• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. DESAIN FASADE BANGUNAN YANG EFFISIEN TERHADAP PEMAKAIAN BEBAN ENERGI, berisi tentang pengujian hasil rancangan berupa

4.1 Diagnosis Gedung DPRD Kota Medan

4.1.1 Diagnosis rancangan bentuk gedung DPRD Kota Medan

Bangunan gedung DPRD Kota Medan memiliki gabungan bentuk geometri persegi panjang dan lingkaran dengan bentuk lengkungan pada inti bangunan yang membentuk hubungan simetris tidak sejajar dengan tujuan mempertahankan bentuk dan ukuran dimensi yang sama pada masing-masing ruang yang akan dibuat sebagai bentuk identitas massa bangunan.

Pada denah bangunan untuk lantai dasar dibuat berbeda dengan lantai lainnya, dimana pada lantai dasar merupakan lantai yang berfungsi sebagai area publik, sedangkan pada lantai-lantai berikutnya masing-masing lantai dibuat tipikal sebagai area kerja dan pada bentukan ruangan dibuat dengan perubahan sebagian bentuk dasar geometri untuk menciptakan ruang dengan fungsi yang maksimal terhadap kesatuan desain.

Elevasi lantai yang ditinggikan menjadikan bangunan terlihat lebih menarik dan menjadikan penilaian objektif bangunan secara visual menjadi lebih terkesan megah.

Adapun bentukan geometri yang dilakukan pada rancangan bangunan terdiri dari podium, inti bangunan (core) dan bagian lantai lainnya, seperti yang terlihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Komposisi Geometri Gedung DPRD Kota Medan Sumber: Penulis

Pada lantai dasar bangunan dibuat sebagai podium dimaksudkan untuk menciptakan kemegahan dan bentuk bangunan dengan membuat area pada lantai dasar ebih besar daripada lantai lainnya, sedangkan pada bagian inti bangunan (core) memberikan sebuah akses dan sirkulasi pengguna bangunan dengan fungsi lain sebagai inti struktur bangunan dengan fungsi bangunan sebagai ruang-ruang kerja pada fungsi utama bangunan, dan pada bagian lantai lainnya menjadikan bangunan sebagai simbol dan bentukan bangunan yang memberikan ciri khas dan karakteristik yang khusus bangunan administrasi pemerintahan sebagai fungsi pelayan bagi masyarakat umumnya.

4.1.2 Diagnosis penggunaan material pada fasade gedung DPRD Kota Medan

Berdasarkan analisa penggunaan material bangunan gedung ini pemakaian material pada kulit luar bangunan atau pada bidang fasade sebagai berikut:

1. Pelapis terluar fasade bangunan terbuat dari aluminium composite panel.

2. Dinding terbuat dari kaca dengan lapisan yang dibingkai dalam kusen aluminium, dengan fungsi sebagai jendela dan pintu pada elemen tertentu.

3. Dinding pengisi terbagi dua elemen material yaitu beton bertulang dilapis cat dan dinding beton ringan diplaster dilapis cat.

4. Plafond pada masing-masing ruangan terbuat dari panel yang terbuat dari bahan panel PVC.

5. Untuk atap bangunan memakain beton bertulang kedap air atau waterproof dan atap metal pada bagian entrance utama dan aula rapat gedung.

Penggunaan material yang terpasang dan spesifikasi teknik material terpasang pada bangunan dan fasade dibuat sebagai uraian dan data terlampir pada Tabel Lampiran 4 dan 5.

4.2 Diagnosis Fasade Gedung DPRD Kota Medan 4.2.1 Diagnosis elemen fasade

Berdasarkan elemen pada fasade suatu bangunan, maka penelitian yang dilakukan pada fasade gedung DPRD Kota Medan didapatkan diagnosis sebagai berikut:

1. Bukaan (jendela dan pintu)

Pada bagian fasade bangunan terdapat beberapa bukaan yang terdiri dari jendela dan pintu, dimana pada jendela dengan penggunaan material

aluminium dan kaca, yang pada beberapa bagian fungsi jendela tersebut berfungsi sebagai bukaan dan sirkulasi udara alami ke dalam bangunan jika diperlukan, walaupun jendela dengan fungsi tersebut hanya terdapat pada beberapa bagian bangunan dan fasade gedung.

