• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB XXV KETENTUAN LAIN-LAIN; I KETENTUAN PERALIHAN;

PEMERINTAHAN DAERAH

pikiran telah bekerja dengan sungguh-sungguh untuk memberikan hasil yang terbaik dari Rancangan Undang-Undang ini. Juga terima kasih khusus kepada Pak Alex Litaay sebagai Ketua Pansus Rancangan Undang-Undang Provinsi berciri kepulauan, yang telah dimakamkan dengan hormat oleh pemerintah, dan dihidupkan kembali dalam Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah ini, sehingga Pak Alex bisa tersenyum terus dan aspirasi provinsi berciri kepulauan intinya ruh sudah masuk didalam Pasal ini. Jadi ini sebetulnya hanya 3 pasal itu saja pak Ketua, itu perlu dibuat Undang-undang yang banyak ditampung disini sudah cukup aspirasinya terwakili. Terima kasih Pak Alex Litaay, telah memperkaya Rancangan Undang-Undang ini sehingga tidak ada sejengkalpun daerah dan pemerintahan yang luput dari pengaturan Undang-undang ini. Terima kasih untuk semuanya juga untuk seluruh sidang paripurna yang terhormat, kepada tenaga ahli, dan kepada semua saja kami sampaikan terima kasih.

Billahitaufiq Walhidayah,

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

KETUA PANSUS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PEMERINTAHAN DAERAH

H. TOTOK DARYANTO, S.E. Nomor Anggota: A - 127 KETUA RAPAT:

Terima kasih saya ucapkan kepada H. Totok Daryanto, S.E. Ketua Pansus Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang telah menyampaikan laporan hasil pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah. Pak Totok ini setiap rapat paripurna menjadi salah satu bintang yang bersinar, saya senang kalau beliau berargumentasi.

Baik saudara sekalian, F-PAN (H. TOTOK DARYANTO, S.E.):

Pak Ketua, tidak interupsi, bagian yang tidak terpisahkan, harus menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada Wakil Ketua Pak Khotibul Umam dari Partai Demokrat, itu yang sangat setia dan berkontribusi sangat besar, sehingga Undang-undang ini lancar dan dapat terwujud seperti sekarang ini, dan juga Pak Agun ini juga perlu diberi penghargaan khusus, karena dengan adanya Undang-undang Pilkada, dan rapat koordinasi menjadi inisitif Ketua Komisi II semuanya menjadi lancar dan beres, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Rupanya disana ada pembagian tugas secara proporsional dan pas, Pak Agun rupanya yang bagi-bagi tugas. Baik tadi ada interupsi ada dua disini, siapa yang duluan disini?

F-PKB (H. ABDUL KADIR KARDING S.PI.): Abdul Kadir Karding PKB

F-PDIP (ARIF WIBOWO): Arif Wibowo KETUA RAPAT:

Pak Arif Wibowo sama Pak Karding.

F-PKB (H. ABDUL KADIR KARDING S.PI.): Saya dulu Ketua.

KETUA RAPAT:

Ok baik silakan.

F-PKB (H. ABDUL KADIR KARDING S.PI.):

Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh Salam sejahtera dan selamat sore,

Ketua, Anggota DPR yang saya hormati,

Menteri Dalam Negeri, Menteri PAN dan seterusnya yang kami hormati, Ketua Pansus Pak Totok yang saya banggakan.

Setelah mendengarkan sekaligus juga mempelajari RUU Tentang Pemerintahan Daerah ini tentu kami ingin mengajukan satu pendapat atau pandangan teutama terkait dengan Pasal 76 ayat (1) poin (i). Pada Pasal 76 ini disebutkan ketentuan bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilarang, jadi ada sampai (k) poin pelarangan itu, tetapi yang terus terang agak mengganjal di kepala kami di pandangan-pandangan kami yaitu bupati merangkap jabatan sebagai Ketua Partai Politik. Saya melihat bahwa tatanan demokrasi kita yang kita bangun hari ini suka tidak suka karena faktor sejarah dan faktor keadaan kondisi bangsa kita ini sesungguhnya adalah rezim partai. Kalau kita baca aturan sistim ketatanegaraan kita itu ruang untuk partai bagian yang tak terpisahkan dari ruang membangun bangsa ini.

