• Tidak ada hasil yang ditemukan

masih dihormati dewasa ini dalam ekonomi akademik sebagai ko-pendiri dari aliran marjinalis Shaw, sebagai seorang anggota terkemuka dari Perhimpunan Fabian, sangat menjadi bagian dari janin gerakan

sosialis di London pada tahun-tahun terakhir Engels. Putusan Engels tentang Shaw: “sangat berbakat dan

jenaka sebagai seorang sastrawan namun secara mutlak tidak berguna sebagai seorang ahli ekonomi dan

politik, sekalipun jujur dan bukan seorang pengejar karier” (Engels pada Kautsky, 4 September 1892;

Selected Correspondence, London, 1965, hal. 446).

produk lagi yang untuknya ia tidak dibayar–produk lebih, produk dari kerja yang tidak dibayar, nilai-lebih. Lexis luar-biasa berhati-hati dalam pilihan ungkapan-ungkapannya. Ia tidak mengatakan secara langsung bahwa ia menganut konsepsi di atas ini. Tetapi kalau ini adalah bagaimana ia melihatnya, ia sejelas siang hari bolong bahwa yang kita dapati di sini bukan sesuatu yang biasa dari para ahli ekonomi vulgar, yang tentang mereka Lexis sendiri mengatakan setiap orang adalah, di mata Marx “paling banter seorang tolol yang tak-dapat ditolong lagi,” tetapi seorang Marxis yang menyamar sebagai seorang ahli ekonomi vulgar. Apakah penyamaran ini disengaja atau tidak merupakan sebuah pertanyaan psikologi tanpa suatu arti penting bagi kita di sini. Siapapun yang mungkin berkepentingan untuk mengeksplorasi persoalan ini barangkali akan juga menyelidiki bagaimana mungkin bagi seseorang yang tak-diragukan lagi kepintarannya seperti Lexis telah pernah membela, bahkan jika hanya sekali, omong-kosong yang setolol seperti bimetalisme itu.

Orang pertama yang dengan sungguh-sungguh telah berusaha menjawab pertanyaan itu adalah Dr. Conrad Schmidt, dalam Die Durch-schnittsprofitrate auf Grundlage des Marx’schen Wertgesetzes (Dietz, Stuttgart, 1889). Schmidt berusaha menyerasikan perincian pembentukan harga pasar dengan hukum nilai maupun dengan tingkat laba rata-rata. Yang diterima si kapitalis industri dalam produknya ialah, pertama-tama, penggantian untuk kapital yang telah dikeluarkan di muka, dan kedua, suatu produk lebih yang untuknya ia tidak membayar apapun. Untuk mendapatkan produk lebih ini, namun, ia mesti mengeluarkan di muka kapitalnya dalam produksi; yaitu, ia mesti menggunakan sejumlah kuantitas tertentu dari kerja yang telah diwujudkan untuk menguasai produk lebih ini. Kapital yang telah dikeluarkannya di muka karenanya adalah, bagi si kapitalis, kuantitas kerja yang telah diwujudkan yang diperlukan secara masyarakat untuk mendapatkan produk lebih ini. Yang sama berlaku bagi setiap kapitalis industri lainnya. Nah, karena menurut hukum nilai produk- produk ditukarkan sebanding dengan kerja yang secara sosial diperlukan untuk produksinya, dan karena bagi si kapitalis kerja yang diperlukan untuk penciptaan produk lebihnya adalah justru kerja lalu yang terkumpul dalam kapitalnya, maka oleh karenanya berarti bahwa produk-produk lebih dipertukarkan sebanding dengan kapital-kapital yang diperlukan bagi produksinya dan tidak menurut kerja yang sesungguhnya diwujudkan di dalamnya. Bagian yang jatuh pada setiap unit kapital oleh karenanya adalah setara dengan jumlah dari semua nilai-lebih yang diproduksi, dibagi dengan jumlah kapital-kapital yang dengannya ia berhubungan. Dalam konsepsi ini, kapital-kapital yang setara menghasilkan laba setara dalam periode waktu yang sama, dan ini dicapai dengan menambahkan harga pokok dari produk

