• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAPAT AKHIR PRESIDEN ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

DALAM RAPAT PARIPURNA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Tanggal 25 September 2014

Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua,

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, Hadirin yang kami hormati,

Mengawali Pendapat Akhir Presiden, izinkanlah kami mengajak kita semua untuk senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga pada hari ini kita dapat menyelenggarakan dan menghadiri Rapat Paripurna DPR-RI untuk mengambil keputusan yang sangat penting. Sebagai bagian akhir dari proses pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sesuai dengan mekanisme pembentukan undang-undang berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dan berbagai peraturan pelaksanaannya.

Pembahasan RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah diselesaikan antara Pemerintah dan Panitia Kerja (PANJA) RUU tersebut pada Pembicaraan Tingkat I dan sebagaimana telah kita dengarkan bersama bahwa seluruh Fraksi telah memberikan pendapatnya dan persetujuannya atas RUU tersebut untuk diteruskan pada Pembicaraan Tingkat II, guna pengambilan keputusan dalam Rapat Paripurna DPR-RI. Kita semua mengharapkan, semoga RUU tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dapat disetujui bersama dalam Rapat Paripurna DPR-RI dan untuk selanjutnya disahkan menjadi Undang-Undang. Sehingga akan dapat terbentuk regulasi yang komprehensiif dalam upaya penyelenggaraan perlindungan anak di Indonesia. Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, Hadirin yang kami hormati.

Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab keberlangsungan bangsa dan negara, mereka perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial. Untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya tanpa perlakuan diskriminatif.

Negara menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, termasuk di dalamnya hak asasi anak yang ditandai dengan adanya jaminan perlindungan dan pemenuhan hak anak dalam Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 dan beberapa ketentuan peraturan perundangan-undangan baik yang bersifat nasional maupun yang bersifat internasional. Jaminan ini dikuatkan melalui ratifikasi konvensi internasional tentang hak-hak anak, yaitu pengesahan Konvensi Hak Anak melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On The Rights Of The Child (Konvensi Tentang Hak-Hak Anak).

Sebagai implementasi dari ratifikasi tersebut, Pemerintah telah mengesahkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, secara substantif telah mengatur beberapa hal antara lain: persoalan anak yang sedang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas, anak dari korban ekploitasi ekonomi dan seksual, anak yang diperdagangkan, anak korban kerusuhan, anak yang menjadi pengungsi dan anak dalam situasi konflik bersenjata, perlindungan anak yang dilakukan berdasarkan prinsip nondiskriminasi, kepentingan terbaik bagi anak, penghargaan

terhadap pendapat anak, hak untuk hidup, kelangsungan dan tumbuh kembangnya. Dalam pelaksanaannya Undang-undang ini telah sejalan dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945 tentang Hak Asasi Manusia, dimana anak sebagai manusia memiliki hak yang sama untuk tumbuh dan berkembang.

Walaupun instrumen hukum telah dimiliki, dalam perjalanannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak belum dapat berjalan secara efektif karena masih adanya tumpang tindih antara peraturan yang terkait dengan anak, serta munculnya berbagai permasalahan yang timbul seiring dengan kemajuan jaman dan globalisasi, dimana dinamika masyarakat cepat berubah, namun peraturan yang ada dirasa kurang sesuai lagi dan tidak memberikan efek jera kepada pelaku pelanggaran terhadap hak anak. Selain itu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, sudah berjalan selama 12 (dua belas) tahun sehingga sudah saatnya dilakukan berbagai perbaikan dan perubahan.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, Hadirin yang kami hormati.

RUU Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang sudah mendapat persetujuan dari seluruh fraksi dan pemerintah, akan menjadi instrumen hukum yang sangat penting dalam melaksanakan penyelenggaraan perlindungan anak, baik dalam konteks nasional maupun sebagai salah satu landasan hukum bagi Indonesia dalam rangka kerjasama internasional untuk penyelenggaraan perlindungan anak.

Pemerintah menyadari bahwa dalam proses pembahasan materi muatan RUU ini tidak terlepas dari perbedaan pandangan dan pendapat, baik antar fraksi maupun dengan pemerintah sehingga memerlukan diskusi yang mendalam. Namun, berbagai perbedaan tersebut pada akhirnya dapat diselesaikan dan dicapai kesepakatan sebagai hasil pemikiran bersama dalam rangka pengaturan yang lebih berkualitas untuk penyelenggaraan perlindungan anak di Indonesia.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, Hadirin kami hormati.

