Sesungguhnyaorang-orangyang beranggapan
bahwa
Hadits
ahadbakm
merupakanhajjahdidalam masalahakidah,merekajustrumengatakan
bahwa
Haditsahad
ituhujjahpada masalah-masalahhukum
fikih. Merekamembedakan
antara masalahakidahdanmasalahhukum,namun
pernahkahkalian mendapati perbedaankeduanyadidalam AlQur'anmaupun
As-Sunnah?Sungguhhalinitidakakanpemah
dijumpai,bahkan seluruh ayatmaupunHadits-haditsyangtelahdikemukakan pada awalbukuini,secaraumum
mencakupjugamasalahakidah.AllahTa’alaberfirman,“Dantidaklah patut bagilaki-laki
yang
mukmin
dantidak(pula)bagiwanitayang mukmin,apabila Allahdan Rasul-Nyatelahmenetapkansuatuketetapan,akan adabagimerekapilihan(yanglain)tentang mereka....”(Al-Ahzab(33): 36).
Dalam
ayatini,Allah berfirman(menetapkansuatuperkara)danfirmannyainitidakdiragukamnlagimeliputi suatu
yang
umum,
baikmenyangkutmasalahakidahmaupun
yanglainnya
Demikianhalnya,terhadapsetiapperintahAllahuntuk metaatiRasulullahShallallahu ‘alihiwasallam danlarangannya untukmendurhakaibeliau,ancamannyakepada orang-orangyang menyelisihinyadanpujianterhadaporang-orangyangtaatdan berkatatatkalamerekadiseruuntukberhukumkepadaAllah danRasul-Nya,“Kamidengardan kamitaat.”Seluruhdalil-dalil tersebutmenunjukanperintahyang
umum
untuktaatdanpatuh terhadapsegala ajaran beliau Shallallahu ‘alaihiwasallambaik yang menyangkutmasalah akidahmaupun
fikih.Jugafirmannya,"Apa
yang
diberikan oleh Rasul,maka
terimalah.”(Qs. Al Hasyr(59):7)Menunjukkanperintah-perintahyang
umum.
Kemudian
jika kalianbertanyakepadaorang-orangyang menjadikanHaditsahadsebagai hujjahdalammasalah-masalah fikih-belaka,maka
dalilapayangkalianpakai?Niscaya mereka jugaakanberdalildenganayat-ayatyangtelahdsebutkansecara ringkastadidanjugatelahdisebutkanolehImam
Asy-Syafi’ididalam kitab Ar-Risalah. Kalau demikian, apakah yang menyebabkanmereka mengkhususkankeautentikanHaditsahad pada masalah-masalah
hukum
dantidakpada masalah-masalah akidah?Syubhat dan Jawabannya.
Syubhat(Keragu-raguan)telahmerasukkedalambenak merekasehingga tertanammenjadi sebuahfanatisme terhadap pendapat! Syubhatyangdimaksudadalahpersangka mereka, bahwasanyaHaditsahadtidakmemberifaidahmelaikan Azh-Zhannul Ghalib (persangkaan yang kuat), sedang yang dimaksuddenganAzh-ZhannulGhalib (pasangkanyangkuat
akan keabsahanHadits
ahad
tersebut)adalahhalyangwajib diamalkandidalammasalah-masalahhukum. Demikianlahtelah menjadisebuah konsensus (kesepakatan) mereka.Adapun
pada masalah-masalah ghaibdanyangberkaitandenganakidah,maka
menurut mereka tidak dibolehkan untuk menjadikan Azh-ZhannulGhalibinisebagaidalilpadanya.Namun,
jikakitaterimasajaperkataanmereka,maka
kami bertanya,“Bangaimanakalianmembedakan
antara masalah-masalahhukum
dan masalah-masalahyangberkaitandengan aqidah?Dalilapadalilyangkalianjadikanpegangan,sehingga kalianmenjadikanHaditsahadinisebagaidalildidalam masalahhukum
tetapitidakpada masalahakidah?”Beberapaulamakontemporertelahberdalihakanhalini
denganfirmanAllah terhadap
kaum
musyrikin,“Tidaklainhanya lahmengikuti sangkaan-sangkaaandan apa
yang
diingini olehhawa
nafsumereka.”(Qs.An-Najm
(53): 23). Firman-Nya, “Sesungguhnya persangkaan
itu tiada berfaidah sedikitpun terhadap kebenaran.” (Qs.An-Najm
(53): 28), danayat-ayatlainyangdidalamnyaterdapatcelaan terhadapkaum
musyrikinyang hanyamengikuti persangkaan-persangkaan merekabelaka.Tetapi,sungguhmerekatelahlupabahwa yangdimaksud dengan azh-zhannu (persangkaan) pada ayat-ayat tersebut
bukanlah persangkaan
yang
kuat azh-zhannul ghalib sebagaimana yangdimilikiHaditsahad, sehinggaparaulama bersepakatuntukmenjadikannyahujjah(dalil)didalammasalah agama.Namun,
yangdimaksud
dengan azh-zhannudidalamayat-ayatyangtelahdisebutkantadiadalahpersangkaanyang
tidakdibuktikanolehdalilapapun.
