• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PEMBAHASAN

4.2 Analisis Bahasa Seksis

4.2.7 Perempuan dan Sikap Menerima

Salah satu konsep masyarakat Jawa yang paling umum adalah budaya nerimo atau nrima. Nrima mengandung pengertian sikap menerima sesuatu sebagaimana adanya (KBBI, 2008: 969). Sikap menerima ini cenderung pasrah akan segala sesuatu yang terjadi. Dengan kata lain, nrima adalah sikap tulus dan ikhlas sekaligus menyiratkan sikap pasif. Nrima juga merupakan salah satu kepribadian yang harus dimiliki oleh perempuan Jawa dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Lega ing tyas atrus ing winati, murtining priya putri Magada, nini iku utama, suwita ing kakung, tan garantes pasrah jiwa, raga nadyan anetep den iris-iris, ing raka tan lenggana, limpat graitane sereh, iku yogya tiniru, Citrawati gurune estri.

(Rela dihati sampai perbuatan, permata lelaki putri Magada, nini itu utama, mengabdi lelaki, tidak mengeluh pasrah jiwa, meskipun dipepatkan dan dipotong-potong, oleh suami tidak merasakan, cerdas tak berprasangka, itu baik ditiru, Citrawati isteri tauladan)

(Soedarsono & Murniatmo, 1986: 31)

Teks di atas mengungkapkan mengenai bagaimana pasifnya seorang perempuan yang tidak boleh mengungkapkan kemelut yang timbul dalam hatinya.

Bukan hanya tidak boleh membicarakan melalui omongan melainkan juga tidak boleh mengekspresikannya dari mimik wajah.

“…A woman? Forgive me, but you don’t strike me as the passionate type.”

“…Untuk seorang perempuan? Maaf, bagiku kau bukan tipe pemburu perempuan”.

Teks tersebut diucapkan Tano pada Anthony saat mereka bernegosiasi mengenai keberadaan teks Injil kuno yang tidak boleh sampai keluar dari negara Mesir. TSu menggunakan adjektiva passionate yang dalam hal ini mengandung pengertian bernafsu atau memiliki hasrat yang menggebu. Menurut Cambridge Learner’s Dictionary, passionate adalah having a strong, sexual feeling for someone.

Adjektiva tersebut digunakan sebagai bentuk kontrastif dari pribadi Anthony dikenal oleh Tano sebagai pribadi yang cenderung tenang.

TSa menggunakan nomina ‘pemburu perempuan’ yang menggantikan adjektiva passionate, yang mengandung pengertian orang yang kerjanya berburu binatang (KBBI, 2008: 227). Meskipun nomina pemburu erat kaitannya dengan binatang, namun hal tersebut tidak akan dibahas lebih lanjut, karena banyak konteks

situasi yang menggunakan verba ‘buru’ tanpa perlu mengaitkannya dengan binatang.

Hal tersebut juga didukung oleh nomina ‘pemburuan’ yang juga ada dalam KBBI dan mengandung arti proses, cara, perbuatan memburu dan pengejaran (2008: 227).

‘Pemburu’ yang akan dibahas lebih condong tentang makna yang menyiratkan keaktifan kaum lelaki untuk ‘memburu’ perempuan. Perempuan dianggap suatu objek buruan. Bukan sebaliknya, perempuan tabu jika melakukan ‘pemburuan’ terhadap lelaki. Porsi perempuan hanya sebatas menanti dengan sikap nrima datangnya seorang ‘pemburu’, sehingga tidak memiliki kuasa untuk menentukan ‘pemburu’

mana yang boleh memburunya dan mana yang tidak.

Bentuk lain yang menggambarkan kepasifan seorang perempuan terlihat dalam teks berikut:

She let her shoulder touch his

Gemma membiarkan bahu mereka bersentuhan

Dalam penjelasan mengenai tabel 2, sudah diuraikan mengenai konfiks ber-an dalam ‘bersentuhan yang menunjukkan makna ‘saling’. Sehingga meskipun Gemma

‘membiarkan’ terjadinya kontak bahu antara dirinya dengan Anthony, hal tersebut bukanlah sesuatu yang dimulai dari dirinya. Melainkan dimulai dari kedua belah pihak, Gemma dan Anthony.