Partai, kalau kita lihat fungsinya adalah salah satu fungsi partai yang mendasar adalah rekruitmen kepemimpinan bangsa. Kalau kita membaca point (i) ini, itu seakan-akan partai ini adalah barang haram yang tidak boleh ikut didalam membangun bangsa ini. Pilar demokrasi dalam teori apapun salah satunya adalah partai politik. Saya kira sangat naif sangat absurd dan bolehlah saya simpulkan kalau ini bagian deparpolisasi. Tugas kita sebagai anak-anak bangsa sesungguhnya bukan itu. Dalam kondisi partai tingkat kepercayaannya menurun seperti hari ini justru tugas kita mendorong partai menjadi bagian terpenting dalam proses pembangunan kita, kita harus

memberdayakan partai, kita harus memperkuat partai. Tentu juga harus diatur sedemikian rupa supaya petinggi-petinggi partai yang menjadi kepala pemerintahan di kabupaten maupun di provinsi terutama itu tentu harus diatur seketat mungkin agar tidak terjadi apa yang disebut konflik of interest. Tetapi tidak perlu dinyatakan dalam sebuah undang-undang bahwa bupati yang terpilih tidak boleh merangkap jabatan menjadi ketua partai, atau gubernur yang terpilih tidak boleh merangkap menjadi ketua partai. Itu seakan-akan partai ini sesuatu yang hina, sesuatu yang tidak diharapkan, sesuatu yang diharamkan di negeri ini.

Oleh karena itu saya mohon kearifan Ketua Pansus dan Ketua Sidang serta teman-teman ini tidak perlu diatur di undang-undang, nanti kita atur di partai agar kita jangan menggali lubang sendiri dan mematikan partai sendiri. Terima kasih mohon maaf. Wallahumuafiq illa aquamith thoriq,

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Karding sudah jelas apa yang disampaikan. Saya tadi lihat Pak Arif Wibowo saya persilakan.

F-PDIP (ARIF WIBOWO):

Terima kasih pimpinan yang kami hormati, para Anggota DPR yang hadir pada rapat paripurna hari ini dan Pemerintah serta yang saya muliakan Saudara Ketua Pansus Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah.

Pimpinan dan para anggota yang kami hormati,

Seperti yang dalam pengantar oleh Saudara Ketua Pansus juga sudah disinggung tentang satu catatan yang diberikan oleh PDI Perjuangan. Tapi sebenarnya semangatnya tidak sekedar catatan tetapi sampai hari ini didalam proses pembahasan dan penyusunan undang-undang kita memang tidak dikenal dengan satu istilah protes yang harus dituangkan secara tertulis. Maka kita memberikan catatan yang intinya adalah kita sesungguhnya memberikan kritik dan tidak sependapat dengan gagasan yang sebenarnya seturut atau sama dengan apa yang disampaikan oleh saudara saya Pak Karding tadi. Mengenai posisi pengurus partai yang tidak diperbolehkan menjadi kepala daerah. Nah menurut hemat kami bukan saja itu menjadi kewenangan partai karena proses kelembagaan politik sedang dilakukan, kaderisasi juga sedang berjalan. Tetapi ini lebih menyangkut kepada aspek kultur dan kebanggan masyarakat atas terpilihnya seseorang yang kemudian menjadi bupati, walikota, gubernur dan orang itu adalah orang partai politik dalam arti adalah pengurus partai politik.

