• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pendekatan Energi pada Fasade Gedung PDRD Kota Medan .1 Konsep sistem pencahayaan gedung DPRD Kota Medan

BAB VI. DESAIN FASADE BANGUNAN YANG EFFISIEN TERHADAP PEMAKAIAN BEBAN ENERGI, berisi tentang pengujian hasil rancangan berupa

DPRD KOTA MEDAN

5.3 Konsep Pendekatan Energi pada Fasade Gedung PDRD Kota Medan .1 Konsep sistem pencahayaan gedung DPRD Kota Medan

Sinar matahari merupakan ciri umum dari Kota Medan yang merupakan daerah dengan iklim tropis lembab. Dapat dilihat dari besarnya sinar matahari terhadap radiasi dan panas sangat berpengaruh terhadap kulit bangunan itu sendiri sehingga banyak mempengaruhi kumulasi panas didalam bangunan yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat kenyamanan manusia yang ada didalamnya serta beban energi pada penggunaan AC karena bangunan tersebut memakai sistem tata udara secara aktif (mekanis).

Selain itu perlu bagian kulit bangunan yang paling menderita akibat penyiraman sinar matahari langsung akan cepat rusak akibat radiasi panas efek yang paling negatif apabila kulit luar bangunan yang terbuat dari dinding kaca, yang mampu menambah panas terhadap lingkungannya serta akan terjadi akumulasi panas dalam bangunan akibat efek rumah kaca. Oleh karena itu kita perlu membuat perlindungan terhadap kulit bangunan dengan menggunakan efek bayangan terhadap sinar matahari.

Sebagai akibat tindakan mengurangi dampak radiasi sinar matahari yang menyentuh kulit bangunan salah satu kita perlu memberikan perlindungan kulit bangunan berupa pematahan sinar (sun shading), guna menahan rambatan radiasi panas dari sinar matahari langsung pada kaca dan dinding luar bangunan yang masuk kedalam bangunan, adapun strategi desain yang akan dilakukan:

1. Maksimalkan cahaya matahari untuk penerangan gedung (Tabel 5.6).

Deskripsi: Pencahayaan yang berlebih kedalam bangunan ditambahkan screen atau penghalang panas matahari pada fasade bangunan dengan mengurangi tidakan pemakaian vertical blind.

Keuntungan: Pemakaian cahaya matahari/alami untuk penerangan gedung akan mengurangi pemakaian energi listrik.

Tabel 5.6 Konsep Rancangan Penerangan pada Gedung DPRD Kota Medan

Konsep Keterangan

Sinar matahari sebagai sistem penerangan pada siang hari dengan membuat shading dan teritisan sebagai penghalang sinar matahari langsung

Besarnya intensitas pencahayaan alami pada bangunan yang terletak di iklim tropis dan dari hasil analisa yang dilakukan bahwa sinar matahari sebagai pencahayaan alami terlalu berlebih, sehingga dibuat shading dan teritisan pada fasade dengan tujuan mengurangi besaran cahaya yang masuk dan memaksimalkan pencahayaan alami.

Orientasi Utara

Tabel 5.6 (Lanjutan)

Konsep Keterangan

Sinar matahari sebagai sistem penerangan pada siang hari dengan membuat shading dan teritisan sebagai penghalang sinar matahari langsung

Besarnya intensitas pencahayaan alami pada bangunan yang terletak di iklim tropis dan dari hasil analisa yang dilakukan bahwa sinar matahari sebagai pencahayaan alami terlalu berlebih, sehingga dibuat shading dan teritisan pada fasade dengan tujuan mengurangi besaran cahaya yang masuk dan memaksimalkan pencahayaan alami secara sesuai besaran cahaya yang dibutuhkan ke dalam bangunan.

Orientasi Selatan

Sumber: Penulis

2. Pasang screen atau penghalang panas matahari (Tabel 5.7).

Deskripsi: Screen merupakan komponen penghalang panas pada jendela.

Keuntungan: Mengurangi panas matahari yang masuk ke dalam gedung sehingga bisa menghemat pemakaian energi.

