• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka memuat penelusuran atas penelitian-penelitian sebelumnya yang dianggap bisa menjadi masukan dalam melakukan analisis penelitian. Secara garis besar, beberapa penelitian sebelumnya yang dicantumkan dalam bab ini, memiliki persamaan dari segi objek penelitian yaitu mengenai bahasa dan jender.

Perbedaannya muncul dari sisi teori siapa yang digunakan dalam penelitian dan objek penelitiannya.

2.1.1 Perilaku Seksis dalam Bahasa Humor

I Made Netra dalam Perilaku Seksis dalam Bahasa Seni Pertunjukkan Ragam Humor di Kota Denpasar (2009) menjelaskan bahwa humor tergolong dalam bahasa seksis yang berbentuk monologis dan atau dialogis psikoanalitis, sosial, dan persepsi kognitif. Jika dilihat dari sasarannya, bahasa humor dapat berbentuk humor etnis, humor seksual dan humor politik. Bentuk dan jenis bahasa humor seperti itu dipakai untuk tujuan-tujuan atau fungsi untuk mengabaikan, merendahkan perempuan, dan sejenisnya.

Adapun teori yang digunakan adalah formulasi dari teori humor dan linguistik humor serta teori bahasa dan jender. Teori humor dan linguistik humor yang mengacu

pada Wilson mengartikan bahwa humor adalah bentuk bahasa yang mengandung kebebasan yang dapat dijelaskan dari sudut dampak emosionalnya; di samping itu humor juga mengandung konflik, yang dapat diartikan dengan adanya dorongan untuk saling bertentangan antara dua pelaku, dan ketidakselarasan yang merujuk pada penjelasan kognitif.

Sedangkan teori bahasa dan jender mengacu pada Wolfram yang beranggapan bahwa jender digunakan untuk menangkap dan menjelaskan fenomena-fenomena kompleks sosial, budaya dan psikologi yang melekat pada seks atau jenis kelamin.

Dengan demikian, variasi bahasa yang dibangun tidak berkaitan dengan fonologi, tata bahasa, dan leksikon, tetapi lebih berkaitan dengan semantik atau makna yang terkandung pada bahasa yang sudah mengarah pada kepada konvensi penggunaan variasi bahasa tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh I Made Netra tersebut pada akhirnya menyimpulkan bahwa berdasarkan jenis komunikasinya, bahasa seksis ditemukan dan digunakan dalam buku humor adalah komunikasi monologis dan dialogis. Selain itu, bahasa seksis yang digunakan dalam humor antara jenis kelamin dengan jenis kelamin tertentu dimaksudkan untuk menjadikan perempuan sebagai objek atau merendahkan, menyepelekan, dan mengesampingkan perempuan yang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara tidak langsung dengan pengandaian, dan secara langsung antara jenis kelamin tertentu, seperti antara perempuan dengan perempuan, antara laki-laki dengan laki-laki adalah dan antara laki-laki dengan perempuan. Sebaliknya, secara implisit perempuan pun bisa berperilaku seksis di

depan kaumnya sendiri dan terhadap laki-laki sehingga laki-laki tersebut diabaikan, dilecehkan, dan disepelekannya.

2.1.2 Paham dan Perilaku Seksis dalam Berbahasa

Nababan (2004) melakukan penelitian mengenai wujud paham seksis dengan judul Paham dan Perilaku Seksis dalam Berbahasa. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah aspek kata generik yang seksis, dan paham atau perilaku seksis dalam berbahasa. Teori yang diterapkan adalah teori seksisme yang dipelopori oleh Cameron (1994), Vetterling-Braggin (1982), dan Persing (1978). Untuk menunjang penelitian ini, data yang diambil adalah data tulis yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti buku pelajaran bahasa Inggris SMP dan SMA, dan bahasa lisan dalam komunikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun hasil analisis atau temuannya adalah sebagai berikut: Kata generik man merujuk pada manusia pada umumnya, dan oleh karena itu, kata gantinya seharusnya he atau she. Sebaliknya kata man dalam “A man was arrested yesterday.

He was accused of stealing money from the bank”, bukan kata generik. Oleh sebab itu, penggunaan kata ganti he yang merujuk pada kata man, bukanlah kata seksis.

Demikian pula, “The women were talkative”, bukan kalimat seksis karena the women yang dimaksudkan adalah wanita tertentu. Sebaliknya “women are talkative” adalah kalimat yang seksis karena kata women dalam kalimat tersebut merujuk pada perempuan pada umumnya. Padahal tidak semua wanita mempunyai sifat seperti itu.

2.1.3 Penggambaran Perempuan dalam Terjemahan

Bo li dalam penelitiannya yang berjudul The Images of Women in Translation in Hong Kong Chinese Newspapers in the Early Twentieth Century: A Case Study of The Chinese Translation of the Brotherhood of the Seven Kings Yousuowei Bao (1905-1906) berusaha menggali paradoks kesalahan penerjemahan dan interpretasi pada terjemahan antarbudaya. Selain itu, penelitian ini juga ditujukan untuk menuliskan kembali gambaran perempuan dalam cerita detektif Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Cina dan mengetahui alasan sosial yang melatarbelakanginya.

Surat kabar harian Yousuowei Bao diprakarsai oleh seorang pria bernama Zheng Guangong di Hong Kong pada tahun 1905 dan mendapatkan perhatian sangat besar dari para peneliti karena peranannya dalam proses revolusi dinasti Qing. Surat kabar tersebut terbagi atas dua bagian yaitu, bagian berita dan tulisan-tulisan humor.

Hasil yang ditemukan adalah adanya penganiayaan terhadap gambaran wanita yang muncul akibat manipulasi sistematis dalam proses penerjemahan yang dilakukan oleh penerjemah. Li menggambarkan penganiayaan tersebut dalam empat garis besar yaitu: being laid off, being silenced, being favorably called upon, dan

being incognitoed.

2.1.4 Studi Jender dalam Penerjemahan

Sastriyani dengan judul penelitian Studi Jender dalam Komik-Komik Prancis Terjemahan mencoba mengidentifikasikan relasi antara laki-laki dan perempuan

dalam komik-komik Prancis yang cenderung menempatkan perempuan rendah serta mengungkap bias-bias jender dalam komik-komik Prancis terjemahan.

Tokoh laki-laki dan perempuan yang muncul dibedakan dari sifat, aktivitas, dan perannya. Sifat-sifat yang diberikan kepada laki-laki dalam komik tersebut adalah cekatan dan kuat, sedangkan perempuan cenderung memiliki sifat bawel, cerewet, dan genit. Peran publik yang digambarkan dalam komik-komik terjemahan dari Prancis cenderung stereotip, bahkan bias jender, yang mana laki-laki lebih mendominasi dibandingkan perempuan.

Pengkajian penelitian tersebut dilakukan dengan metode analisis isi berdasarkan sepuluh sampel populasi komik Prancis terjemahan. Lebih lanjut, penulis menggunakan tolak ukur stereotip peran jender dan ketidakadilan jender dalam komik-komik Prancis.

Dokumen terkait