• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika Pengaruh antara Iklan Televisi Celebrity Endorser dengan

BAB II: LANDASAN TEORI

D. Dinamika Pengaruh antara Iklan Televisi Celebrity Endorser dengan

Iklan merupakan komunikasi komersil dan nonpersonal mengenai sebuah

organisasi dan produk-produknya yang ditransmisikan kepada khalayak target

melalui media yang bersifat masal seperti televisi, radio, koran, majalah, direct

mail (pengeposan langsung), papan reklame, dan iklan yang ditempelkan pada

kendaraan umum (Lee & Johnson, 2004). Kasali (1992) mendefinisikan iklan

secara sederhana sebagai pesan yang menawarkan suatu produk yang ditujukan

oleh masyarakat lewat suatu media. Namun, untuk membedakannya dengan

pengumuman biasa, iklan lebih diarahkan untuk membujuk seseorang agar

membeli. Iklan sendiri ditujukan untuk mempengaruhi afeksi dan kognisi

Salah satu jenis iklan yang seringkali digunakan oleh para pemasang iklan

adalah iklan yang menggunakan daya tarik selebriti dan kelompok rujukan

yang serupa lainnya. Iklan jenis ini seringkali disebut dengan iklan celebrity

endorser. Celebrity endorser merupakan seorang pribadi baik itu aktor, artis,

maupun atlit yang dikenal masyarakat dan menjadi pujaan karena prestasinya

di suatu bidang dan digunakan dalam menyampaikan pesan iklan yang

dimaksudkan untuk menarik perhatian sehingga dapat mempengaruhi

konsumen yang disasar (Shimp, 2003).

Penggunaan selebritis dan kelompok rujukan lainnya dinilai lebih

efektif oleh para pemasang iklan, identifikasi ini didasarkan pada kekaguman

(terhadap seorang atlit), pada aspirasi (seorang selebritis atau terhadap suatu

gaya hidup selebritis), pada empati (terhadap seseorang atau situasi), atau pada

pengakuan (terhadap seseorang sejati atau meniru-niru atau terhadap suatu

situasi) (Schiffman & Kanuk, 2008).

Shimp dan Kamins menyatakan bahwa selebriti lebih disukai daripada

orang biasa dalam menyampaikan pesan iklan. Selebriti dinilai memiliki citra

spesifik yang dapat membedakannya dari orang biasa. Hal ini mengakibatkan

banyak orang yang memberikan respek dan seringkali mengadopsi penampilan

dan gaya hidup selebriti yang dikaguminya (Shimp, 2003; Kamins, 1989).

Iklan yang menggunakan selebriti sebagai pembawa pesan juga dinilai

lebih mudah diterima oleh para penggemar dan pengagum sang selebriti itu

sendiri (Shimp, 2003; Kamins, 1989). Oleh karena itu, iklan yang

mempengaruhi pembelian impulsif pada konsumen. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan Assael, 1998; Engel, Blackwell, dan Miniard, 1995; Loudon dan

Bitta, 1993 (dalam Utami & Sumaryono, 2008), serta Miller, 2002; Stern, 1962

(dalam Hodge, 2004) yang menyatakan bahwa pembelian impulsif dapat

disebabkan karena dorongan kuat akibat adanya ingatan yang muncul ketika

teringat oleh iklan produk tersebut, termasuk iklan celebrity endorser (pada

media massa cetak dan elektronik).

Pengertian dari pembelian impulsif adalah aktivitas pembelian tidak

terencana yang dilakukan tanpa melakukan pertimbangan dan tidak

berdasarkan pada penilaian atau evaluasi tertentu terhadap produk atau manfaat

dari produk yang dibeli. Pembelian impulsif muncul karena keinginan membeli

atas dasar kesenangan semata tanpa memikirkan cara yang ditempuh untuk

memperolehnya (Rook, 1987). Pembelian impulsif dapat terjadi apabila

seseorang mengalami dorongan secara tiba-tiba, begitu kuat atau bersifat

powerful, terjadi terus menerus yang mengakibatkan timbulnya keinginan

untuk melakukan pembelian, dan sulit untuk menolak dorongan yang muncul

tersebut (Rook, 1987; Solomon, 1994; Arnould, Price, & Zinkhan, 2002).

Senada dengan hal tersebut, Verplanken dan Herabadi (2001) menyatakan

bahwa pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak rasional dan

diasosiasikan dengan pembelian yang cepat dan tidak direncanakan, diikuti

oleh konflik pikiran, dan dorongan emosional.

Remaja dinilai merupakan konsumen yang paling sering melakukan

kebutuhan yang bersifat kesenangan lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan

pengeluaran remaja untuk kebutuhan lainnya, termasuk kebutuhan untuk

belajar (Nurasyiah & Budiwati dalam Setyawati, 2010). Hal ini diperkuat oleh

sebuah temuan yang menyatakan bahwa remaja seringkali mempergunakan

uang SPP mereka untuk membeli barang yang mereka incar ataupun hanya

semata-mata untuk bersenang-senang saja (Jawa Pos dalam Sihotang, 2009).