Nah karena itu maka tidak serta merta sebenarnya bisa didalilkan bahwa seorang pengurus partai politik ketika menjabat sebagai gubernur, bupati, walikota maka akan mengganggu jalannya pemerintahan maka kemudian akan mengorbankan pemerintahan hanya untuk mengurusi partai politik. Nah saya kira pandangan seperti ini adalah pandangan yang sangat simplisis pandangan yang cenderung menyederhanakan satu keadaan yang sesungguhnya tidak demikian bahkan sebaliknya. Bahkan menurut hemat saya, jika kemudian pandangan itu yang dikuatkan atas nama supaya ada konsentrasi fokus dan lain sebagainya, ini justru bertolak belakang dengan apa yang sudah kita bicarakan dan kita putuskan kemarin tentang pentingnya tentang semangat

kuat kita untuk membuat larangan atau penegasan terhadap satu ketentuan yang melarang adanya kondisi baik, jual beli parahu. Justru saya khawatir kalau sesungguhnya jabatan-jabatan itu adalah boleh diberikan kepada partai politik tetapi kemudian dilarang yang akan terjadi malah akan mendorong apa yang disebut dengan transaksi untuk jual beli perahu tersebut. Nah sebabnya apa, sebab yang akan membunuh ruang dan peluang bagi kader partai yang baik untuk bisa memimpin di pemerintahan. Nah ada yang bertanya kemudian bagaimana cara untuk membatasi kewenangan, cara untuk membatasi penyalahgunaan.

Didalam rapat harmonisasi yang dilakukan antara Pansus, Komisi II dan juga diikuti Pemerintah sudah dijelaskan secara panjang lebar, diterangkan secara gamblang yang intinya adalah menyangkut misalnya saja soal bupati yang dengan mudah untuk memindahkan para pejabat memutasi para pejabat sudah diatur dengan baik didalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Kalau ada bupati yang dengan mudah menyalahgunakan selama ini prakteknya menyalahgunakan pengelolaan atau menyimpangi dari cara dari sistim pengelolaan anggaran dan keuangan daerah sudah diatur lebih baik didalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah. Jadi sesungguhnya beberapa peraturan perundang-undangan kita, wabilkhusus adalah undang-undang yang sudah dilakukan perubahannya ini menjadi lebih maju, lebih baik dan semakin ketat untuk kemudian bisa menghindarkan kemungkinan terjadinya penyalahgunaan wewenang. Nah karena itu sekali lagi urgensi dari pengaturan yang menyatakan bahwa pengurus Parpol tidak boleh menjadi bupati, walikota dan gubernur dalam bahasa undang-undang adalah harus mengundurkan diri misalnya menjadi sangat tidak relevan. Justru kita harus berikan kesempatan kepada siapapun juga termasuk para pengurus partai politik untuk bisa menduduki jabatan-jabatan tersebut yang tentu saja harapannya amanah bekerja sedemikian rupa untuk rakyat dan kemudian tidak melakukan penyimpangan-penyimpangan didalam memimpin pemerintahannya.

Saya kira demikian pimpinan, para anggota yang kami hormati mohon apa yang kami sampaikan dan sudah kita tuangkan dalam satu catatan khusus didalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemerintahan Daerah bisa diterima sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan rapat paripurna ini.

Terima kasih.

Wassalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Wassalaikumsallam.

Terima kasih Pak Arif Wibowo. Oh masih ada Pak Alex Litaay saya persilakan.

F-PDIP (ALEXANDER LITAAY):

Baik terima kasih Pak Ketua. Rekan-rekan anggota yang saya hormati,

Bapak Menteri dan jajaran dari Pemerintah yang kami hormati.

Pertama-tama kami mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa pada akhirnya Undang-Undang Pemda ini berhasil diselesaikan atas kerja keras

seluruh anggota terutama para pimpinan dari Pansus ini yang tidak kenal lelah juga dengan aparat pemerintah yang ada. Kami saksikan sendiri bagaimana Pimpinan Pansus ini luar biasa bekerja keras sabarnya luar biasa, juga pemerintah sabarnya luar biasa. Dan kami secara khusus mengucapkan terima kasih kepada bangsa ini bahwa pada akhirnya bisa mulai merubah paradigma pembangunan kita untuk memberikan perhatian khusus kepada daerah-daerah kepulauan yang notabene pengelola pembangunannya harus berbeda dengan daerah-daerah daratan.

