• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTUR UTAMA PT. TELKOMSEL:

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 75-80)

Saya rasa itu harus kemudian, kalau menurut standar kami hanya yang MSISDN. Jadi bisa sajakan Pak Roy bahwa promotion itu intinya bisa melempar ya, contoh misalnya kasus-kasus yang SMS mama itu, ini mencoba-cobakan. Jadi itu juga fakta yang harus kita perhatikan juga bahwa taktik promotion itu macam-macam, tetapi dari kami ya kami sampaikan bahwa sejauh ini, standar badan kita itu adalah kita hanya memberikan MSISDN untuk urusan pembillingan dan untuk urusan data.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPRODJO):

Saya kira cukup Bapak, saya kira Pak Direktur Ekonomi sudah bisa menilai jawaban tadi dari Content Provider tadi ada yang mengatakan bahwa dia bisa tahu secara detail profil sama dengan pelanggan, padahal saya yakin pasti dengan IT apa pun, ya sekarang yang sedang diterapkan juga di Operator Bapak dan juga di Operator Pak Hasnul sudah lama soal LBA, ini kemudian kalau sampai ke profil kalau itu pre-paid, saya kira data dari pre-paid costumer tidak sampai sedetail itu, terima kasih. Mungkin Ketua ada yang lain.

KETUA RAPAT:

Saya berikan kesempatan berikut langsung kepada Pak Hasnul. DIREKTUR UTAMA PT. XL AXIATA:

Terima kasih Pak Ketua.

Pimpinan dan Anggota Panja yang kami hormati.

Untuk pertanyaan pertama, mengenai kerja sama kami dengan CP, memang dari awalnya XL selalu berusaha memberikan kerja sama memberikan fasilitas, tapi dengan aturan dan syarat-syarat yang dijelaskan oleh regulasi, sebagai contoh, dan dari waktu ke waktu kita tingkatkan aturan-aturan dimaksud sesuai dengan regulasi yang terbaru. Sebagai contoh Pak, menurut KM 1/2009, dalam penyelenggaraan itu, kerja sama CP dengan Operator, kita diminta untuk menyiapkan SMS gateway, dan itu kita sudah siapkan. Data pelanggan tidak boleh

76 diberikan kepada CP, hanya diberikan berupa enkripsi. Nah, itu yang kami lakukan selama ini. Jadi bukan, gak ada IMS yang kita berikan tidak ada di situ, MSISDN tidak diberikan di situ, terus harus ada ketentuan dan aturan-aturan regristrasi dan unregistrasi dan setelah itu berkaitan dengan regitrasi itulah jaringan XL harus siap mencatat semua yang dilakukan oleh pelanggan dan user supaya bill-nya dilakukan secara itu, pemotongan-pemotongan lewat secara itu.

Nah, apa yang kita lakukan selama ini, dari waktu ke waktu selalu kita tingkatkan. Nah, mungkin dari waktu ke waktu ada ide bagus, dilaksanakan, positif, tapi ada negatifnya, segera kita perbaiki, itu yang kita lakukan untuk hubungan dengan CP tadi Pak. Nah, kembali pertanyaan yang kedua, mengenai pola tadi apakah ada istilahnya jasa dan jaringan itu untuk XL sendiri kenapa ada jasa dan jaringan. Memang nilai sanksi yang diberikan oleh Pemerintah kepada kami sesuai dengan Kepmen Kominfo 323 Tahun 2010, di Pasal 2, 222, diberikan dalam bahwa menyelenggarakan jaringan bergerak seluler, PT. XL Axiata berhak:

1. Menyelenggarakan jasa telepon (suara tidak jelas) berupa jasa telepon dan jasa non suara dengan cangkupan nasional.

2. Menyelenggarakan fasilitas layanan tambahan atau fitur yang melekat pada penyelenggara jasa telepon (suara tidak jelas). Jadi melekat Pak.

Nah, jaringan-jaringan dan jasa-jasa itulah yang kita lakukan seccara langsung. Jadi memang secara legal sebetulnya sudah dilindungi dan mudah-mudahan tadi pagi sudah dijelaskan oleh Pak Dirjen juga.

