• Tidak ada hasil yang ditemukan

WAKIL KETUA BRTI: Terima kasih Pak Roy

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 81-86)

Kami sudah memanggil Telkomsel dan meminta untuk menghentikan kerja sama dengan yang tidak terdaftar, termasuk di sini Extent Media dan juga beberapa Operator yang lain yang memiliki PKS dengan yang tidak terdaftar, ini sudah dihentikan dan sudah kami sampaikan tadi di awal, sesi awal-awal, dan itu sudah menurut laporan masing-masing Operator, itu sudah di hentikan.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPRODJO):

Saya langsung, Pak Sarwoto sudah dihentikan dengan Extent Media? Setelah itu Extent Media mendaftar pada tanggal 19 Oktober, jalan lagi tidak? Belum? Pasti ya Pak Sarwoto? Oke, ini kita catat dulu, kalau nanti tiba-tiba ada case yang muncul lain, mungkin kasusnya akan bisa jadi lain lagi.

Terima kasih KETUA RAPAT:

Ya sebenarnya sejak 18 Oktober gak ada yang jalan Pak Roy. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPRODJO):

82 KETUA RAPAT:

Ya, dia silahkan jalan, tapi gak ada yang jalan Pak Roy. F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPRODJO):

Resminya Pak Tantowi, tapi kalau laporan di email kita ada. F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.):

Pak Ketua. KETUA RAPAT:

Sebentar Pak, kita lihat yang daftar dulu. Ibu Nuning silahkan. Habis ini Pak Fardan. F-HANURA (Dr. SUSANINGTYAS NEFO HANDAYANI KERTOPATI, M.Si.):

Saya sebenarnya sih saya malas tanya ya sam Pak Sarwoto, pasti jawabnya ya gitu-gitu aja. Saya ingin mendapatkan penjelasan Pak, tadi Bapak begitu-gitu banyak, saya pengen tau Pak ya, ini ada laporan, bahwa apa betul Telkomsel itu ada kerja sama dengan Alfamart, dimana katanya kalau membayar cash, lalu dapat kacang ijo gitu, terus nanti didaftar nomornya, sesudah itu langsung itu si orang yang mendaftarkan namanya itu jadi kehilangan pulsa, kasihan banget Pak. Bagaimana itu Pak?

DIREKTUR UTAMA PT. TELKOMSEL:

Yang pertama, ini memang agak berbeda, jadi kerja sama kita dengan Alfamart maupun merchant yang lain, ini di dalam konteks bisnis Telkomsel yang namanya E-money T-cash wallet. Jadi kita memang dalam hal ini ingin mem-promote sebanyak mungkin pelanggan kita ini melanggan T-cash, karena agar masyarakat kita ini semakin cash less dan ini pun juga disetujui oleh Bank Indonesia, karena semakin banyak cash tidak ada di beredar itu, buat Bank Indonesia akan semakin bagus. Nah, ini juga suatu program Pemerintah juga. Nah, tentu saja lagi-lagi ini perlu promosi, bagaimana sih menarik calon-calon pelanggan yang dia bisa atau mau mendaftar sebagai user-nya T-cash dan kemudian kita akan misalnya bundling lagi dengan partner kita itu memberikan satu diskon tertentu. Saya rasa sampai dengan saat ini bahwa policy mengenai kalau dia mendapatkan suatu merchandise, itu akan kepotong pulsanya, itu belum ada Bu, tapi kalau kemudian setelah mendaftar dari merchant kita itu dia cash in istilahnya, kemudian di dalam balance dia ada sejumlah wallet, uang di situ mungkin 50.000, mungkin 100.000, dan dia memakai untuk pembelian merchandise, apakah dia minuman atau apapun, pasti dia akan terpotong. Saya rasa itu yang kami pahami mengenai hubungan ini.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Sarwoto. Silahkan Pak Fardan.

F-PD (FARDAN FAUZAN, B.A., M.Sc.): Terima kasih Pimpinan.

Pak Sarwoto, Direktur Ekonomi Barekskrim, XL.

Satu untuk Pak Sarwoto, ini apakah menurut Telkomsel sendiri, apakah BRTI sudah cukup mengawasi CP atau memang Telkomsel harus melakukan inovasi-inovasi dalam mengawasi CP ini sendiri, karena kita lihat BRTI sendiri cuma sembilan orang begitu. Mengawasi berbagai macam masalah, apakah ini bisa sampai ke CP-CP itu atau memang Telkomsel sendiri harus melakukan inovasi untuk mengawasi CP-CP-nya tersebut?

