• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.2 Saran

Penelitian mengenai bahasa seksis dalam kajian terjemahan memberikan gambaran bagaimana bahasa masih menjadi ruang ekspresi bagi lingkungan sosial budaya masyarakat Indonesia. Ini terlihat dari beberapa unsur patriarkat yang masih tergurat dalam terjemahan karya Arif Subiyanto. Selain itu, penelitian ini juga memberikan deskripsi bagaimana ideologi yang dianut seseorang dapat termanifestasikan baik secara sadar ataupun tidak ke dalam pekerjaannya.

Penelitian ini merupakan penelitian yang berorientasi pada produk, sehingga melepaskan diri dari maksud penulis novel serta penerjemah. Oleh karena itu, disarankan kepada peneliti lain yang tertarik untuk mengkaji seksisme dalam bahasa dapat memfokuskan pada kajian yang lebih khusus mengenai bagaimana ideologi

seorang penerjemah dapat diejawantahkan ke dalam karya terjemahan yang dianalisis dari sudut proses penerjemahan. Selain itu, bahasa dan jender juga masih bisa dikembangluaskan dalam ranah terjemahan dengan menganalisis hasil terjemahan antara penerjemah perempuan dan penerjemah laki-laki pada produk yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Amaliasari, Dian. ___. Uang dan Perempuan dalam Novel Sintren. Bandung:

Universitas Padjajaran. Diunduh dari http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/03/uang_dan_ruang_perempuan_dlm_novel_sintren.pdf , tanggal 9 Desember 2011.

Amalia, Fraida. 2007. Peningkatan Kemampuan Menerjemahkan Bahasa Perancis ke dalam Bahasa Indonesia melalui Model Penerjemahan Pedagogis-Profesional. Tesis. Bandung: FPBS UPI.

Bahasa, Pusat. ____. Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Mizan.

Basow, Susan A. 1992. Gender Stereotypes and Roles. USA: Brooks/Cole Publishing Company.

Bleicher, Josef. 2003. Hermeutika Kontemporer: Hermeneutika sebagai Metode, Filsafat, dan Kritik. Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru.

Budaya Nusantara. Sastra Wulang dari Abad XIX: Serat Candrarini (habis). 2010.

Diunduh dari http://budayanusantara.blogsome.com/2010/05/20/sastra-wulang-dari-abad-xix-serat-candrarini-2/, tanggal 12 Maret 2012.

Bungin, Burhan. 2008. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Cindy. 2007. We All Fall Down: Interview with Author Tucker Malarkey. Diunduh dari http://www.weallfalldown.blogspot.com/2007/04/interview-with-author-tucker-malarkey.html, tanggal 26 November 2011.

Collins, H. 1997. Cobuild English Dictionary. Birmingham: Harper Collins.

Echols, John M. & Shadily, Hassan. 2007. Kamus Indonesia-Inggris. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Fakih, Mansour. 2004. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Gadamer, Hans-Georg. 2004. Kebenaran dan Metode: Pengantar Filsafat Hermeneutika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gautama, M.P. dkk. 2003. Budaya Jawa dan Masyarakat Modern. Jakarta: Pusat Pengkajian Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah BPPT.

Ginting, Paham. 2006. Filsafat Ilmu dan Metode Penelitian. Medan: USU Press.

Goddard, Angela., & Patterson, Lindsey M. 2000. Intertext: Language and Gender.

London: Routledge.

Grondin, Jean. 2007. Sejarah Hermeneutik. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Handayani, C.S & Novianto, A. 2004. Kuasa Wanita Jawa. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.

Hasanudin, D.R. & Ruhiyat, Tedi. 2006. Budaya, Bahasa, Semiotika: Sebuah Catatan Kecil. Bandung: Balatin Pratama.

Hidayat, Aat. 2010. Epistemologi Hermeneutik Hans Georg-Gadamer: Menyelami Kedalaman Tradisi, Menuai Kelezatan Makna. Diunduh dari:

http://aathidayat.wordpress.com/2010/04/06/hermeneutika-gadamer/, tanggal 30 Januari 2012.

Holmes, Janet. & Meyerhoff, Miriam. 2003. The Handbook of Language and Gender.

USA: Blackwell Publishing Ltd.

Hornby, AS. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English.

Oxford: Oxford University Press.

Kartodirdjo, Sartono.dkk,. 1988. Beberapa Segi Etika dan Etiket Jawa. Yogyakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara.

Kuntjara, Esther. 2011. Jender dan Bahasa. Disajikan dalam Seminar GN di Surabaya.