4.3 Jenis Bahasa Seksis

Perbincangan mengenai jenis bahasa seksis, akan berujung pada tipologi teks.

Yang dimaksud teks disini bukanlah sumber data secara keseluruhan, melainkan teks-teks yang telah diklasifikasikan menjadi data dan telah diuraikan pada sub bab sebelumnya.

Jenis bahasa seksis terdiri atas dua yaitu monologis dan dialogis. Monologis yaitu jenis yang hanya memunculkan satu pelibat saja, dalam hal ini adalah narator atau tokoh utama dalam novel. Sementara dialogis memunculkan keterkaitan antar pelibat.

Dalam sumber data yang digunakan, dialogis adalah jenis bahasa seksis yang paling mendominasi. Hal tersebut dibuktikan dengan kutipan-kutipan percakapan yang telah dipaparkan dalam sub bab sebelumnya. Selain itu, kedialogisan tersebut juga menyebabkan banyaknya pergeseran makna teks yang berujung pada seksisme.

Dari 130 teks yang dijadikan data analisis, 96 diantaranya berbentuk penggalan percakapan dalam novel dan 34 lainnya berbentuk monolog.

Apabila konstruksi bahasa bersifat monologis maka pengarang tidak perlu membagi dua jenis bahasa yang berbeda. Tidak perlu mengklasifikasikan mana kiranya diksi yang sesuai diucapkan lelaki dan diksi mana yang sekiranya yang tepat digunakan oleh perempuan. Resurrection adalah novel yang ditulis oleh perempuan dan memiliki tokoh utama perempuan, oleh karenanya Malarkey hanya menuangkan tulisan berdasarkan dirinya sendiri yang coba disesuaikan dengan zaman penulisan cerita novel yaitu perang dunia I. Berbeda ketika Malarkey membangun kontruksi

bahasa yang bersifat dialogis, maka ada kerenggangan yang dikarenakan pembagian bahasa antar dua jenis kelamin. Tak dipungkiri perbedaan tersebut juga secara tidak langsung tercerminkan dalam terjemahan Subiyanto. Bahasa-bahasa seksis yang dominan muncul bersifat dialogis.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah membaca dan menganalisis novel Resurrection karya Tucker Malarkey dan terjemahannya, Kebangkitan, karya Arif Subiyanto dengan menggunakan teori terjemahan Gain and Loss in Translation Nida serta teori bahasa dan jender Lakoff, maka ditemukan kesimpulan sebagai berikut:

a) Diksi yang digunakan antar pelibat dalam kedua novel berbeda satu sama lain.

Resurrection menawarkan diksi yang halus pada pelibat perempuan, sementara diksi yang cenderung kasar banyak digunakan oleh pelibat lelaki. Sementara Kebangkitan yang diterjemahkan oleh pria, menyuguhkan diksi yang cenderung serupa antar pelibat. Tidak mudah menemukan perbedaan dari diksi yang digunakan baik oleh pelibat perempuan maupun lelaki.

b) Bahasa seksis tergambar dari banyaknya perubahan dari TSu ke dalam TSa yang dalam penelitian ini dikaitkan dengan budaya asal penerjemah yaitu budaya Jawa.

Konsep-konsep budaya Jawa yang digunakan dikutip dari penggalan naskah sastra Jawa kuno, Serat Candrarini yang beberapa konsep mengenai kepribadian ideal perempuan Jawa masih diterapkan sampai sekarang. Poin yang disoroti untuk menganalisis bahasa seksis dalam terjemahan antara lain perempuan dan wanita, perempuan dan lelaki, perempuan dan pengambilan keputusan,

perempuan dan fisik, perempuan dan rumah tangga, perempuan dan kesopanan, serta perempuan dan sikap menerima. Analisis yang dihasilkan tidak mengungkapkan bahwa novel Kebangkitan merupakan novel yang sarat dengan bahasa seksis. Melainkan hanya sampai pada kesimpulan bahwa ada unsur-unsur seksis yang muncul dalam Kebangkitan yang disebabkan oleh perbedaan jender antara pengarang dan penerjemah.

c) Jenis bahasa seksis yang muncul dalam terjemahan lebih bersifat dialogis, yaitu melibatkan antar pelibat baik perempuan maupun lelaki. Dari 130 teks yang dijadikan data analisis, 96 diantaranya berbentuk penggalan percakapan dalam novel.

5.2 Saran

Penelitian mengenai bahasa seksis dalam kajian terjemahan memberikan gambaran bagaimana bahasa masih menjadi ruang ekspresi bagi lingkungan sosial budaya masyarakat Indonesia. Ini terlihat dari beberapa unsur patriarkat yang masih tergurat dalam terjemahan karya Arif Subiyanto. Selain itu, penelitian ini juga memberikan deskripsi bagaimana ideologi yang dianut seseorang dapat termanifestasikan baik secara sadar ataupun tidak ke dalam pekerjaannya.

Penelitian ini merupakan penelitian yang berorientasi pada produk, sehingga melepaskan diri dari maksud penulis novel serta penerjemah. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji seksisme dalam bahasa dapat memfokuskan pada kajian yang lebih khusus mengenai bagaimana ideologi

seorang penerjemah dapat diejawantahkan ke dalam karya terjemahan yang dianalisis dari sudut proses penerjemahan. Selain itu, bahasa dan jender juga masih bisa dikembangluaskan dalam ranah terjemahan dengan menganalisis hasil terjemahan antara penerjemah perempuan dan penerjemah laki-laki pada produk yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Amaliasari, Dian. ___. Uang dan Perempuan dalam Novel Sintren. Bandung:

Universitas Padjajaran. Diunduh dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/uang_dan_ruang_perempuan_dlm_novel_sintren.pdf , tanggal 9 Desember 2011.

Amalia, Fraida. 2007. Peningkatan Kemampuan Menerjemahkan Bahasa Perancis ke dalam Bahasa Indonesia melalui Model Penerjemahan Pedagogis-Profesional. Tesis. Bandung: FPBS UPI.

Bahasa, Pusat. ____. Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Mizan.

Basow, Susan A. 1992. Gender Stereotypes and Roles. USA: Brooks/Cole Publishing Company.

Bleicher, Josef. 2003. Hermeutika Kontemporer: Hermeneutika sebagai Metode, Filsafat, dan Kritik. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Budaya Nusantara. Sastra Wulang dari Abad XIX: Serat Candrarini (habis). 2010.

Diunduh dari http://budayanusantara.blogsome.com/2010/05/20/sastra-wulang-dari-abad-xix-serat-candrarini-2/, tanggal 12 Maret 2012.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cindy. 2007. We All Fall Down: Interview with Author Tucker Malarkey. Diunduh dari http://www.weallfalldown.blogspot.com/2007/04/interview-with-author-tucker-malarkey.html, tanggal 26 November 2011.

Collins, H. 1997. Cobuild English Dictionary. Birmingham: Harper Collins.

Echols, John M. & Shadily, Hassan. 2007. Kamus Indonesia-Inggris. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Fakih, Mansour. 2004. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Gadamer, Hans-Georg. 2004. Kebenaran dan Metode: Pengantar Filsafat Hermeneutika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gautama, M.P. dkk. 2003. Budaya Jawa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah BPPT.

Ginting, Paham. 2006. Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian. Medan: USU Press.

Goddard, Angela., & Patterson, Lindsey M. 2000. Intertext: Language and Gender.

London: Routledge.

