• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumusan Umum untuk kapital adalah M – C – M’, yaitu suatu jumlah nilai dilemparkan ke dalam sirkulasi untuk menarik/menghasilkan suatu jumlah yang lebih besar. Proses yang menciptakan jumlah nilai yang lebih besar ini ialah proses kapitalis; proses yang mewujudkannya ialah sirkulasi kapital. Si kapitalis tidak memproduksi komoditi demi untuk komoditi itu sendiri, bukan nilai-pakainya ataupun bagi konsumsi untuk pribadinya sendiri. Produk yang bernar-benar menjadi perhatian/kepentingan si kapitalis itu bukanlah produk nyata itu sendiri, melainkan lebih ekses (lebihan) dalam nilai produk itu di atas dan melampaui nilai kapital yang dikonsumsi di dalamnya. Kapitalis itu mengeluarkan kapital di muka secara menyeluruh tanpa memandang berbagai peranan yang akan dimainkan komponen-komponennya di dcalam produksi nilai-lebih. Ia mengeluarkan di muka semua komponen itu secara setara, tidak hanya untuk mereproduksi kapital yang telah dikeluarkan di muka melainkan juga untuk memproduksi suatu lebihan nilai di atas dan melampaui ini. Ia dapat mengubah nilai yang dikeluarkan di muka menjadi suatu nilai yang lebih tinggi hanya dengan menukarkannya dengan kerja yang hidup, dengan mengeksploitasi kerja yang hidup. Namun ia hanya dapat mengeksploitasi kerja sejauh ia pada waktu bersamaan mengeluarkan di muka kondisi-kondisi untuk perwujudan kerja ini, yaitu alat dan obyek kerja, mesin dan bahan mentah, yaitu dengan mentransformasi suatu jumlah nilai tertentu yang dimilikinya menjadi bentuk dari kondisi-kondisi produksi itu. Secara serupa, ia hanya benar-benar seorang kapitalis, dan hanya dapat melakukan proses pengeksploitasian kerja, karena ie menghadapi si pekerja semata-mata sebagai pemilik tenaga-kerja. Kita sudah membuktikan dalam Buku I bagaimana adalah justru pemilikan atas alat-alat produksi ini oleh bukan-pekerja yang mengubah kaum pekerja menjadi pekerja- upahan dan para non-pekerja menjadi kaum kapitalis.15

Tidak berbeda bagi si kapialis apakah kita mengetahui dirinya sebagai yang mengeluarkan kapital konstan di muka untuk membuat suatu laba dari kapital variabelnya, atau mengeluarkan kapital variabel di muka untuk memvalorisasi; apakah ia mengeluarkan uang untuk upah-upah agar memberikan pada mesin dan bahan mentah suatu nilai lebih tinggi, atau mengeluarkan uang di muka dalam bentuk mesin dan bahan mentah untuk mengeksploitasi kerja. Bahkan sekalipun hanya bagian variabel dari kapital yang menciptakan nilai-lebih, itu berbuat begitu hanya dalam kondisi bahwa bagian-bagian lain juga dikeluarkan

di muka, yaitu kondisi-kondisi produksi untuk kerja. Karena si kapitalis hanya dapat mengeksploitasi kerja dengan mengeluarkan kapital konstan di muka, dan karena ia dapat memvalorisasi kapital konstan itu hanya dengan mengeluarkan kapital variabel di muka, maka kedua-duanya adalah satu dan yang sama di matanya, dan ini semakin begitu karena derajat sesungguhnya dari labanya ditentukan dalam hubungan tidak dengan kapital variabelnya melainkan dengan seluruh kapitalnya; tidak oleh tingkat nilai-lebih tetapi oleh tingkat laba, yang, seperti akan kita ketahui, dapat tetap sama sambil menyatakan berbabai tingkat nilai-lebih.

Ongkos produk mencakup semua komponen nilainya yang telah dibayar oleh si kapitalis, atau yang untuknya ia telah melemparkan suatu kesetaraan ke dalam proses produksi. Ongkos-ongkos ini mesti digantikan bahkan jika kapitalnya mesti melakukan lebih daripada mempertahankan dirinya sendiri, mereproduksi besaran aslinya.

