• Tidak ada hasil yang ditemukan

DI DALAM MASALAH AKIDAH MAUPUN HUKUM (FIKIH)

Dalam dokumen Y v. r s\ J. Sebagai. Landasan (Halaman 70-75)

Sesungguhnyaorang-orangyang beranggapan

bahwa

Hadits

ahadbakm

merupakanhajjahdidalam masalahakidah,

merekajustrumengatakan

bahwa

Hadits

ahad

ituhujjahpada masalah-masalah

hukum

fikih. Mereka

membedakan

antara masalahakidahdanmasalahhukum,

namun

pernahkahkalian mendapati perbedaankeduanyadidalam AlQur'an

maupun

As-Sunnah?Sungguhhalinitidakakan

pemah

dijumpai,bahkan seluruh ayatmaupunHadits-haditsyangtelahdikemukakan pada awalbukuini,secara

umum

mencakupjugamasalahakidah.

AllahTa’alaberfirman,“Dantidaklah patut bagilaki-laki

yang

mukmin

dantidak(pula)bagiwanitayang mukmin,apabila Allahdan Rasul-Nyatelahmenetapkansuatuketetapan,akan adabagimerekapilihan(yanglain)tentang mereka....”(Al-Ahzab

(33): 36).

Dalam

ayatini,Allah berfirman(menetapkansuatu

perkara)danfirmannyainitidakdiragukamnlagimeliputi suatu

yang

umum,

baikmenyangkutmasalahakidah

maupun

yang

lainnya

Demikianhalnya,terhadapsetiapperintahAllahuntuk metaatiRasulullahShallallahu ‘alihiwasallam danlarangannya untukmendurhakaibeliau,ancamannyakepada orang-orangyang menyelisihinyadanpujianterhadaporang-orangyangtaatdan berkatatatkalamerekadiseruuntukberhukumkepadaAllah danRasul-Nya,“Kamidengardan kamitaat.”Seluruhdalil-dalil tersebutmenunjukanperintahyang

umum

untuktaatdanpatuh terhadapsegala ajaran beliau Shallallahu ‘alaihiwasallambaik yang menyangkutmasalah akidah

maupun

fikih.Jugafirmannya,

"Apa

yang

diberikan oleh Rasul,

maka

terimalah.

(Qs. Al Hasyr(59):7)Menunjukkanperintah-perintahyang

umum.

Kemudian

jika kalianbertanyakepadaorang-orangyang menjadikanHaditsahadsebagai hujjahdalammasalah-masalah fikih-belaka,

maka

dalilapayangkalianpakai?Niscaya mereka jugaakanberdalildenganayat-ayatyangtelahdsebutkansecara ringkastadidanjugatelahdisebutkanoleh

Imam

Asy-Syafi’idi

dalam kitab Ar-Risalah. Kalau demikian, apakah yang menyebabkanmereka mengkhususkankeautentikanHaditsahad pada masalah-masalah

hukum

dantidakpada masalah-masalah akidah?

Syubhat dan Jawabannya.

Syubhat(Keragu-raguan)telahmerasukkedalambenak merekasehingga tertanammenjadi sebuahfanatisme terhadap pendapat! Syubhatyangdimaksudadalahpersangka mereka, bahwasanyaHaditsahadtidakmemberifaidahmelaikan Azh-Zhannul Ghalib (persangkaan yang kuat), sedang yang dimaksuddenganAzh-ZhannulGhalib (pasangkanyangkuat

akan keabsahanHadits

ahad

tersebut)adalahhalyangwajib diamalkandidalammasalah-masalahhukum. Demikianlahtelah menjadisebuah konsensus (kesepakatan) mereka.

Adapun

pada masalah-masalah ghaibdanyangberkaitandenganakidah,

maka

menurut mereka tidak dibolehkan untuk menjadikan Azh-ZhannulGhalibinisebagaidalilpadanya.

Namun,

jikakitaterimasajaperkataanmereka,

maka

kami bertanya,“Bangaimanakalian

membedakan

antara masalah-masalah

hukum

dan masalah-masalahyangberkaitandengan aqidah?Dalilapadalilyangkalianjadikanpegangan,sehingga kalianmenjadikanHaditsahadinisebagaidalildidalam masalah

hukum

tetapitidakpada masalahakidah?”

Beberapaulamakontemporertelahberdalihakanhalini

denganfirmanAllah terhadap

kaum

musyrikin,

Tidaklainhanya lahmengikuti sangkaan-sangkaaandan apa

yang

diingini oleh

hawa

nafsumereka.(Qs.

An-Najm

(53): 23). Firman-Nya,

Sesungguhnya persangkaan

itu tiada berfaidah sedikitpun terhadap kebenaran. (Qs.

An-Najm

(53): 28), danayat-ayatlainyangdidalamnyaterdapatcelaan terhadap

kaum

musyrikinyang hanyamengikuti persangkaan-persangkaan merekabelaka.

Tetapi,sungguhmerekatelahlupabahwa yangdimaksud dengan azh-zhannu (persangkaan) pada ayat-ayat tersebut

bukanlah persangkaan

yang

kuat azh-zhannul ghalib sebagaimana yangdimilikiHaditsahad, sehinggaparaulama bersepakatuntukmenjadikannyahujjah(dalil)didalammasalah agama.

Namun,

yangdi

maksud

dengan azh-zhannudidalam

ayat-ayatyangtelahdisebutkantadiadalahpersangkaanyang

tidakdibuktikanolehdalilapapun.