Kedua untuk BRTI, ini untuk yang bundling ini, yang atur siapa? Peraturannya atau tata cara bundling ini diatur oleh siapa? Dan tadi disebutkan untuk dihentikan kontraknya segala macam antara Operator dan misalnya dengan CP yang disangka bersalah atau nakal. Nah, Operator kan sudah ada kontrak dengan CP itu dalam beberapa tahun, kalau dihentikan itu, ini kalau misalnya CP sendiri menuntut rugi, siapa ini yang menggantinya? Jangan-jangan udah rakyat Indonesia udah dicuri pulsanya, nanti untuk bayar ke CP yang nakalnya kan kita tahu

83 oknum di CP nya, nah sekarang untuk ganti ruginya sendiri, karena Telkomsel BUMN, negara yang bayar. Coba dilihat ininya, ini kontrak dihentikan ini, nanti kalau misalnya dituntut, ini siapa yang ganti ruginya? Masa negara lagi yang bayar lagi untuk CP-nya, karena menghentikan kontrak, tetapi dari CP-nya sendiri udah ngambil pulsa gitu, agak sedikit babeuliet. Dan untuk masukan Mabes Polri, ini dapat dilihat tadi pernyataan BRTI, itu less regulated agar CP berkembang, karena industri kreatif, di situ muncul inovasi, di situ muncul oknum, mungkin salah satu masukan untuk Bareskrim.

Terima kasih.

Assalamu „alaikum warahmatullahi wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih. Pak Max Sopacua.

F-PD (MAX SOPACUA, S.E., M.Sc.):

Terima kasih Pak Ketua, teman-teman, Bapak-bapak sekalian, Pak Sarwoto, dan kawan-kawan, Kepala Bareskrim, dan teman-teman.

Dari pagi ini Pak, ini kalau saya lihat ada 10 Content Provider yang datang ke sini, rasa-rasanya hasilnya akan kita temui sama seperti sore ini, karena setelah ditanya tadi, jawabannya sama semuanya, bahwa mereka tidak merasa merugikan rakyat, mereka tidak merasa dikomplain, dan lain-lain sebagainya, pokoknya kalau ini hasil diagnosa ya, DPR melakukan diagnosa, hasilnya negatif. Tapi saya pikir kan persoalannya sudah terjadi Pak. Saya mau minta kepada BRTI misalnya Pak ya, daripada nanti BRTI disalahkan terus menerus Pak, karena perangkat BRTI ini juga masuk dalam koridor perangkat Pemerintah. Coba dilakukan edit teknis dan bisnis Pak kepada semua Content Provider dan Operator. Kalau saja ada audit masalah teknis dan bisnis dari Content Provider maupun Operator, kita akan bisa temui apa saja sih yang sudah terjadi. Bagaimana pemotongan-pemotongan pulsa yang saya yakin pemotongan pulsa itu ada di log-nya operator, tidak mungkin tidak, terdaftar itu di log Operator. Jadi kalau itu dilakukan audit, saya pikir kita tidak akan berdebat panjang lebar, sudah pastilah anda salah, anda mau berkelit kemana saja, tidak mengerti komplain, dan tidak merasa merugikan rakyat, ada data-datanya yang tersedia hasil audit bisnis dan teknis yang dilakukan oleh Telkomsel, misalnya dengan BRTI, karena ini tingkat penyelamatan. Kenapa kami minta supaya dilakukan itu? Masyarakat bisa mengetahui, karena ini juga, saya yakin ada kesepakatan antara Content Provider dan Operator, tidak mungkin sesuatu itu terjadi tanpa kesepakatan. Kesepakatan ini bisa bernilai positif, bisa bernilai negatif. Masyarakat kalau mengetahui bahwa ada nilai ataupun sifatnya negatif antara kesepakatan Content Provider dan Operator, saya kira masyarakat cepat mengerti dan akan menghindarkan diri Pak. Kita lama-lama sayang juga ke masyarakat, dia bodoh kan Pak, kalau di kampung-kampung, mana dia ngerti lagi, contohnya misalnya ini yang dulu ini Pak ya, kirim SMS dengan mengetik g untuk mendengarkan pesan ayat-ayat suci Al-quran bersama AA Gym dan kirim ke 4209. Orang di kampung pasti langsung Pak, pencet-pencet, orang mau dengarkan ayat suci Al-qur’an setiap hari, bangun tidur, dan lain-lain. Persoalannya, apakah itu merugikan dia atau tidak? Bukan soal ayat-ayatnya. Pemotongan pulsanya terjadi atau tidak? Jadi kalau masyarakat diberikan pengertian atas hasil audit yang dilakukan oleh Telkomsel dengan BRTI misalnya, kita semuanya ini tahu Pak. Kami tidak akan berdebat panjang dengan misalnya Content Provider yang 10, yang menurut BRTI mereka yang bermasalah tadi Pak, karena pasti kita tahu, dan teman-teman misalnya dari Kepala Bareskrim juga punya data yang akurat mengenai itu. Bapak tidak usah berkelit. Ada misalnya mereka “wah saya gak perlu mendaftar lagi kok kepada BRTI, sudah dari awal kok gitu”. Malah ada yang baru mendaftar tanggal 11 Oktober Tahun 2011. Nah, inikan sebenarnya jangan sampai persoalan ini jadi semakin liar Pak, jadi bola liar gitu Pak. Saya kira kalau ini kita lakukan, BRTI melakukan segera audit bisnis dan teknis dari Content Provider dengan Operator, saya kira selamatlah Pak gitu. Masyarakat cepat dapat data dan kita perlu pakai media, kita promosikan hasil audit itu di media masa, di radio, di televisi, sehingga masyarakat semuanya tahu, bahwa inilah yang bermasalah, apalagi ada yang komitmen-komitmen negatif antara Content Provider dan Operator.