Nilai yang dikandung dalam suatu komoditi adalah setara dengan waktu- kerja yang dipakai untuk membuatnya, dan ini terdiri atas kerja yang dibayar maupun yang tidak dibayar. Ongkos komoditi itu bagi si kapitalis, di lain pihak, hanya meliputi bagian dari kerja yang diwujudkan di dalamnya yang untuknya ia telah sungguh-sungguh membayarnya. Kerja lebih yang terkandung dalam komoditi itu tiada berongkos apapun bagi si kapitalis, sekalipun ia bagi si pekerja berongkos, setiap bagiannya sama banyaknya seperti kerja yang dibayar itu, dan sekalipun baik kerja yang dibayar maupun yang tidak dibayar menciptakan nilai dan memasuki komoditi sebagai unsur-unsur dari pembentukan nilai. Oleh karena itu, laba di kapialis datang dari kenyataan bahwa ia mempunyai sesuatu untuk dijual bagi yang ia tidak bayar. Nilai-lebih atau laba terdiri justru atas kelebihan16 nilai komoditi di atas harga pokoknya, yaitu dalam lebihan jumlah

total kerja yang terkandung dalam komoditi melebihi jumlah kerja yang telah sungguh-sungguh dibayar. Nilai-lebih, dari manapuyn ia berasal, secara konsekuensinya adalah suatu lebihan atas dan melampaui seluruh kapital yang dikeluarkan di muka. Kelebihan ini kemudian berada dalam suatu rasio tertentu dengan total kapital,

sebagaimana yang dinyatakan oleh fraksi (pecahan) s , di mana C

C

adalah untuk total kapital. Dengan demikian kita mendapatkan tingkat laba s = s , yang berbeda dari tingkat nilai-lebih s .

C c+v v

Tingkat nilai-lebih itu, diukur terhadap kapital variabel, dikenal sebagai tingkat nilai-lebih; tingkat nilai-lebih, diukur terhadap total kapital, dikenal sebagai tingkat laba. Ini merupakan dua standar yang berbeda untuk mengukur kuantitas yang

sama, dan sebagai suatu hasil dapat menyatakan hubungan-hubungan yang berbeda yang di dalamnya kuantitas yang sama dapat berada.

Adalah transformasi nilai-lebih menjadi laba yang berasal dari transformasi tingkat nilai-lebih menjadi tingkat laba, bukan cara yang sebaliknya. Dalam kenyataan yang sesungguhnya, tingkat laba merupakan titik-pangkal yang bersejarah. Nilai-lebih dan tingkat nilai-lebih adalah, secara relatif dengan ini, hakekat yang tidak tampak untuk diselidiki, sedangkan tingkat laba dan karenanya bentuk dari nilai-lebih sebagai laba adalah gejala-gejala permukaan yang dapat dilihat.

Sejauh yang berkenaan dengan kapitalis individual, cukup jelas bahwa satu- satunya hal yang menarik baginya ialah rasio dari nilai-lebih, lebihan nilai yang ia terima dari menjual komoditinya, sedangkan tidak hanya rasio-rasio tertentu dari lebihan nilai dengan komponen-komponen khusus dari kapitalnya, dan kaitan- kaitan internalnya dengan mereka, tidak penting bagi dirinya, tetapi adalah sesungguhnya menjadi kepentingannya untuk menyamarkan rasio-rasio khusus dan kaitan-kaitan internal ini.

Sekalipun lebihan nilai dari komoditi itu di atas harga pokoknya timbul dalam proses produksi langsung, hanya dalam proses sirkulasi ia itu diwujudkan, dan ia semakin tampil lebih berasal dari proses sirkulasi seperti sebanyak ia sesungguhnya adanya di dunia, dunia persaingan, yaitu di pasar, adalah bergantung pada kondisi-kondisi pasar apakah lebihan ini diwujudkan atau tidak diwujudkan dan hingga batas apa. Di sini tidak diperlukan uraian lebih jauh bahwa, jika suatu komoditi dijual di atas atau di bawah nilainya, maka hanya terdapat suatu distribusi yang berbeda dari nilai-lebih itu, dan bahwa distribusi ini, rasio yang diubah yang dengannya berbagai individu ambil-bagian atas nilai-lebih itu, sama sekali tidak mempengaruhi besaran maupun sifat nilai-lebih itu sendiri. Tidak hanya proses sirkulasi itu, untuk bagiannya adalah pentas dari transformasi-transformasi yang dibahas di dalam Buku II, melainkan ini juga bertepatan dengan persaingan sesungguhnya, pembelian dan penjualan komoditi di atas atau di bawah nilainya, sehingga, sejauh yang mengenai si kapitalis individual, nilai lebih yang ia wujudkan justru bergantung sama banyaknya pada saling penipuan ini seperti pada eksploitasi langsung atas kerja.