Tabel 5.7 Konsep Rancangan Sudut Datang Sinar Matahari yang Ideal pada Fasade Bangunan

Tabel 5.7 (Lanjutan)

Konsep Keterangan

Penggunaan shading pada fasade orientasi utara dan selatan

Penggunaan horizontal blind pada fasade mengurangi intensitas besaran cahaya radiasi matahari yang masuk ke dalam bangunan dengan penggunaan sistem penghalang matahari. Dimana besaran panas matahari terhadap orientasi fasade utara dan selatan cukup besar dapat dikurangi dengan penggunaan sistem ini, kapasitas dari besaran energi yang dibutuhkan dapat dikurangi Kemiringan shading sinar

matahari yang datang ke arah bangunan yang terintegrasi dengan sistem kelistrikan otomatis.

Sebagai fungsi mengendalikan jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Apabila ruangan di dalamnya butuh cahaya alami, maka lempengan ini dapat dilipat, begitu pula sebaliknya.

Sistem Instalasi Shading

Shading berbentuk sirip dengan sistem penggerak motor elektrik yang difungsikan secara otomatis berdasarkan sudut datangnya sinar matahari terhadap bangunan sebagai fungsi penghalang sinar matahari langsung kedalam bangunan.

Tabel 5.7 (Lanjutan)

Shading pada Fasade – Pola Horizontal Blind

Sistem Instalasi Shading pada Fasade Gedung DPRD Kota Medan

Tabel 5.7 (Lanjutan) Orientasi Utara

Orientasi Selatan

Orientasi Timur

Tabel 5.7 (Lanjutan) Orientasi Barat

Sumber: Penulis

3. Memaksimalkan panas matahari sebagai sumber energi mandiri dan terbaharukan

Deskripsi: Besarnya panas dari sinar matahari yang masuk kedalam bangunan menciptakan besarkan peluang menciptakan tindakan pemanfaatan sumber energi panas matahari sebagai sumber energi pada gedung

Keuntungan: Pemakaian panas matahari/alami untuk sumber energi gedung akan mengurangi pemakaian energi listrik dan menciptakan gedung yang effisien.

Pemanfaatan energi matahari dengan penggunaan solar panel sebagai upaya pemanfaatan energi matahari secara aktif yang dilakukan pada fasade bangunan dengan memperhitungkan jumlah kebutuhan energi yang dapat

terpenuhi pada bangunan supaya upaya mengurangi pemenuhan kebutuhan energi.

Penggunaan fasade bangunan dengan solar panel diupayakan dapat mengurangi sinar matahari langsung yang menyebabkan panas ke dalam bangunan dimana mengakibatkan peningkatan suhu dalam ruangan di bangunan, upaya tersebut diharapkan tercapainya pemenuhan kenyaman dalam ruangan dengan asumsi energi yang dapat dikurangi. Dengan sebagai pertimbangan kebutuhan dan ketersedian ruang pada fasade bangunan, maka direncanakan dilakukan pemenuhan kebutuhan energi oleh solar panel adalah untuk kebutuhan energi instalasi listrik, perangkat utama dan perangkat lainnya dengan dilakukan perhitungan kebutuhan solar panel.

Total kebutuhan daya pada instalasi listrik dan peralatan utama adalah 5.719.476 wh/hari, dengan rencana solar panel (dimensi 1499 mm x 662mm x 46 mm) kapasitas 120 wp, dan rencana luasan fasade yang akan direncankan terdapat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Rancangan luasan area kebutuhan solar panel pada fasade

Orientasi Fasade Luasan

Maka rencana pemakaian solar panel dapat diperhitungkan sebagai berikut:

Asumsi 1:

Kebutuhan ruang untuk panel sebesar 1.872 m2 Asumsi 2:

Menggunakan solar panel @120wp (dimensi 1499 mm X 662mm X 46 mm)

Maka, 1 unit solar panel dengan luasan sebesar 992.338 mm atau 0,99 m2 Asumsi 3:

Lama penyinaran dalam 1 hari adalah 5 jam

Ini berdasarkan perhitungan energi surya dari jam 7 pagi s.d 5 sore (10 jam) dan asumsi konversi energi minimal 5 jam sehari menggunakan material solar panel menghadap 1 arah mata angin.