Yang kedua, selama ini daerah-daerah kepulauan diterbengkalaikan, namun dengan undang-undang ini ada kemajuan yang luar biasa kepada bangsa kita ini arah pembangunan nasional kita ini. Yang ketiga undang-undang ini sudah memberikan roh kepada pembangunan daerah-daerah kepulauan, namun didalam undang-undang ini dikatakan hal-hal lebih lanjut mengenai undang-undang ini diatur lebih banyak oleh pemerintah. Oleh sebab itu mengingat pengalaman Undang-undang 32 Tahun 2004 ada beberapa peraturan pemerintah yang selama sepuluh tahun tidak pernah dikeluarkan oleh pemerintah. Oleh sebab itu sebagai warga daerah kepulauan kami sangat berharap pemerintah yang akan datang benar-benar aware soal ini dan segera mengeluarkan peraturan pemerintah dalam rangka memberlakukan mengimplementasikan undang-undang yang sangat baik ini. Sekali lagi mengucapkan terima kasih banyak kepada DPR juga kepada pemerintah sekaligus Pak Ketua saya pamit dari lembaga ini setelah mengabdi selama lima belas tahun. Sekian dan terima kasih

Merdeka!!! KETUA RAPAT:

Merdeka!

Terima kasih. Pak Alex Litay terima kasih, selanjutnya saya persilakan Pak Agun Gunanjar Sudarsa.

F-PG (Drs. AGUN GUNANJAR SUDARSA, Bc.IP., M.Si.): Terima kasih pimpinan.

Assalaamu'alaikum warrahmatullaahi wabarakatuh. Pimpinan dan anggota sidang yang kami muliakan, Pak Menteri Dalam Negeri,

Pak Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, para hadirin.

Menanggapi apa yang disampaikan oleh sahabat kami dari Fraksi Partai Demokrat juga dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, dan juga setelah mendengarkan laporan dari Pimpinan Pansus Pak Totok, nampaknya terhadap usulan yang juga sudah disampaikan oleh Pak Totok tadi sangat terbuka untuk dimungkinkan perubahan. Bapak pimpinan saya didepan ini Agun pak di sebelah kiri saya Pak Arif Wibowo pak dari PDI, di sebelahnya ini Pak Chotibul Umam dari Demokrat.

KETUA RAPAT:

Semua tokoh-tokoh fraksi masing-masing ini. F-PG (Drs. AGUN GUNANJAR SUDARSA, Bc.IP., M.Si.):

Kalau diperkenankan seijin Pimpinan Pansus pak tentunya melalui Pimpinan Rapat, loby sebentar saja pak kita kedepan dihadapan Bapak biar cepat mengambil keputusan sekitar yang akan kita lakukan. Ada waktu hanya dua menitlah untuk kedepan… mengudang wakil-wakil fraksi, terima kasih.

KETUA RAPAT:

Sama Pak Karding yah, sama oh ada ketua fraksinya. Baik kalau begitu ngga saya skors langsung saja loby sebentar terhadap usulan tadi, monggo silakan Pak Chotibul Umam Wiranu, Pak Karding

F... (...):

Pimpinan fraksi juga dilibatkan pimpinan. KETUA RAPAT:

Silakan silakan ini Pimpinan Fraksi PDIP silakan yang lain silakan, monggo. Pak Karding, Pak Umam. Pak Menteri mungkin berkenan kita disini ini yah. Perkenan Bapak Menteri, mungkin Pak Menteri sini saja bersama saya sini. Pak Menpan ada sudah, baik.

(LOBBY)