Penggunaan elemen transparan pada jendela difungsikan sebagai pencahayaan alami pada ruang dalam bangunannya. Dengan jendela sebagai elemen penting pada bangunan yang difungsikan sebagai sumber pencahayaan alami langsung dan juga sebagai sirkulasi udara alami ke dalam bangunan, dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Gambar Visualisasi Fasade Utara – Bukaan Jendela Sumber: Penulis

Jendela sayap (casement), mempunyai daun-daun jendela yang digantung pada ambang atas/bawah atau pada tiang. Daun-daun jendela ini ditempatkan pada engsel depan/belakang. Bagian jendela dapat dibuka penuh dan kaca pada jendela merupakan kaca dengan dilapisi reflektif dengan ketebalan 5 mm. Dengan tingkat 75% udara dapat masuk melalui jendela-jendela tersebut

sebagai sirkulasi udara alami dalam bangunan, sehingga secara fungsi secara maksimal dapat memenuhi kebutuhan udara secara alami ke dalam setiap ruangan dalam bangunan, dapat dilihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Jendela Sayap Sumber: Penulis

2. Dinding

Secara umum kita sudah mengenal secara baik tentang fungsi bagian dinding pada bangunan, yang secara awam selain dinding sebagai sekat dan pemisah ruang terhadap bidang luar dan bidang dalam, tetapi secara khusus elemen dinding pada bangunan dapat dijadikan sebagai elemen estetika pada bangunan, hal ini dapat dilihat pada motif dan bentuk yang ditonjolkan terhadap elemen dinding tersebut.

Selain elemen dinding sebagai fungsi sekat pemisah dan bidang, juga fungsi dinding pada bagian luar bangunan dilapisi dinding pelapis atau biasa dikenal sebagai secondary skin dengan menggunakan material aluminum composite panel (ACP). Hal ini bertujuan untuk melapisi dinding luar yang secara

estetika ingin menciptakan kesan modern. Secara detail disini dapat dilihat pada Gambar 4.4 dan 4.5.

Sedangkan besaran luasan dinding fasade dapat dilihat pada Tabel 4.2.1, dimana pada fasade terdapat luasan dinding, partisi fasade, bukaan fasade dan atap pada bangunan gedung DPRD Kota Medan.

Gambar 4.4 Gambar Potongan Gedung Barat – Dinding Sumber: Penulis

Gambar 4.5 Gambar Potongan Gedung Timur – Dinding Sumber: Penulis

Dinding Beton Ringan

Lapis ACP

Dinding Beton Ringan Lapis ACP

Tabel 4.1 Luasan Dinding pada Gedung DPRD Kota Medan Fasade Luasa Berdasarkan Orientasi Eksisting (m2)

Utara Selatan Timur Barat

Dinding 1.101,93 1.129,93 451,26 502,50

Partisi dinding luar lapis ACP 881.89 95,67 386,34 410,15

Bukaan 944,22 815,98 136,62 180,74

Atap 1.590,46

Sumber: Penulis

3. Atap

Sebagai bagian paling atas dan terluar pada bangunan, tentu saja atap merupakan bagian penting terhadap sebuah bangunan dengan fungsi utama sebagi pelindung bangunan terhadap cuaca dan kondisi lainnya terutama pada iklim tropis tempat bangunan DPRD Kota Medan berada, yang secara fungsi atap tersebut juga dijadikan lantai atap dengan fungsi bangunan pendukung lainnya.

Untuk bentuk atap yang terdapat pada gedung DPRD Kota Medan menggunakan atap datar dari dak beton lapis waterproof dan pada ruangan paripurna dengan atap pelana dengan menggunakan material genteng metal.

