• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIABETES MELLITUS (DM) TIPE 2

Dalam dokumen Ringkasan Ilmu Penyakit Dalam (Halaman 73-80)

Langkah-langkah diagnosis DM dan TGT (cari bagan langkah-langkah diagnostic DM dan gangguan toleransi glukosa)

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok tersebut di bawah ini (Committee Report ADA-2006):

1. Kelompok usia dewasa tua (>45 tahun)

2. Obesitas BB (kg) > 100% BB ideal atau IMT > 25 (kg/m2). 3. Tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg)

4. Riwayat DM dalam garis keturunan

5. Riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi >4000 gram atau abortus berulang

6. Riwayat DM pada kehamilan

7. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan / atau Trigliserida > 250 mg/dL)

8. Pernah TGT (toleransi glukosa terganggu) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)

Pelaksanaan tes toleransi glukosa oral (TTGO) untuk diagnosis DM adalah sebagai berikut:

1. Tiga hari sebelumnya makan karbohidrat cukup 2. Kegiatan jasmani seperti yang biasa dilakukan 3. Puasa semalam, selama 10-12 jam

4. Periksa glukosa darah puasa

5. Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum dalam waktu 5 menit.

6. Diperiksa glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa.

7. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap boleh minum air putih, namun harus istirahat dan tidak merokok.

8. Untuk tujuan penelitian atau diagnosis DMG (Diabetes Mellitus Gestasional), dilakukan pemeriksaan glukosa darah pada 0,1,2,&3 jam sebelum dan sesudah minum beban glukosa 75 gram tersebut.

Uji Laboratorium Darah

Orang normal: Glukosa Darah Puasa (GDP) < 100 mg/dL, 2 jam PP < 140mg/dL, GDP antara 100 dan 126 mg/dL disebut: Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) atau Impaired Fasting Glucose (IFG). Untuk penderita DM: disebut “normal” atau regulasi baik (ADA, 2005) bila glukosa darah sebelum makan 90-130 mg/dL dan puncak glukosa darah sesudah makan < 180 mg/dL. Macam-macam metode pemeriksaan glukosa darah: Hagedorn-Jensen, Somogyi-Nelson, Autoanalyser, Enzimatis.

Glukosa Darah Rerata (GDR) = GDP + 2 jam PP 2

GDP : Glukosa Darah Puasa. Lama puasa persiapan periksa labiratorium: 10-12 jam.

2 jam PP : Glukosa darah 2 jam post prandial (sesudah beban glukosa 75 gram waktu diagnosis); beban makanan pagi dikerjakan sewaktu follow-up/kontrol).

GDA : Glukosa Darah Acak atau Random- Bila tidak mungkin cara enzimatik, maka dapat digunakan metode 0-Toluidine, Somogyi-Nelson, Autoanalyser, atau dengan fericyanide dan neocuproine. Satuan kadar glukosa darah yang digunakan secara internasional adalah

mg/dL. Urine

Pada orang normal, reduksi urine: negative. Pemantauan reduksi urine biasanya 3x sehari dan dilakukan kurang lebih 30 menit sebelum makan, atau 4x sehari, yaitu 1x sebelum makan pagi, dan yang 3x dilakukan setiap 2 jam

sesudah makan. Pemeriksaan reduksi 3x sebelum makan lebih lazim dan lebih hemat.

Kriteria Diagnosis DM (Konsensus PERKENI, 2002) Dinyatakan DM apabila terdapat:

1. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥ 200 mg/dL, plus gejala klasik: poliuria, polidipsia, dan penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya atau

2. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥ 126 mg/dL, atau

3. Kadar Glukosa Plasma ≥ 200 mg/dL pada 2 jam sesudah makan atau beban glukosa 75 gram pada TTGO. Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin di klinik.

Ketiga kriteria diagnosis tersebut harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, atau esok harinya, kecuali untuk keadaan khas hiperglikemia yang jelas tinggi dengan dekompensasi metabolic akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun cepat.

Kriteria glukosa darah dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dL)

Kondisi Bukan DM Belum Pasti DM DM

Kadar Glukosa Darah Sewaktu Plasma Vena Darah Kapiler Kadar Glukosa Darah Puasa Plasma vena Darah kapiler < 100 < 50 < 100 < 90 100-199 90-199 100-125 90-109 ≥ 200 ≥ 200 ≥ 126 ≥ 110

Kriteria Diagnosis dan Klasifikasi Nefropati Diabetik

Diagnosis Nefropati Diabetik (ND) dapat dibuat apabila dipenuhi ketiga persyaratan seperti di bawah ini:

1. DM

2. Retinopati Diabetik

3. Proteinuria yang positif tanpa penyebab lain, atau selama 2 kali pemeriksaan dengan interval 2 minggu apabila penyebab lain (misalnya infeksi) sudah diatasi.

Diagnosis Banding

1. Untuk kasus-kasus dengan hiperglikemia sesudah makan ( 2 jam PP); a. Penyakit Hepar (sirosis, hepatitis kronis)

b. Gagal ginjal kronis (GGK) c. Hipertiroid

2. Untuk kasus-kasus dengan reduksi urine positif:

a. Glukosuria renal (karena nilai ambang ginjal rendah) b. Galaktosuria pada kehamilan

c. Obat-obatan: vitamin C dosis tinggi, dan lain-lain.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dasar terapi DM meliputi pentalogi terapi DM: Terapi Primer:

1. Penyuluhan kesehatan masyarakat (PKM) tentang DM 2. Latihan fisik (LF): primer dan sekunder

3. Diet

Terapi Sekunder:

1. Obat hipoglikemia (OHO dan insulin) 2. Cangkok pancreas

I. PENYULUHAN KESEHATAN MASYARAKAT = PKM TENTANG DM

PKM dapat dilaksanakan melalui:

2. Penyuluhan melalui TV;

3. Kaset video; penjelasan tentang DM, komplikasinya, terapi DM termasuk peragaan macam-macam diet dengan berbagai jenis kandungan kalorinya.