84 Saya kira hal-hal yang bisa kita lakukan sebaiknya lebih cepat lebih baik Pak. Jangan kita menganut paham seperti dulu ya Pak, mungkin kita pernah ada yang pegawai negeri juga ya Pak ya, kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah gitu Pak. Jadi semakin cepat kita lakukan ini, kalau audit ini bisa dilakukan, saya kira Panja ini juga tidak berbelit-belit nantinya Pak untuk memanggil semua pihak gitu Pak dan akan selesai segera, gak perlu kita rapat sampai setengah enam nantinya seperti sekarang ini, juga mau ketemu anak-isteri juga kan, mana macet di depan, demo lagi, kita pun tidak bisa pulang cepat nantinya. Saya kira itu saja Pak Ketua yang saya sarankan, saya minta supaya kalau bisa dalam kesimpulan yang kita lakukan ada permintaan kepada BRTI dan Telkom dan lain-lain sebagainya untuk melakukan audit bisnis dan teknis kepada Content Provider dan Operator.

Sekian, terima kasih.

Wassalamu ‟alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Baik, tadi ada 3 pertanyaan, 2 pertanyaan, dari Pak Fardan Fauzan dan Pak Max Sopacua, lebih tadi ditujukan kepada BRTI sesungguhnya. Dalam kapasitas BRTI sebagai regulator, pengawas, dan pengendali bisnis jasa SMS Premium ini.

Silahkan Pak ditanggapi. WAKIL KETUA BRTI:

Terima kasih Pimpinan, Bapak Ibu sekalian yang saya hormati.

Terkait dengan tadi bundling dari Pak Fardan, BRTI tidak mengatur soal bundling atau jual ikat yang menggabungkan penjualan antara handset dengan layanan Operator. Namun terkait layanan dasar, seperti SMS plus suara, harus mengacu pada aturan mengenai tarif dasar SMS maupun suara, dan SMS ini bukan SMS Premium. Kalau premium ada yang PM 1/2009, misalnya dalam Pasal 2 ayat (3) di PM 1/2009 “Penyelenggara Jasa Pesan Premium mendaftar dengan mengisi data sesuai lampiran, diantaranya menyampaikan akta perusahaan”. Jadi kami memiliki akta perusahaan dari CP -CP itu, NPWP, short code yang akan dipakai, dan lain-lain, tapi memang PKS tadi sekali lagi Pak Fardan, Pak Roy, kami tidak memiliki itu.

Kemudian terima kasih Pak Max, mengenai audit. Dalam kapasitas BRTI saat ini setelah mendapatkan data yang begitu banyak dari para Operator mengenai CP dan layanan, short code yang digunakan, maka sedang dilakukan, kalau boleh sekarang kami sebut sebagai audit terhadap semua produk yang diberikan. Produk-produk dari semua CP dan short code dan ini masih sedang berlangsung, karena begitu banyaknya dan seperti Pak Fardan sampaikan, kami cuma 9 orang dan tidak semua 9, karena seperti saya sendiri juga tidak bisa melototi, mungkin 6 teman-teman KRT ini yang day to day mengerjakan itu, sehingga hal-hal yang lain yang terkait dengan lisensi, apa yang harus kami rapatkan juga dengan BRTI, memang agak terkendala sekarang, karena memang perhatian sepenuhnya pada SMS ini. Jadi terima kasih Pak Fardan, terkait dengan bundling, itu jawaban kami dan terkait dengan audit kami sedang laksanakan.