lebih yang dikalkulasi dengan cara ini, yaitu laba rata-rata, pada harga pokok bagian produk yang dibayar, dan dengan menjual kedua bagian, produk yang dibayar dan produk yang tidak dibayar, pada harga yang dinaikkan ini. Tingkat laba rata-rata ditetapkan sekalipun harga-harga rata-rata dari berbagai komoditi ditentukan, sebagaimana dianggap oleh Schmidt, oleh hukum nilai. Konstruksi Schmidt sangat luar-biasa pintar, sesuai garis-garis Hegelian, tetapi seperti mayoritas konstruksi Hegel, tidaklah tepat. Apakah produk itu surplus atau dibayar tidak ada perbedaan; jika hukum nilai mesti berlaku secara langsung bagi harga rata-rata, maka kedua bagian mesti dijual sebanding dengan kerja yang diperlukan secara masyarakat bagi produksi mereka dan dikeluarkan dalamnya. Sudah sejak dari awal, hukum nilai ditujukan terhadap pengertian yang berasal dari cara berpikir kapitalis bahwa kerja masa lalu yang tersimpan/terkumpul yang darinya kapital terdiri tidak saja suatu jumlah tertentu dari nilai jadi, melainkan juga, sebagai suatu faktor produksi dan pembentukan laba, sendiri merupakan suatu sumber dari nilai lebih jauh di atas yang sudah dipunyainya; ia mempertahankan bahwa sifat ini hanya dimiliki oleh kerja hidup. Sudah cukup diketahui bahwa kaum kapitalis mengharapkan laba setara yang sebanding dengan besarnya kapital-kapital mereka, dan oleh karenanya, memandang kapital mereka yang dikeluarkan di muka, sebagai sejenis harga pokok untuk laba mereka. Namun jika Schmidt menggunakan konsepsi ini untuk menjadikan harga-harga yang dikalkulasi dalam pengertian tingkat laba rata-rata dalam keserasian dengan hukum nilai, maka ia meninggalkan hukum nilai itu sendiri, dengan membuat suatu konsepsi yang sepenuhnya berbeda dengan hukum ini menjadi salah-satu dari faktor- faktornya yang ikut-menentukan.

Kedua-dua kerja yang terkumpul merupakan nilai bersama-sama kerja yang hidup. Dalam hal itu hukum nilai itu tidak berlaku.

Atau ia tidak merupakan nilai. Dalam kasus ini demonstrasi Schmidt tidak cocok dengan hukum nilai itu.

Schmidt dengan demikian disesatkan ketika ia sudah sangat dekat dengan pemecahannya, karena ia percaya bahwa dirinya membutuhkan suatu rumusan matematika, jika mungkin, yang akan menunjukkan persesuaian antara harga rata-rata dari setiap komoditi dan hukum nilai. Tetapi bahkan jika di sini, begitu dekat dengan tujuannya, ia mengambil jalan yang salah, yang sisa dari brosurnya membuktikan pengertian yang dengannya ia menarik kesimpulan- kesimpulan selanjutnya dari kedua buku pertama Capital. Ia telah mendapatkan kehormatan karena secara independen menemukan pemecahan yang tepat bagi kecenderungan yang sebelumnya tidak dijelaskan bagi jatuhnya tingkat laba, yang diberikan Marx dalam Bagian Tiga dari Buku III,

maupun menderivasi laba komersial dari nilai-lebih industri dan melakukan serentetan penuh pengamatan tentang bunga dan sewa-tanah di mana hal-hal yang diantisipasikan dikembangkan Marx dalam Bagian-bagian Empat dan Lima dari Buku ini.

Dalam sebuah karya kemudian (Neue Zeit, 1892-3, nomor 3 dan 4), Schmidt berusaha memecahkan masalah itu dengan suatu cara lain. Di sini ia berargumentasi bahwa adalah persaingan yang menetapkan tingkat laba rata- rata, dengan membuat kapital bermigrasi dari cabang-cabang produksi dengan laba di bawah rata-rata ke cabang-cabang di mana laba di atas rata-rata dapat diperoleh. Bahwa persaingan merupakan pemerata perkasa dari laba bukan suatu penemuan baru. Tetapi Schmidt kini berusaha membuktikan bahwa pemerataan laba ini adalah identik dengan reduksi harga jual dari kelebihan komoditi yang diproduksai hingga nilai yang masyarakat dapat bayar untuknya menurut hukum nilai. Mengapa ini tidak dapat membuahkan hasil yang dimaksud cukup jelas dari diskusi Marx sendiri dalam Buku ini.

Setelah Schmidt, Peter Fireman mengerahkan dirinya sendiri pada masalah itu (Conrads Jahrbücher, 3rd series, Vol.3 [1892], hal. 793). Aku tidak bermaksud membahas pernyataan-pernyataannya mengenai aspek-aspek lain dari pemaparan Marx. Kesemuanya itu dikarenakan salah-pengertian mengenai efek yang Marx berupaya definisikan padahal ia hanya menjelaskan, dan bahwa seseorang pada umumnya dapat mencari pada Marx akan definisi- definisi jadi yang tetap dan sahih sepanjang masa. Adalah sudah dengan sendirinya bahwa kalau hal-hal dan saling hubungan mereka difahami sebagai tidak tetap melainkan lebih sebagai berubah-ubah, maka gambaran-gambaran mental mereka, juga, yaitu konsep-konsep, akan tunduk pada perubahan dan reformasi; mereka tidak harus dibungkus dalam definisi-definisi yang kaku, melainkan lebih dilkembangkan dalam proses sejarah atau pembentukan logika mereka. Maka akan jelas, mengapa pada awal Buku I, di mana Marx mengambil produksi komoditi sederhana sebagai pengandaian kesejarahannya, hanya kemudian, berlanjut dari dasar ini, sampai pada kapital – mengapa ia berlanjut justru di situ dari komoditi sederhana dan tidak dari suatu bentuk sekunder secara konseptual dan kesejarahan, komoditi itu sebagai sudah dimodifikasi oleh kapitalisme. Fireman sudah tentu sama sekali tidak dapat melihat hal ini. Tetapi di sini kita akan mengenyampingkannya, seperti juga masalah-masalah sekunder lainnya yang mungkin akan sama-sama menyebabkan segala macam keberatan, dan secara langsung beralih pada pokok persoalannya. Sementara teori mengajarkan pada penulis bahwa, pada suatu tingkat nilai-lebih tertentu, massa nilai-lebih adalah sebanding dengan jumlah tenaga-kerja yang dipekerjakan, pengalaman membuktikan kepadanya