Proses sirkulasi dipengaruhi oleh waktu sirkulasi maupun oleh waktu kerja, waktu sirkulasi yang membatasi nilai-lebih yang dapat diwujudkan dalam suatu periode tertentu. Segi-segi lain yang berasal dari sirkulasi juga bereaksi dengan efek menentukan pada proses langsung produksi itu sendiri. Kedua proses ini, proses produksi langsung dan proses sirkulasi, secara tetap saling berjalan satu- sama-lain dan saling berjalinan, dan dengan cara ini ciri-ciri mereka yang berbeda- beda secara terus-menerus dikaburkan. Di dalam proses sirkulasi, seperti sudah

kita tunjukkan, proses nilai-lebih, dan nilai pada umumnya, mengambil karakteristik-karakteristik baru. Kapital berjalan melalui siklus transformasi- transformasinya, dan akhirnya ia melangkah seakan-akan dari kehidupan organik internalnya ke dalam hubungan-hubungan eksternalnya, hubungan-hubungan di mana ia bukan kapital dan kerja yang saling berhadap-hadapan satu-sama-lain, tetapi di satu pihak kapital dan kapital, dan di lain pihak para individu sekali lagi sebagai sekadar pembeli dan penjual.Waktu sirkulasi dan waktu kerja memotong silang jalan masing-masing, dan kedua-duanya tampil untuk menentukan nilai- lebih dengan cara yang sama. Bentuk asli yang dengannya kapital dan kerja- upahan saling berhadap-hadapan satu-sama-lain disamarkan oleh campur-tangan hubungan-hubungan yang tampaknya independen darinya; nilai-lebih itui sendiri tidak tampak sebagai telah diproduksi dengan perampasan waktu-kerja, tetapi sebagai lebihan dari harga jual komoditi di atas harga pokoknya, yang tersebut terakhir ini oleh karena itu siap menyatakan dirinya sendiri sebagai nilai mereka yang selayaknya (valeur intrinsèque), sehingga laba tampak sebagai suatu lebihan dari harga penjualan komoditiu di atas nilai mereka yang tetap ada (immanen).

Memang benar bahwa sifat nilai-lebih secara kukuh mengesankan dirinya pada kesadaran si kapitalis dalam perjalanan proses produksi langsung, seperti yang telah kita buktikan dengan keserakahannya akan waktu-kerja orang-orang lain, dsb., ketika kita hanya membahas nilai-lebih itu sendiri. Namun begitu:

(1) Proses produksi langsung itu sendiri hanya suatu saat pengesanan, yang selalu beralih menjadi proses sirkulasi, dan vice versa, sehingga sesuatu isyarat mengenai sumber labanya, yaitu dari sifat nilai-lebih, yang disadari kurang-lebih secara jelas pada si kapitalis di dalam proses produksi itu sendiri, paling-paling muncul sebagai suatu saat yang sama-sama sahih bersama pengertian bahwa lebihan yang diwujudkan itu berasal dari suatu gerakan yang independen dari proses produksi itu sendiri dan berasal dari bidang sirkulasi, oleh karena itu suatu gerakan yang dimiliki kapital secara independen dari hubungannya dengan kerja. Gejala-gejala sirkulasi ini bahkan dikemukakan oleh para ahli ekonomi modern seperti Ramsay, Malthus, Senior, Torrens, dsb. sebagai bukti-bukti langsung bahwa kapital di dalam keberadaan materialnya belaka, secara independen dari hubungan sosialnya dengan kerja (yang justru adalah bagaimana ia menjadi kapital), adalah suatu sumber otonom dari nilai-lebih di samping kerja dan tidak bergantung padanya.