Terima kasih.

F-PD (FARDAN FAUZAN, B.A., M.Sc.):

Terkait dengan kontrak Pak? Pembatalan kontrak itu udah diatur belum? WAKIL KETUA BRTI:

Belum, tidak ada aturan.

F-PD (FARDAN FAUZAN, B.A., M.Sc.):

Ini yang di sini, kalau misalnya ada somasi kepada negara, dalam hal ini Telkomsel sebagai BUMN, itu ya Telkomsel, berarti negara bayar juga kepada CP-nya, udah CP-nya nyolong, dibayar lagi sama negara, itu artinya. Mungkin di sini masih belum ada jawabannya ini.

85 WAKIL KETUA BRTI:

Kami tidak terlalu mendalam ke itu. Berdasarkan aturan yang ada di PM, kami harus memerintahkan Operator untuk menghentikan. Layanannya harus dihentikan, karena dia tidak berijin. Itu saja pak.

F-PD (KRMT. ROY SURYO NOTODIPRODJO):

Ada lagi saya kira Pak Budi, yang mungkin nanti perlu dipertegas atau dipertajam tentang SMS gratis, yang itu perlu diatur, karena begini, SMS gratis itu boleh-boleh saja gratis ketika di dalam negeri, dan dalam hal ini saya mohon maaf nih ya Pak Haznul, XL itu paling kreatif dalam “membuat gratis-gratis” kayak gini. Ada XL info, ada XL content, gratis kita menerima selama di dalam negeri, tapi ketika kita dalam posisi roaming dan kebetulan itu tidak Mitra Operator yang di sana tidak kerja sama dengan XL, itu merugikan dan itu banyak. Ada beberapa kasus yang kemudian masuk ke email Panja Pulsa dan itu nanti yang akan kami sampaikan ke Direktur Ekonomi, karena kami tidak dalam porsi mengeksekusi ini bersalah atau tidak, tetapi artinya di sini adalah ada laporan dan laporan ini kita teruskan, tapi memang laporan yang XL Content, XL Info, yang gratis-gratis itu menurut saya perlu Pak Budi untuk diatur, teman-teman BRTI agar tidak kemudian itu merugikan pelanggan, karena pelanggan tadinya gratis akhirnya menjadi tidak gratis. Ini saya kira beberapa catatan saya tambahan.

Terima kasih. KETUA RAPAT:

Baik, 3 menit lagi menjelang pukul 17.30 sesuai dengan kesepakatan kita, apakah ada pertanyaan lagi dari para Anggota Panja? Pas. Dari unsur Pimpinan? Pak Helmy?

F-PDI PERJUANGAN (HELMY FAUZY):

Ini menyangkut soal masalah registrasi, auto registrasi ini Pak. Saya pikir ini juga yang perlu memang lebih ditertibkan Pak ya, karena saya perhatikan bahwa auto reg ini dalam program-program lain masih berjalan Pak. Nanti saya khawatir kasus ini berulang, terjadi lagi ya, misalnya kemarin saya baru registrasi soal internet Pak ya. Itukan dalam setiap 5 hari Bapak ya, itu teregristrasi. Saya itu sampai sekarang mau menghentikannya tidak tahu caranya seperti apa Pak, karena tidak ada keterangannya di situ. Jadi ini suatu mekanisme memang nampaknya harus kita atur lagi regulasinya Pak. Ini jangan sampai kemudian auto reg ini menyebabkan satu konsumen dipaksa untuk berlangganan suatu program yang mungkin dalam program tertentu dia sudah mau menghentikan, tapi sulit sekali untuk mematikan registrasinya ini. Jadi ini mungkin sekedar catatan lagi Pak, ini mungkin di luar persoalan SMS Premium ini. Banyak beberapa program-program yang kemudian memang pulsanya dipotong melalui mekanisme auto registrasi ini.

Demikian Pak.

F-PD (FARDAN FAUZAN, B.A., M.Sc.): Tambahan juga sedikit Ketua.

KETUA RAPAT: Silahkan.

F-PD (FARDAN FAUZAN, B.A., M.Sc.):

Jadi karena tidak ada aturannya dalam tadi kontrak itu, jadi mohon Operator ini dalam ada dari 10 yang nakal atau CP-CP yang nakal ini jangan dibayarkan dulu sebelum ganti rugi ke pihak-pihak yang dirugikan lancar dulu gitu. Jadi nanti mungkin bisa di-correct, karena tidak ada aturannya dalam pemutusan kontrak ini atau memang ada aturan sendiri saya gak tahu, tapi baiknya seperti itu.

86 KETUA RAPAT:

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 81-86)