Lakoff, Robin T. 2004. Language and Woman’s Place: Text and Commentaries. New York: Oxford Univerity Press,Inc.

Li, Bo. 2011. The Images of Women in Translation in Hong Kong Chinese Newspapers in the Early Twentieth Century: A Case Study of The Chinese

Translation of the Brotherhood of the Seven Kings Yousuowei Bao (1905-1906). Disajikan dalam Persidangan Penerjemahan Antar Bangsa.

Diselenggarakan oleh Persatuan Penterjemahan Malaysia.

Machali, R. 2009. Pedoman bagi Penerjemah: Panduan lengkap bagi Anda yang ingin menjadi penerjemah. Bandung: Kaifa.

Malarkey, Tucker. 2006. Resurrection. New York: Riverhead Books

Malarkey, Tucker. 2007. Kebangkitan (Diterjemahkan oleh Arif Subiyanto dari Resurrection). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Martin, J.R., & Rose, D. 2007. Working with Discourse Meaning beyond the Clause.

British: Library of Congress Cataloging – in – Publication Data.

Morales, Franc., & Gilner, Leah. 2009. The Sage’s English Dictionary and Thesaurus Version 3.1.2. United States: Princeton University.

Munday, Jeremy. 2001. Introducting Translation Studies: Theories and Applications.

London: Routledge.

Nababan, M. ____. Equivalence in Translation: Some Problem-Solving Strategies.

Diunduh dari:

http://www.unisa.it/uploads/2242/equivalence_translation_some_problem_sol ving_strategies.pdf, tanggal 12 Oktober 2011.

Nababan, M. 2004. Paham dan Perilaku Seksis dalam berbahasa. Makalah yang disajikan dalam Kongres Linguistik Tahunan Atma Jaya: Tingkat Internasional. Diselenggarakan oleh Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya.

Netra, I Made. 2009. Perilaku Seksis dalam Bahasa Seni Pertunjukkan Ragam Humor di Kota Denpasar (Kajian Bahasa dan Jender). Makalah yang disajikan dalam Logat (Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Nida, E. 1975. Language Structure and Translation. Standford, California: Standford University Press.

Nida, E.A. & C.R. Taber. 1982. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J.

Brill.

Nida, E. 1964. Towards a Science of Translating. Leiden: E.J. Brill.

Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Kanisius. Diunduh dari http://www.teguhwirwan.blogdetik.com/2009/07/19/kajian-unsur- psikologi-novel-%E2%80%9Colenka%E2%80%9D-karya-budi-darma-dan-rencana-pembelajarannya-di-sma, tanggal 14 Desember 2011.

Ore, Tracy E. 2000. The Social Construction of Difference and Inequality Race, Class, Gender, and Sexuality. California: Mayfield Publishing Company.

Pyle, Michael A., & Page, Mary EM. 2005. Toefl Preparation Guide. USA: John Willey & Sons Inc.

Ravertz, Jerome R. 2004. Filsafat Ilmu: Sejarah & Ruang Lingkup Bahasan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Robinson, Kathryn., & Bessel, Sharon. 2002. Woman in Indonesia: Gender, Equity and Development. Singapore: Institute of South Asian Studies.

Rosliani. 2009. Novel Karya Bokor Hutasuhut: Pendekatan Hermeneutika Historis.

Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Santoso, Anang. 2009. Bahasa Perempuan: Sebuah Potret Ideologi Perjuangan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development-Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:

Erlangga.

Sastriyani, Siti H. 2004. Studi Gender dalam Komik-Komik Prancis Terjemahan.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Silalahi, Roswita. 2009. Dampak, Teknik, Metode dan Ideologi Penerjemahan pada Kualitas Terjemahan Teks Medical-Surgical Nursing dalam Bahasa Indonesia. Tesis. Medan: Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Sinar, T.S. 2004. Isu-Isu Ideologi Jender Kebahasaan. Teks pidato yang disajikan pada Upacara Peringatan Dies Natalies ke -52 Universitas Sumatera Utara.

Setia, Eddy. 2007. Terjemahan, Permasalahan dan Beberapa Pendekatan. Medan:

Universitas Sumatera Utara. Diunduh dari:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21294/1/log-okt2007-3%20%281%29.pdf, tanggal 9 Desember 2011.

Setiawan, Ebta. 2007. Freeware Kamus 2.03. Diunduh dari http://ebsoft.web.id.

Soedarsono, R.M., & Murniatmo, Gatut. 1986. Nilai Anak dan Wanita dalam Masyarakat Jawa. Diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Bagian Jawa.