(2) Dengan judul ongkos-ongkos, yang tidak hanya mencakup upah-upah tetapi juga harga bahan mentah, penyusutan mesin-mesin dsb., pemerasan kerja yang tidak dibayar tampak semata-mata sebagai suatu penghematan (ekonomi) dalam pembayaran untuk salah-sebuah barang-barang yang terdiri dari ongkos-

ongkos ini, sekadar sebagai suatu pembayaran lebih sedikit untuk suatu kuantitas kerja tertentu, suatu penghematan yang serupa yang dilakukan ketika bahan mentah dibeli secara lebih murah atau pengausan mesin dikurangi. Pemerasan kerja lebih kemudian kehilangan sifat khususnya. Hubungan khususnya dengan nilai-lebih dikaburkan, dan ini sangat didorong dan difasilitasi dengan pengajuan nilai tenaga-kerja dalam bentuk upah-upah, sebagaimana telah kita tunjukkan dalam Buku I, Bagian Enam [Bab 19].

Karena semua seksi kapital sama-sama tampil sebagai sumber-sumber kelebihan nilai (laba), hubungan kapital itu dimistifikasi.

Namun begitu cara yang dengannya nilai-lebih ditransformasi menjadi bentuk laba, lewat tingkat laba, hanya suatu perluasan lebih jauh dari pembalikan subyek dan obyek yang sudah terjadi di dalam perjalanan proses produksi itu sendiri. Dalam kasus itu kita mengetahui bagaimana semua tenaga produktif subyektif dari kerja menyajikan diri mereka sebagai tenaga-tenaga produktif dari kapital.17

Di lain pihak, nilai, yaitu kerja masa lalu yang mendominasi kerja yang hidup, dipersonifikasikan menjadi si kapitalis; di lain pihak, pekerja sebaliknya tampil sebagai sekadar tenaga-kerja yang diobyektifikasi, sebagai suatu komoditi. Hubungan yang terbalik niscaya menimbulkan, bahkan dalam hubungan produksi sederhana itu sendiri, pada suatu konsepsi terbalik yang bersesuaian dengan situasi itu, suatu kesadaran yang ditransposisikan, yang lebih lanjut dikembangkan oleh transformasi-transformasi dan modifikasi-modifikasi proses sirkulasi yang sebenarnya.

Sebagaimana dapat dipelajari dalam kasus ajaran Ricardo, adalah sepenuh- penuhnya salah untuk secara langsung berusaha mengemukakan hukum tingkat laba sebagai hukum tingkat nilai-lebih, atau vice versa. Dalam pikiran si kapitalis hal-hal ini sudah tentu tidak dibeda-bedakan.

Ungkapan s mengukur nilai-lebih terhadap nilai dari total kapital yang

C

telah dikeluarkan di muka untuk produksinya, yang darinya satu bagian sepenuhnya dikonsumsi dalam produksi ini, sedangkan suatu bagian lain hanya digunakan. Dalam kenyataan, rasio s menyatakan derajat valorisasi

C

dari seluruh kapital yang dikeluarkan di muka; yaitu dipandang menurut keterkaitan internal, keterkaitan konseptual dan sifat sesungguhnya dari nilai- lebih, ia menunjukkan bagaimana perbedaan kapital variabel berhubungan dalam besaran dengan total kapital yang dikeluarkan di muka.

Pada sendirinya, nilai dari total kapital tidak berada dalam hubungan internal dengan jumlah nilai-lebih itu, sekurang-kurangnya tidak secara langsung. Sejauh yang berkenaan dengan unsur-unsur materialnya, total kapital minus kapital