Yang ketiga, mengenai MSISDN dan ini, apakah ada perbedaan satu dengan yang lain? Selama ini selama untuk kepentingan marketing, tidak pernah kita berikan data yang detail hanya enkriptif Pak. Jadi yang CP gak pernah tahu data pelanggan itu sesungguhnya. Itu jawaban kami untuk ketiga pertanyaan tersebut.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPRODJO):

Sedikit Ketua, kebetulan Pak Hasnul, kasus yang sedang ramai saat ini, yang tadi disebutkan Pak Ketua adalah kasusnya Mas Feri dan CP nya Colibri dan kebetulan Colibri itu bekerjasamanya dengan Telkomsel. Kalau nanti ada kasus lain, saya sih tidak berharap, tapi kalau nanti ada kasus lain, ternyata kasus itu merujuk satu CP dan CP juga memberikan satu jawaban yang kira-kira sama dengan Colibri, nah ini bisa saya tanyakan Pak, tapi ini sementara berhubung tidak ada, saya tadi lebih menekankan ke Pak Sarwoto, soalnya untuk menekankan jawaban dari CP tadi.

Saya kira itu dulu Ketua. KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Roy.

Sebelum saya berikan kesempatan kepada Pak Max, karena Pak Max ini pasti bertanya, iya oke. Pak Sarwoto, ada beberapa hal yang menggelitik sesungguhnya ini, yang kita butuh Bapak, supaya kita bisa kelar jam setengah enam begitu, Bapak gak usah muter-muter, straight to the point, karena data dan fakta yang kita terima ini sudah menggiring kami untuk mengatakan bahwa sudah terjadi praktek wanprestasi yang merugikan masyarakat yang dilakukan oleh Telkomsel. Pertama, itu adanya program yang bernama pop screen, dimana ketika pelanggan membeli kartu, di dalamnya sudah ada lagu teraktivasi dengan sendirinya dan lagu tersebut bekerjasama dengan CP, ter-renewal dengan sendirinya, dalam perspektif kalau kita menggunakan Undang-Undang Perlindungan Publik, ini sudah terjadi pelanggaran luar biasa, nasabah atau konsumen atau pelanggan dipaksa membeli satu produk yang dia tidak inginkan, kemudian yang lebih kejam daripada itu dipaksa untuk memperp anjang tanpa dia sendiri tahu atau diberikan kesempatan untuk melakukan perpanjangan, itu yang pertama.

Kemudian kedua, ada salah satu vendor terkenal anda, Extent Media, yang beberapa waktu yang lalu itu telah melakukan perbuatan yang merugikan publik, yaitu katakanlah sebuah penipuan, ingin berbicara dengan artis, tapi yang menjawab adalah mesin, ini adalah kebohongan publik. Nah, vendor seperti ini, orang seperti ini bukannya di-black list, malah dibiarkan untuk beroperasi lagi dengan menggunakan perusahaan lain dan diberikan, tetap diberikan fasilitas oleh Telkomsel untuk melakukan bisnis dan muaranya itu adalah penggerusan pulsa dari masyarakat. Nah, ini tanggung jawab Bapak selaku Direktur Utama dari sebuah

77 perusahaan yang mempunyai reputasi baik di masyarakat. Ini bagaimana ini Pak? Data yang kami miliki, fakta yang kami miliki sudah sangat lengkap, dan kejadian ini terjadi dalam waktu yang lama dan kerugiannya itu sudah bisa diukur sebagaimana yang terilis di media beberapa waktu lalu.

Silakan Pak Sarwoto.

DIREKTUR UTAMA PT. TELKOMSEL: Baik, terima kasih.

Jadi benar sekali bahwa tentu Telkomsel sebagai perusahaan yang terafiliasi kepada perusahaan publik, PT. Telkom, tentu sama sekali kita tidak punya niat apa pun, bahwa policy apapun atau direction apa pun untuk Telkomsel ini menipu publik. Saya rasa ini kami bisa tegaskan di situ bahwa policy dan direction kami untuk bekerjasama dengan Content Provider, itu tidak dalam rangka sengaja atau pun tidak sengaja untuk menipu publik. Nah, kalau tadi dikatakan bahwa ada wanprestasi Telkomsel, kemudian ini berhubungan dengan partner-partner kita, ya tentu kami ingin sampaikan beberapa informasi bahwa mengenai pop screen sendiri secara umum sebenarnya pop screen ini suatu facility teknologi layanan dan seterusnya yang cukup baru, bahwa pada kondisi sekarang ini, dimana Telo sudah tidak hanya berfungsi sebagai Telko, bahkan dia pergi kepada ICT, beyond Telko, dan seterusnya, itu kita tidak bisa menghindari adanya inovasi-inovasi layanan di luar basic service, voice dan SMS.

Nah, perkembangan pada saat ini, bahkan kami ini tidak bisa lagi dengan leluasa atau dengan mudah menjual kartu-kartu perdana tanpa adanya bundling itu. Bundling ini ada dua, bundling kartu perdana yang ditambahkan dengan berbagai penawaran, misalnya kalau anda melanggan sebagai pelanggan baru Telkomsel saat ini, maka harganya katakanlah lima ribu, tetapi kita tambahan di situ bandwith 10 Mega sebagai offering tambahan. Nah, di luar itu tentu misalnya ada Facebook gratis, ada Twitter gratis, kemudian juga termasuk pop screen. Khusus teknologi pop screen ini memang di dalam paket-paket perdana kita itu katagorinya adalah pre install offering. Jadi dia memang ada di dalam keterangan di situ bahwa kalau anda membeli perdana kami, maka di situ sudah ter-install pop screen. Jadi di sinilah mungkin barangkali informasi ini tidak sampai kepada pembeli dalam konteks melihat benar paket ini. Jadi ini, ini memang banyak sekali seperti itu, tapi kemudian ada lagi bundling yang, baik dengan aplikasi, dengan tambahan-tambahan fasilitas bandwith dan sebagainya, kita bundling lagi dengan handset, dengan tablet. Jadi kalau kita membeli handset tertentu, maka ini dijadikan satu. Jadi ini adalah suatu perkembangan, perkembangan dalam dunia Telko yang memang yang tidak bisa kita hindari, seperti ini.

Jadi karena oleh itu, kembali lagi, kalau mereka, mohon maaf nih, konsumen kita merasa bahwa itu terjebak dan sebagainya, ya mungkin kita perlu suatu komunikasilah dalam hal ini ya. Kemudian, kalau kemudian ada suatu perpanjangan dan kemudian merasa trap lagi, ya ini akan kembali lagi kepada suatu modus yang dinamakan reg unreg tadi, sebenarnya in prinsip sama, in prinsip sama. Khusus kepada hubungan kita dengan Extent Media, jadi awal-awalnya pop screen ini tidak begitu laku, karena mungkin prosedurnya susah dan sebagainya, tidak begitu laku, padahal potensi dari pop screen ini ya, ditangkap oleh industri kreatif, wah ini bagus sekali untuk mobile advertising. Nah, kita mempunyai kapasitas pop screen yang kita beli dari partner kita, itu kurang lebih 240 slot ya, dan itu (suara tidak jelas), karena memang tidak begitu laku. Nah, partner kita Extent Media datang, karena ia menawarkan bagaimana kalau ini kita pakai untuk mobile advertising daripada nganggur. Nah, ini adalah suatu bisnis case, dimana kita setuju untuk memberikan kurang lebih 20% dari capacity slot tersebut kepada Extent Media, kemudian Extent Media, dia sebagai semacam merchant aggregators yang dia menjual facility pop screen ini untuk advertising. Jadi dalam hal ini kerja sama kita dengan Extent Media adalah Extent Media membeli facility, jadi dia membayar kepada Telkomsel dalam pembelian surat ini dan dia mendapatkan bisnisnya dari partner-partner yang bersangkutan untuk apa namanya, memasang iklannya. Jadi itu yang pertama. Nah, dalam perjalanan waktu, namanya juga industri kreatif ya, kemudian Extent Media melihat ada suatu peluang, ada suatu peluang bahwa kalau kita hanya mengiklankan saja ya, mungkin ini nilainya, apa namanya, masih bisa ditingkatkan. Jadi misalnya kalau iklan itu ditambahkan, misalnya ada diskon, ada apa, dengan catatan membeli something ya. Nah, oleh karena itu di sinilah tadi telah disampaikan juga telah