Sudarwati & Jupriono D. Betina, Wanita, Perempuan: Telaah Semantik Leksikal, Semantik Historis, Pragmatik. FSU in the Limelight, Volume 5 No 1, July

1997. Diunduh dari

http://www.angelfire.com/journal/fsulimelight/betina/html., pada tanggal 30 Januari 2012.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Surachmad. W. 1990. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode dan Teknik.

Bandung: Tarsito.

Susanto, Budi. dkk,. 1992. Citra Wanita dan Kekuasaan (Jawa). Yogyakarta:

Kanisius

Susanto, B. 2007. Sisi Senyap Politik Bising. Yogyakarta: Kanisius.

Sutopo. H.B. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Suyanto. 2007. Stereotip Perempuan dalam Bahasa Indonesia dalam Ranah Rumah Tangga di Pantai Utara Jawa Tengah. Diunduh dari:

http://staff.undip.ac.id/sastra/suyanto/, tanggal 31 Oktober 2011.

Tim Redaksi KBBI Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia.

Verhaak, C. & Imam, R.H. 1995. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Walt, Wolfram. 1991. Dialects and American English. The United States of America:

University of the District of Columbia and Center for Applied Linguistics.

Widyatama, R. 2005. Bias Gender dalam Iklan Televisi. Yogyakarta: Media Pressindo.

Wulandari, Lola. ____. Perkembangan Kata Perempuan dan Wanita. Diunduh dari http://www.terimakasihku.com/view.php?id=1758., pada tanggal 30 Januari 2012.

__________. Apa Bedanya: “Kawin” – “Nikah” – “Married” – “Merit” . Diunduh dari www.pondokbahasa.wordpress.com, tanggal 3 Januari 2012.

__________. Bab II Tinjauan Pustaka. Pengertian Novel. Diunduh dari http://www.repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18254/4/Chapter%2011 .pdf, tanggal 26 November 2011.

__________. 2004. Cambridge Learner’s Dictionary 2nd Edition. Copenhagen:

TEXTware A/S.

__________. 2004. Cambridge Smart Thesaurus. Copenhagen: TEXTware A/S.

__________. Constrastive Analysis. Diunduh dari

http://www.en.m.wikipedia.org/wiki/Contrastive_analysis, pada tanggal 25 Maret 2012.

__________. Diunduh dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18028/4/Chapter%20II.pdf, tanggal 9 Desember 2011.

__________. Interjections. Diunduh dari www.englishclub.com, tanggal 7 Mei 2011.

__________. 2011. Konfiks dan Kombinasi Imbuhan. Diunduh dari http://www.situsbahasa.info/2011/11/konfiks-dan-kombinasi-imbuhan.html, pada tanggal 10 April 2012.

__________. 2011, Usual Storyline: Perempuan Jawa. Diunduh dari:

http://maxheartwood.wordpress.com/2011/09/25/perempuanjawa/, pada tanggal 1 Mei 2012.

__________. 2004. What is Contrastive Analysis. Diunduh dari http://www.sil.org/linguistics/GlossaryOfLinguisticTerms/WhatIsContrastive Analysis.htm, pada tanggal 25 Maret 2012.

LAMPIRAN 1:

Sinopsis

Novel Resurrection berangkat dari sebuah kisah nyata di tahun 1945 mengenai penemuan teks Gnostik kuno di daerah Mesir yang meriwayatkan kehidupan dan sabda Yesus selama hidup. Penemuan tersebut dibingkai dengan cerita fiksi cinta segitiga antara Gemma Bastian, Anthony dan Michael Lazar.

Gemma adalah seorang lepasan perawat di London yang menjalani kehidupannya dalam kecamuk perang dunia. Semenjak ayahnya, Charles Bastian, yang bekerja sebagai Arkeolog meninggal secara misterius di Mesir, Gemma memutuskan untuk hijrah ke Mesir guna mengurusi segala pemakamannya. Namun, secara tak sengaja dia menemukan beberapa berkas milik ayahnya yang cukup menarik. Gemma ingin menelusuri apa yang telah sebelumnya ditelusuri Charles, sekaligus ingin mengisi kekosongan hatinya tentang Tuhan.

Di Mesir, Gemma tinggal bersama keluarga Lazar yang merupakan sahabat dekat ayahnya. Kedua anak dari keluarga Lazar, Michael dan Anthony, memiliki perasaan khusus pada Gemma.

Gemma membantu Michael untuk lepas dari bayang-bayang perang dunia yang pernah menjadi masa keemasan Michael sekaligus menyebabkan kecacatan pada kakinya. Sedangkan Gemma dan Anthony terlibat kerjasama untuk menemukan teks-teks injil yang hilang (Thomas, Philip, Mary dan Thunder) sekaligus mengungkap aliran Kristen tertua.

Kisah cinta segitiga berakhir dengan tewasnya Michael dan Gemma menyusul Anthony ke Kharga.

EPILOG:

Albert Eid menyelundupkan Kodeks 1 ke Amerika pada tahun 1949 dan mencoba menjualnya dengan harga $22,000. Gagal menjualnya di Amerika, dia melarikan teks itu ke Belgia dan menyimpannya di sebuah deposit box. Seorang professor berkebangsaan Belanda, Gilles Quispel, membujuk psikoanalisis dari Swiss, Carl Jung, agar membeli kodeks tersebut. Selama bertahun-tahun Jung sangat tertarik dengan kaum Gnostik, dan keberadaan materi baru itu memungkinkan dia menulis lebih banyak mengenai aliran Gnostik. Jung akhirnya membeli kodeks itu dan membawanya ke Zurich. Kodeks itu sekarang dikenal sebagai “Kodeks Jung”.

Sebagian besar teks itu selama bertahun-tahun disimpan oleh Maria (“Angela”) Dattari. Dibantu Phocion Tano, Dattari berkali-kali berusaha menjual dan menyelundupkan teks-teks itu keluar dari Mesir, namun semua upaya itu gagal.

Ketika teks-teks itu akhirnya disita Pemerintah Mesir pada awal tahun 1950-an, Dattari menuntut ganti rugi sebesar $100,000. Tak sepeser pun uang dia dapatkan.

Koleksi itu dinyatakan sebagai milik negara Mesir pada tahun 1952, dan sekarang bisa dilihat di Museum Koptik di Cairo.

Selama dua dasawarsa sesudah itu ada pertarungan lain yang tak kalah sengitnya:

persaingan di kalangan ilmuwan internasional untuk dapat mempelajari kodeks-kodeks itu. Dr. Pahor Lahib, Direktur Museum Koptik yang baru, sangat membatasi

akses terhadap teks-teks itu. Hanya segelintir orang saja yang boleh melihatnya, dan mereka sudah disumpah untuk merasahasiakan apa yang mereka lihat. Baru pada tahun 1970-an salinan teks Nag Hammadi bisa dibaca oleh masyarakat luas.

Perjalanan injil-injil di Nag Hammadi sejak awal petualangannya senantiasa diwarnai berbagai kejadian aneh. Satu persatu kendala datang dan mencegah upaya untuk menunjukkan injil-injil purba itu kepada khalayak.

LAMPIRAN 2:

Serat Candrarini Ranggawarsitan

Dalam serat Candrarini digambarkan figur wanita yang baik oleh istri-istri Arjuna. Wara Sumbadra sebagai figur putri yang sederhana, tidak banyak bicara dengan wajah yang selalu ceria, sangat pemaaf dan setia kepada suami. Terhadap madu (istri lain), mengganggap sebagai saudara yang sama-sama mengabdi pada suami.

Dewi Manuhara menjadi figur wanita yang susila, perkataannya halus, menyenangkan, bersikap baik terhadap madunya dan tidak bersikap angkuh serta dapat melihat situasi (tanggap sasmita). Dewi Ulupi sebagai figur wanita yang menarik hati, berwajah ceria, luwes dalam berbicara, serta siap dengan kebutuhan suami. Dalam bertindak tetap menjaga kewaspadaan oleh karena itu sangat disegani oleh rakyatnya.

Ratna Gandawati adalah figur wanita yang berwibawa, bersikap tenang, halus bicaranya, teliti dalam bekerja dan bertindak. Susila terhadap suami, akrab terhadap para madu dan selalu siap dengan apa yang harus dikerjakan wanita. Wara Srikandi merupakan figur wanita yang cekatan, lantang berbicara dan luwes dalam penampilan. Siap bekerja apabila diperintahkan oleh suami dan tidak pernah mendua.

Terhadap para madu tidak pernah marah atau bersikap tidak senang. Terhadap mertua sangat sayang dan berbakti, setiap hari selalu menyiapkan kesukaan mertua.