Sebagai bangunan yang tidak terpisah dari bangunan utama pada ruang paripurna dapat dilihat perbedaan bentukan atap pada bangunan dengan fungsi ruang yang berbeda pula, berdasarkan hal tersebut menjadi dasar perbedaan bentukan pada masing-masing ruang bangunan tersebut. Ilustrasi bangunan dapat dilihat pada Gambar 4.6.

Gambar 4.6 Gambar Visualisasi Fasade Selatan – Atap Sumber: Penulis

4. Teritisan (sun shading)

Sebagai elemen bangunan dengan fungsi berupa pelindung tambahan pada atap dan dinding bangunan, gedung DPRD Kota Medan memiliki bentuk teritisan atap pada pinggir atap berupa parafet dengan melapisi bagian tersebut dengan aluminum composite panel (ACP). Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7 Gambar Visualisasi Fasade Barat- Teritisan Sumber: Penulis

Atap Genteng Metal Atap Beton

Teritisan Atap Gedung

4.2.2 Komposisi fasade

Setiap elemen sebagai komposisi pada fasade menjadi pembentuk keselarasan terhadap konsistensi penerapan salah satu gaya arsitektur pada bangunan gedung DPRD Kota Medan. Posisi fasade sangat penting karena intensitasnya cukup tinggi untuk dilihat atau dinikmati publik sebagai bagian terluar dari suatu bangunan pemerintahan di Kota Medan khususnya.

Fasade yang mampu menyuarakan fungsi dan makna sebuah bangunan pemerintahan di kota Medan untuk menyampaikan keadaan budaya saat bangunan ini yang mengungkapkan kriteria tatanan dan penataan Kota Medan.

Konsep yang diterapkan pada fasade bangunan gedung DPRD Kota Medan dengan beberapa unsur elemen fasade, yaitu bentuk, material dan warna. Penelitian yang dilakukan berdasarkan elemen pada fasade bangunan DPRD Kota Medan tersebut dilihat dari beberapa orientasi pada fasade bangunan.

Pada setiap orientasi fasade bangunan menggunakan elemen fasade bangunan yang hampir sama tetapi dengan fungsi yang berbeda pada spesifikasi dan bentukan yang digunakan, dengan tujuan untuk keseragaman dan keselarasan setiap orientasi fasade bangunan gedung DPRD Kota Medan.

Berdasarkan beberapa unsur penilaian tersebut, maka pada bangunan gedung DPRD Kota Medan dapat dijelaskan tentang penilaian terhadap fasade bangunan dan penjelasan secara detail tentang masing-masing elemen pada fasade bangunan tersebut.

Untuk penilaian pada setiap unsur elemen tersebut tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.2, 4.3, 4.4, 4.5 dan 4.6.

Tabel 4.2 Elemen Fasade Utara Gambar Fasade Utara

Unsur

Elemen Penilaian Keterangan

Bentuk Lurus dan melengkung

Bentuk bangunan yang terdiri dari bagian lurus simetris dan memiliki lengkungan pada gedung sebagai core bangunan

Pada kusen pintu dan jendela dengan bentuk persegi sebagai ventilasi dan sistem sirkulasi kedalam bangunan.

Material Kaca Elemen transparan pada bangunan gedung berfungsi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan alami.

Alumnium Composite Panel (ACP)

Alumnium Composite Panel (ACP) sebagai bagian dinding terluar pada bangunan

Dinding bata ringan

Dinding pada bangunan menggunakan dinding bata ringan sebagai bagian terluar bangunan.

Warna Abu-abu Berkesan modern, elit, elegan dan kuat. Kesan negatif warna gelap membuat energi yang datang akan diserap.

Biru Tua Biru Sumber: Penulis

Tabel 4.3 Elemen Fasade Timur

Unsur

Elemen Penilaian Keterangan

Bentuk Lurus

melengkung

Bentuk bangunan yang terdiri dari bagian lurus simetris dan memiliki lengkungan pada gedung sebagai core bangunan,

Pada kusen pintu dan jendela dengan bentuk persegi sebagai ventilasi dan sistem sirkulasi kedalam bangunan.