DisebutkandidalamAn-Nihayah,Al-Lisandan kamus-kamusbahasayanglain,azh-zhannuadalahkeraguan-keraguan
yang menghinggapiseseorangakansuatumasalah hinggaiadapat membuktikannya.Pengertianiniyangdikehendakioleh Allah Ta’ala tatkala mencela
kaum
musyrikin. Di antara yang menguatkan hal ituadalah firman-Nya, “Mereka
tidak lainhanyalah peresangkaan belaka dan mereka tidak lain hanayalahberdusta (terhadap Allah).” (Qs.AlAn’aam(6): 115).
Kalausajayangdimaksud dengan“Adz-Dzhannu”dalam ayatini adalahAzh-zhannul Ghalib (persangkaanyangkuat) sebagaimanayangmerekaperkirakan,
maka
tidakdibolehkan bagiseseoranguntukmenjadikannyasebagaidalil (hujjali) didalam
masalahhukum
sebagaimana tidak dibolehkan menjadikannyasebagaidalildidalam masalahakidah,karena duasebabyaitu:Pertama, AllahTa’alatelahmengingkari perbuatan orang-orang musyrikintersebutdenganpengingkararandalam masalah-masalah yang
umum
dan tidak terfokuskan pada masalah-masalahakidah.Kedua
,AllahTa’alatelahmenyatakansecarajelasbahwa pengingkaran-NyaterhadapAzh-zhannu yangdibuatolehkaum
musyrikin jugamencangkup
masalah-masalahhukum.Allah Ta’alaberfirman,didalamsurahAlAn’aam
(6):148,“Orang-orang
yang
mempersekutukan Tuhan akan berkata, ‘Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan bapak-bapak kami tidakmempersekutukan-Nya'”
, inimenunjukkan
akan pengingkaran Allah terhadap persangkaanmereka yangbatildidalam masalahakidah,kemudianAllahberfirman,“
Dan
tidak pulakamimengharamkan
barangsesuatuapapun”,firman-Nya
inimenunjukkan
akan pengingkaran-Nya terhadap persangka mereka dalam masalah hukum, kemudian Allah melanjutkan firman-Nya, “Demikianpulalah orang-orang sebelum mereka telah mendustakan para rasulsampai
mereka merasakan siksa kami. Katakanlah, ‘Adalahkamu
mempunyai
sesuatupengetahuan sehinggakamu
dapatmengemukakannya
kepada kami?’Kamu
tidaklahmengikuti melainkan azh-zhannu (persangkaan)belakadankamu
tidak lainhanyalah mengira-ngira(berdusta)Dapatdiketahui dariayatini,bahwayangdimaksuddengan Azh-zhannu yangtidakboleh dijadikan hujjahdalammasalah apapunmenyangkutagama(baikdalam masalahakidah
maupun
hukum)adalahazh-zhannumenurutdefinisibahasa yangtelah disebutkan, yaitusangkaan danperkiraan-perkiraanyangtidak didasarioleh ilmu.Kalau demikianhalnya,
maka
benarlah perkataan kami:bahwa
seluruh ayatmaupun
Hadits-haditsyang menunjukkan kewajibanseorangmuslimuntuk menjadikanHaditsahadsebagai hujjahdidalammasalahhukum
jugamenunjukkan-secaraumum-untukmenjadikannyahujjahdidalam masalahakidah.
Jika dicermati,
maka
sesungguhnya pemisahanantara masalahhukum
danakidahditujukandarisisikehujyahan Hadits ahadterhadapkeduanyaadalahmerupakansuatu falsafahbaru didalamIslam.Haltersebuttidakpernahdikenalsebelumnya olehulamasalaf.Imam
yangempat,maupunulama-ulamayanglain diseluruhpenjuru dunia(yangdiikutiolehparaulamasekarangini).Dasar
dari PendapatMereka Hanya
Persangkaandan
Khayalan.Sungguh suatuyang ajaib dan mengherankan,
bahwa
kalimatyangterdengarolehseorangmuslimsejatidari lisanpara khatibdandaripena-pena parapenulis-dikalakeimanan mereka terhadapHaditssemakinmelemah-,mereka menolaksebuah Haditsmutawatiryangtelahdijelaskanolehpara AhliHadits, sepertiHaditsturunnyaNabiIsa 'Alaihissalamdiakhirzaman, dengandalil“Haditsahadbukanmerupakanstandardidalam
masalah akidah.” Sebenaranya yang mengherankan adalah perkataanmerekaketikamenjadikannya sebuahakidah,
maka
jikademikian,selayaknyamereka mendatangkansebuahdalil
yangkuatuntukmembuktikankebenarandariperkataanmereka
itu. Tetapi sungguh hal itu merupakan sesuatu yang sangat mustahil, karenatidak ada satu dalilpun yang benar untuk dijadikansandaran oleh mereka.
Kalaudemikian,persangkamerekaituhanyalah sebuah khayalanyangtidakboleh dijadikanstandardidalammasalah hukum.Jikademikian,makabagaimanamungkindapatdijadikan standar
hukum
dalammasalah-masalah akidah?Dengankatalain,merekaberusahauntuktidakberdalildenganmenggunakan azh-zhannulghalib,
namun
secara tidak sadar mereka terjatuh kepadasesuatuyanglebihburukdari halitu,yaitu berdalildenganmenggunakan
azh-zhannulmarjuh(persangkayanglemah),(untuk itu ambillah pelajaran, wahai orang-orang
yang
berakal).