Grondin, Jean. 2007. Sejarah Hermeneutik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Handayani, C.S & Novianto, A. 2004. Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.

Hasanudin, D.R. & Ruhiyat, Tedi. 2006. Budaya, Bahasa, Semiotika: Sebuah Catatan Kecil. Bandung: Balatin Pratama.

Hidayat, Aat. 2010. Epistemologi Hermeneutik Hans Georg-Gadamer: Menyelami Kedalaman Tradisi, Menuai Kelezatan Makna. Diunduh dari:

http://aathidayat.wordpress.com/2010/04/06/hermeneutika-gadamer/, tanggal 30 Januari 2012.

Holmes, Janet. & Meyerhoff, Miriam. 2003. The Handbook of Language and Gender.

USA: Blackwell Publishing Ltd.

Hornby, AS. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English.

Oxford: Oxford University Press.

Kartodirdjo, Sartono.dkk,. 1988. Beberapa Segi Etika dan Etiket Jawa. Yogyakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara.

Kuntjara, Esther. 2011. Jender dan Bahasa. Disajikan dalam Seminar GN di Surabaya.

Lakoff, Robin T. 2004. Language and Woman’s Place: Text and Commentaries. New York: Oxford Univerity Press,Inc.

Li, Bo. 2011. The Images of Women in Translation in Hong Kong Chinese Newspapers in the Early Twentieth Century: A Case Study of The Chinese

Translation of the Brotherhood of the Seven Kings Yousuowei Bao (1905-1906). Disajikan dalam Persidangan Penerjemahan Antar Bangsa.

Diselenggarakan oleh Persatuan Penterjemahan Malaysia.

Machali, R. 2009. Pedoman bagi Penerjemah: Panduan lengkap bagi Anda yang ingin menjadi penerjemah. Bandung: Kaifa.

Malarkey, Tucker. 2006. Resurrection. New York: Riverhead Books

Malarkey, Tucker. 2007. Kebangkitan (Diterjemahkan oleh Arif Subiyanto dari Resurrection). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Martin, J.R., & Rose, D. 2007. Working with Discourse Meaning beyond the Clause.

British: Library of Congress Cataloging – in – Publication Data.

Morales, Franc., & Gilner, Leah. 2009. The Sage’s English Dictionary and Thesaurus Version 3.1.2. United States: Princeton University.

Munday, Jeremy. 2001. Introducting Translation Studies: Theories and Applications.

London: Routledge.

Nababan, M. ____. Equivalence in Translation: Some Problem-Solving Strategies.

Diunduh dari:

http://www.unisa.it/uploads/2242/equivalence_translation_some_problem_sol ving_strategies.pdf, tanggal 12 Oktober 2011.

Nababan, M. 2004. Paham dan Perilaku Seksis dalam berbahasa. Makalah yang disajikan dalam Kongres Linguistik Tahunan Atma Jaya: Tingkat Internasional. Diselenggarakan oleh Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya.

Netra, I Made. 2009. Perilaku Seksis dalam Bahasa Seni Pertunjukkan Ragam Humor di Kota Denpasar (Kajian Bahasa dan Jender). Makalah yang disajikan dalam Logat (Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Nida, E. 1975. Language Structure and Translation. Standford, California: Standford University Press.

Nida, E.A. & C.R. Taber. 1982. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J.

Brill.

Nida, E. 1964. Towards a Science of Translating. Leiden: E.J. Brill.

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Kanisius. Diunduh dari http://www.teguhwirwan.blogdetik.com/2009/07/19/kajian-unsur- psikologi-novel-%E2%80%9Colenka%E2%80%9D-karya-budi-darma-dan-rencana-pembelajarannya-di-sma, tanggal 14 Desember 2011.

Ore, Tracy E. 2000. The Social Construction of Difference and Inequality Race, Class, Gender, and Sexuality. California: Mayfield Publishing Company.

Pyle, Michael A., & Page, Mary EM. 2005. Toefl Preparation Guide. USA: John Willey & Sons Inc.