Setelah melalui proses diskusi yang panjang dan demokratis, pada akhirnya kita dapat memperoleh kesepakatan tentang berbagai pengaturan mendasar dan substantif, yang selama ini belum diatur secara lengkap dan detail di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, antara lain:

1. Perubahan atas definisi dan cakupan terkait perlindungan khusus bagi anak, pentingnya peran Pemerintah Daerah, masyarakat, dunia usaha, dan media massa dalam penyelenggaraan perlindungan anak, penegasan terkait peningkatan efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak, pendanaan, serta pemberatan sanksi bagi pelaku kejahatan terhadap anak. Perubahan yang mendasar juga menyelaraskan dengan ketentuan dan prinsip-prinsip yang ada dalam Konvensi Hak Anak, yang telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 3 Tahun 1990 tentang Pengesahan Convention On the Rights of the Child (Konvensi Hak-Hak Anak);

2. Semangat yang dibangun untuk menjadikan Undang-Undang Perubahan ini menjadi payung hukum karena sifatnya sebagai Undang-Undang khusus (lex specialis), juga akan memudahkan penyelesaian kasus pelanggaran hak anak, sehingga nantinya akan mengacu kepada Undang-Undang Perubahan ini. Dengan demikian, hal-hal

yang terkait dengan perlindungan anak yang selama ini masih diatur dalam Undang-Undang sektoral akan mengacu pada Undang-Undang-Undang-Undang Perubahan ini;

3. Undang-Undang Perubahan ini juga telah mengakomodir kebijakan pemerintah terkait dengan perlindungan anak, khususnya anak korban kejahatan seksual yang telah diatur melalui Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2014 tentang Gerakan Nasional Anti Kejahatan Seksual terhadap Anak (GN-AKSA). Selain itu, Undang-Undang ini juga mengantisipasi terjadinya bentuk-bentuk kejahatan terhadap anak yang kelak akan membahayakan kelangsungan tumbuh kembang anak seperti: anak korban terorisme, anak dengan perilaku sosial menyimpang, dan anak korban stigmatisasi/labelisasi orang tuanya;

4. Undang-Undang Perubahan ini juga memperkuat koordinasi antar pemerintah, pemerintah daerah dan lembaga terkait lainnya dalam mekanisme penyelenggaraan perlindungan anak di pusat dan daerah. Mekanisme koordinasi antar lintas sektor, akan dilakukan oleh Kementerian yang menyelengarakan urusan di bidang perlindungan anak;

5. Keterlibatan masyarakat yang didalamnya memuat unsur kelompok masyarakat, organisasi kemasyarakatan, dunia usaha dan media massa juga menjadi kemajuan signifikan dari perubahan Undang-Undang ini. Dengan kuatnya komitmen dan dukungan dari berbagai unsur masyarakat diharapkan dapat memperkuat upaya penyelenggaraan perlindungan anak;

6. Undang-Undang Perubahan ini juga memberikan kejelasan tentang adanya dukungan dari Komisi independen, dalam hal ini Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) guna peningkatan efektivitas pengawasan penyelenggaraan perlindungan anak. Keberadaan KPAI diharapkan akan menjadi mitra strategis di dalam mengoptimalisasikan penyelenggaraan perlindungan anak;

7. Undang-Undang Perubahan ini juga memberikan kejelasan terkait dengan dukungan pendanaan untuk penyelenggaraan perlindungan anak baik di tingkat pusat maupun daerah, termasuk optimalisasi dari unit-unit pelayanan teknis yang ada di daerah, yang selama ini keberadaannya sangat membantu penyelenggaraan perlindungan anak;

8. Undang-Undang Perubahan ini juga memberikan peluang yang lebih besar terkait pengaturan yang sifatnya teknis dan operasional untuk perlindungan anak, baik melalui pengaturan dalam bentuk peraturan pemerintah, peraturan presiden dan keputusan presiden;

9. Undang-Undang Perubahan ini juga mempertegas adanya sanksi pemberatan kejahatan terhadap anak baik sanksi pidana dan denda, serta mempertegas tambahan pidana apabila pelakunya adalah orang-orang terdekat. Di sisi lain kemajuan dari Undang-Undang Perubahan ini juga mengatur tentang pemberian restitusi bagi anak korban kejahatan tertentu, yang sebelumnya belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Saudara Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang terhormat, Hadirin yang kami hormati.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan setelah mempertimbangkan secara sungguh-sungguh pendapat akhir PANJA RUU Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, izinkanlah kami mewakili Presiden Republik Indonesia dalam Rapat Paripurna yang terhomat ini menyampaikan bahwa dengan mengucapkan Bismillahirohmanirohim, Presiden menyatakan setuju Rancangan

Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak untuk disahkan menjadi Undang-Undang.

Demikianlah Pendapat Akhir Presiden terhadap Rancangan Undang-Undang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak kami sampaikan. Kepala Pimpinan dan Anggota DPR RI yang terhormat kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas dukungannya, sehingga proses pembahasan RUU ini berjalan dengan lancar.

Ucapan terima kasih dan apresiasi juga kami sampaikan kepada Sekretariat dan tenaga ahli atau tenaga teknis Komisi VIII DPR RI, pemerintah, serta para pihak yang selalu mengikuti dan membantu proses penyelesaian pembahasan RUU ini.

Dalam kesempatan ini pula, pemerintah menyampaikan permohonan maaf kepada semua pihak apabila terdapat hal-hal yang kurang berkenan selama proses pembahasan RUU ini.

Semoga apa yang kita pikirkan dan rumuskan dalam proses pembahasan RUU ini dapat bermanfaat bagi seluruh anak Indonesia, serta dapat dinilai sebagai amal ibadah oleh Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa.

Atas segala pemikiran, perhatian, dan kerjasama dari Pimpinan dan Anggota DPR RI yang terhormat, kami mengucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

ATAS NAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA