• Tidak ada hasil yang ditemukan

FLUKTUASI DALAM HARGA BAHAN MENTAH; PENGARUH LANGSUNG ATAS TINGKAT LABA

pengolahan gilingan dan roti Aku dapat juga menjelaskan dengan cara ini keadaan yang luar-biasa yang dilaporkan Pliny (XVIII, c 20) Tepung dijual di Roma 40, 48 atau 96 as per modus,

I. FLUKTUASI DALAM HARGA BAHAN MENTAH; PENGARUH LANGSUNG ATAS TINGKAT LABA

Di sini, seperti sebelumnya, kita mengasumsikan tiada terdapat perubahan dalam tingkat nilai-lebih. Ini suatu asumsi yang diharuskan, jika kita mesti menyelidiki situasi itu dalam bentuknya yang murni. Namun, jelas dimungkinkan, pada suatu tingkat tetap dari nilai-lebih, bagi suatu kapital tertentu mempekerjakan suatu jumlah lebih besar atau lebih kecil pekerja sebagai hasil suatu pengkerutan atau ekspansi yang ditimbulkan oleh fluktuasi-fluktuasi dalam harga-harga bahan mentah yang akan kita bahas. Di dalam kasus ini massa nilai-lebih dapat berubah, bahkan sekalipun tingkat itu tetap. Namun ini adalah suatu akibat-sampingan, yang tidak akan kita bahas di sini. Jika suatu perbaikan dalam mesin-mesin dan suatu perubahan dalam harga bahan mentah secara serentak mempengaruhi jumlah pekerja yang dipekerjakan oleh suatu kapital tertentu, atau kalau tidak tingkat upah-upah itu, maka kita hanya mesti menggabungkan (1) pengaruh dari variasi dalam dalam kapital konstan itu atas tingkat laba, dan (2) pengaruh variasi dalam upah-upah itu atas tingkat laba. Hasil kemudian langsung diketahui.

Di sini juga, seperti dalam kasus sebelumnya, mesti diperhatikan bahwa, seperti variasi-variasi yang dihasilkan dari penghematan dalam penggunaan kapital konstan, variasi-variasi yang dihasilkan dari fluktuasi-fluktuasi dalam harga bahan mentah selalu juga mempengaruhi tingkat laba, bahkan jika mereka membiarkan upah-upah, dan dengan demikian tingkat dan massa

nilai-lebih, sepenuhnya tidak terganggu. Dalam s’ v , mereka mengubah nilai

C

dari C dan karenanya nilai dari pecahan itu secara menyeluruh. Oleh karena itu adalah sepenuhnya tidak penting di sini –berbeda dari yang kita dapatkan dalam membahas nilai-lebih— dalam bidang-bidang produksi apa variasi-variasi ini terjadi; apakah cabang-cabang industri yang mereka pengaruhi memproduksi bahan-kebutuhan hidup untuk para pekerja atau kapital konstan untuk produksi bahan-kebutuhan itu itu, atau apakah variasi-variasi itu tidak mempengaruhinya. Argumen yang dikembangkan di sini sama-sama sahih manakala variasi-variasi itu terjadi dalam produksi barang kemewahan, dan dengan produksi barang kemewahan di sini kita maksudkan semua produksi yang tidak diperlukan oleh reproduksi tenaga-kerja.

Dengan bahan mentah kita juga mencakup bahan-bahan bantu seperti nila, batu-bara, gas dsb. Selanjutnya, sejauh mesin-mesin yang dibahas di bawah judul ini, itu mempunyai bahan mentahnya sendiri yang terdiri atas besi, kayu, kulit dsb. Harganya oleh karena itu juga dipengaruhi oleh fluktuasi-fluktuasi dalam harga bahan mentah bersangkutan dalam pembangunannya. Sejauh-jauh harganya dinaikkan oleh fluktuasi-fluktuasi dalam harga bahan mentah yang darinya ia terdiri, atau dari bahan bantu yang diperlukannya dalam proses operasinya, tingkat laba jatuh sebanding dengan ini, dan vice versa.

Dalam penyelidikan berikut ini kita akan membatasi diri kita pada fluktuasi- fluktuasi dalam harga bahan mentah yang sesungguhnya masuk dalam proses produksi komoditi itu, dan tidak membahas bahan mentah mesin-mesin yang berfungsi sebagai alat kerja atau bahan-bahan bantu yang diperlukan dalam penggunaan mesin-mesin itu. Satu-satu hal yang ingin kita catat di sini ialah bahwa kekayaan-kekayaan alam dalam bentuk besi, batu-bara, kayu dsb., unsur- unsur utama dalam pembangunan dan penggunaan mesin-mesin, kini tampil sebagai suatu buah alami yang dilahirkan oleh kapital dan merupakan suatu unsur dalam penentuan tingkat laba yang tidak bergantung pada tinggi atau rendahnya tingkat upah-upah.

Karena tingkat laba adalah s atau s , jelas bahwa segala sesuatu

C

c + v

yang menimbulkan suatu perubahan dalam besaran c, dan karenanya dari C, juga menimbulkan suatu perubahan dalam tingkat laba, bahkan jika s, v dan hubungan timbal-balik mereka tetap konstan. Bahan mentah, namun, merupakan suatu komponen utama dari kapital konstan. Bahkan dalam cabang-cabang industri yang tidak memakai sesuatu bahan mentahnya sendiri yang tertentu, masih terdapat bahan mentah dalam bentuk bahan bantu atau komponen- komponen dari mesin-mesin itu, dsb., dan dengan begitu fluktuasi-fluktuasinya dalam harga masih mempengaruhi tingkat laba secara bersesuaian. Jika harga bahan mentah jatuh dengan suatu jumlah yang

kita sebut d, maka s atau s diubah menjadi s atau s ,

C c + v C – d (c-d)+v’

dan tingkat laba jatuh. Selama lain-lain keadaan sama (tidak berubah), tingkat laba jatuh atau naik dalam arah berlawanan denan harga bahan mentah. Ini antara lain membuktikan betapa penting harga bahan mentah yang rendah bagi negeri-negeri industri, bahkan jika variasi-variasi dalam harga-harga bahan mentah tidak dibarengi oleh fluktuasi-fluktuasi dalam orbit penjualan produk itu, yaitu terpisah dari hubungan antara permintaan dan persediaan. Ia juga menjelaskan bagaimana perdagangan luar-negeri mempengaruhi tingkat laba, tak-peduli

sesuatu akibat yang dipunyainya atas upah-upah menjadi murahnya bahan- kebutuhan hidup yang diperlukan. Perdagangan luar-negeri khususnya mempengaruhi harga-harga bahan-bahan mentah dan bantu yang dipakai dalam industri dan pertanian. Kenyataan bahwa sesuatu pemahaman mengenai tingkat laba dan perbedaan khususnya dari tingkat nilai-lebih telah begitu sepenuhnya kurang bertanggung jawab atas suatu situasi di mana di satu pihak para ahli ekonomi yang menekankan pentingnya pengaruh harga-harga bahan mentah atas tingkat laba, sebagaimana telah terbukti dengan pengalaman praktek, memberikan hal ini suatu penjelasan teori yang palsu (Torrens), sedangkan di pihak lain para ahli ekonomi yang bertahan teguh pada azas-azas umum, seperti Ricardo, tidak mengakui pengaruh hal-hal seperti perdagangan dunia atas tingkat laba.41

Dengan demikian kita memahami betapa penting penghapusan atau pengurangan pajak-pajak impor atas bahan-bahan mentah itu bagi industri. Membiarkan masuknya bahan-bahan mentah sebebas mungkin sudah menjadi suatu doktrin azasi dari sistem perlindungan dalam pernyataannya yang lebih rasional. Ini adalah, bersamaan dengan penolakan Undang-undang Gandum, kesibukan utama dari kaum Perdagangan-Bebas Inggris, ketika mereka berjuang menghapus juga pajak/bea masuk atas kapas.

Sebagai sebuah contoh betapa pentingnya harga-harga rendah bagi bahan bantu dan tidak saja bagi bahan mentah yang sebenarnya, kita dapat mengambil bahan bantu yang juga merupakan bahan pangan yang penting: tepung, yang digunakan dalam industri katun. Hingga tahun 1837, R. H. Greg42

memperhitungkan bahwa 100.000 mesin tenun dan 250.000 perkakas tenun (tangan) yang ketika itu digunakan untuk penenunan katun di Inggris setiap tahun mengonsumsi sekitar 41 juta pon tepung untuk memuluskan bengkokan- bengkokan. Sebagai tambahan, se-per-tiga dari jumlah ini digunakan dalam pengelantangan dan proses-proses lainnya. Greg mengkalkulasi bahwa seluruh nilai tepung yang dikonsumsi dengan cara ini adalah £342.000 per tahun untuk sepuluh tahun sebelumnya. Perbandingan dengan harga-harga tepung di Daratan (Eropa) menunjukkan bahwa harga tepung yang lebih tinggi telah memaksakan pajak-pajak gandum hingga £170.000 para pemilik-pabrik setahun. Untuk tahun 1837, Greg memperkirakannya paling sedikit £200.000 dan berbicara tentang satu perusahaan tunggal yang baginya ekses harga ini mencapai jumlah £1.000 setahun. Sebagai akibatnya, “perusahaan-perusahaan manufaktur besar, orang- orang bisnis yang bijaksana dan berkalkulasi, telah mengatakan bahwa kerja sepuluh jam akan mencukupi, jika Undang-undang Gandum dibatalkan” (“Re- port of the Inspectors of Factories ... 31 October 1848,” hal. 98).