Ravertz, Jerome R. 2004. Filsafat Ilmu: Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Robinson, Kathryn., & Bessel, Sharon. 2002. Woman in Indonesia: Gender, Equity and Development. Singapore: Institute of South Asian Studies.

Rosliani. 2009. Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis.

Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Santoso, Anang. 2009. Bahasa Perempuan: Sebuah Potret Ideologi Perjuangan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development-Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:

Erlangga.

Sastriyani, Siti H. 2004. Studi Gender dalam Komik-Komik Prancis Terjemahan.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Silalahi, Roswita. 2009. Dampak, Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Sinar, T.S. 2004. Isu-Isu Ideologi Jender Kebahasaan. Teks pidato yang disajikan pada Upacara Peringatan Dies Natalies ke -52 Universitas Sumatera Utara.

Setia, Eddy. 2007. Terjemahan, Permasalahan dan Beberapa Pendekatan. Medan:

Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21294/1/log-okt2007-3%20%281%29.pdf, tanggal 9 Desember 2011.

Setiawan, Ebta. 2007. Freeware Kamus 2.03. Diunduh dari http://ebsoft.web.id.

Soedarsono, R.M., & Murniatmo, Gatut. 1986. Nilai Anak dan Wanita dalam Masyarakat Jawa. Diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Bagian Jawa.

Sudarwati & Jupriono D. Betina, Wanita, Perempuan: Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis, Pragmatik. FSU in the Limelight, Volume 5 No 1, July

1997. Diunduh dari

http://www.angelfire.com/journal/fsulimelight/betina/html., pada tanggal 30 Januari 2012.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Surachmad. W. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik.

Bandung: Tarsito.

Susanto, Budi. dkk,. 1992. Citra Wanita dan Kekuasaan (Jawa). Yogyakarta:

Kanisius

Susanto, B. 2007. Sisi Senyap Politik Bising. Yogyakarta: Kanisius.

Sutopo. H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Suyanto. 2007. Stereotip Perempuan dalam Bahasa Indonesia dalam Ranah Rumah Tangga di Pantai Utara Jawa Tengah. Diunduh dari:

http://staff.undip.ac.id/sastra/suyanto/, tanggal 31 Oktober 2011.

Tim Redaksi KBBI Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia.

Verhaak, C. & Imam, R.H. 1995. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Walt, Wolfram. 1991. Dialects and American English. The United States of America:

University of the District of Columbia and Center for Applied Linguistics.

Widyatama, R. 2005. Bias Gender dalam Iklan Televisi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Wulandari, Lola. ____. Perkembangan Kata Perempuan dan Wanita. Diunduh dari http://www.terimakasihku.com/view.php?id=1758., pada tanggal 30 Januari 2012.

__________. Apa Bedanya: “Kawin” – “Nikah” – “Married” – “Merit” . Diunduh dari www.pondokbahasa.wordpress.com, tanggal 3 Januari 2012.

__________. Bab II Tinjauan Pustaka. Pengertian Novel. Diunduh dari http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18254/4/Chapter%2011 .pdf, tanggal 26 November 2011.

__________. 2004. Cambridge Learner’s Dictionary 2nd Edition. Copenhagen:

TEXTware A/S.

__________. 2004. Cambridge Smart Thesaurus. Copenhagen: TEXTware A/S.

__________. Constrastive Analysis. Diunduh dari

http://www.en.m.wikipedia.org/wiki/Contrastive_analysis, pada tanggal 25 Maret 2012.

__________. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18028/4/Chapter%20II.pdf, tanggal 9 Desember 2011.

__________. Interjections. Diunduh dari www.englishclub.com, tanggal 7 Mei 2011.

__________. 2011. Konfiks dan Kombinasi Imbuhan. Diunduh dari http://www.situsbahasa.info/2011/11/konfiks-dan-kombinasi-imbuhan.html, pada tanggal 10 April 2012.

__________. 2011, Usual Storyline: Perempuan Jawa. Diunduh dari:

http://maxheartwood.wordpress.com/2011/09/25/perempuanjawa/, pada tanggal 1 Mei 2012.

__________. 2004. What is Contrastive Analysis. Diunduh dari http://www.sil.org/linguistics/GlossaryOfLinguisticTerms/WhatIsContrastive Analysis.htm, pada tanggal 25 Maret 2012.

LAMPIRAN 1:

Sinopsis

Novel Resurrection berangkat dari sebuah kisah nyata di tahun 1945 mengenai penemuan teks Gnostik kuno di daerah Mesir yang meriwayatkan kehidupan dan sabda Yesus selama hidup. Penemuan tersebut dibingkai dengan cerita fiksi cinta segitiga antara Gemma Bastian, Anthony dan Michael Lazar.

Gemma adalah seorang lepasan perawat di London yang menjalani kehidupannya dalam kecamuk perang dunia. Semenjak ayahnya, Charles Bastian, yang bekerja sebagai Arkeolog meninggal secara misterius di Mesir, Gemma memutuskan untuk hijrah ke Mesir guna mengurusi segala pemakamannya. Namun, secara tak sengaja dia menemukan beberapa berkas milik ayahnya yang cukup menarik. Gemma ingin menelusuri apa yang telah sebelumnya ditelusuri Charles, sekaligus ingin mengisi kekosongan hatinya tentang Tuhan.

Di Mesir, Gemma tinggal bersama keluarga Lazar yang merupakan sahabat dekat ayahnya. Kedua anak dari keluarga Lazar, Michael dan Anthony, memiliki perasaan khusus pada Gemma.

Gemma membantu Michael untuk lepas dari bayang-bayang perang dunia yang pernah menjadi masa keemasan Michael sekaligus menyebabkan kecacatan pada kakinya. Sedangkan Gemma dan Anthony terlibat kerjasama untuk menemukan teks-teks injil yang hilang (Thomas, Philip, Mary dan Thunder) sekaligus mengungkap aliran Kristen tertua.

Kisah cinta segitiga berakhir dengan tewasnya Michael dan Gemma menyusul Anthony ke Kharga.

EPILOG:

Albert Eid menyelundupkan Kodeks 1 ke Amerika pada tahun 1949 dan mencoba menjualnya dengan harga $22,000. Gagal menjualnya di Amerika, dia melarikan teks itu ke Belgia dan menyimpannya di sebuah deposit box. Seorang professor berkebangsaan Belanda, Gilles Quispel, membujuk psikoanalisis dari Swiss, Carl Jung, agar membeli kodeks tersebut. Selama bertahun-tahun Jung sangat tertarik dengan kaum Gnostik, dan keberadaan materi baru itu memungkinkan dia menulis lebih banyak mengenai aliran Gnostik. Jung akhirnya membeli kodeks itu dan membawanya ke Zurich. Kodeks itu sekarang dikenal sebagai “Kodeks Jung”.

Sebagian besar teks itu selama bertahun-tahun disimpan oleh Maria (“Angela”) Dattari. Dibantu Phocion Tano, Dattari berkali-kali berusaha menjual dan menyelundupkan teks-teks itu keluar dari Mesir, namun semua upaya itu gagal.

Ketika teks-teks itu akhirnya disita Pemerintah Mesir pada awal tahun 1950-an, Dattari menuntut ganti rugi sebesar $100,000. Tak sepeser pun uang dia dapatkan.

Koleksi itu dinyatakan sebagai milik negara Mesir pada tahun 1952, dan sekarang bisa dilihat di Museum Koptik di Cairo.