Asumsi 4:

Menggunakan bateri kering tipe 12 V 100 ah

Dalam tatanan ideal digunakan faktor pengali 2 dan 3 untuk menghitung kebutuhan bateraiatau secara total pengalinya 6 (dari 2 X 3)

Angka pengali 2, timbul karena baterai tidak boleh kebih dari 50%

kehilangan kapasitasnya bila ingin baterai nya tahan lama.

Angka pengali 3, timbul karena untuk kebutuhan baterai sebagai kemungkinan terburuk dari jumlah hari yang diasumsikan terjadi hujan/mendung/tidak ada sinar matahari secara berturut-turut. Namun ada juga yang menghitung langsung faktor pengali 4 atau 5 saja.

Maka berdasarkan asumsi 1, 2, 3 dan 4 diperoleh perhitungan bahwa : Banyaknya solar panel diperlukan adalah

1.872 m2 : 0.99 m2 = 1.887 unit Banyaknya daya yang dihasilkan sebesar

1.887 pcs x (120 wp x 5 jam) = 1.132.200 Wh = 1.132,2 kWh Banyaknya baterai yang diperlukan adalah

1.132.200 x 2 x 3 = 20.590.113,6 10.295.056,8/ 1200 (dari 12v x 100ah) = 5.661 unit

Berdasarkan perancangan kebutuhan solar panel pada fasade pemenuhan kebutuhan energi yang dapat dilakukan sebesar 1.132.200 Wh dengan dari kebutuhan total daya terhadap bangunan sebesar 5.719.476 wh/hari, maka nilai besaran efektifitas pemenuhan kebutuhan secara mandiri sebesar 20%.

4. Simulasi pembayangan berdasarkan orientasi bangunan

Rencana perancanngan ini dapat dihitung persentase pembayangan baik pada bidang tidak tembus cahaya (dinding) maupun pada bidang yang tembus cahaya (bukaan/jendela) dan juga shading sebagai fasade. Penilaian pembayangan pada bangunan gedung DPRD Kota Medan dimulai pada pukul 08.00 s.d 18.00 WIB juga dengan menggunan aplikasi program komputer desain ecotech.

Dari simulasi pembayangan bangunan gedung DPRD Kota Medan dapat kita lihat bahwa dinding terhalangi shading yang mengakibatkan matahari tidak

langsung ke dinding dan terlindungi dari radiasi matahari dan akan meneruskan panas ini kedalam ruangan. Jadi pembayangan dinding sangat dibutuhkan untuk mengurangi panas yang disebabkan radiasi matahari yang merambat kedalam bangunan dari dinding maupun bidang transparan yang tidak terbayangi.

Dinding utara yang begitu banyak menerima radiasi matahari secara langsung sebelum dapat dikurangi, karena sudut jatuh sinar matahari yang cukup besar terhalangi oleh shading, jadi dinding yang menghadap utara dibuat penonjolan bidang horizontal untuk menghasilkan pembayangan yang lebih baik. Hal ini juga terjadi terhadap dinding fasade selatan yang terlihat sedikit lebih baik.

Dimana juga dibuat perlindungan matahri berupa teritisan dan shading pada bagian tersebut.

Bangunan yang menghadap timur mendapatkan radiasi matahari langsung pada pagi hari, karena pada pagi hari matahari berada pada bagian timur.

Sedangkan pada siang hari bangunan yang menghadap timur tidak mendapatkan radiasi matahari secara langsung. Hal ini berlangsung sepanjang tahun tidak seperti bangunan yang menghadap ke utara yang tidak mendapatkan radiasi matahari secara langsung sepanjang tahun.

Bangunan yang menghadap utara akan mendapatkan radiasi matahari secara langsung lebih lama dibandingkan bangunan yang menghadap selatan.

Dengan rancangan simulasi desain pada bidang fasade bangunan yang tembus kedalam bangunan, perancangan dilakukan pada bangunan gedung DPRD

Kota Medan juga dengan menggunakan aplikasi program desain komputer desain ecotech diharapkan dapat mengurangi intensitas cahaya yang masuk kedalam bangunan dengan tingkat hasil yang berbeda pada masing-masing bagian fasade.