78 disinggung bahwa mereka apply kemudian kepada Telkomsel sebagai CP, karena apa? Karena dia ingin membuat suatu upselling terhadap kemampuan dia untuk advertising ini menjadi lebih besar. Jadi saya rasa ini adalah hubungan antara Telkomsel dengan pop screen dan Extent Media, tadi khususnya yang bisa kami jelaskan di sini dan sekali lagi Bapak Ketua, bahwa selaku korporasi yang menjaga reputasi, tidak ada sedikitpun dari kami selaku management policy maupun direction maupun prosedur dari Telkomsel untuk melakukan suatu jebakan-jebakan kepada konsumen. Namun demikian kalau ini tadi ternyata bahwa terbukti ada suatu komplain mengenai hal ini, tentu kita harus melihatnya sama dengan case-case yang lain.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Pak Sarwoto, sah-sah aja bahwa untuk menjual itu kita harus menyertakan bonus, karena di tengah kompetisi yang taft seperti sekarang ini, kreatifitas marketing itu menjadi dituntut gitu, maka ada bundling ini, dan itu sah-sah saja. Itu akan menjadi sah ketika informasi itu jelas diterima oleh konsumen. Saya rasa yang jelas itu hanya konsumen yang merupakan Anggota dari Telkomsel sendiri, di luar itu tidak ada yang tahu. Pop screen itu sebagaimana kita tahu, tiba-tiba muncul informasi di layar dan hilang sendirinya. Ketika diklik, maka otomatis orang reg atau otomatis orang membeli produk tersebut. Dalam kaidah normal, coba Pak Sarwoto duduk tidak sebagai Dirut Telkomsel, tapi sebagai masyarakat biasa, yang Gaptek, beli kartu dengan uang seadanya, tiba-tiba muncul informasi, anda klik, anda sudah beli produk tersebut. Produk tersebut Pak, kalau kita mengacu pada Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak dibutuhkan oleh masyarakat. Contoh Ibu saya, tiba-tiba ada lagu Once, kalau Walginah mungkin masih masuk akal, bahwa dia menginginkan produk itu, tapi ada lagu Once yang terbeli dan itu terpanjang atau ter-accept. Menurut saya ini adalah suatu penipuan yang dilakukan oleh bukan sebuah perusahaan abal-abal, perusahaan besar, perusahaan publik, yang mendapatkan trust begitu besar dari masyarakat. Jadi terjadi sebuah dilema yang begitu besar, di satu sisi anda mengendalikan sebuah korporasi yang sangat besar dengan keuntungan yang luar biasa, tapi di sisi lain banyak masyarakat yang menjadi korban dari praktek yang tidak jelas seperti ini. Kalau itu jelas Pak, tidak menjadi masalah. Orang membeli produk dengan bundling dan orang tahu, orang mempunyai hak untuk menolak, ini permasalahannya, Jadi terserah Bapak menyikapi statement ini, ini bukan statement Tantowi Yahya, tapi ini statement konstituen yang masuk ke kita dari laporan-laporan yang akan kami berikan kepada Bapak yang masuk melalui panjapulsa@dpr.go.id. Praktek ini ada, riil, bukan rekayasa. Sekali lagi, kalau dilaksanakan oleh perusahaan kecil, kita bisa melihat ini ketidaktahuan, ignorance, tapi rasanya untuk sebuah perusahaan seperti Telkomsel kok absurd ya dan hal ini bisa terjadi. Kerugiannya massif Pak, satu orang kena dua belas ribu perbulan itu tidak salah kalau satu orang, tapi kalau pelanggannya sudah ratusan ribu menjadi orang-orang itu, ini permasalahannya.