Material Kaca Elemen transparan pada bangunan gedung berfungsi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan alami.

Alumnium Composite Panel (ACP)

Alumnium Composite Panel (ACP) sebagai bagian dinding terluar pada bangunan

Dinding bata ringan

Dinding pada bangunan menggunakan dinding bata ringan sebagai bagian terluar bangunan.

Warna Abu-abu Berkesan modern, elit, elegan dan kuat. Kesan negatif warna gelap membuat energi yang datang akan diserap.

Biru Tua Biru Sumber: Penulis

Gambar Fasade Timur

Tabel 4.4 Elemen Fasade Selatan Gambar Fasade Selatan

Unsur

Elemen Penilaian Keterangan

Bentuk Lurus

Ellipse Arc

Bentuk bangunan yang terdiri dari bagian lurus simetris dan memiliki lengkungan pada gedung sebagai core bangunan,

Pada kusen pintu dan jendela dengan bentuk persegi sebagai ventilasi dan sistem sirkulasi kedalam bangunan.

Material Kaca Elemen transparan pada bangunan gedung berfungsi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan alami.

Alumnium Composite Panel (ACP)

Alumnium Composite Panel (ACP) sebagai bagian dinding terluar pada bangunan

Dinding bata ringan

Dinding pada bangunan menggunakan dinding bata ringan sebagai bagian terluar bangunan.

Warna Abu-abu Berkesan modern, elit, elegan dan kuat. Kesan negatif warna gelap membuat energi yang datang akan diserap.

Biru Tua Biru Sumber: Penulis

Tabel 4.5 Elemen Fasade Selatan - Barat Gambar Fasade Selatan Barat

Unsur

Elemen Penilaian Keterangan

Bentuk Lurus

Ellipse Arc

Bentuk bangunan yang terdiri dari bagian lurus simetris dan memiliki lengkungan pada gedung sebagai core bangunan.

Pada kusen pintu dan jendela dengan bentuk persegi sebagai ventilasi dan sistem sirkulasi kedalam bangunan.

Material Kaca Elemen transparan pada bangunan gedung berfungsi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan alami.

Alumnium Composite Panel (ACP)

Alumnium Composite Panel (ACP) sebagai bagian dinding terluar pada bangunan

Dinding bata ringan

Dinding pada bangunan menggunakan dinding bata ringan sebagai bagian terluar bangunan.

Warna Abu-abu Berkesan modern, elit, elegan dan kuat. Kesan negatif warna gelap membuat energi yang datang akan diserap.

Biru Tua Biru Sumber: Penulis

Tabel 4.6 Elemen Fasade Timur - Selatan Gambar Fasade Timur - Selatan

Unsur

Elemen Penilaian Keterangan

Bentuk Lurus dan Ellipse Arc

Bentuk bangunan yang terdiri dari bagian lurus simetris dan memiliki lengkungan pada gedung sebagai core bangunan.

Pada kusen pintu dan jendela dengan bentuk persegi sebagai ventilasi dan sistem sirkulasi kedalam bangunan.

Material Kaca Elemen transparan pada bangunan gedung berfungsi untuk sirkulasi udara dan pencahayaan alami.

Alumnium Composite Panel (ACP)

Alumnium Composite Panel (ACP) sebagai bagian dinding terluar pada bangunan

Dinding bata ringan

Dinding pada bangunan menggunakan dinding bata ringan sebagai bagian terluar bangunan.

Warna Abu-abu Berkesan modern, elit, elegan dan kuat. Kesan negatif warna gelap membuat energi yang datang akan diserap.