Pada Gambar 5.8 dilakukan simulasi pembayangan berdasarkan orientasi bangunan terhadap matahari dengan besaran pembayangan yang berbeda-beda pada jam-jam tertentu, dengan pembayangan yang terjadi terhadap bangunan dapata dilihat pengaruh dan besaran sinar atahari langsung kedalam bangunan.

Dengan nilai diantara 240 s.d 520 lux pada beberapa bagian fasade dengan nilai yang tidak melebihi tingkat intensitas cahaya yang diperlukan berdasarkan ketentuan pencapaian tingkat kenyamanan pada keseluruhan fasade yang ada, dengan melihat simulasi tersebut maka dapat dilihat gambaran tentang kenyamana ruang yang akan dapat dicapai nantinya.

Simulasi desain dibuat dengan merancang bangunan kembali berdasarkan luasan dinding dan bukaan yang telah diubah untuk kemudian menerapkan penggunaan material bangunan dan bentukan yang akan dibuat kepada fasade bangunan secara detail dan kemudian menggunakan ecotech untuk melihat visualisasi intensitas dari radiasi sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan berdasarkan setiap orientasi fasade bangunan. Hal ini dapat kita lihat seperti pada Gambar 5.9 dan 5.10.

Sumber: Penulis

Intensitas radiasi matahari ini ditangkal dengan membuat shading pada fasade sebagai penghalang sinar matahari langsung sehingga laju suhu udara baik di dalam maupun di luar ruangan dapat sedikit dikurangi. Bidang yang tidak terkena sinar matahari (tidak terkena bayangan), maka panas yang masuk kedalam ruangan juga dapat dikurangi tingkat penyinarasn akibat radiasi balik panasnya dinding yang tidak terkena sinar matahari.

Intensitas radiasi matahari ini tidak begitu besar berpengaruh terhadap suhu udara baik di dalam maupun di luar ruangan. Hal ini dikarenakan panas yang masuk ke dalam ruangan terhalangi oleh beberapa peristiwa. Tetapi dengan maksud untuk meningkatkan pengurangan terhadap intensitas radiasi matahari, maka juga dibuat shading pada fasade sebagai penguragan cahaya yang asuk kedalam bangunan.

Panas yang masuk pada dinding yang tersinari ini bisa dikurangi dengan membuat teritisan. Hal ini membuat sinar matahari yang masuk kedalam bangunan sedikit dikurangi dan menimbulkan efek yang ingin dicapai dalam pembayangan ruang dalam bangunan sebagai pencahayaan alami dari sinar matahari.

Panas yang masuk pada dinding yang tersinari ini bisa dikurangi dengan membuat teritisan. Hal ini membuat sinar matahari yang masuk kedalam bangunan sedikit dikurangi dan menimbulkan efek yang ingin dicapai dalam pembayangan ruang dalam bangunan sebagai pencahayaan alami dari sinar matahari.

Sumber: Penulis

Gambar 5.10 Rencana Fasade dengan Intensitas Cahaya Masuk Dalam Bangunan – Fasade Utara

Sumber: Penulis

Gambar 5.11 Rencana Fasade dengan Intensitas Cahaya Masuk Dalam Bangunan – Fasade Selatan

Sumber: Penulis

5.3.2 Konsep sistem penghawaan 1. Ventilasi alami

Dalam membantu mencapai kenyaman termal dari sisi ventilasi alami pada gedung DPRD Kota Medan yang terletak di iklim tropis lembab dimana ventilasi alami sangat bergantung pada kualitas lingkungan. Adapun usaha dan strategi dalam pencapaian yang dilakukan antara lain:

a. Mengurangi bukaan yang terkena sinar matahari secara langsung dan penempatan atau bukaan ventilasi yang tepat dan berdasarkan kebutuhan ruang (Tabel 5.10).