4. Diskusi kelompok 5. Poster

6. Leaflet 7. Dan lain-lain

II. LATIHAN FISIK (LF) UNTUK DM: LF PRIMER DAN SEKUNDER Semua penderita DM dianjurkan latihan ringan teratur setiap hari pada saat 1 atau 1,5 jam sesudah makan, termasuk penderita yang dirawat di rumah sakit (Bed Exercise). Misalnya, makan pagi jam 07.3, makan siang jam 12.30, makan malam jam 18.30, maka latihan fisik harus dilakukan berturut-turut jam 08.00, 13.30, dan 19.30. Latihan Fisik (LF) ini disebut LF Primer.

LF Sekunder untuk penderita DM, terutama dengan obesitas. Selain LF primer sesudah makan, juga dianjurkan LF sekunder agak berat setiap hari, pagi, dan sore (dengan tujuan menurunkan berat badan) sebelum mandi pagi dan sore agar penderita tidak lupa.

III. DIET DM

Dalam perkembangannya sampai saat ini terdapat 21 macam diet DM yang dikenal di Surabaya, yaitu: Diet-B, Diet-B Puasa, Dier B1, dan B1 puasa, B2, B3, Be, Diet-M, Diet-M puasa, Diet-G, Diet-KV, Diet-GL, Diet H, Diet KV-T1, Diet KV-T2, Diet KV-T3, Diet KV-I, Diet T1, Diet T2, Diet T3, Diet B1-L.

Petunjuk umum untuk pelaksanaan nutrisi pada pasien DM:

1. Meskipun susunan nutrisi oral dari 21 macam diet DM di Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo berbeda-beda, tetapi setiap macam diet tetap diusahakan supaya dapat:

 Dapat menyesuaikan berat badan pasien ke berat badan normal

 Menormalkan pertumbuhan anak yang terkena DM atau pertumbuhan dewasa muda yang terkena DM

 Mempertahankan glukosa darah mendekati normal  Menekan atau timbulnya angiopati diabetic

 Memberikan modifikasi diet sesuai dengan keadaan penderita misalnya diabetisi yang hamil, diabetisi dengan penyakit hati, TBC, dan menarik serta mudah diterima penderita.

2. Pada dasarnya diet diabetes di Surabaya diberikan dengan cara 3 kali makanan utama dan 3 kali makanan antara (kudapan=snacks) dengan jarak antara (interval) tiga jam. Hal yang sama digunakan pada kondisi dimana pasien harus menggunakan nutrisi enteral (d/h SONDE) dengan menggunakan rumus E1, E2,E3, E4, E5, E6.

3. Untuk keberhasilan kepatuhan terhadap diet, perlu diingat “3K” dari pasien, yaitu kemauan, kemampuan, dan kesempatan. Dan dalam pelaksanaan diet, hendaknya mengikuti 3J (Jumlah, Jadwal, Jenis) yaitu meliputi:

J1 = Jumlah-kalori yang diberikan harus dihabiskan J2 = Jadwal makan harus diikuti (interval 3 jam) J3 = Jenis gula dan yang manis harus dipantang.

4. Untuk kasus-kasus yang kadar glukosa darahnya sulit mendekati nilai normal (resistensi), olah raga ringan 3x sehari pada saat 1-1 ½ jam sesudah makan utama adalah mutlak harus dilaksanakan. Misalnya makan pagi pukul 06.30, latihan diadakan pukul 08.00 dan seterusnya. Gerak badan tiga kali ini juga dianjurkan pada penderita rawat inap yang porsinya disesuaikan dengan kekuatan fisik penderita tersebut.

Disamping itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan diet, yaitu sebagai berikut:

2. Penderita harus pandai menggunakan daftar makanan pengganti agar tidak bosan, dengan dietnya.

3. Penderita harus melapor ke dokter apabila merasa lapar ataupun kelebihan dengan dietnya (jangan melebihi atau mengurangi makanan, berkonsultasilah terus terang kepada dokter yang merawat).

4. Kalori yang diberikan kepada penderita harus “cukup” untuk bekerja sehari-hari sesuai dengan jenis pekerjaan dan sesuai untuk menuju ke berat badan “normal”.

Penentuan Gizi Penderita dan Jumlah Kalori Per Hari:

IMT = Indeks Mada Tubuh = BB x 100% (TB)2

Keterangan BBdalam kg, TB dalam m

Normal : Pria 20-24,9 wanita: 18,5-23,9 BBR = Berat Badan Relatif = BB x 100%

TB – 100

Keterangan: BB dalam kg, TB dalam cm

Gizi Buruk : < 90% Gizi Lebih : 100-120%

Normal : 90-100% Gemuk (Obesitas) : > 120%

Kebutuhan kalori untuk menuju Berat Badan Normal:

1. Berat Badan Kurang (BBR<90%) kebutuhan kalori sehari: 40-60 kal/kgBB

2. Berat Badan Normal (BBR 90-100%) kebutuhan kalori sehari: 30 kal/kgBB

20. HIPERTENSI

Dalam dokumen Ringkasan Ilmu Penyakit Dalam (Halaman 73-80)

Dokumen terkait