Oleh karena itu, pihak marketing sering kali menjadikan remaja sebagai bagian

terpenting dalam target pemasaran mereka (Lin & Chuang, 2005; Lin & Chen,

2012; Johnstone dalam Utami & Sumaryono, 2008). Hal ini dikarenakan pada

masa tersebut, remaja mengalami emosi yang tinggi, kurang stabil, memiliki

pengendalian diri atau kontrol diri yang belum sempurna, dan cenderung

berpikir secara abstrak, serta tergesa-gesa dalam mengambil keputusan,

termasuk keputusan dalam membeli sehingga terciptalah perilaku pembelian

impulsif pada remaja yang cenderung kurang sesuai dengan kebutuhan jangka

panjangnya (Baumeister, 2002; Verplanken & Herabadi, 2001; Santrock, 2003;

2011; Ali & Asrori, 2009).

Pada masa remaja tersebut terjadi perubahan-perubahan fisik yang

disebut dengan pubertas. Dalam tahap perkembangan remaja, terjadi perubahan

hormon termasuk pada hormon seksual yang menimbulkan rasa tidak nyaman

dan seringkali menyebabkan remaja menjadi terlalu fokus pada kondisi

fisiknya saja (Papalia, Old, & Feldmen, 2008). Remaja juga memiliki minat

yang tinggi akan penampilan yang mencakup pakaian, perhiasan, daya tarik,

Zvinklyte, 2011). Keadaan fisik pada remaja ini dilihat sebagai suatu hal yang

penting yang mengakibatkan ketika keadaan fisik (citra diri) tidak sesuai

dengan yang diinginkan mereka, maka akan menimbulkan perasaan tidak puas,

kurang percaya diri, dan rendahnya harga diri yang dimilikinya sehingga

mereka akan melakukan apa saja untuk terlihat sama dengan identitas dan citra

diri idealnya (Santrock, 2003; Papalia, Old, & Feldmen, 2008; Monks, Knoers,

& Haditono, 2002).

Beberapa peneliti menyatakan bahwa remaja yang memiliki harga diri

yang rendah karena citra diri yang negatif dan kebiasaan remaja untuk

mengikuti keinginan memperindah penampilan, memiliki daya tarik, dan

bentuk tubuh yang sesuai dengan jenis kelamin, serta perkembangan fashion,

memiliki relasi yang positif terhadap kecenderungan pembelian impulsif (Han

dalam Virvilaite, Saladiene, & Zvinklyte, 2011; Djudiyah, 2002; Hadjali,

Salimi, & Ardestani, 2012; Marretha, 2013).

Remaja seringkali menjadikan selebritis yang dikaguminya sebagai

pedoman dalam gaya hidup, penampilan, dan bertingkah laku dalam kehidupan

sehari-hari. Hal ini dikarenakan selebritis dinilai memiliki citra diri yang kuat,

baik, dan positif, serta memiliki daya pikat fisik tersendiri yang dapat

mempengaruhi seseorang dalam berkehidupan sehari-hari. Remaja seringkali

mengadopsi, meniru, dan mengimitasi gaya hidup dan penampilan selebritis

yang dikaguminya agar terlihat menarik, sesuai dengan citra diri idealnya, dan

diakui oleh lingkungan sosialnya yang menimbulkan rasa puas, senang,

ketika melihat iklan yang ditampilkan oleh selebritis yang dikaguminya, maka

remaja akan cenderung membeli produk-produk yang ditawarkannya karena

selebritis tersebut dinilai kredibel dan sesuai dengan keinginan remaja untuk

menjadikan dirinya memiliki daya tarik fisik seperti selebritis pengiklannya

(Hergenhahn & Olson, 2009; Goldsmith, Paul, & Madden, 2000; Kamins,

1989; Rex, 1997).

Hausman (dalam Virvilaite, Saladiene, & Zvinklyte, 2011)

menambahkan bahwa motif dasar dari perilaku hedonis pada pembelian

impulsif adalah pemuasan perasaan kesenangan, kepuasan, percaya diri,

sesuatu yang baru, kejutan, dan kedekatan emosional dengan lingkungan sosial.

Hal ini mengakibatkan remaja akan melakukan hal apa saja untuk mengikuti

keinginan memperindah penampilan, memiliki daya tarik, dan bentuk tubuh

yang sesuai dengan jenis kelamin termasuk dengan melakukan pembelian

impulsif terhadap produk pada iklan yang menampilkan selebritis yang

dikaguminya tanpa memikirkan risiko dan konsekuensi yang akan

didapatkannya. Semakin sering remaja melihat iklan produk yang ditampilkan

oleh selebritis yang dikaguminya tersebut, maka akan semakin tinggi pula

kecenderungan remaja untuk melakukan pembelian impulsif terhadap produk

tersebut. Hal ini dilakukan oleh remaja semata-mata hanya untuk memenuhi

E. Skema Pengaruh Iklan Televisi Celebrity Endorser terhadap Pembelian