Silahkan Pak Roy.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPRODJO):

Saya malah sedikit membalik, kalau tadi Pak Ketua menginginkan, andaikata Pak Sarwoto menjadi masyarakat biasa. Sekarang yang saya inginkan pertanggungan jawab Telkomsel ketika menerima Extent Media yang tadinya hanya mengisi slot 20% itu, kemudian berubah menjadi Content Provider Pak Sarwoto, padahal kita tahu ternyata Extent Media belum mendaftarkan dirinya sebagai Content Provider. Jadi apakah Bapak tahu dan membiarkan sebuah perusahaan yang belum berijin BRTI, kemudian naik statusnya menjadi Content Provider atau Bapak dilapori bahwa dia sudah mendaftar dan permasalahan itu bisa dilakukan, karena ini akan tercatat, dimana sebenarnya kesalahannya, ketika Extent Media belum mendaftar, tapi tiba-tiba menjadi Content Provider yang kemudian berjalan di infrastruktur Telkomsel. Mungkin dari Pak Tantowi dulu, baru ke saya.

Terima kasih.

DIREKTUR UTAMA PT. TELKOMSEL: Baik, terima kasih.

79 Jadi memang sekali lagi bahwa prosedur bahwa dia berubah dari pembeli menjadi penjual ya. Untuk Extent Media, itu pada policy kami memang jelas sekali kita mempunyai policy untuk tranformasi Telko ini, memang Telkomsel ini pengen mempunyai CP sebanyak-banyaknya, ya karena ap? Kita menyadari dengan CP sebanyak-banyaknya, maka industri kkreatif ini tumbuh, tentu saja pasti harus ada rambu-rambu yang harus dipenuhi. Kalau kita melihat case-case ini, selama ini juga dari pagi tadi kita pelajari, bahwa mungkin saya tidak ingin berdebat lebih lanjut mengenai terdaftar tidak terdaftar, karena banyak sekali beberapa CP yang bukan hanya Extent Media, mungkin dalam hal ini kita serahkan kepada (suara tidak jelas), dalam hal ini apa yang akan dilakukan terhadap CP-CP yang tidak terdaftar itu tentu kita akan obey terhadap apa yang akan diputuskan oleh regulator.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPRODJO):

Jadi maaf Pak Sarwoto, kalau boleh saya potong, titik temunya sama, pertanyaan saya dengan Mas Tantowi tadi. Jadi sebuah perusahaan yang sangat besar seperti Telkomsel, absurd sekali untuk kemudian tidak meneliti CP ini berijin atau tidak dan kemudian itu berubah status menjadi Content Provider dan itu diijinkan di perusahaan Bapak. Ini sangat menyakitkan Pak, bagi kami Pak. Jadi jawabannya, Bapak terdaftar atau tidak, pokoknya jep begitu.

DIREKTUR UTAMA PT. TELKOMSEL:

Tidak begitu Pak Roy. Jadi menurut laporan yang kami terima dari Staf yang menjalankan ini, bahwa sebenarnya di dalam kita preparation perjanjian kerja sama itu sudah ada di dalam syarat-syarat kerja sama, cuman karena ini kan mungkin masalah bisnis yang dia menjanjikan bahwa akan segera mengurus dan seterusnya. Jadi sebenarnya kuncinya di situ. Nah, karena ini mungkin kalau boleh disebut sebagai kealpaan dan seterusnya kan misalnya kalau kita melanggar rambu lalu lintas kan ada aturannya. Nah, kemudian siapa yang mengeksekusi aturan ini. Oleh karena itu dalam hal ini, kami berpendapat bahwa biarkanlah BRTI atau Menkominfo dalam hal ini untuk memutuskan apa sih harusnya kalau CP dalam konteks Extent Media ini atau yang lain itu tidak berijin atau tidak terdaftar, maka sanksi apa yang diberikan, kita akan ikuti.

F-PDI PERJUANGAN (HELMY FAUZY): Ketua, saya boleh mengelaborasi ini Ketua? KETUA RAPAT:

Ya.