DisebutkandidalamAn-Nihayah,Al-Lisandan kamus-kamusbahasayanglain,azh-zhannuadalahkeraguan-keraguan

yang menghinggapiseseorangakansuatumasalah hinggaiadapat membuktikannya.Pengertianiniyangdikehendakioleh Allah Ta’ala tatkala mencela

kaum

musyrikin. Di antara yang menguatkan hal ituadalah firman-Nya,

Mereka

tidak lain

hanyalah peresangkaan belaka dan mereka tidak lain hanayalahberdusta (terhadap Allah).” (Qs.AlAn’aam(6): 115).

Kalausajayangdimaksud denganAdz-Dzhannu”dalam ayatini adalahAzh-zhannul Ghalib (persangkaanyangkuat) sebagaimanayangmerekaperkirakan,

maka

tidakdibolehkan bagiseseoranguntukmenjadikannyasebagaidalil (hujjali) di

dalam

masalah

hukum

sebagaimana tidak dibolehkan menjadikannyasebagaidalildidalam masalahakidah,karena duasebabyaitu:

Pertama, AllahTa’alatelahmengingkari perbuatan orang-orang musyrikintersebutdenganpengingkararandalam masalah-masalah yang

umum

dan tidak terfokuskan pada masalah-masalahakidah.

Kedua

,AllahTa’alatelahmenyatakansecarajelasbahwa pengingkaran-NyaterhadapAzh-zhannu yangdibuatoleh

kaum

musyrikin juga

mencangkup

masalah-masalahhukum.Allah Ta’alaberfirman,didalamsurahAl

An’aam

(6):148,

Orang-orang

yang

mempersekutukan Tuhan akan berkata, ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidak

mempersekutukan-Nya'”

, ini

menunjukkan

akan pengingkaran Allah terhadap persangkaanmereka yangbatildi

dalam masalahakidah,kemudianAllahberfirman,

Dan

tidak pulakami

mengharamkan

barangsesuatuapapun”,

firman-Nya

ini

menunjukkan

akan pengingkaran-Nya terhadap persangka mereka dalam masalah hukum, kemudian Allah melanjutkan firman-Nya, Demikianpulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan para rasul

sampai

mereka merasakan siksa kami. Katakanlah, ‘Adalah

kamu

mempunyai

sesuatupengetahuan sehingga

kamu

dapat

mengemukakannya

kepada kami?

’Kamu

tidaklahmengikuti melainkan azh-zhannu (persangkaan)belakadan

kamu

tidak lainhanyalah mengira-ngira(berdusta)

Dapatdiketahui dariayatini,bahwayangdimaksuddengan Azh-zhannu yangtidakboleh dijadikan hujjahdalammasalah apapunmenyangkutagama(baikdalam masalahakidah

maupun

hukum)adalahazh-zhannumenurutdefinisibahasa yangtelah disebutkan, yaitusangkaan danperkiraan-perkiraanyangtidak didasarioleh ilmu.

Kalau demikianhalnya,

maka

benarlah perkataan kami:

bahwa

seluruh ayat

maupun

Hadits-haditsyang menunjukkan kewajibanseorangmuslimuntuk menjadikanHaditsahadsebagai hujjahdidalammasalah

hukum

jugamenunjukkan-secara

umum-untukmenjadikannyahujjahdidalam masalahakidah.

Jika dicermati,

maka

sesungguhnya pemisahanantara masalah

hukum

danakidahditujukandarisisikehujyahan Hadits ahadterhadapkeduanyaadalahmerupakansuatu falsafahbaru didalamIslam.Haltersebuttidakpernahdikenalsebelumnya olehulamasalaf.

Imam

yangempat,maupunulama-ulamayanglain diseluruhpenjuru dunia(yangdiikutiolehparaulamasekarangini).

Dasar

dari Pendapat

Mereka Hanya

Persangkaan

dan

Khayalan.

Sungguh suatuyang ajaib dan mengherankan,

bahwa

kalimatyangterdengarolehseorangmuslimsejatidari lisanpara khatibdandaripena-pena parapenulis-dikalakeimanan mereka terhadapHaditssemakinmelemah-,mereka menolaksebuah Haditsmutawatiryangtelahdijelaskanolehpara AhliHadits, sepertiHaditsturunnyaNabiIsa 'Alaihissalamdiakhirzaman, dengandalil“Haditsahadbukanmerupakanstandardidalam

masalah akidah.” Sebenaranya yang mengherankan adalah perkataanmerekaketikamenjadikannya sebuahakidah,

maka

jikademikian,selayaknyamereka mendatangkansebuahdalil

yangkuatuntukmembuktikankebenarandariperkataanmereka

itu. Tetapi sungguh hal itu merupakan sesuatu yang sangat mustahil, karenatidak ada satu dalilpun yang benar untuk dijadikansandaran oleh mereka.

Kalaudemikian,persangkamerekaituhanyalah sebuah khayalanyangtidakboleh dijadikanstandardidalammasalah hukum.Jikademikian,makabagaimanamungkindapatdijadikan standar

hukum

dalammasalah-masalah akidah?Dengankatalain,

merekaberusahauntuktidakberdalildenganmenggunakan azh-zhannulghalib,

namun

secara tidak sadar mereka terjatuh kepadasesuatuyanglebihburukdari halitu,yaitu berdalildengan

menggunakan

azh-zhannulmarjuh(persangkayanglemah),

(untuk itu ambillah pelajaran, wahai orang-orang

yang

berakal).

Dalam dokumen Y v. r s\ J. Sebagai. Landasan (Halaman 70-75)