Biru Tua Biru Sumber: Penulis

4.3 Diagnosis Performa Energi pada Gedung DPRD Kota Medan 4.3.1 Konsumsi energi pada instalasi listrik dan sistem tata udara

Perhitungan energi listrik pada instalasi listrik, sistem tata udara dan peralatan lainnya dilakukan berdasarkan kebutuhan konsumsi energi dan waktu penggunaan alat instalasi terpakai tersebut dengan menghitung total konsumsi energi per jam berdasarkan masing-masing ruang yang terdapat dalam bangunan dan kebutuhan energi yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel Lampiran 6.

1. Konsumsi energi pada pemakaian energi listrik

Pemakaian energi listrik di gedung DPRD Kota Medan diperoleh konsumsi listrik untuk AC sebesar 6.514,67 kWh, untuk pemakaian instalasi listrik sebesar 9.419,47 kWh, untuk perangkat utama sebesar 832,50 kWh dan untuk pemakaian peralatan lain sebesar 69 kWh. Seperti terlihat pie chart pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8 Diagram Konsumsi Energi pada Gedung DPRD Kota Medan Sumber: Penulis

39% 56%

3%2%0%

Pie Chart

Pemakaian Energi Gedung DPRD Kota Medan

Instalasi Listrik Air Conditioning Lift Perangkat Utama Peralatan Lain

Sedangkan pemakaian alat-alat listrik dan penerangan pada bangunan sebesar 56% dengan penggunaan total energi sebesar 16.835,30 kWH dan merupakan komponen yang menyerap energi listrik yang paling besar dibandingkan dengan pemakaian perangkat yang lainnya. Dapat dilihat grafik pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9 Diagram Pemakaian Energi Listrik pada Instalasi Listrik dan Lampu Gedung DPRD Kota Medan

Sumber: Penulis

2. Konsumsi energi pada sistem pengkondisian udara

Persentase pemakaian energi air conditioning (AC) sebesar 39% dengan penggunaan total energi sebesar 6.514,67 Kwh dan merupakan komponen yang menyerap energi listrik yang besar dibandingkan dengan pemakaian perangkat yang lainnya. Dapat dilihat grafik pada Gambar 4.10.

62,30

Konsumsi Energi Listrik Gedung DPRD Kota Medan - Instalasi Listrik dan

Lampu-Lantai 6 Lantai 5 Lantai 4

Lantai 3 Lantai 2 Lantai 1

Lantai Dasar (GF) Lower Ground (LG) Basement

Gambar 4.10 Diagram Pemakaian Energi Listrik pada Air Conditioning Gedung DPRD Kota Medan

Sumber: Penulis

4.3.2 Pola konsumsi energi listrik

Dilihat dari nilai target konsumsi energi yang digunakan yaitu standar IKE ASEAN-USAID tahun 1992 dimana untuk klasifikasi perkantoran (komersil) yaitu sebesar 240 kWh/m² per tahun, maka dapat dikatakan dari data hasil perhitungan intensitas konsumsi energi listrik per satuan luas kotor (gross) gedung DPRD Kota Medan berdasarkan data konsumsi energi dari jumah unit dan instalasi yang terpasang pada bangunan yaitu sebesar 394.49 kWh/m² per tahun angka ini masih berada diatas batas standar yang ditentukan sebesar 240 kWh/m2 per tahun sehingga bisa dikatakan bahwa nilai konsumis ini tidak efisien dan msih dikatakan sangat boros.

Berdasarkan data data beban listrik terpasang pada ruang dan dengan terlebih dahulu melakukan perhitungan pada masing-masing lantai pada setiap beban

Konsumsi Listrik Gedung DPRD Kota Medan Air Conditioning (AC)

-Lantai Atap Lantai 6 Lantai 5 Lantai 4

Lantai 3 Lantai 2 Lantai 1 Lantai Dasar (GF)

Lower Ground (LG) Basement

penerangan untuk masing-masing lantai dan beban Air Conditiner (AC) sedangkan beban lainnya juga dihitung. Jadi total beban kelistrikan (Penerangan + AC+ Beban lain) pada setiap lantai dijumlahkan.