F-PDI PERJUANGAN (HELMY FAUZY):

Ini menarik Pak ya, di satu sisi memang nampaknya kerja sama CS dengan Operator ini, CP dengan Telko, dimana dalam hal ini tidak semua CP ternyata teregistrasi di BRTI ya. Nah, pertanyaan saya kemudian, apakah dalam setiap kerja sama Bapak itu dengan CP, tidak ada berkas atau tembusannya ke BRTI P ak? Nah, sejauh ini saya ingin tanyakan apakah ada tembusan kerja sama antara CP dan Bapak selaku Operator yang tembusannya juga dikirimkan ke BRTI Pak? Dalam kasus yang terakhir itu, apakah Bapak mengirimkan tembusan kerjasamanya Pak? Tentu saya ingin tahu di sini, dalam kerja sama ini kan content-nya seperti apa ya, model kerjasamanya seperti apa ya, itu spesifikasi secara teknis maupun programnya tentu ada. Nah, saya ingin tanya, apakah telah dikirimkan ke BRTI Pak?

DIREKTUR UTAMA PT. TELKOMSEL:

Saya rasa kalau PKS kita tidak berikan, mungkin saya tanya dulu, (benar ya, PKS kita tidak kirim). Namun beberapa laporan barangkali, karena laporan itu selalu ada timeline ya, mungkin ada yang lengkap atau belum ter-update dan seterusnya. Saya rasa ini yang fakta yang ada di kami, bahwa memang mungkin teman-teman berpikir bahwa ini ada asas convidentiality dari suatu kerja sama dan seterusnya ya, tetapi bahwa memang laporan ini saya menduga saya akan minta data dari teman-teman, mungkin tidak lengkap untuk dilaporkan.

80 F-PDI PERJUANGAN (HELMY FAUZY):

Sudah barang tentu ada hal-hal yang mungkin dirahasiakan dalam PKS ini Pak, mungkin ini dapat kita kategorikan sebagai rahasia bisnis Pak ya, tapi ada hal-hal yang saya pikir merupakan suatu mandat dari BRTI untuk tahu, misalnya CP-nya siapa, pemiliknya siapa, sudah terdaftar atau belum di BRTI, content program itu seperti apa? Nah, bagaimana BRTI bisa melakukan pengawasan terhadap hal-hal yang mendasar, menyinggung soal content saja Pak ya, jika kemudian BRTI tidak mengetahui, ini Telko-Telko ini kerja sama dengan CP dengan CP siapa saja, dengan program seperti apa. Nah, ini yang bagi kami juga cukup menggelitik ini ya, di satu sisi BRTI yang diberi kewenangan untuk melakukan fungsi-fungsi pengawasan, termasuk juga fungsi-fungsi penindakan di sini Pak, bisa tidak mengetahui secara jelas dengan siapa saja Telko ini bekerjasama dalam memnyelenggarakan suatu bisnis, suatu usaha, dimana merupakan suatu mandat BRTI untuk turut mengawasi, baik dari sebagai organisasi CP-nya ini sendiri, kepemilikannya, maupun dari segi content-nya. Nah, ini yang bagi saya cukup sulit untuk kami mengerti. Jadi kami ingin tahu sebenarnya ada apa yang terjadi di sini, kok bisa berlangsung seperti ini. Saya ingin juga tanya dari BRTI, bagaimana ini Pak, kok bisa di satu sisi akan sangat sulit bagi BRTI untuk melakukan betul-betul secara efektif fungsi-fungsi pengawasan andaikata kemudian tidak mengetahui Operatornya bekerjasama dengan siapa saja, CP-nya, tentu akibatnya juga content-nya seperti apa akan sangat luput dari pengawasan, karena tidak teregistrasi.

F-PKB (Hj. LILY CHODIJAH WAHID):

Saya ingin kembali kepada tadi pernyataan bahwa Operator tidak pernah berpikir bahwa atau tidak ada niatan untuk melakukan yang dikatakan oleh Saudara Ketua, semacam penipuan kepada pelanggan dan sebagainya, karena seluruhnya adalah CP yang punya aksi di dalam hal ini. Saya hanya ingin bertanya, tadi kalau dikatakan bahwa itu adalah kemauan pelanggan sendiri untuk berlangganan suatu produk, sementara saya sebagai seorang

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 75-80)