variabel, yaitu kapital konstan itu, terdiri atas kondisi-kondisi material untuk perwujudan kerja –bahan-bahan dan alat-alatnya. Agar supaia suatu kuantitas kerja tertentu dapat diwujudkan dalam komoditi, dan karenanya membentuk nilai, suatu kuantitas tertentu dari bahan-bahan dan alat-alat kerja diperlukan. Terdapat suatu proporsi teknik tertentu di antara jumlah kerja dan massa alat- alat produksi yang kepadanya kerja hidup ini mesti ditambahkan, suatu perbandingan yang bergantung pada sifat khusus kerja itu. Oleh karena itu terdapat juga suatu proporsi tertentu antara jumlah nilai-lebih atau kerja lebih, dan massa alat-alat produksi itu. Jika kerja yang diperlukan untuk produksi upah pekerja berjumlah 6 jam per hari, misalnya, si pekerja mesti bekerja 12 jam untuk melaksanakan 6 jam kerja lebih dan menciptakan suatu nilai-lebih 100 persen. Dalam 12 jam ia mengonsumsi duakali lipat banyaknya dalam hal alat- alat produksi seperti yang dilakukannya dalam 6 jam. Tetapi ini tidak berarti bahwa nilai-lebih yang ditambahkan dalam 6 jam berada dalam sesuatu hubungan langsung dengan nilai dari alat-alat produksi yang digunakan dalam 6 atau 12 jam ini. Nilai mereka sepenuhnya tidak penting di sini; yang penting adalah jumlah yang diperlukan secara teknik. Sangat tidak penting apakah bahan mentah atau alat-alat kerja itu murah atau mahal, selama mereka itu memiliki nilai-pakai yang diperlukan dan hadir/ada dalam proporsi-proporsi yang ditentukan secara teknik bagi kerja yang mesti diserapnya. Tetapi jika aku mengetahui bahwa x pon kapas; dipintal dalam satu jam, dan ongkos mereka adalah y shilling, aku juga mengetahui bahwa dalam 12 jajm 12 x pon kapas, = 12 y shilling, telah dipintal, dan aku kemudian dapat mengkalkulasi rasio dari nilai-lebih dengan nilai yang dipintal dalam 12 jam maupun nilai yang dipintal dalam 6 jam. Oleh karena itu, rasio dari kerja yang hidup dengan nilai alat-alat produksi ini menjadi dipersoalkan di sini hanya sejauh y shilling berfungsi sebagai nama untuk x pon kapas; karena suatu kuantitas kapas khusus tertentu mempunyai suatu harga tertentu, dan sebaliknya, oleh karena itu, suatu harga tertentu dapat berfungsi sebagai suatu indeks bagi sekuantitas kapas tertentu, selama harga kapas itu tidak berubah. Jika aku mengetahui bahwa untuk menguasai 6 jam kerja lebih aku mesti menyuruh kaum pekerja melakukan 12 jam kerja, aku mesti mempunyai persediaan kapas yang cukup untuk 12 jam, dan jika aku mengetahui harga dari kuantitas kapas ini, terdapat dengan cara berputar ini suatu hubungan tertentu antara harga kapas itu (sebagai indeks dari kuantitas yang diperlukan) dan nilai- lebih itu. Tetapi aku tidak pernah dapat berargumentasi sebaliknya dari harga bahan mentah kepada kuantitas bahan mentah yang dapat dipintal dalam satu jam namun tidak akan bisa untuk enam jam. Dengan demikian tidak terdapat hubungan internal dan yang diharuskan antara nilai dari kapital konstan dan nilai-lebih, maupun, karenanya, tiada terdapat suatu hubungan antara nilai dari

total kapital (= c+v) dan nilai-lebih itu.

Jika tingkat nilai-lebih maupun besaran mutlaknya tertentu, maka tingkat laba tidak menyatakan lebih banyak daripada yang ia adanya dalam kenyataan, yaitu suatu perekatan alternatif dari nilai-lebih, pengperekatannya dalam batasan nilai dari total kapital, gantinya dalam batasan nilai dari bagian dari kapital yang darinya ia secara langsung berasal melalui pembayarannya dengan kerja. Namun, di dalam aktualitasnya, yaitu dalam dunia gejala-gejala, hal-hal adalah yang sebaliknya. Nilai-lebih ditentukan, tetapi ditentukan sebagai suatu lebihan dari harga jual komoditi di atas harga pokoknya; dan oleh karena itu tetap merupakan misteri bagaimana kelebihan ini timbul/lahir –dari eksploitasi kerja dalam proses produksi, dari saling tipu para pelaku dalam proses sirkulasi, atau dari kedua- duanya. Yang juga ditentukan adalah hubungan lebihan ini dengan nilai seluruh kapital, yaitu tingkat laba itu. Perhitungan lebihan dari harga jual di atas harga pokok dalam pengertian seluruh kapital yang dikeluarkan di muka adalah sangat penting, dan sudah dengan sendirinya begitu, karena ini sebenarnya merupakan cara di mana kita mendapatkan rasio yang dengannya seluruh kapital telah divalorisasi atau derajat valorisasinya. Tetapi jika kita mulai dari tingtkat laba ini, kita tidak akan pernah membuktikan sesuatu hubungan tertentu antara lebihan itu dan bagian dari kapital yang dikeluarkan untuk upah-upah. Kita akan mengetahui dalam suatu bab kemudian lonjakan-lonjakan lucu yang dilakukan Malthus ketika ia mencoba dengan cara ini menyusupi rahasia nilai-lebih dan hubungan khususnya dengan bagian kapital variabel.18 Yang ditunjukkan oleh