Apabila diasumsikan bahwa jumlah jam kerja (operasional kegiatan) dalam satu hari selama 8 (delapan) jam yaitu dari pukul (09.00 s.d 17.00) WIB dan faktor kebutuhan beban dalam hal ini diasumsikan sebesar 70%. Maka dapat diperkirakan konsumsi energi per hari untuk beban kelistrikan (penerangan + AC + Beban lain) pada setiap lantai merupakan beban listrik kWh/ hari. Apabila diambil hari efektif sebanyak 22 hari dalam satu bulan maka konsumsi energi listrik per bulan untuk setiap lantai adalah kWh/bulan, atau sebesar kWh/tahun jika dikalikan dengan banyak nya bulan dalam setahun. Intensitas konsumsi energi setiap ruangan dihitung berdasarkan hari, bulan dan besarnya konsumsi energi pertahun. Seperti terlihat pada Gambar 4.11.

Gambar 4.11 Diagram Intensitas Konsumsi Energi Per Tahun pada Gedung DPRD Kota Medan

INTENSITAS KONSUMSI ENERGI (IKE) GEDUNG DPRD KOTA MEDAN

KWH/M2/TAHUN

-IKE

Dengan cara perhitungan yang sama serta dengan penggunaan asumsi seperti diatas hasilnya tersebut diuraikan berdasarakan Tabel Lampiran 7 dengan nilai konsumsi energi gedung DPRD Kota Medan – kWh/m2/tahun.

4.4 Diagnosis Pendekatan Energi pada Gedung DPRD Kota Medan 4.4.1 Diagnosis pencahayaan pada bangunan

Pada pencahayaan yang terdapat pada bangunan gedung DPRD Kota Medan dilakukan diagnosis pendekatan energi pada sistem, antara lain:

1. Sistem pencahayaan alami dan buatan pada bangunan

Pada bangunan gedung DPRD Kota Medan, penggunaan pencahayaan alami sangat berperan besar dalam pemenuhan kebutuhan akan pencahayaan dalam ruangan sebagai pemanfaatan sumber energi alami secara maksimal dengan:

a. Pemakaian kaca reflektif tebal 5 mm pada bukaan jendela dan beberapa bagian pintu kaca tebal 12 mm dan 10 mm dengan transparansi kurang dari 20% pada setiap ruang kerja disetiap sisi tampak bangunan sangat berpengaruh terhadap efek pencahayaan yang masuk ke dalam bangunan yang dapat menguntungkan untuk penerangan alami.

b. Lebar dinding bukaan penerangan kaca yang menjadi sumber penerangan alami dan terlalu panjang untuk arah vertikal terhadap bangunan dan untuk arah horizontal juga terlalu lebar terhadap bangunan, terlalu panjangnya dinding kaca arah vertikal mengakibatkan tidak sebandingnya dengan jarak

jangkauan cahaya dengan lebar ruangan sehingga cahaya yang masuk terlalu besar untuk bidang kerja hanya jarak-jarak tertentu saja sehingga mempunyai permasalahan terhadap penerangan alami yang berlebih dan mengakibatkan panas yang berlebih pula.

c. Kelebaran sistem pencahayaan alami melalui sinar matahari yang tidak menghalaui efek cahaya yang masuk ke dalam ruangan menjadi berlebih, sehingga membuat ruangan tidak nyaman pada waktu tertentu sehingga pengguna harus mengunakan penghalau sinar matahari untuk mengurangi sinar matahari langsung masuk ke dalam ruangan.

Berdasarkan persyaratan penerangan alami suatu kantor cahaya yang masuk terhadap bidang kerja serta kelebaran dari sinar keluar bangunan sangat membantu penerangan alami, selain itu pula gedung tersebut ukurannya cukup lebar dan panjang dan merupakan sebuah bangunan yang ramping, bentuk perencanaan seperti ini dengan penggunan sinar matahari langsung untuk secara maksimal penggunaan cahaya alami pada saat tertentu.