Selama dua dasawarsa sesudah itu ada pertarungan lain yang tak kalah sengitnya:

persaingan di kalangan ilmuwan internasional untuk dapat mempelajari kodeks-kodeks itu. Dr. Pahor Lahib, Direktur Museum Koptik yang baru, sangat membatasi

akses terhadap teks-teks itu. Hanya segelintir orang saja yang boleh melihatnya, dan mereka sudah disumpah untuk merasahasiakan apa yang mereka lihat. Baru pada tahun 1970-an salinan teks Nag Hammadi bisa dibaca oleh masyarakat luas.

Perjalanan injil-injil di Nag Hammadi sejak awal petualangannya senantiasa diwarnai berbagai kejadian aneh. Satu persatu kendala datang dan mencegah upaya untuk menunjukkan injil-injil purba itu kepada khalayak.

LAMPIRAN 2:

Serat Candrarini Ranggawarsitan

Dalam serat Candrarini digambarkan figur wanita yang baik oleh istri-istri Arjuna. Wara Sumbadra sebagai figur putri yang sederhana, tidak banyak bicara dengan wajah yang selalu ceria, sangat pemaaf dan setia kepada suami. Terhadap madu (istri lain), mengganggap sebagai saudara yang sama-sama mengabdi pada suami.

Dewi Manuhara menjadi figur wanita yang susila, perkataannya halus, menyenangkan, bersikap baik terhadap madunya dan tidak bersikap angkuh serta dapat melihat situasi (tanggap sasmita). Dewi Ulupi sebagai figur wanita yang menarik hati, berwajah ceria, luwes dalam berbicara, serta siap dengan kebutuhan suami. Dalam bertindak tetap menjaga kewaspadaan oleh karena itu sangat disegani oleh rakyatnya.

Ratna Gandawati adalah figur wanita yang berwibawa, bersikap tenang, halus bicaranya, teliti dalam bekerja dan bertindak. Susila terhadap suami, akrab terhadap para madu dan selalu siap dengan apa yang harus dikerjakan wanita. Wara Srikandi merupakan figur wanita yang cekatan, lantang berbicara dan luwes dalam penampilan. Siap bekerja apabila diperintahkan oleh suami dan tidak pernah mendua.

Terhadap para madu tidak pernah marah atau bersikap tidak senang. Terhadap mertua sangat sayang dan berbakti, setiap hari selalu menyiapkan kesukaan mertua.

(Soedarsono & Murniatmo, 1986: 14)

“PUPUH I”

S I N O M

1. Kang hagnya gita Srinata / ing Surakarta nagari / Paku Buwana ping sanga / mangun wasitaning estri / ingkang cinitreng ari / Respati tanggal ping pitu / Jumadil akir wulan / kang nêmbe sangkaleng warsi / miyarsakna trusing kang sabda Narendra.

2. Liring kang wiyata harja / ujar ugêring pawestri / kang winayuh dennya krama / yogya ngupakareng dhiri / manjêrnih mardi weni / wewinda ganda rum arum / umarah ngadu warna / winor ing nayana manis / mangesthiya ing reh cumodhong ing karsa.

3. Awit jenenging wanodya / pêgat dennya palakrami / nistha nir kadarmanira / wigar denira dumadi / sami lan mangun teki / kang badhar subratanipun / punggêl kasêlan cipta / marma sagunging pawestri / marsudiya wadadaning palakrama.

4. Den kadi duk jaman purwa / garwanta Sang Pandhusiwi / kang kocap layang wiwaha / lêlima ayu linuwih / tiga putraning aji / kang kalih atmajeng wiku / pantês dadya tuladha / estri kang kanggep ing krami / winursita dyah lima candraning warna.

5. Kang sepuh Wara Sembadra / saking Mandura nagari / atmaja Sri Basudewa / ing warna ngrêsêpkên ati / sumeh kang netra lindri / pasaja ing driya tangguh / sêmu kurang budaya / awijang dedeg rêspati / kuning wênês labate amung kêpama.

6. Tan pati ngadi busana / mangu kadung yen lumaris / jatmika arang ngandika

6. Tan pati ngadi busana / mangu kadung yen lumaris / jatmika arang ngandika

Dokumen terkait