tingkat laba itu sendiri lebih merupakan suatu hubungan seragam dari lebihan itu dengan bagian-bagian yang sama pentingnya dari kapital itu, yang dari titik pandang ini tidak memperagakan perbedaan internal kecuali dari yang antara kapital tetap dan kapital yang beredar. Bahkan perbedaan ini hanya timbul sejauh lebihan itu dikalkulasi dengan dua cara. Pertama-tama, sebagai suatu kuantitas sederhana: lebihan di atas dan melampaui harga pokok. Dalam bentuk pertama ini kapital yang beredar sepenuhnya memasuki harga pokok, sedangkan kapital tetap hanya masuk hingga batas depresiasinya. Kedua, terdapat hubungan nilai lebihan ini dengan seluruh nilai kapital yang dikeluarkan di muka. Di sini nilai dari seluruh kapital tetap sama-sama masuk ke dalam kalkulasi seperti nilai dari kapital yang beredar. Kapital yang beredar dengan demikian setiap kali masuk secara sama ke dalam kalkulasi, sedangkan kapital tetap terlibat di dalam kasus pertama secara berbeda dari kapital yang beredar, dalam kasus kedua secara sama. Dengan demikian perbedaan antara kapital yang beredar dan kapital tetap menyatakan dirinya pada kita di sini sebagai perbedaan satu-satunya.

Kita dapat mengatakan dengan gaya Hegelian bahwa lebihan itu dicerminkan kembali pada dirinya sendiri dari tingkat laba, atau kalau tidak begitu bahwa

lebihan itu, yang dikarakterisasi secara lebih khusus oleh tingkat laba, muncul sebagai suatu lebihan yang dihasilkan oleh kapital di atas dan melampaui nilainya sendiri, secara tahunan maupun dalam suatu periode sirkulasi tertentu.

Demikian bahkan jika tingkat laba secara bilangan berbeda dari tingkat nilai- lebih, sedangkan nilai-lebih dan laba dalam kenyataan adalah sama dan bahkan secara bilangan identik, laba dengan semua itu masih merupakan suatu bentuk nilai-lebih yang telah ditransformasi, suatu bentuk yang di dalamnya asal-usul dan rahasia keberadaannya terselubung dan dihilangkan. Sesungguhnya, laba adalah bentuk penampilan nilai-lebih, dan yang tersebut belakangan dapat disaring dari yang tersebut terdahulu hanya dengan analisis. Dalam nilai-lebih, hubungan antara kapital dan kerja diungkap secara telanjang. Di dalam hubungan antara kapital dan laba, yaitu antara kapital dan nilai-lebih sebagaimana ia tampil di satu pihak sebagai suatu lebihan di atas harga pokok komoditi yang diwujudkan dalam proses sirkulasi dan di lain pihak sebagai suatu lebihan yang ditentukan secara lebih cermat oleh hubungannya dengan seluruh kapital, kapital muncul sebagai

suatu hubungan dengan dirinya sendiri, suatu hubungan yang di dalamnya

ia itu dibedakan, sebagai suatu jumlah nilai asli, dari suatu nilai baru lain yang ia nyatakan. Tampak pada kesadaran seakan-akan kapital menciptakan nilai baru ini dalam perjalanan gerakannya melalui proses produksi dan sirkulasi itu. Namun bagaimana ini terjadi kini dimistifikasikan, dan tampaknya berasal dari kualitas- kualitas tersembunyi yang melekat di dalam kapital itu sendiri.

Semakin jauh kita menjejaki proses valorisasi kapital, semakin pula hubungan