bahwa, pada suatu tingkat laba tertentu, massa laba adalah sebanding dalam besaran dengan seluruh kapital yang diinvestasikan. Fireman menjelaskan ini dengan kenyataan bahwa laba hanya suatu gejala konvensional (yang dengannya ia maksudkan suatu gejala yang khusus bagi pembentukan sosial bersangkutan, yang jatuh dan bangun bersamanya); keberadaannya semata- mata terikat dengan kapital. Dan kapital, manakala ia cukup kuat untuk menggali laba bagi dirinya sendiri, diharuskan oleh persaingan untuk menarik suatu tingkat laba yang setara bagi semua kapital bersangkutan. Tanpa suatu tingkat laba setara, tiada produksi kapital yang dimungkinkan; tetapi begitu bentuk produksi ini diandaikan, maka massa laba yang diterima oleh masing- masing kapitalis individual hanya dapat bergantung, dengan suatu tingkat laba tertentu, pada besar kapitalnya. Di lain pihak, laba, terdiri atas nilai-lebih, kerja yang tidak dibayar. Lalu, bagaimanakah terjadinya transformasi nilai- lebih, yang besarannya ditentukan oleh eksploitasi kerja, menjadi laba, yang besarannya ditentukan oleh jumlah kapital yang diperlukan?

“Semata-mata melalui ini, yaitu bahwa dalam semua cabang produksi di mana rasio dari ... kapital

konstan dengan kapital variabel adalah yang terbesar, komoditi dijual di atas nilainya, yang juga

berarti bahwa dalam cabang-cabang di mana rasio dari kapital konstan dengan kapital variabel,

c:v, adalah terendah, komoditi dijual di bawah nilainya, dan bahwa hanya apabila c:v merupakan

suatu rata-rata tertentu maka komoditi dilepas menurut nilainya yang sebenarnya ... Adakah

keganjilan antara harga-harga tertentu dan nilai-nilai mereka masing-masing suatu penolakan dari

azas nilai? Sama sekali tidak. Dikarenakan kenyataan bahwa harga-harga beberapa komoditi naik

di atas nilai-nilai mereka dalam derajat yang sama seperti harga-harga dari komoditi lainnya jatuh

di bawah nilai-nilai mereka, maka jumlah total dari harga-harga itu menyetarai jumlah total dari

nilai-nilai ... Pada akhirnya keganjilan itu lenyap.”

Keganjilan ini merupakan suatu “gangguan: tetapi di dalam ilmu-ilmu eksakta suatu gangguan yang dapat dikalkulasi tidak pernah diperlakukan sebagai penolakan suatu hukum.”

Jika kita bandingkan hal ini dengan kalimat-kalimat yang bersangkutan dalam Bab 9, kita akan mendapatkan bahwa Fireman telah meletakkan jari- tangannya pada masalah yang menentukan. Namun begitu sejumlah kaitan langsung yang masih diperlukan, bahkan setelah penyingkapan ini, untuk memungkinkan Fireman sampai pada suatu pemecahan yang lengkap dan kongkret bagi masalah itu telah ditunjukkan oleh sambutan dingin yang tidak selayaknya diterima oleh masalah yang sangat penting ini. Sekalipun banyak orang tertarik pada masalah itu, mereka semua masih takut membakar jari- jari tangan mereka. Dan hal ini tidak saja dijelaskan oleh bentuk yang tidak

lengkap yang dengannya Fireman membiarkan penemuan-penemuannya, melainkan juga oleh konsepsinya yang tak-dapat disangkal sama sekali tidak cukup mengenai penyajian Marx dan kritik umumnya mengenai itu yang didasarkan pada konsepsi ini.

Kapan saja ada kesempatan, dalam bentuk suatu masalah yang rumit, Profesor Julius Wolf dari Zurich selalu membuktikan dirinya seorang yang tolol. Seluruh persoalan, demikian ia memberitahukan pada kita (Conrads Jahrbücher, 3rd series, Vol.2 [1891], hal. 352 dst.), dipecahkan oleh nilai- lebih relatif. Produksi nilai-lebih relatif bergantung pada peningkatan kapital konstan dalam hubungan dengan kapital variabel:

“Suatu peningkatan dalam kapital konstan mengandaikan suatu peningkatan dalam produktivitas