• Tidak ada hasil yang ditemukan

Discovery Based Learning

G. Definisi Operasional

4. Discovery Based Learning

a. Pengertian Discovery Based Learning (DBL)

Menurut Robert B, dalam Ahmadi, “Discovery” adalah proses mental dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip (Ahmadi,2005:76). Menurut Jerome dan Bruner dalam Fitri dan Derliana (2015:91) DBL merupakan sebuah model pengajaran yang dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir dan mengembangkan kemampuan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, yang menekankan kepada pentingnya membantu siswa untuk memahaam struktur atau ide-ide kunci suatu disiplin ilmu, kebutuhan akan keterlibatan aktif siswa dalam prses belajar, dan keyakinan bahwa pembelajaran sejati terjadi melalui penemuan pribadi.

Dasar dari teori Brunner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa siswa harus berperan secara aktif saat belajar di kelas. Konsepnya adalah belajar dengan menemukan (Discovery Learning), siswa mengorganisasikan bahan pelajaran yang dipelajarinya dengan suatu bentuk akhir yang sesuai dengan tingkat kemajuan berfikir siswa (Suyono dan Hariyanto,2012:88). Sedangkan menurut sanjaya bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktivitas, sehingga tugas guru

lebih banyak sebagai fasilitator dan pembimbing bagi siswa (Sanjaya,2006:128).

DBL merupakan model yang digunakan untuk memecahkan masalah secara intensif di bawah pengawasan guru. Pada DBL, guru membimbing peserta didik untuk menjawab atau memecahkan suatu masalah. DBL merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri (Hadiono,2016:3). Model pembelajaran ini menekankan agar siswa mampu menemukan informasi dan memahami konsep pembelajaran secara mandiri berdasarkan kemampuan yang dimilikinya namun tidak tanpa bimbingan dan pengawasan guru agar pembelajaran yang mereka dapatkan terbukti benar. Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme (Kemendikbud. 2013: 258).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa DBL adalah suatu kegiatan proses pembelajaran yang didasarkan pada proses menemukan. Dimana proses pembelajaran dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep – konsep dan prinsip – prinsip melalui proses mentalnya sendiri.

b. Langkah – langkah Discovery Based Learning

Dalam sistem belajar mengajar ini, guru tidak menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri. DBL lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Secara garis besar, Langkah–langkah model pembelajaran DBL menurut Suryanti dalam Asih dan Eka (2014:82) adalah: 1) Orientasi; 2) Merumuskan masalah; 3) Menyusun hipotesis; 4) Mengumpulkan data; 5) Menguji hipotesis; 6) Merumuskan kesimpulan.

Langkah-langkah DBL seperti yang dikemukakan oleh Ahmad Sabri (2010:26) adalah sebagai berikut: 1) Stimulation (Stimulasi/ Pemberian Rangsangan Berupa Pertanyaan). 2) Probem Statement (Memberikan Hipotesis/ Jawaban Sementara). 3) Data Collection (Proses Mengumpulkan Data). 4) Data Processing (Proses mengolah data). 5) Verification (Pembuktian). 6) Generalization ( Memberikan atau menarik kesimpulan). Lebih jelasnya prosedur yang harus dilakukan dalam mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning pada kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:

1. Stimulation

Guru mengajukan permasalahan kepada siswa atau siswa menemukan sendiri permasalahan dalam buku teks atau sumber-sumber lainnya.

2. Problem Statement

Siswa diberi kesempatan untuk mengidentifikasi masalah serta merumuskan permasalahan yang paling menarik dan paling aktual untuk dipecahkan. Dari rumusan masalah yang dikemukakan, siswa dibimbing untuk mencari jawaban sementara atau merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah yang telah dibuat.

3. Data Collection

Untuk membuktikan rumusan hipotesis yang telah dibuat, siswa diberi kesempatan untuk membuktikannya melalui kegiatan pengumpulan data (data collection) dengan mencari dan mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan dan relevan dengan cara membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

4. Data Processing

Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, diklasifikasi, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaaan tertentu. 5. Verification atau Pembuktian

Dari hasil pengolahan dan penafsiran, atau informasi yang ada dan dengan bantuan analisis statistic diskriftif dan analisis statistik inferensial, dugaan sementara atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

6. Generalization

Tahap selanjutnya adalah siswa dibimbing untuk menarik kesimpulan berdasarkan hasil verifikasi yang dilakukan sebelumnya.

Jadi dapat disimpulkan langkah-langkah DBL dari beberapa para ahli adalah: Orientasi (memberikan motivasi berupa ransangan terhadap peserta didik). Mengajukan pertanyaan (guru memberikan pertanyaan kepada peserta didik. Merumuskan masalah, melakukan eksperimen, mengumpul data, menegelolah data, membuktikan dengan teori yang ada, menarik kesimpulkan. Langkah-langkah yang akan dipakai peneliti dalam penelitian ini yaitu langkah-langkah yang dikemukakan oleh Ahmad Sabri, yaitu: Stimulation, Problem Statement, Data Collection, Data Processing, Verification, Generalization.

c. Keunggulan Discovery Based Learning

Menurut Roestiyah (2012:21) keunggulan pembelajaran Discovery yaitu: 1) Pembelajaran ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penggunaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan siswa. 2) Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertiinggal dalam

jiwa siswa tersebut. 3) Dapat membangkitkan kegiatan belajar para siswa. 4) Pembelajaran ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya. 5) Mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7) Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai fasilitator saja yang membantu bila diperlukan.

Dari uraian keunggulan DBL di atas dapat disimpulkan bahwa keunggulan DBL adalah dapat mendorong keterlibatan siswa, meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran, siswa menemukan/ membentuk konsep sendiri, dan siswa mampu belajar secara mandiri.

d. Kelemahan Discovery Based Learning (DBL)

Menurut Roestiyah (2012:21) kelemahan pembelajaran DBL yaitu: 1) siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. 2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil. 3) Guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan. 4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan/ pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa. 5) Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara kreatif. Dari uraian kelemahan DBL di atas dapat disimpulkan bahwa kelemahan DBL adalah kadangkala terjadi kebingungan peserta didik ketika tidak disediakan semacam kerangka kerja, buku panduan, dan sebagainya. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama

untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

Dokumen terkait