bahan mentah lainnya dihapus juga. Tetapi baru saja hal ini dicapai manakala perlawanan para pemilik-pabrik terhadap Undang-undang Sepuluh Jam Kerja telah menjadi lebih keras daripada sebelumnya, Manakala, sekalipun segala perlawanan itu, Undang-undang Sepuluh Jam itu, segera kemudian menjadi undang-undang suatu akibat langsungnya adalah suatu usaha penurunan umum upah-upah.43

Nilai bahan-bahan mentah dan bantu dengan satu gerakan tunggal masuk ke dalam nilai dari produk yang untuknya mereka itu diugunakan, sedangkan nilai dari unsur-unsr kapital tetap hanya masuk hingga batas depresiasi mereka, dan dengan demikian hanya secara berangsur-angsur. Berartilah dari sini bahwa harga produk dipengaruhi hingga suatu derajat yang sangat tinggi lebih oleh harga bahan mentah daripada oleh harga kapital tetap, sekalipun tingkat laba ditentukan oleh seluruh nilai kapital yang digunakan, tak peduli berapa banyak dari ini dikonsumsi atau tidak. Namun sudah terbukti – bahkan kalau ini hanya disebut sambil-lalu, karena kita masih mengasumsikan di sini bahwa komoditi dijual menurut nilainya dan belum berurusan dengan fluktuasi-fluktuasi dalam harga yang disebabkan oleh persaingan– bahwa ekspansi atau pengkerutan pasar bergantung pada harga komodoti masing-masing dan berada dalam suatu hubungan terbalik dengan naik atau turunnya harga ini. Tingkat laba dengan demikian jatuh lebih tajam dalam satu kasus, dan naik lebih tajam dalam kasus lainnya, daripada yang akan terjadi jika komoditi dijual menurut nilainya.

Selanjutnya, perekatan (besarnya) dan nilai mesin-mesin yang digunakan bertumbuh dengan berkembangnya produktivitas kerja, tetapi tidak dalam perbandingan yang sama seperti prodiktivitas ini sendiri, yaitu proporsi yang kepadanya mesin-mesin ini memasok suatu produk yang ditingkatkan. Demikianlkah dalam sesuatu cabang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah, yaitu apapun obyek kerja itu sudah merupakan produk dari kerja sebelumnya (di waktu lalu), produktivitas kerja yang meningkat dinyatakan justru dalam proporsi yang dengannya suatu kuantitas bahan mentah yang lebih besar menyerap suatu jumlah kerja tertentu, yaitu dalam massa bahan mentah yang meningkat yang ditransformasi menjadi produk-produk, yang digarap menjadi komoditi, dalam satu jam, misalnya. Dalam perbandingan, karenanya, dengan berkembangnya produktivitas kerja, nilai bahan mentah merupakan suatu komponen yang terus-bertumbuh dari nilai komoditi yang diproduksi, tidak saja karena ia masuk secara menyeluruh ke dalamnya, melainkan karena dalam masing-masing bagian integral dari seluruh produk, bagian yang dibentuk oleh depresiasi mesin-mesin dan bagian yang dibentuk oleh kerja yang baru ditambahkan, kedua-duanya tetap merosot. Sebagai suatu akibat dari gerakan menurun ini, suatu pertumbuhan relatif terjadi di dalam komponen nilai lainnya,

yang dibentuk oleh bahan mentah, asal saja pertumbuhan ini tidak dibatalkan oleh suatu kemerosotan setimpal di dalam nilai bahan mentah yang ditimbulkan oleh peningkatan produktivitas kerja yang diterapkan dalam ciptaannya sendiri. Ongkos yang ditimbulkan oleh sampah itu, akhirnya, berubah secara sebanding langsung dengan fluktuasi-fluktuasi dalam harga bahan mentah, naik manakala ini naik dan jatuh manakala ia jatuh. Namun, di sini juga terdapat suatu batas. Pada tahun 1850 masih dapat dikatakan:

“Satu sumber kerugian besar timbil dari suatu kenaikan dalam harga bahan mentah nyaris tak