Deskripsi: Banyaknya cahaya masuk akan berakibat ruangan menjadi tidak nyaman, karena suhu udara dalam ruang akan meningkat dan dapat menimbulkan silau pada mata

Keuntungan: Mengurangi pemakaian air conditioning (AC), sehingga akan menghemat pemakaian energi.

Tabel 5.10 Konsep Rancangan Pengurangan Bukaan Fasade Gedung DPRD Kota Medan

Konsep Keterangan

Rancangan teritisan/ kanopi pada fasade dari efek penyinaran panas berlebih dalam bangunan

Kanopi pada fasade dibuat untuk mengurangi sinar matahari yang langsung masuk kedalam bangunan dan sebagai penghalang panas matahari langsung kedalam bangunan.

Tabel 5.10 (Lanjutan) Orientasi Utara

Orientasi Selatan

Sumber: Penulis

b. Dinding perlu terlindung dari sinar matahari langsung agar tidak panas yang berlebih, dinding yang panas akan memindahkan panasnya ke udara didalam bangunan.

c. Pemanfaatan material dan sumber daya yang hemat energi, dengan penggunaan material double glazing pada pintu dan jendela kaca

Deskripsi: Banyaknya penggunaan kaca pada fasade bangunan mengakibatkan besarnya kebutuhan energi dalam

pemenuhan penciptaan kenyamanan pada pengkondisian udara ruangan.

Keuntungan: Mengurangi intensitas panas matahari yang masuk ke dalam bangunan sebagai tindakan pengurangan konsumsi energi pengkondisian udara.

Penggunaan kaca ganda efektif dalam mengurangi pengaruh eksternal seperti radiasi panas matahari dan temperatur udara luar terhadap besaran jumlah panas yang masuk ke dalam bangunan melalui dinding luar.

Efektivitas fasad kaca ganda tersebut disebabkan oleh adanya dua lapis kaca yang mampu menahan laju perpindahan panas dari luar ke dalam bangunan serta ditambah adanya bukaan untuk ventilasi (in-let dan out-let).

Bukaan in-let dan out-let tersebut menjadi kunci efisiensi dari fasad dengan kaca ganda ganda tersebut oleh karena dengan keberadaannya yang berfungsi untuk mengalirkan udara dari luar ke dalam selubung dan selanjutnya mengalirkannya dari dalam selubung ke udara luar menyebabkan udara panas yang terdapat di dalam selubung menjadi tersirkulasi dengan baik. Bagian ini, prinsip stack-effect berfungsi dengan baik sehingga akumulasi panas yang terdapat di dalam selubung tersirkulasi melalui bukaan outlet.

c. Kualitas udara ruangan, dengan mengarahkan ventilasi pantry keluar dengan mengoptimalkan sirkulasi udara dan penggunaan elemen-elemen pengarah angin.

Deskripsi: Arahkan ventilasi penyerap udara keluar ruangan.

Keuntungan: Menjadikan udara ruangan tetap sehat, bersih dan tidak panas.

d. Membuat green roof pada atap bangunan

Deskripsi: Atap dibuat dengan konsep green roof.

Keuntungan: Mengurangi pemakaian air conditioning (AC), sehingga akan menghemat pemakaian energi dalam pengurangan suhu dalam ruangan.

2. Ventilasi buatan

Berdasarkan analisa pada bangunan gedung DPRD Kota Medan dapat dilihat bahwa besarnya konsumsi energi sangat dipengaruhi kondisi dalam ruangan terhadap faktor kenyamanan ruangan-ruangan tersebut pada bentukan fasade bangunan yang ada, yang kita juga kita ketahui bahwa iklim Indonesia bukan lah lingkungan yang secara termal bisa dikatakan nyaman. Mengusahakan lingkungan menjadi lebih nyaman secra thermal diperlukan agar dapat bekerja lebih produktif adalah salah satu caranya dengan memakai mesin penyejuk udara, atau yang dikenal sebagai air conditioning (AC).

Penghawaan buatan dengan AC, jika dirancang benar, mempunyai keuntungan yang banyak, terutama bila udara disekitar bangunan berkualitas

buruk. Untuk itu perlu beberapa pertimbangan desain bangunan untuk dapat menghemat energi AC, antara lain:

a. Memperkecil/ mengurangi pemakaian air conditioning (AC).