(Soedarsono & Murniatmo, 1986: 14)

“PUPUH I”

S I N O M

1. Kang hagnya gita Srinata / ing Surakarta nagari / Paku Buwana ping sanga / mangun wasitaning estri / ingkang cinitreng ari / Respati tanggal ping pitu / Jumadil akir wulan / kang nêmbe sangkaleng warsi / miyarsakna trusing kang sabda Narendra.

2. Liring kang wiyata harja / ujar ugêring pawestri / kang winayuh dennya krama / yogya ngupakareng dhiri / manjêrnih mardi weni / wewinda ganda rum arum / umarah ngadu warna / winor ing nayana manis / mangesthiya ing reh cumodhong ing karsa.

3. Awit jenenging wanodya / pêgat dennya palakrami / nistha nir kadarmanira / wigar denira dumadi / sami lan mangun teki / kang badhar subratanipun / punggêl kasêlan cipta / marma sagunging pawestri / marsudiya wadadaning palakrama.

4. Den kadi duk jaman purwa / garwanta Sang Pandhusiwi / kang kocap layang wiwaha / lêlima ayu linuwih / tiga putraning aji / kang kalih atmajeng wiku / pantês dadya tuladha / estri kang kanggep ing krami / winursita dyah lima candraning warna.

5. Kang sepuh Wara Sembadra / saking Mandura nagari / atmaja Sri Basudewa / ing warna ngrêsêpkên ati / sumeh kang netra lindri / pasaja ing driya tangguh / sêmu kurang budaya / awijang dedeg rêspati / kuning wênês labate amung kêpama.

6. Tan pati ngadi busana / mangu kadung yen lumaris / jatmika arang ngandika / tan rêgu sêmune manis / ririh tanduking angling / lumuh ing wicara sêndhu / amot mêngku aksama / tuhune pribadi pinrih / sêtyeng priya datan lênggana sakarsa.

7. Mring maru kadi sudara / rumêsêp tan walang ati / sanadyan kurang budaya / lêgawa anrus ing batin / winowong widadari / labêt kadang ira Wisnu / marma Sang Dananjaya / pamêngkune sêmu ering / maru nira anggêpe sami nyuwita.

8. Myang raka Sri Baladewa / miwah Prabu Harimurti / kalangkung ing tresna nira / marang Dyah Banoncinawi / kadang estri satunggil / kapisah panggenanipun / mila tansah anduta / wau Sang narendra kalih / tanya warta mring Sang Rêtna Madubrangta.

“PUPUH II”

DHANDHANGGULA

1. Garwa ing kang panênggak winarni / apêparab Dewi Manuhara / saking patapan wijile / putranira Sang Wiku / Manikara ingkang palinggih / Wukir Tirtakawama / ing warna pinunjul / kadi gambar wêwangunan / netra jait antêng pamuluna manis / yen paes mimbuh endah.

2. Nadyan ngusud yêkti maksih manis / wanda luruh kang bau awijang / maya-maya sawangane / amardapa angunguwung / kuning wênês asêmu wilis / lir myang pudhak sinurat / katon warnanipun / tanpa apêpindhanira / andakara kataweng ing ima nipis / ruma myang amradipta.

3. Ayunari ingkang sitarêsmi / kuciwane pan among samatra / dene lugas gêgêlunge / ananging maksih mungguh / sarwa ramping srandunung dhiri / marmanta kurang madya / ing pambayunipun / lir tawon gung kang gumana / lambungnira satata amilagoni / kadya sêkar kintaka.

4. Lathi dhamis anggula sathêmlik / rêkta kadya kang manggis karêngat / kengis dening wiragane / waja amiji timun / rêntêt rampak ing pucuk kuning / lumirat wor wicara / wêh kesar kang dulu / sarwa lus sasolahira / yen amesêm iriban arang kaeksi / sinamun pangandika.

5. Têmbung arum rumakêt amanis / tandukira angêngayuh driya / bias nuju ing karsane / priya myang marunipun / pina pangkas dennya nglêgani / susila anoraga / sêpi ing piangkuh / anget trahing dwijawara / bêtah nglapa karêm ing bangsa mastuti / asmara mring sasama.

“PUPUH III”

ASMARADANA

1. Panêngah Dewi Ulupi / atmajanireng pandhita / Bêgawan Kanwa wastane / dhepok wukir Yasarata / endah rêspati warna / liringe anunjung biru / sumorot kadi kartika.

2. Dhemês luwês mêrak ati / kadya pratima rinêngga / sarêntêg brambang awake / maweh brangta kang tumingal / liringe pindha wulan / tan pêgat maesmu guyu / kengis kang waja gumêbyar.