Untuk mengatasi masalah ini penghuni ruangan memakai penghalang sinar matahari langsung dengan penggunaan vertikal blind sebagai salah satu usaha menutupi dan mengurangi sinar matahari yang masuk langsung ke dalam ruangan secara berlebih. Berikut dapat kita lihat salah satu gambar sistem penerangan alami dalam ruangan gedung DPRD Kota Medan pada Gambar 4.12.

Gambar 4.12 Penerangan Alami Dalam Ruangan Gedung DPRD Medan Sumber : Penulis

Sedangkan sistem pencahayaan buatan didalam ruangan menggunakan lampu yang digunakan sebagai pencahayaan dimalam hari dan dalam kondisi tertentu jika kurangnya intenitas pencahayaan alami yang masuk ke dalam bangunan, seperti terlihat pada Gambar 4.13.

Gambar 4.13 Penerangan Buatan pada Gedung DPRD Kota Medan Sumber: Penulis

Penggunaan lampu TL dan downlight pada hampir seluruh ruangan didalam gedung dengan masa operasional penggunaan setiap hari lebih kurang dari 8 jam/hari dengan intensitas konsumsi energi yang berbeda pada masing-masing ruang dan koridor di dalam bangunan.

2. Simulasi pencahayaan berdasarkan orientasi bangunan

Pada analisis ini dapat dihitung persentase pembayangan baik pada bidang tidak tembus cahaya (dinding) maupun pada bidang yang tembus cahaya (bukaan/jendela). Penilaian pembayangan pada bangunan gedung DPRD Kota dimulai pada pukul 08.00 WIB s.d 18.00 WIB dengan menggunakan aplikasi program komputer desain (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Simulasi Orientasi Pembayangan Gedung DPRD Kota Medan dengan Program Komputer Ecotech

Dari simulasi pembayangan bangunan gedung DPRD Kota Medan pada Gambar 4.14 dilihat bahwa dinding akan menjadi panas apabila tidak terlindungi dari radiasi matahari dan akan meneruskan panas ini kedalam

ruangan. Jadi pembayangan dinding sangat dibutuhkan untuk mengurangi panas yang disebabkan radiasi matahari yang merambat kedalam bangunan dari dinding maupun bidang transparan yang tidak terbayangi.

Beberapa hal yang mempengaruhi pembayangan dinding pada bangunan antara lain fasade gedung dan orientasi bangunan. Dinding utara begitu banyak menerima radiasi matahari secara langsung, karena sudut jatuh sinar matahari cukup besar. Hal ini tidak terjadi terhadap dinding fasade selatan yang terlihat sedikit lebih baik. Sehingga diperlukan perlindungan matahari berupa teritisan mapun shading pada bagian tersebut. Sedangkan dinding yang menghadap timur pada pagi sampai siang hari dan barat pada siang sampai sore hari juga mendapatkan beban panas yang lebih besar.

Sedangkan bangunan yang menghadap timur mendapatkan radiasi matahari langsung pada pagi hari, karena pada pagi hari matahari berada pada bagian timur. Sedangkan pada siang hari bangunan yang menghadap timur tidak mendapatkan radiasi matahari secara langsung. Hal ini berlangsung sepanjang tahun tidak seperti bangunan yang menghadap ke utara yang tidak mendapatkan radiasi matahari secara langsung sepanjang tahun.

Bangunan yang menghadap barat mendapatkan radiasi matahari langsung pada siang sampai sore hari (pukul 12.00 s.d 16.00), karena pada siang sampai sore hari matahari berada pada bagian barat. Sedangkan pada pagi hari bangunan yang menghadap barat tidak mendapatkan radiasi matahari secara langsung.

Gambar 4.14 Simulasi Pembayangan Berdasarkan Orientasi Bangunan Timur – Barat Sumber: Penulis

3. Simulasi intensitas radiasi matahari pada bangunan berdasarkan orientasi

3. Simulasi intensitas radiasi matahari pada bangunan berdasarkan orientasi