Deskripsi: AC merupakan peralatan pengkomsumsi energi yang besar dalam operasional gedung. Pengurangan pemakaian ini bisa dengan cara menyetel temperature pada kisaran 25-26°C, sehingga kerja AC tidak terlalu berat bila dibandingkan menyetel suhu rendah.

Keuntungan: Dengan pengurangan pemakaian AC maka akan didapatkan penghematan pemakaian energi.

b. Meletakkan unit outdoor pada tempat yang terlindung dari panas agar pendinginan lebih efisien.

c. Membuat konsep pembagian area, dimana gedung DPRD Kota Medan dengan suatu alat pengontrol suhu dibagi dalam bebeapa zona sistem perlantai dan menggunakan beberapa pengatur suhu yang terpisah.

Penghematan energi penghawaan buatan dapat dilakukan dengan cara memanfaatkan angin atau pergerakan udara. Dengan mempelajari sifat-sifat pergerakan angin maka penggunaan energi penghawaan sebuah bangunan dapat diminimalkan. Karena pada kenyataannya tidak cukup menciptakan kenyamanan pada pemakai jika hanya menggunakan penghawaan alami atau pun ketergantungan terhadap penggunaan air conditioning (AC), jadi kombinasi antara penghawaan alami dan buatan adalah solusi yang terbaik.

3. Selubung bangunan

Dari hasil analisa diatas dihasilkan hasil perhitungan yang ternyata tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai acuan peracangan bagi perencana gedung bertingkat tinggi, maka perlu dilakukan beberapa perbaikan, antara lain :

a. Pemilihan bentuk selubung bangunan fasade sangat mempengaruhi pemakaian energi.

Bentukan selubung bangunan dengan penggunaan shading berbentuk sirip untuk mengurangi radiasi panas matahari langsung masuk kedalam bangunan, dan membuat sirkulasi udara masuk dan keluar melalui celah-celah shading berbentuk sirip.

b. Pilih warna yang dingin (Tabel 5.11).

Deskripsi: Warna yang gelap pada eksisting akan menyerap panas, hal ini akan membuat ruangan didalamnya menjadi panas.

Sedangkan warna atap yang terang akan memantulkan panas.

Keuntungan: Rencana rancangan dengan warna yang dingin dengan pilihan warna putih dan biru diharapkan dapat mengurangi efek panas yang diterima gedung, hal ini akan membuat udara di dalam gedung menjadi nyaman dan mengurangi pemakaian Air Conditioning (AC).

Tabel 5.11 Konsep Rancangan Warna pada Bangunan Gedung DPRD Medan Tabel 5.11(Lanjutan)

Konsep Keterangan

Penggunaan warna putih dan biru pada fasade orientasi utara dan selatan

Penggunaan warna putih sebagai warna netral dan dikombinasikan dengan warna biru pada material sebagai warna dingin.

Sistem Instalasi Shading

Shading Fasade – Pola Horizontal Blind Orientasi Utara

Tabel 5.11(Lanjutan) Orientasi Selatan

Orientasi Timur

Orientasi Barat

Sumber: Penulis

Merupakan kombinasi warna yang dilakukan dengan mengabungkan warna netral, yaitu warna putih sebagai warna dasar pada bangunan dan kombinasi warna dingin dengan pilihan warna biru, untuk mendapatkan perpaduan warna yang seimbang dalam rencana mengurangi efek panas terhadap bangunan, karena warna-warna tersebut merupakan warna dapat tidak menyerap panas. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 5.12 dan 5.13.