3. Antênge wêkasan keksi / sumeh ing pamulunira / pantês yen amathêt lambe / ngiras mintonakêm waja / wangun tetesing toya / kataman baskara nawung / lir tranggana mrih sasana.

4. Jaja wêlar wêwêg isi / gêmuh ingkang payudara / parigêl patrap solahe / kewês wêdaling wicara / tinut liringing netya / tandang tanduke rumêngkuh / mring priya myang marunira.

5. Bias cawis amgladeni / kang dadi karêming priya / myang putra cethi sêdene / marma wong sa Madukara / ajrih asih sadaya / suyut tur mawa kayungyun / prabawa wijiling tapa.

“PUPUH IV”

M I J I L

1. Garwanira Sang parta sumêndhi / ingkang cinariyos / Rêtna Gandawati kêkasihe / Sri Harjunayana kang sêsiwi / nateng Sriwêdari / ing warna pinujul.

2. Dêdêg ngrompyoh sarira anglêntrih / amardawa tinon / kuning wênês wingit pasêmone / antêng jatmika ruruh yen angling / ing wiweka titi / kurang gujêngipun.

3. Rema mêmak ngêndrawila wilis / rêrompyoh kang sinom / jangga lumung wêlar prajanane / maya-maya lir cêngkir piningit / anggêndewa gadhing / wijang baunipun.

4. Wiragane ana nanging brangti / yen lumampah alon / mêmbat madya alêmês lambunge / angler tunjung / lumênggang ing warih / kasilir ing angin / weh gandaning rum.

5. Susilengtyas sunawiteng laki / dumulur sapakon / kinawruhan maru sêsikune / winêweka winoran mêmanis / yen rengat pinlimping / ing wicara arum.

6. Wasis salir pakaryaning estri / rerates kokonyoh / widadari Sang Dyah pagurone / winulangkên mring marune sami / mrih dadiya kanthi / ngladosi mring kakung.

“PUPUH V”

K I N A N T H I

1. Garwa kang pamêkasipun / nama Sang Wara Srikandhi / saking nagari Cêmpala / raja ingkang asêsiwi / Sri Maha Prabu Drupada / ing warna tuhu linuwih.

2. Jênar pasariranipun / kadi kancana sinangling / wadana nuksmeng sasongka / liringe galak amanis / budiman ingkang umulat / dhemês dêdêge rêspati.

3. Gandhang kang wicara tanduk / gandhês kewês ngalayoni / tulus raharja ing driya / kalamun slanggapan angling / datan mawi tininggalan / sinambi ngliling dariji.

4. Among lawan kakungipun / kalamun den andikani / patitis saulonira / cumondhong mapanken liring / sumeh asmu guyunira / gumêbyar kang waja kengis.

5. Narawang lit thatit tarung / tumêmpyuh sumyur ngênani / curna prananireng priya / marma lamun den ladosi / marang sang putri Cempala / Sang Parta sandeya nangkil.

6. Lawan sukaning Sang Ayu / maos sagung srat palupi / kang sekar Wisatikandhah / swara arum tan brêbêgi / kenyut sang gya kang miyarsa / yen sampun den wursitani.

7. Bangkit pantes lan memangun / jumbuh ibkabg busanadi / tumrape marang sarira / ing warna tibaning wanci / nyamlênge tan pindha karya / dadya tuladhaning estri.

8. Miwah marang para maru / rinasuk dipunslondhohi / nora keguh rinêngonan / gopyak-gapyuk den srowali / dadya nora bisa duka / lêjar lumuntur ingkang sih.

9. Puwara momong angungung / marang Sang Rêtna Srikandhi / tuwin rising Danajaya / antuk babah denira sih / nanging Sang Rêtna Cêmpala / tangeh yen agêng kang kalih.

10. Awit wus waskitheng tuduh / dadya denira malêsi / bêkti marang maratuwa / gumati mring Dewi Kunthi / pamujunge sabên dina / sakarsane den turuti.

11. Yeka caritaning dangu / estri kang kanggep ing krami / nalikaning jaman purwa / wus kawilang yen utami / marma yogya pirinida / pakolehe pinarsudi.

12. Pinangkat sakadaripun / kang kanggo ing jaman mangkin / ywa kongsi tanpa tuladhan / buwang caraning dumadi / bokmanawa tibeng papa / ina lupute pribadiyat.

13. Tatas titising pangapus / gita wiyataning estri / saha maha prameng lukita / sarta tanggung ingastuti / waranta sri naranata / winastan srat Candrarini.

Dokumen terkait