sama dimiliki oleh para anggotanya.” Menurut Ivancevich, Robert dan Michael (2007 : 44), “Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara persepsi itu menciptakan suatu pola keyakinan, nilai dan ekspektasi.”

Robbins (2002 : 279) berpendapat bahwa, “Terdapat kesepakatan luas bahwa budaya organisai merujuk kepada sistem pengertian bersama yang dipegang oleh anggota-anggota suatu organisasi, yang membedakan organisasi tersebut dari organisasi lainnya.”

b. Tipe Budaya Organisasi

Budaya organisasi tidak hanya terbatas pada landasan atau pola pikir karyawan dan pimpinan dalam organisasi tersebut. Namun berkaitan pula dengan kaidah-kaidah dasar dan latar belakang pendirian organisasi yang bersangkutan. Latar belakang pendirian satu organisasi dengan organisasi yang lain tidak selalu sama. Latar belakang yang berbeda tersebut menyebabkan adanya berbagai tipe budaya organisasi. Tipe-tipe budaya organisasi yang ada ini memiliki perbedaan identifikasi tergantung pada ahli yang menelaah dan sudut pandang para ahli.

commit to user

Beberapa ahli yang mengidentifikasi tipe-tipe budaya organisasi tersebut diantaranya :

1) Wallach

Wallach dalam Falikhatun (2003), membagi budaya organisasi menjadi tiga tipe. Tipe budaya organisasi yang disebutkan oleh Wallach diantaranya : a) Budaya birokratis, yang ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang

terstruktur, teratur, tertib, berurutan, dan memiliki regulasi yang jelas. Dalam budaya birokratis biasanya menerapkan pengawasan yang sangat ketat dalam bentuk penetapan aturan baku/standar. Ada garis batas tanggung jawab dan otoritas yang sangat jelas dan tegas untuk semua anggota organisasi. Adapun wewenang dan tanggung jawab diturunkan berdasarkan level hierarki.

b) Budaya inovatif, yang ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang penuh tantangan, menyediakan tugas-tugas beresiko, dan memerlukan kreatifitas untuk menyelesaikannya. Semua anggota diberikan tekanan dan stimuli untuk berkarya sekreatif mungkin. Jalur komunikasi terbuka lebar, dan tidak banyak aturan tentang pelaksanaan tugas. Pengendalian dalam budaya ini dilakukan melalui supervisi dan konsultasi.

c) Budaya suportif, dimana budaya ini menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam organisasi. Budaya ini ditandai dengan adanya lingkungan kerja yang bersahabat, peduli sesama, saling percaya dan adil. Dengan demikian budaya suportif ini merupakan lingkungan yang penuh kehangatan dan ramah tamah, serta saling memberikan kebebasan individual, sehingga Wallach menyebut budaya ini sebagai ”fuzzy place to work”.

2) Harrison

Harrison dalam Eny (2003 : 128), menemukan empat tipe budaya organisasi yang mana melihat budaya itu dalam kaitannya dengan desain organisasi, yaitu :

a) Budaya Kekuasaan (Power Culture). Dimana sebagian kecil eksekutif senior menggunakan kekuasaan yang lebih banyak dalam memerintah.

commit to user

Ada kepercayaan dalam sikap mental yang kuat dan tegas untuk memajukan perhatian organisasi.

b) Budaya Peran (Role Culture). Dalam budaya organisasi tipe ini terdapat kaitan dengan prosedur-prosedur birokratis, seperti peraturan-peraturan pemerintah dan peran spesifik yang jelas, karena diyakini bahwa hal ini akan menstabilkan sistem.

c) Budaya Pendukung (Support Culture). Dimana dalam budaya ini terdapat kelompok atau komunitas yang mendukung orang yang mengusahakan integrasi dan seperangkat nilai bersama.

d) Budaya Prestasi (Achievement Culture). Dalam tipe budaya organisasi ini terdapat suasana yang mendorong eksepsi diri dan usaha keras untuk adanya independensi, dan tekanannya ada pada keberhasilan dan prestasi. 3) Milles dan Snow

Milles dan Snow dalam Eny (2003), meninjau budaya organisasi dari sisi potensi ideologi dan kepemimpinan manajerial. dari hasil penelitian mereka, terdapat tiga tipe budaya organisasi yaitu :

a) Orgaisasi yang Defensif. Sasaran utamanya adalah menjaga dan memelihara posisi stabil dalam pasar bagi produk atau jasanya. Ada tekanan pada sistem formal dimana perencanaan dan pengendalian disentralkan dan ada perjanjian untuk efisiensi dan pengurangan biaya. b) Organisasi yang Prospektif. Sasaran utamanya adalah mengembangkan

produk baru dan mengeksploitasi kesempatan pasar. Pada akhirnya ada tekanan pada fleksibilitas, system ad hoc dan kreativitas.

c) Organisasi yang Analitis. Ditekankan pada penelitian dan pengembangan serta pertumbuhan yang terus-menerus daripada yang bersifat dramatis. c. Karakteristik Budaya Organisasi

Menurut Robbins dalam Linawati (2003), ada sepuluh karakteristik utama budaya organisasi, yaitu :

commit to user

1) Member identity, yaitu identitas anggota dalam organisasi secara keseluruhan, dibandingkan dengan identitas dalam kelompok kerja atau bidang profesi masing-masing.

2) Group emphasis, yaitu seberapa besar aktivitas kerja bersama lebih ditekankan daripada kerja individual.

3) People focus, yaitu seberapa jauh keputusan manajemen yang diambil untuk mempertimbangkan keputusan tersebut terhadap anggota organisasi.

4) Unit integration, yaitu seberapa jauh unit-unit di dalam organisasi dikondisikan untuk beroperasi secara bersama-sama (terkoordinasi).

5) Control, yaitu berapa banyak aturan, peraturan dan pengawasan langsung yang digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku karyawan. 6) Risk tolerance, yaitu besarnya dorongan terhadap karyawan untuk lebih

agresif, inovatif dan berani mengambil resiko.

7) Reward criteria, yaitu berapa besar imbalan yang dialokasikan sesuai dengan kinerja karyawan, dibandingkan alokasi berdasarkan senioritas, faforitism, atau faktor bukan kinerja lainnya.

8) Conflict tolerance, yaitu berapa besar karyawan didorong untuk bersikap terbuka terhadap konflik dan kritik.

9) Means-ends orientation, yaitu berapa besar manajemen lebih menekankan pada penyebab atau hasil dibandingkan pada tehnik dan proses yang digunakan untuk mengembangkan hasil.

10) Open-system focus, yaitu berapa besar pengawasan organisasi dan respon yang diberikan untuk merubah lingkungan eksternal.

d. Fungsi Budaya Organisasi

Menurut Robbins (2002), budaya organisasi memiliki fungsi-fungsi tertentu, diantaranya :

1) Budaya menciptakan perbedaan antara satu organisasi dengan organisasi yang lain.

2) Budaya berfungsi untuk menyampaikan rasa identitas kepada anggota-anggota organisasi.

commit to user

3) Budaya mempermudah penerusan komitmen hingga mencapai batasan yang lebih luas, melebihi batasan ketertarikan individu.

4) Budaya mendorong stabilitas sistem sosial.

5) Budaya bertugas sebagai pembentuk rasa dan mekanisme pengendalian yang memberikan panduan dan bentuk perilaku serta sikap karyawan.

4. Tinjauan tentang Motivasi Kerja

Dokumen terkait