Gambar 5.12 Rencana Fasade Utara Gedung DPRD Kota Medan Sumber: Penulis

Gambar 5.13 Rencana Fasade Selatan Gedung DPRD Kota Medan Sumber: Penulis

c. Perancangan selubung bangunan berdasarkan window to wall

Rancangan selubung bangunan pada fasade bangunan usaha mengurangi nilai OTTV pada bagian fasade dengan dengan perubahan window to wall ratio (WWR) dari nilai melebihi ambang batas yang ditentukan ± 45w/m2 dengan besaran ≤ 0.40. Perhitungan OTTV dilakukan untuk empat alternatif orientasi (dinding depan bangunan), yaitu orientasi ke utara, barat, timur dan selatan dengan rincian perhitungan nilai OTTV terdapat pada Tabel Lampiran 12 dengan hasil perhitungan sebagai berikut:

1) Fasade Utara

Dengan seluruh luasan permukaan fasade utara yang ada saat ini sebesar 2.046,14 m2, luasan bukaan jendela dan pintu sebesar 944,22 m2, dan nilai WWR yang didapat pada saat ini sebesar 0,46.

Maka, pada window to wall ratio (WWR) yang akan dirancang akan dikurangi sebesar 0,22 untuk dapat mencapai nilai tersebut, dengan jumlah keseluruhan permukaan fasade sebesar 2.054,01 m2, luasan bukaan jendela yang diperlukan sebesar 454,79 m2, sehingga nilai yang dapat dicapai sebesar 41,26 agar dapat memenuhi nilai tersebut.

2) Fasade Selatan

Dengan seluruh luasan permukaan fasade selatan yang ada saat ini sebesar 1.945,90 m2, luasan bukaan jendela dan pintu sebesar 815,99 m2, dan nilai WWR yang didapat pada saat ini sebesar 0,42.

Maka, pada WWR yang akan dirancang akan dikurangi sebesar 0,18 untuk dapat mencapai nilai tersebut, dengan jumlah keseluruhan permukaan fasade sebesar 1.918,17 m2, luasan bukaan jendela yang diperlukan sebesar 344,25 m2, sehingga nilai yang dapat dicapai sebesar 34,41 agar dapat memenuhi nilai tersebut.

3) Fasade Barat

Sedangkan dengan seluruh luasan permukaan fasade barat yang ada saat ini sebesar = 683, 23 m2, luasan bukaan jendela dan pintu sebesar 180,74 m2, dan nilai WWR yang didapat pada saat ini sebesar 0,26.

Maka, pada WWR yang akan dirancang akan dikurangi sebesar 0,08 untuk dapat mencapai nilai tersebut, dengan jumlah keseluruhan permukaan fasade sebesar 687,73 m2, luasan bukaan jendela yang diperlukan sebesar 77,24 m2, sehingga nilai yang dapat dicapai sebesar 41,16 agar dapat memenuhi nilai tersebut.

4) Fasade Timur

Sedangkan dengan seluruh luasan permukaan fasade timur yang ada saat ini sebesar = 591,22 m2 , luasan bukaan jendela dan pintu sebesar 136,61 m2, dan nilai WWR yang didapat pada saat ini sebesar 0,23.

Maka, pada WWR tidak dilakukan perubahan pada luasan bukaan dan luas permukaan fasade tersebut, hal ini dikarenaka telah memenuhi standar yang telah ditentukan.

Berdasarkan rencana perubahan selubung bangunan yang dibuat, maka dapat dihitung besaran nilai OTTV yang dapat dicapai pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12 Konsep Rancangan Fasade Gedung DPRD Kota Medan

No Orientasi

OTTV Fasade

Luas

Permukaan OTTV x Luas Permukaan

TOTAL 5.251,14 202.249,61

Sumber: Penulis

Dengan perhitungan OTTV bangunan secara keseluruhan, yaitu:

OTTV= 202.249,61 watt 5.251,14m2

= 38, 56 watt/m2 (Memenuhi SNI)

Dari hasil perhitungan kalkulasi OTTV untuk bangunan gedung DPRD Kota Medan menunjukkan bahwa besaran nilai rancangan yang didapat sebesar 38,56 watt/m2, dengan perhitungan terdapat pada Tabel Lampiran 13 dan berdasarkan yang telah ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia 03-6389-2000 Konservasi Energi Selubung Bangunan dengan tidak melebihi 45 watt/m2, maka pada bangunan

dirancang dengan nilai OTTV yang terdapat pada bangunan memenuhi nilai yang telah ditetapkan.

5.3.3 Konsep pendekatan iklim

5.3.3 Konsep pendekatan iklim